Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PRODUKSI KARET
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah Budidaya Tanaman Perkebunan
Dataran Rendah

Oleh
Faridz Fathurrizky Utama 542010122001
Trisno Wiyatno 542010122003
Ferdiansyah 542010122008

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WIRALODRA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini yang berjudul “Produksi Karet” untuk memenuhi tugas matakuliah
Budidaya Tanaman Perkebunan Dataran Rendah.
Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”, makalah ini pun masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat kami harapkan agar dapat menghasilkan makalah yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan memberi inspirasi bagi
siapapun yang membacanya

Indramayu, 15 Oktober 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1. Budidaya Tanaman Karet................................................................................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................................................9
3.1 Simpulan......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis
tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional
adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga
menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota
suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo
manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion.

Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan
pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha),
sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri
sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan.

Karet adalah polimer dari satuan isoprena (politerpena) yang tersusun dari 5000
hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Diduga kuat, tiga ikatan pertama
bersifat trans dan selanjutnya cis. Senyawa ini terkandung pada lateks pohon penghasilnya.
Pada suhu normal, karet tidak berbentuk (amorf). Pada suhu rendah ia akan mengkristal.
Dengan meningkatnya suhu, karet akan mengembang, searah dengan sumbu panjangnya.
Penurunan suhu akan mengembalikan keadaan mengembang ini. Inilah alasan mengapa karet
bersifat elastik.

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi
cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek
yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidayanya.

Provinsi Jambi merupakan daerah penanaman karet rakyat terluas kedua di Indonesia
setelah Sumatera Selatan (Rosyid, MJ et al, 2004).Luas areal pertanaman karet di Provinsi
Jambi mencapai 557.042 ha.Pertanaman karet terdapat pada semua Kabupaten, namun
Kabupaten yang terluas pertanaman karetnya adalah Kabupaten Sarolangun, Merangin,
Batang Hari dan Tebo (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2005).

4
Komoditas ini akan semakin penting artinya karena semakin meningkatnya
permintaan, dan kecenderungan naiknya harga karet alam. Republik Rakyat Cina (RRC)
membutuhkan sebanyak 4 juta ton/tahun sampai tahun 2020 (Rosyid et a.,l. 2004.). Kenaikan
harga lateks di tingkat petani mencapai 150% pada lima tahun terakhir (Adri et al., 2005).

Namun demikian produktivitas karet rakyat masih rendah bila dibandingjan dengan
produktivitas yang telah dicapai oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan Perkebyunan
Besar Negara (PBN).Rata-rata produktivitas karet rakyat di Provinsi Jambi adalah 714 KKK
100%/ha/th. Sedangkan rata-rata hasil klon unggul mencapai 1.600 kg/ha/th (KKK 100%).
Rendahnya hasil akan menyebabkan rendahnya pendapatan dan kesejahteraan petani.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Budidaya Tanaman Karet

Tanaman karet memiliki perakaran yang ekstensif, akar tunggangnya mampu tumbuh
menembus tanah sampai 2 m, sedangkan akar lateralnya menyebar sepanjang lebih dari 10
m.

Tanaman karet berbentuk pohon dengan tinggi 15-25 m, tipe pertumbuhan tegak dan
memperlihatkan pola pertumbuhan berirama (ritme), yakni terdapat masa tumbuh (flush) dan
masa istirahat (latent) yang bergantian dalam periode sekali dalam dua bulan. Batangnya
berkayu, dengan susunan dari luar ke dalam sebagai berikut:

1) kulit keras, terdiri dari lapisan gabus, kambium gabus, lapisan sel batu;

2) kulit lunak, di dalamnya terdapat floem dan pembuluh lateks;

3) kambium;

4) kayu/xylem.

Pembuluh lateks melingkar di dalam jaringan floem seperti spiral, membentuk sudut
3,7o - 5o terhadap garis vertikal dari kanan (atas) ke kiri (bawah).Daun tanaman karet
merupakan daun majemuk, dimana satu tangkai daun umumnya memiliki 3-5 anak daun.
Tangkai daun panjangnya 3-20 cm, anak daun eliptis memanjang dengan ujung runcing, tepi
rata dan gundul. Daun tumbuh pada buku-buku membentuk karangan daun yang disebut
payung. Termasuk tanaman decidious, menggugurkan daunnya pada musim kering.

Bunga tersusun dalam rangkaian (malai) berbentuk seperti kerucut. Termasuk tanaman
monoceous (bunga jantan dan betina letaknya terpisah dalam satu malai), bunga jantan
terletak di bagian bawah/pangkal dari cabang-cabang malai sedangkan bunga betina terletak
di ujung malai. Bunga betina memiliki 3 bakal buah yang beruang 3 dengan kepala putik
yang duduk, bunga jantan memiliki 10 benang sari yang bersatu membentuk tiang, serbuk
sari lengket, kecil dengan diameter 25-30 mikron.

6
Buah karet mempunyai garis tengah antara 3-5 cm, dengan bagian ruang yang
berbentuk setengah bola; biji besar, berbercak/bernoda (khas dan beracun). Masak buah yang
normal sekitar 5 bulan, buah masak pecah dengan kuat menurut ruang.
Persyaratan Tumbuh tanaman karet:

a) Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150
LU.Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya
juga terlambat (Suhendry, I. 2002).

Suhu yang dibutuhkan untuk tanaman karet 25° C sampai 35 ° C dengan suhu optimal
rata-rata 28° C. Dalam sehari tanaman karet membutuhkan intensitas matahari yang cukup
antara 5 sampai 7 jam (Santosa. 2007.). b) Curah Hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000
mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sampai dengan 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang (Radjam, Syam. 2009.).
c) Tinggi Tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian
200 m dari permukaan laut.Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk
tumbuh tanaman karet (Nazaruddin dan F.B. Paimin.1998.). d) Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman
karet.Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang besar.Tinggi
pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki
percabangan yang tinggi di atas. e) Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih


mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya.Hal ini disebabkan
perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan
dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya (Aidi dan Daslin, 1995).

Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet baik tanah
vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah vulkanis mempunyai sifat
fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan
drainasenya, tetapi sifat kimianya secara umum kurang baik karena kandungan haranya

7
rendah. Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase dan
aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0-pH 8,0 tetapi tidak sesuai pada
pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya
antara lain :

1. Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas

2. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air

3. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir

4. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro

5. Reaksi tanah dengan pH 4,5 – pH 6,5

6. Kemiringan tanah < 16% dan

7. Permukaan air tanah < 100 cm

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Pengalaman petani karet dalam peningkatan produktivitas tanaman karet melakukan cara
mulai dari pembibitan, penanaman, membersihkan area perkebunan dan melakukan
pemupukan secara rutin 2 kali dalam 1 tahun.

6Pendapatan petani dalam peningkatan produktivitas tanaman karet pemupukannya rutin


meningkat. Peningkatan hampir 40% jadi pendapatan petani karet cendrung mengalami
kenaikan

9
DAFTAR PUSTAKA

Rosyid, M.J., Thomas Wijaya., M.Lasminingsih., Shinta dan Lina. 2004. Potensi Usahatani
Karet di Propinsi Jambi. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sembawa. Sembawa

Wibawa, G., M. Jahidin Rosyid, dan Anang Gunawan.2000. Pola Tumpangsari Pada
Perkebunan Karet. Pusat Penelitian Karet Balai Penelitian Sembawa.

10

Anda mungkin juga menyukai