OLEH :
HIKMIL KUMALA
18053044
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB I PEDAHULUAN ...................................................................................................................................... 4
LATAR BELAKANG...................................................................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................................ 4
TUJUAN ..................................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN LUPA ........................................................................................................................ 5
B. PENGERTIAN LUPA MENURUT PARA AHLI .................................................................................... 5
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LUPA ................................................................................................ 5
D. KIAT MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR ................................................................................. 6
E. PENGERTIAN KEJENUHAN DALAM BELAJAR ................................................................................. 7
F. FAKTOR PENYEBAB KEJENUHAN BELAJAR .................................................................................... 7
G. KIAT UNTUK MENGATASI KEJENUHAN BELAJAR .......................................................................... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................................... 9
KESIMPULAN ............................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 10
BAB I PEDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan itu bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di sekolah, keluarga atau
dengan lingkungan sekitar rumahnya.
Dalam proses belajar itu terdapat berbagai tipe-tipe belajar serta penyelesain permasalahan proses
pembelajaran. Oleh karenanya, pemahaman yang benar mengenal arti belajar dengan segala aspek,
bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan persepsi mereka terhadap
proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya
hasil pembelajaran yang akan dicapai peserta didik.
Karena hal itu, makalah ini akan membahas tentang lupa, kejenuhan, dan kesulitan dalam belajar. Agar
pambaca dan saya sendiri dapat lebih memahami bagaimana permasalahan dalam belajar ini dapat
diatasi dengan baik.
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
A. PENGERTIAN LUPA
Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefenisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal
atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami.
Agus Suyanto (1993:46) Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-
tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat.
Irwanto (1991:150) Lupa sebagai suatu gejala dimana informasi yang telah disimpan
tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan.
Pertama, lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau
materi yang ada dalam system memori siswa. Dalam interference theory (teori mengenai
gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua macam, yaitu 1) proactive interference ; 2)
retroactive interference (Reber 1988; Best, 1989;Anderson, 1990).
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran lama yang sudah
tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru.
Sebaliknya seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pembelajaran
baru membawa konflik dan gangguan terhadap pemanggilan kembali materi pembelajaran lama
yang telah lebih dulu tersimpan dan subsistem akal permanen siswa tersebut.
Kedua, lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item
yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak
Ketiga, lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu
belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990).
Keempat, lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses
dan situasi belajar tertentu.
Kelima, menurut law of disuse (Hilgard and Bower, 1975) lupa dapat terjadi karena
materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafal siswa.
Keenam, lupa tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa
yang terkena penyakit tertentu akan kehilangan ingatannya.
Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk
diperhatikan peran guru adalah factor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif,
karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen.
D. KIAT MENGURANGI LUPA DALAM BELAJAR
Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal
siswa. Banyak ragam kiat yang dapat dicoba siswa dalam meningkatkan daya ingatannya, antara
lain menurut Barlow (1985), Reber (1988), dan Anderson (1990) adalah sebagai berikut :
1. Overlearning
Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar
atas materi pelajaran tertentu. Overlearning terjadi apabila respons atau reaksi tertentu
muncul setelah siswa melakukan pembelajaran atas respons tersebut dengan cara diluar
kebiasaan.
3. Mnemonic device
Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mne-monic itu
berarti kiat khusus yang dijadikan ‘alat pengait’ mental untuk memasukkan item-item
informasi ke dalam system akal siswa.
4. Pengelompokan
Maksud kiat pengelompokan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi
kelompok-kelompokkecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut
memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip.
5. Latihan terbagi
Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul (massed practice)
yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam
latihan terbagi siswa melakukan latian-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan
dipisah-pisahkan di antara waktu istirahat. Upaya demikian dilakukan untuk menghindari
cramming, yakni belajar banyak materi secara tergesa-gesadalam waktu yang singkat.
6. Pengaruh letak bersambung
Untuk memperoleh efek positif dari pengaruh letak bersambung (the serial position
effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebagainya) yang
diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa
tersebut sebaiknya ditulis dengan huruf dan warna yang mencolok agar tampak sangat
berbeda dengan dari kata-kata yang lainnya yang tidak perlu diingat. Dengan demikian kata
yang ditulis pada awal dan akhir daftar tersebut memberi kesan tersendiri dan diharapkan
melekat erat dalam subsistem akal permanen siswa.
Secara harfiah, arti kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak mampu lagi
memuat apapun. Selain itu, jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan.
Kejenuhan belajar ialah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar (Reber,
1988). Seorang siswa yang sedang dalam keadaan jenuh system akalnya tak dapat bekerja
sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru,
sehinnga kemampuan belajarnya seakan-akan “jalan di tempat”.
Kejenuhan belajar dapat melanda seorang siswa yang kehilangan motivasi dan
konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum sampai pada tingkat keterampilan
berikutnya (Chaplin, 1972). Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa
telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnyakarena bosan dan keletihan.
Menurut Cross (1974) dalam bukunya The Psychology of Learning keletihan siswa dapat
dikategorikan menjadi tiga macam, yakni: 1) keletihan indera siswa; 2) keletihan fisik siswa; 3)
kelatihan mental siswa. Keletihan fisik dan keletihan indera dalam hal ini mata dan telinga pada
umumnya dapat dikurangi atau dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup-
terutama tidur nyenyak-dan mengonsumsi makanan dan minuman bergizi. Sebaliknya keletihan
mental tak dapat diatasi dengan cara sesederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya.
Itulah sebabnya, keletihan mental dipandang sebagai factor utama penyebab munculnya
kejenuhan belajar.
G. KIAT UNTUK MENGATASI KEJENUHAN BELAJAR
KESIMPULAN
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan:dengan Pendekatan Baru. Jakarta:PT REMAJA ROSDAKARYA.