Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

LUPA DAN TRANSFER BELAJAR

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


PSIKOLOGI BELAJAR

Dosen pengampu : Muhammad S.Pd.I.,M.Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7

1. METAL : 19.11.2561
2. Khusnul khotimah : 19.11.2459

SEMESTER IV

Jurusan Pendidikan Agama Islam


Sekolah Tinggi Agama Islam Stai An Nadwah Kuala Tungkal
TP. 2021/2022

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai
macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih  lagi pada kehidupan akhirat kelak,
sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh
manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada  Dosen Mata
Kuliah Psikologi Pendidikan serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan
berupa moril maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan  dalam waktu yang telah di
tentukan.

Saya menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun
dalam hal pengkonsolidasian  kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala
hanya  menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran 
yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah saya di lain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini ( Lupa
dan Transfer Belajar ) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Kuala Tungkal 15 juni 2021

 Penyusun

   

DAFTAR ISI

2
COVER …………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR………........................................................................……2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………..….. 3

BAB   I  PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah……………………………………………..4

B.     Rumusan Masalah …………………………………………………..4

C.     Tujuan Pembahasan Masalah ……………………………………….4

BAB  II  

A.  Lupa......................................................………………………………5

B. Faktor-faktor Penyebab Lupa...................……………………………..5

C.    Kiat-kiat Mengurangi Lupa..................………………………………7

D.Transfer Belajar ..................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan ………………………………………………………… 9

B.     Saran …………………….………………………………………….9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

  1.1.     Latar Belakang

Mengetahui dalam Psikologi Belajar apa, kapan, dan bagaimana transfer belajar, lupa
dan memori (ingatan) itu bekerja dalam diri individu. Serta bagaimana mengaplikasikannya
dalam kegiatan sehari-hari. Teori tentang lupa, transfer belajar dan memori (ingatan) ini
sangat perlu kita pahami karena akan sangat berpengaruh pada keberhasilan atau keefektifan
pembelajaran. Dengan mengetahui cara kerja ketiga teori psikologi tersebut kita akan dengan
mudah mengaplikasikan suatu pelajaran dalam diri individu. Berikutakan akan dipaparkan
teori psikologi belajar tentang lupa, transfer belajar dan memory (ingatan).

1.2       Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian Lupa?

2.      Apa saja faktor-faktor penyebab lupa?

3.      Apa saja Kiat - Kiat mengurangi lupa?

4.      Apakah pengertian Transfer Belajar?

1.3       Tujuan Penulisan

Makalah ini saya tulis dengan tujuan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah psikologi
belajar, selain itu tujuan penulisan makalah ini yakni untuk mengetahui komponen-komponen
teori yang menunjang pembelajaran, yakni terkait dengan lupa, dan transfer belajar.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A.     LUPA

Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-
apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Secara sederhana Gulo (1982) dan Reber (1988)
dalam Muhibbin Syah (2001) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah di pelajari atau dialami.

Lupa merupakan istilah yan sangat populer di masyarakat. Setiap waktu pasti ada orang
lupa akan sesuatu, entah hal itu tentang peristiwa atau kejadian di masa lampau atau sesuatu
yang akan dilakukan (Muhibbin Syah 2001).

B. Faktor-faktor penyebab lupa

1)   Penyebab Lupa Menurut Ngalim Purwanto (1989) Dalam  Syaiful Bahri Djaramah (2002)
:

1. Karena apa yang dialami itu tidak pernah digunakan lagi atau tidak pernah dilatih atau
diingat lagi. Berkenaan dengan itu ada sebuah hukum yang berbunyi “law of
disuse”(hukum tak terpakai) yang dikemukakan oleh Thorndike. Hukum itu
menyebutkan hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lemah bila tidak
ada latihan.
2.  Karena adanya hambatan-hambatan yang terjadi karena isi jiwa yang lain. Tidak baik
mencampur adukkan pelajaran-pelajaran dalam pikiran saat belajar; karena hal itu
justru akan menghambat satu sama lain. Maka tidak baik mempelajari materi yang
berbeda pada saat yang sama.
3.  Karena depresi atau tekanan. Tanggapan-tanggapan/isi jiwa ditekan ke dalam
ketidaksadaran (alam bawah sadar) oleh ego. Karena terus menerus mengalami
tekanan, maka lama kelamaan akan menjadi lupa.

Beberapa penyebab terjadinya lupa karena tekanan:

5
a) Karena informasi (tanggapan, pengetahuan, kesan, dsb) yang diterima “kurang
menyenangkan”, sehingga secara sengaja menekannya hingga ke dalam
ketidaksadaran.
b) Karena informasi yang baru secara otomatis menekan informasi yang lama.
c) Karena informasi yang akan diingat kembali itu tertekan ke alam bawah sadar dengan
sendirinya sebab tak pernah digunakan.

2)      Penyebab lupa menurut Muhibin Syah:

a) Lupa karena perubahan situasi lingkungan, seperti antara waktu belajar di sekolah
dengan waktu belajar/ mengingat kembali di luar sekolah. Misal: jika seorang anak
hanya mengenal jerapah lewat gambar-gambar di sekolah, kemungkinan dia akan
lupa mengingat nama hewan itu ketika ke kebun binatang.
b)   Lupa karena perubahan sikap dan minat. Misal: jika seorang guru memarahi anak di
depan teman-temannya, anak menjadi takut sehingga pelajaran mudah terlupakan.
c)  Lupa karena perubahan urat syaraf otak. Misal: keracunan, kecanduan, gegar otak.
d)  Lupa karena kerusakan informasi sebelum masuk ke memori. Sebelum informasi itu
terserap dengan baik dan disimpan dengan baik oleh otak, seseorang telah
melakukan/ menerima informasi lain sehingga penyimpanan awal tidak sempurna
dan cenderung hilang.

3)      Penyebab lupa menurut W.S.Winkel (1989) Dalam  Syaiful Bahri Djaramah (2002) :

a) Pandangan Woodworth- Gejala lupa disebabkan bekas-bekas ingatan yang tidak


dipergunakan, sehingga lama kelamaan akan terhapus.
b)  Pandangan interfensi- Lupa disebabkan oleh adanya gangguan dari informasi yang
baru masuk ke dalam ingatan terhadap informasi yang telah lama tersimpan, sehingga
seolah-olah informasi yang lama digeser dan kemudian lebih sukar diingat.
c)  Pandangan bermotif- Ada alasan tertentu dari setiap orang untuk menilai sesuatu hal.
Kejadian kurang menyenangkan akan mudah terhapus dan terlupakan daripada yang
menyenangkan.

6
C.   Kiat - Kiat mengurangi lupa

menurut W.S. Winke (1989) Dalam Syaiful Bahri Djaramah (2002)  adalah:


a) Adanya motivasi belajar yang kuat ( khususnya motivasi yang berasal dari dalam
diri sendiri )
b)  Memancing perhatian anak didik agar mereka tertarik dengan materi yang
diajarkan sehingga materi lebih mudah diingat
c)  Anak didik perlu mengolah materi dengan baik dan segera
d) Berkas-berkas yang tersimpan dalam memori dalam jangka panjang supaa
diperbaharui dengan menggalinya ari ingatan, mengolah kembali, dan
memasukkannya lagi ke ingatan
e)  Guru memberikan pertanyaaan yang terarah agar anak didik berhasil menggali
informasi dari ingatannya.

D.    Transfer Belajar

Transfer dalam bahasa yang lazim disebut transfer belajar (transfer of learming) itu
mengandung arti pemindahan keterampilan hasil belajar dari satu situasi kesituasi lainnya
(Reber 1988).
Peristiwa pemindahan pengaruh (transfer) sebagaimana tersebut diatas pada umumnya
atau hampir  selalu membawa dampak, baik positif maupun negatif terhadap aktifitas dan
hasil pembelajaran materi pelajaran atau keterampilan lain. Sehingga, transfer dapat dibagi
dua kategori, yakni transfer positif dan transfer negatif.
Menurut Theory of Identical Element yang dikembangkan oleh E.L Thorndike, transfer
positif biasanya terjadi apabila ada kesamaan elemen antara materi yang lama dengan materi
yang baru. Contoh, seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah
memepelajari statistika.

1. Ragam Transfer Belajar


Selanjutnya, menurut Gagne seorang education psychologist (pakar psikologi
pendidikan) yang mahsyur, transfer dalam belajar dapat digolongkan, yaitu :

a) transfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjtnya;
b) transfer negatif, yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar
selanjutnya;
c)  transfer vertical, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
penegetahuan/keterampilan yang lebih tinggi;
d)  transfer lateral, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar
pengetahuan/keterampilan yang sederajat.

7
2.  Terjadinya Transfer Belajar Positif
Transfer positif akan mudah terjadi pada diri seorang siswa apabila situasi belajarnya
dibuat sama atau mirip dengan situasi sehari-hari yang akan ditempati siswa tersebut kelak
dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah ia pelajari di Sekolah.
Transfer positif dalam pengertian seperti inilah sebenarnya yang perlu diperhatikan guru,
mengingat tujuan pendidikan secara umum adalah  terciptanya sumber daya manusia
berkualitas yang adaptif. Kualitas inilah yang seyogyanya didapat dari lingkungan pendidikan
untuk digunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu setiap lembaga kependidikan terutama jenjang pendidikan menengah,
perlu menyediakan kemudahan-kemudahan belajar, seperti alat-alat dan ruang kerja yang
akan ditempati siswa kelak setelah lulus. Apabila cara ini sulit ditempuh, alternatif lain dapat
diambil umpamanya on the job training, yaitu mengadakan praktek lapangan di tempat-
tempat kerja seperti kantor, sekolah, pabrik, kebun, dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan
jurusan dan keahlian yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil-hasil riset kognitif , yakni bahwa transfer positif hanya akan terjadi
pada diri seorang siswa apabila dua wilayah pengetahuan atau keterampilkan yang dipelajari
siswa tersebut menggunakan dua fakta atau pola yang sama, dan membuahkan hasil yang
sama pula. Dengan kata lain, dua domain pengetahuan tersebut merupakan sebuah
pengetahuan yang sama.
Jadi, orang yang menduga bahwa seorang siswa yang telah pandai membaca al-Qur’an
akan secara otomatis mudah belajar bahasa Arab karena ada kesamaan elemen (sama-sama
bertulisan Arab) perlu dipertanyakan. Namun, seorang siswa yang pandai dalam seni baca al-
Qur’an (qori) sangat mungkin dia mudah belajar tarik suara (menyanyi), karena dalam dua
wilayah keterampilan itu terdapat kesamaan struktur logika, yakni logika seni. Demikian pula
halnya dengan siswa yang sudah menguasai bahasa dan sastra Indonesia, ia mungkin akan
mudah menjadi seorang pengarang. Sekali lagi, mudahnya siswa tersebut menjadi pengarang
bukan karena adanya kesamaan elemen, melainkan karena antara penguasaan bahasa dan
sastra dengan aktivis mengarang itu terdapat “benang merah” yang muncul dari struktur
logika pengetahuan yang sama.
Sesungguhnya transfer itu merupakan peristiwa kognitif (ranah cipta/akal) yang terjadi
karena belajar. Jadi, belajar dalam hal ini seyogyanya dipandang sebagai keadaan sebelum
transfer atau prasyarat adanya transfer. Dengan demikian, anggapan bahwa transfer itu
spontan dan mekanis (seperti mesin atau robot) sebenarnya berlawanan dengan hakekat
belajar itu sendiri, yakni perbuatan siswa yang sedikit atau banyak selalu melibatkan aktivitas
ranah kognitif.
Sebagai catatan akhir pembahasan ini, perlu diutarakan beberapa contoh peristiwa
belajar yang secara lahiriyah tampak seperti transfer tapi sesungguhnya bukan. Contoh-
contoh ini penting untuk diketahui agar siswa dan guru tidak terkecoh oleh timbulnya sesuatu
yang baru dan baik sebagai sesuatu yang sedang diharapkan, yakni transfer positif.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari beberapa pendapat dan teori yang di kemukakan para ahli  dapat disimpulkan
bahwa,  lupa adalah hilangnya kemampuan untuk mengingat kembali apa yang telah atau apa
yang akan dilakukan oleh seseorang. Selanjutnya transfer belajar adalah suatu proses
pemindahan atau pengiriman ilmu yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain.

B.   SARAN

Penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca sangat saya butuhkan untuk kesempurnaan makalah
ini. Di harapkan untuk para calon guru hendaknya memahami secara mendalam teori-teori
dalam psikologi belajar, dalam hal ini teori mengenai lupa, transfer belajar karena itu sangat
penting untuk menunjang keberhasilan belajar. Dengan memahami teori-teori dalam
psikologi belajar kita akan dapat dengan mudah menghadapi anak didik kita.

9
DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 2011. PSIKOLOGI BELAJAR. Cetakan kesebelas. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Syah, Muhibbin. 2001. PSIKOLOGI BELAJAR. Cetakan ketiga. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Djaramah, Syaiful Bahri. 2002. PSIKOLOGI BELAJAR. Jakarta: PT Rineka Cipta. 

Santrock, John W. 2012. PSIKOLOGI PENDIDIKAN. Jakarta: Salemba Humanika. 

Walgito, Bimo. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

10
11
12
13

Anda mungkin juga menyukai