Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DITINJAU DARI ASPEK PSIKOLOGIS

LUPA DAN KEJENUHAN BELAJAR

DOSEN MATA KULIAH


INDAH SUKMAWATI S.Pd., M.Pd.

OLEH :
HIKMIL KUMALA
18053044

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu


Puji syukur marilah kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,
kesempatan, dan kekuatan kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “LUPA, KEJENUHAN, DAN KESULITAN BELAJAR” dalam
waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir semester satu mata kuliah Psikologi
Pendidikan di Universitas Negeri Padang.Dengan makalah ini, saya berharap kita dapat
memaksimalkan kualitas pendidikan terutama di sekolah menengah dengan mendayagunakan
kekuatan dari kreativitas.Selain bagi pembaca, semoga makalah ini juga bermanfaat bagi penulis
sendiri di masa mendatang.
Terakhir, penyusunan makalah ini beserta uraiannya tentulah belum sempurna dan
masih banyak terdapat kekeliruan. Untuk itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca agar makalah ini bisa lebih baik dari sisi mana pun.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I PEDAHULUAN ...................................................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG...................................................................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................................ 4
TUJUAN ..................................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN LUPA ........................................................................................................................ 5
B. PENGERTIAN LUPA MENURUT PARA AHLI .................................................................................... 5
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUPA ................................................................................................ 5
D. KIAT MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR ................................................................................. 6
E. PENGERTIAN KEJENUHAN DALAM BELAJAR ................................................................................. 7
F. FAKTOR PENYEBAB KEJENUHAN BELAJAR .................................................................................... 7
G. KIAT UNTUK MENGATASI KEJENUHAN BELAJAR .......................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................................... 9
KESIMPULAN ............................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 10
BAB I PEDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan itu bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di sekolah, keluarga atau
dengan lingkungan sekitar rumahnya.

Dalam proses belajar itu terdapat berbagai tipe-tipe belajar serta penyelesain permasalahan proses
pembelajaran. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenal arti belajar dengan segala aspek,
bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan persepsi mereka terhadap
proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya
hasil pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.

Karena hal itu, makalah ini akan membahas tentang lupa, kejenuhan, dan kesulitan dalam belajar. Agar
pambaca dan saya sendiri dapat lebih memahami bagaimana permasalahan dalam belajar ini dapat
diatasi dengan baik.

RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian lupa ?


2. Bagaimana pengertian lupa menurut para ahli?
3. Apa faktor-faktor penyebab lupa?
4. Bagaimana kiat mengurangi lupa dalam belajar?
5. Apa pengertian kejenuhan belajar?
6. Apa faktor-faktor penyebab kejenuhan belajar?
7. Bagaimana cara mengatasi kejenuhan dalam belajar?

TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa pengertian lupa


2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian lupa menurut para ahli
3. Untuk mengetahui apa faktor-faktor penyebab lupa
4. Untuk mengetahui Bagaimana kiat mengurangi lupa dalam belajar
5. Untuk mengetahui apa pengertian kejenuhan belajar
6. Untuk mengetahui apa faktor-faktor penyebab kejenuhan belajar
7. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi kejenuhan dalam belajar
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LUPA

Lupa ( forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi


kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari.

B. PENGERTIAN LUPA MENURUT PARA AHLI

Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefenisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal
atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.
Agus Suyanto (1993:46) Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-
tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat.
Irwanto (1991:150) Lupa sebagai suatu gejala dimana informasi yang telah disimpan
tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan.

C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUPA

Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai
gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu 1) proactive interference ; 2)
retroactive interference (Reber 1988; Best, 1989;Anderson, 1990).
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah
tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.
Sebaliknya seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pembelajaran
baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pembelajaran lama
yang telah lebih dulu tersimpan dan subsistem akal permanen siswa tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item
yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu
belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990).
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses
dan situasi belajar tertentu.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard and Bower, 1975) lupa dapat terjadi karena
materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafal siswa.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa
yang terkena penyakit tertentu akan kehilangan ingatannya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk
diperhatikan peran guru adalah factor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif,
karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen.
D. KIAT MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR

Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal
siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara
lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut :

1. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar
atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu
muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara diluar
kebiasaan.

2. Extra study time


Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu
belajar atau penambahan frekuensi waktu belajar. Penambahan alokasi waktu belajar
materi tertentu berarti siswa menambah jam belajar, misalnya dari satu jam menjadi satu
setengah jam.

3. Mnemonic device

Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mne-monic itu
berarti kiat khusus yang dijadikan ‘alat pengait’ mental untuk memasukkan item-item
informasi ke dalam system akal siswa.

4. Pengelompokan

Maksud kiat pengelompokan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompokkecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut
memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.

5. Latihan terbagi

Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul (massed practice)
yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam
latihan terbagi siswa melakukan latian-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan
dipisah-pisahkan di antara waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari
cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesadalam waktu yang singkat.
6. Pengaruh letak bersambung

Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position
effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang
diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa
tersebut sebaiknya ditulis dengan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat
berbeda dengan dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian kata
yang ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan
melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.

E. PENGERTIAN KEJENUHAN DALAM BELAJAR

Secara harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi
memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan.

Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang


mengalami peristiwa negative lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi
lazim disebut learning plateau atau plateau saja.

Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar (Reber,
1988). Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh system akalnya tak dapat bekerja
sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru,
sehinnga kemampuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”.

F. FAKTOR PENYEBAB KEJENUHAN BELAJAR

Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan
konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan
berikutnya (Chaplin, 1972). Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa
telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnyakarena bosan dan keletihan.

Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of Learning keletihan siswa dapat
dikategorikan menjadi tiga macam, yakni: 1) keletihan indera siswa; 2) keletihan fisik siswa; 3)
kelatihan mental siswa. Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga pada
umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup-
terutama tidur nyenyak-dan mengonsumsi makanan dan minuman bergizi. Sebaliknya keletihan
mental tak dapat diatasi dengan cara sesederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya.
Itulah sebabnya, keletihan mental dipandang sebagai factor utama penyebab munculnya
kejenuhan belajar.
G. KIAT UNTUK MENGATASI KEJENUHAN BELAJAR

Selanjutnya, kiat-kiat untuk mengatasi keletihan mental yang menyebabkan munculnya


kejenuhan belajar itu, antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan istirahat dan mengonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran
yang cukup banyak.
2. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih
memungkinkan siswa belajar lebih giat.
3. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan
posisi meja tukis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai
memungkinkan siswa merasa berada di dalam sebuah kamar baru yang lebih
menyenangkan untuk belajar.
4. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih
giat daripada sebelumnya.
5. Siswa harus berbuat nyata dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi.
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

1. Lupa adalah hilangnya kemampuan mengingat/menyebut/melakukan kembali informasi dan


kecakapan yang telah tersimpan dalam memori, karena: gangguan proaktif, gangguan
retroaktif,represi, perbedaan situasi antara waktu belajar dengan waktu memproduksi,
perubahan minat dan sikap, tidak pernah dilatih atau dipakai, dan kerusakan syaraf otak.
2. Kiat dalam mengurangi lupa dalam belajar yaitu: overlearning, extra study time, mnemonic
device, pengelompokan, latihan terbagi, pengaruh letak bersambung.
3. Kejenuhan belajar (plateau) adalah rentang waktu tertentu yang dipakai untuk belajar tapi tidak
mendatangkan hasil, karena antara lain keletihan fisik, keletihan indera, dan keletihan mental.
4. Kiat untuk mengatasi kejenuhan belajar yaitu dengan cara istirahat yang cukup, mengonsumsi
makanan dan minuman yang bergizi, dan cara lainnya yang dirasa efektif untuk mengatasi
kejenuhan belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan:dengan Pendekatan Baru. Jakarta:PT REMAJA ROSDAKARYA.

Ramadhania, Suci. “Makalah Kesulitan Belajar dan Lupa”.05 Mei 2015.


http://suciramadhaniuinsumedan.blogspot.com/2015/05/makalah-kesulitan-belajar-dan-
lupa.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai