Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

BOTANI DAN MORFOLOGI

DOSEN PENGAMPU : AULIA JUANDA DJAINGSASTRO

DISUSUN OLEH :

1. AHMAD MAHDAN NASUTION (220101002)


2. ALVI ISMU AZHAR PANJAITAN (220101006)
3. ARMAN MAULANA (220101011)
4. VENY WINA LESTARI(220101028)

BUDIDAYA PERKEBUNAN
INSTIUT TEKNOLOGI SAWIT Indonesia
MEDAN
2022/2023
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.1 Morfologi........................................................................................................4
2.2 Sistem.............................................................................................................5
2.3 Penyebaran.....................................................................................................7
2.4 Fungsi.............................................................................................................8
2.5 Jenis-jenis.....................................................................................................10
2.6 Manfaat akar tanaman karet.........................................................................11
2.7 Penyakit pada akar tanaman karet................................................................14
BAB III..................................................................................................................20
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
3.2 Saran.............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akar adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tanaman dan
mempunyai fungsi yang sama pentingnya dengan bagian atas tanaman.
Potensi pertumbuhan akar perlu dicapai sepenuhnya untuk mendapatkan
potensi pertumbuhan bagian atas tanaman, ini berarti bahwa semakin banyak
akar maka semakin tinggi hasil tanaman. Konsep keseimbangan morfologi
merupakan yang paling sering digunakan sebagaimana yang dilakukan dalam
hubungan allometrik. Konsep ini mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan
suatu bagian tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian lain
(Wahyuni, dkk 2018).

Pertumbuhan akar sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik tanahnya.


Adanya pemadatan tanah seperti yang ditimbulkan oleh kegiatan eksploitasi
akan merubah struktur tanah dan poripori tanah, sehingga kandungan air
tanahpun ikut berubah. Struktur tanah yang padat akan menghambat laju
penetrasi akar lebih dalam (Yulia 2018 .).Karena tanah padat susah ditembus
akar, maka daerah pemanjangan akar semakin pendek. Kepadatan tanah yang
tinggi juga akan mengakibatkan ruang pori makro menurun sehingga
penetrasi akar akan terhambat (Riko Cahya Putra, dkk 2022).

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah salah satu tanaman penting


dalam industri perkebunan di berbagai belahan dunia. Selain sebagai sumber
bahan baku karet alam yang bernilai ekonomi tinggi, tanaman karet juga
memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekologi dan
memberikan manfaat sosial ekonomi bagi masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada sektor perkebunan. Salah satu komponen yang sangat penting
dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman karet adalah sistem
akarnya (Riko Cahya Putra , dkk 2022).
Akar tanaman karet memiliki peran krusial dalam menyerap air dan
nutrisi dari tanah, memberikan stabilitas struktural, serta berkontribusi pada
produksi lateks yang menjadi bahan dasar dalam industri karet. Sistem akar
tanaman karet juga memiliki adaptasi yang unik untuk mengatasi lingkungan
tumbuh yang seringkali lembab, tidak stabil, dan berbeda-beda
kondisinya (Riko Cahya Putra, dkk 2022).

Dalam makalah ini, kami akan membahas secara mendalam mengenai


akar tanaman karet, termasuk struktur, jenis-jenis perakaran, fungsi-fungsi
utama, adaptasi lingkungan, dan peran pentingnya dalam pertumbuhan dan
produktivitas tanaman karet (Ln, Wulandari dkk 2019) . Kami juga akan
mengulas tentang teknik pemuliaan akar untuk meningkatkan sifat-sifat akar
yang diinginkan dalam budidaya tanaman karet.
(Ln, Wulandari, dkk; Andriyanto, dkk.)

Menggali pengetahuan tentang akar tanaman karet merupakan hal yang


penting untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pertumbuhan tanaman
ini serta cara-cara yang dapat digunakan untuk memaksimalkan hasil dan
produktivitasnya. Dengan demikian, makalah ini diharapkan dapat
memberikan wawasan yang mendalam tentang pentingnya akar tanaman karet
dan kontribusinya dalam industri perkebunan (Ln, Wulandari, dkk.).

Melalui penelitian dan pemahaman yang lebih baik tentang sistem akar
tanaman karet, diharapkan dapat dikembangkan strategi pengelolaan yang
lebih efisien dan berkelanjutan, serta dapat meningkatkan kualitas dan
kuantitas produksi karet alam. Selain itu, pengetahuan ini juga dapat menjadi
dasar untuk pengembangan teknologi pemuliaan tanaman karet yang lebih
unggul dengan sifat-sifat akar yang lebih adaptif dan produktif
(Andriyanto, dkk)
.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa-apa saja morfologi perakaran tanaman karet
2. Apa-apa saja sistem perakaran tanaman karet
3. Bagaimana penyebaran perakaran tanaman karet
4. Apa-apa saja fungsi dari perakaran tanaman karet
5. Apa-apa saja jenis-jenis dari perakaran tanaman karet

1.3 Tujuan
1. Mengetahui morfologi dari perakaran tanaman karet
2. Mengetahui sistem dari perakaran tanaman karet
3. Mengetahui penyebaran dari perakaran tanaman karet
4. Mengetahui fungsi dari perakaran tanaman karet
5. Mengetahui jenis-jenis dari perakaran tanaman karet

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi
Akar karet adalah struktur tumbuhan yang berperan dalam penyerapan
air, mineral, dan nutrisi dari tanah serta memberikan dukungan dan anker bagi
tumbuhan karet. Morfologi akar karet merujuk pada tampilan dan struktur
luar akar karet. Berikut ini adalah penjelasan tentang morfologi akar karet:

Bentuk dan Ukuran: Akar karet memiliki bentuk utama berupa akar
tunggang yang tumbuh secara vertikal ke dalam tanah. Akar ini memiliki
ukuran yang bervariasi tergantung pada usia dan kondisi tanaman karet. Pada
tahap awal pertumbuhan, akar karet dapat memiliki diameter sekitar 1-2 mm,
sedangkan pada tanaman karet dewasa, diameter akar dapat mencapai
beberapa sentimeter (Yulia, dkk 2022).

Struktur Akar: Akar karet terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu:

1. Akar Tunggang (Taproot):

Akar tunggang pada pohon karet merupakan akar utama yang


tumbuh secara vertikal ke dalam tanah. Akar tunggang ini berasal dari
biji karet dan menjadi akar utama yang memberikan dukungan struktural
dan menyerap air dan nutrisi dari lapisan tanah yang lebih dalam. Akar
tunggang pohon karet memiliki kemampuan untuk menjangkau sumber
air yang lebih dalam, terutama saat musim kemarau.

2. Akar Serabut (Fibrous Root):

Pohon karet juga memiliki banyak akar serabut yang bercabang di


dalam lapisan atas tanah. Akar serabut pada pohon karet berperan dalam
menyerap air dan nutrisi dari lapisan tanah yang lebih dangkal dan subur.
Akar serabut ini sangat rapat dan meluas, memaksimalkan penyerapan
nutrisi dan air dari lingkungan sekitar.

4
3. Akar Udara (Air Roots):

Pohon karet dapat mengembangkan akar udara, juga dikenal


sebagai pneumatofor atau stilt roots. Akar udara muncul di atas
permukaan tanah atau di dalam tanah dangkal. Fungsinya adalah untuk
memperoleh oksigen dari atmosfer dan memungkinkan pertukaran udara
dengan akar di bawah tanah. Akar udara ini merupakan adaptasi khusus
pohon karet terhadap lingkungan rawa atau lahan berair.

4. Akar Peringkat (Buttress Roots):

Pohon karet dewasa sering memiliki akar peringkat yang muncul


dari pangkal batang dan menjalar ke samping. Akar peringkat berfungsi
sebagai penopang ekstra yang memberikan stabilitas struktural pada
pohon karet yang tinggi dan berat.

Mereka membantu mengurangi tekanan dari angin kencang dan


menjaga stabilitas tanah di sekitar batang pohon.Perpanjangan Akar:
Pertumbuhan akar karet terjadi melalui perpanjangan ujung akar yang disebut
zona perpanjangan. Di zona ini, sel-sel akar terus membelah dan
memperpanjang akar ke bawah. Proses ini memungkinkan akar karet untuk
menembus lebih dalam ke dalam tanah, mencari air dan nutrisi.

Sistem Akar: Akar karet biasanya memiliki sistem akar yang dalam dan
luas. Sistem akar ini membantu tanaman karet untuk menyerap air dan nutrisi
dengan efisien dari lapisan tanah yang berbeda. Sistem akar yang luas juga
memberikan kestabilan bagi tanaman karet dalam kondisi cuaca buruk atau
angin kencang (Yulia, dkk 2022; Dalimunthe, dkk 2019).

2.2 Sistem
Sistem perakaran pohon karet (Hevea brasiliensis) memiliki beberapa
karakteristik yang memengaruhi penyerapan air dan nutrisi, stabilitas
struktural, serta pertumbuhan dan produktivitas tanaman secara keseluruhan.
Berikut adalah penjelasan tentang sistem perakaran pohon karet:

5
1. Akar Tunggang (Taproot):

Pohon karet memiliki akar tunggang yang tumbuh secara vertikal


dari biji karet yang ditanam. Akar tunggang berperan sebagai akar utama
yang menembus lapisan tanah lebih dalam. Akar tunggang membantu
menyerap air dan nutrisi dari lapisan tanah yang lebih dalam, yang
memungkinkan pohon karet untuk mendapatkan sumber air yang lebih
kaya dan mengatasi kekeringan.

2. Akar Serabut (Fibrous Root):

Selain akar tunggang, pohon karet juga memiliki banyak akar


serabut yang bercabang di dalam lapisan atas tanah. Akar serabut pada
pohon karet berfungsi sebagai akar penyerap utama. Akar serabut ini
meluas ke samping dan berfungsi untuk menyerap air dan nutrisi dari
lapisan tanah yang lebih dangkal dan subur.

3. Akar Udara (Air Roots):

Pohon karet dapat mengembangkan akar udara, juga dikenal


sebagai pneumatofor atau stilt roots. Akar udara pada pohon karet
muncul di atas permukaan tanah atau di dalam tanah dangkal. Fungsinya
adalah untuk memperoleh oksigen dari atmosfer dan memungkinkan
pertukaran udara dengan akar di bawah tanah. Akar udara ini merupakan
adaptasi khusus pohon karet terhadap lingkungan rawa atau lahan berair
yang memiliki akses terbatas ke oksigen di dalam tanah.

4. Akar Peringkat (Buttress Roots):

Pohon karet dewasa sering memiliki akar peringkat yang muncul


dari pangkal batang dan menjalar ke samping. Akar peringkat berfungsi
sebagai penopang ekstra yang memberikan stabilitas struktural pada
pohon karet yang tinggi dan berat. Mereka membantu mengurangi
tekanan dari angin kencang dan menjaga stabilitas tanah di sekitar batang
pohon.

6
Sistem perakaran pohon karet yang kompleks dan beragam ini
memungkinkan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi dari berbagai
kedalaman tanah, menjaga stabilitas pohon, serta menghadapi kondisi
lingkungan yang berbeda. Akar tunggang dan akar serabut bekerja bersama-
sama untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi dan air, sementara akar udara
dan akar peringkat memberikan adaptasi tambahan untuk kondisi lingkungan
yang khusus. Pengetahuan tentang sistem perakaran ini penting untuk
pengelolaan yang efektif dan peningkatan produktivitas pohon karet
(Yulia, dkk 2022; Dalimunthe, dkk 2019)
.

2.3 Penyebaran
Akar tunggang pohon karet akan terus tumbuh ke dalam tanah
mencapai kedalaman 2-3 meter di usia 7 tahun. Sedangkan perkembangan
akar lateral hingga kedalaman 40-80 cm serta akar serabut sampai 45-50 cm.
Perlu diketahui, fungsi akar lateral pada tanaman karet adalah menyerap air
dan unsur hara dari dalam tanah (Lestari, dkk 2019).

Penyebaran akar pohon karet (Hevea brasiliensis) melibatkan ekspansi


akar ke dalam dan di sekitar tanah untuk menyerap air, nutrisi, dan
memperkuat stabilitas pohon. Berikut adalah penjelasan tentang penyebaran
akar pohon karet beserta kedalamannya:

1. Penyebaran Horizontal:

Akar serabut pada pohon karet tumbuh secara horizontal di lapisan


atas tanah. Mereka menjalar ke samping dan membentuk jaringan akar
yang luas. Penyebaran horizontal ini memungkinkan akar pohon karet
untuk menjangkau area yang luas di sekitarnya, menyerap air dan nutrisi
dari lapisan tanah yang dangkal.

2. Penyebaran Vertikal:

Pohon karet memiliki akar tunggang yang tumbuh secara vertikal


ke dalam tanah. Akar tunggang ini biasanya memiliki kedalaman yang
bervariasi, tergantung pada kondisi tanah dan lingkungan tempat pohon

7
karet tumbuh. Kedalaman akar tunggang pohon karet dapat mencapai
beberapa meter, yang memungkinkan tanaman untuk menjangkau sumber
air dan nutrisi yang lebih dalam.

3. Penyebaran Mendalam:

Selain akar tunggang, akar serabut pada pohon karet juga dapat
menembus lapisan tanah yang lebih dalam. Mereka memanjang ke bawah
dan mencapai kedalaman yang signifikan, terutama saat mencari sumber
air dan nutrisi yang lebih dalam. Penyebaran mendalam akar serabut
pohon karet membantu tanaman untuk bertahan dalam kondisi
lingkungan yang kering dan mengatasi kekurangan air.

Kedalaman akar pohon karet bervariasi tergantung pada faktor-faktor


seperti jenis tanah, iklim, dan ketersediaan air. Secara umum, akar tunggang
dapat mencapai kedalaman yang lebih besar daripada akar serabut. Namun,
penyebaran mendalam akar serabut juga penting karena membantu pohon
karet untuk menyerap nutrisi yang terdapat pada lapisan tanah yang lebih
dalam (Lestari, dkk 2019; Dalimunthe and Tistama 2018).

2.4 Fungsi
Akar tanaman karet memiliki beberapa fungsi penting yang mendukung
pertumbuhan dan produktivitas tanaman tersebut. Berikut adalah beberapa
fungsi utama akar tanaman karet:

1. Penyerapan Air dan Nutrisi: Akar tanaman karet berperan dalam


menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar serabut yang halus dan
bercabang bertanggung jawab untuk menyerap air yang tersedia di dalam
tanah. Selain itu, akar karet juga menyerap nutrisi seperti nitrogen, fosfor,
dan kalium, serta unsur hara lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
2. Stabilitas dan Penopang Tanaman: Akar tunggang pada tanaman karet
memberikan stabilitas struktural dan penopang bagi tanaman. Akar
tunggang yang tumbuh secara vertikal ke dalam tanah membantu

8
menahan beban dan memberikan kestabilan pada pohon karet yang tinggi
dan berat. Hal ini penting terutama dalam kondisi cuaca buruk atau angin
kencang, agar tanaman tetap berdiri tegak.
3. Penetrasi Tanah dan Aerasi: Akar karet juga membantu dalam penetrasi
tanah. Akar tunggang yang kuat memungkinkan tanaman karet
menembus lapisan tanah yang lebih dalam untuk mencapai sumber air
yang lebih banyak dan nutrisi yang terperangkap. Selain itu, akar karet
juga berkontribusi pada aerasi tanah dengan membantu pertukaran udara
antara tanah dan atmosfer. Ini penting untuk kesehatan akar dan
penyerapan nutrisi yang optimal.
4. Stabilisasi Tanah dan Pencegahan Erosi: Sistem akar yang luas pada
tanaman karet membantu mengikat dan menstabilkan tanah. Akar serabut
yang banyak menjalar di dalam tanah membantu mencegah erosi tanah
dan mengurangi risiko longsor. Ini penting terutama dalam daerah
dengan curah hujan tinggi di mana tanah dapat dengan mudah tergerus
oleh aliran air.
5. Produksi Latex: Salah satu fungsi khusus akar tanaman karet adalah
produksi lateks. Lateks adalah getah susu yang mengandung bahan baku
utama untuk produksi karet alam. Akar tanaman karet mengandung sel-
sel lateks yang menghasilkan zat lateks melalui proses metabolik. Lateks
kemudian dipanen dari batang pohon karet sebagai bahan dasar dalam
industri karet.

Melalui fungsi-fungsi ini, akar tanaman karet memainkan peran penting


dalam penyerapan air dan nutrisi, stabilitas struktural tanaman, perlindungan
tanah, dan produksi karet alam. Tanpa sistem akar yang sehat, tanaman karet
tidak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik serta menghasilkan
produksi karet yang optimal (Anderson 2020; Suryana, dkk 2020).

2.5 Jenis-jenis
Pada pohon karet (Hevea brasiliensis), terdapat tiga jenis akar utama
yang dapat ditemukan, yaitu akar tunggang, akar lateral, dan serabut akar.

9
Berikut adalah penjelasan tentang masing-masing jenis akar pada pohon
karet:

1. Akar Tunggang (Taproot):

Pada tahap awal pertumbuhan pohon karet, terbentuk akar tunggang


yang tumbuh secara vertikal dari biji yang baru berkecambah. Akar tunggang
memiliki pertumbuhan yang kuat dan panjang, menuju kedalaman tanah yang
lebih dalam. Namun, pada pohon karet dewasa, akar tunggang ini cenderung
tidak berkembang dengan baik atau bahkan hilang karena pertumbuhan akar
lateral yang lebih dominan.

2. Akar Lateral:

Akar lateral pada pohon karet tumbuh secara horizontal dari pangkal
batang atau batang pohon. Akar lateral terbentuk sebagai cabang-cabang akar
yang bercabang di berbagai arah di sekitar pangkal batang. Akar lateral
berfungsi untuk menyebar ke samping di lapisan atas tanah, membentuk
jaringan akar yang luas dan membantu menyerap air dan nutrisi.

3. Serabut Akar:

Serabut akar adalah akar yang banyak ditemukan pada pohon karet.
Serabut akar tumbuh dari akar lateral dan menjalar secara horizontal di
lapisan atas tanah. Serabut akar memiliki ukuran yang lebih kecil dan lebih
banyak bercabang-cabang, memberikan penampilan yang serupa dengan
serabut. Fungsi utama serabut akar adalah menyerap air dan nutrisi dari tanah.

Akar tunggang pada pohon karet memiliki peran penting pada tahap
awal pertumbuhan, sedangkan akar lateral dan serabut akar berperan dalam
menopang penyerapan air dan nutrisi yang lebih efisien pada tahap
pertumbuhan yang lebih lanjut. Kombinasi dari akar tunggang, akar lateral,
dan serabut akar pada pohon karet memungkinkan tanaman untuk
mengoptimalkan penyerapan air dan nutrisi dari tanah, serta memberikan

10
stabilitas struktural yang diperlukan untuk pertumbuhan yang sehat
(Suryana, dkk 2020; Anderson, dkk; Sar
.

2.6 Manfaat akar tanaman karet


Akar tanaman karet memiliki banyak manfaat dalam industri karet.
Salah satu contohnya adalah penggunaannya sebagai bahan baku dalam
produksi karet alam.

Selain itu, ekstrak dari akar tanaman karet juga digunakan dalam
pembuatan obat-obatan dan kosmetik. Dengan demikian, akar tanaman karet
memiliki potensi besar dalam industri non-karet juga.

Akar pohon karet (Hevea brasiliensis) memiliki beberapa manfaat yang


penting, baik dalam konteks pertanian, lingkungan, maupun industri. Berikut
adalah beberapa manfaat dari akar pohon karet:

1. Penyerapan Air dan Nutrisi: Akar pohon karet berfungsi sebagai organ
utama dalam menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar yang kuat dan
dalam memungkinkan pohon karet untuk mendapatkan pasokan air yang
cukup dan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produksi
yang optimal.
2. Stabilitas Struktural: Sistem akar pohon karet, termasuk akar lateral dan
serabut akar, memberikan stabilitas struktural yang penting bagi pohon
tersebut. Akar-akar ini membantu menjaga pohon agar tetap berdiri tegak
dan mampu menopang berat batang dan cabang-cabangnya.
3. Pencegahan Erosi Tanah: Akar pohon karet berperan dalam mencegah
erosi tanah. Dengan akar yang menjalar secara horizontal dan
mencengkeram tanah, pohon karet membantu menjaga kestabilan tanah
dan mencegah erosi akibat aliran air dan angin.
4. Produksi Lateks: Salah satu manfaat utama dari pohon karet adalah
produksi lateks, yaitu getah putih kental yang digunakan dalam industri

11
karet. Akar pohon karet memiliki peran penting dalam memasok nutrisi
dan air yang diperlukan untuk produksi lateks yang kaya akan bahan
baku karet.
5. Pengikatan Karbon: Akar pohon karet berkontribusi dalam pengikatan
karbon di tanah. Akar yang mati dan terdekomposisi menghasilkan residu
organik yang membantu meningkatkan kandungan bahan organik di
tanah dan mengurangi kadar karbon dioksida di atmosfer.
6. Penyediaan Bahan Baku: Pohon karet menyediakan bahan baku yang
berharga untuk industri karet. Lateks yang dihasilkan dari pohon karet
digunakan dalam pembuatan berbagai produk karet seperti ban, sarung
tangan, selang, karet perekat, dan lainnya.
7. Penyediaan Kayu: Selain lateks, kayu pohon karet juga memiliki nilai
ekonomi. Kayu karet digunakan dalam industri pengolahan kayu, seperti
pembuatan perabotan, panel kayu, dan bahan bangunan.
8. Pelestarian Lingkungan: Pohon karet yang tumbuh dengan baik
membantu dalam pelestarian lingkungan. Akar pohon karet membantu
menjaga kelembaban tanah, menyediakan habitat bagi organisme tanah,
dan memperbaiki kualitas tanah, sehingga berkontribusi pada
keberlanjutan ekosistem.
9. Penyediaan Pangan: Beberapa bagian dari pohon karet, seperti daun dan
getahnya, juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak, menambah
sumber pangan bagi hewan ternak di daerah pertanian karet.
10. Pemulihan Lahan: Pohon karet dapat digunakan dalam upaya pemulihan
lahan yang terdegradasi. Akar p ohon karet memiliki kemampuan untuk
menyebar secara luas dan cepat, sehingga dapat membantu dalam
merehabilitasi lahan yang terdegradasi akibat penebangan liar, kebakaran
hutan, atau aktivitas pertanian yang merusak.
11. Pengendalian Erosi: Sistem akar pohon karet yang kuat dan luas dapat
membantu mengurangi erosi tanah dengan menjaga kestabilan tanah.
Akar-akar ini berfungsi sebagai jaringan penyangga yang mencegah erosi
akibat air hujan dan aliran permukaan.

12
12. Fitoremediasi: Akar pohon karet memiliki kemampuan untuk menyerap
dan menghilangkan polutan dari tanah dan air. Proses ini dikenal sebagai
fitoremediasi, yang dapat digunakan untuk membersihkan tanah yang
terkontaminasi oleh logam berat, pestisida, atau zat kimia berbahaya
lainnya.
13. Pengaturan Suhu Tanah: Akar pohon karet membantu mengatur suhu
tanah di sekitarnya. Mereka berfungsi sebagai isolator termal yang
membantu mencegah suhu tanah yang ekstrem, baik itu terlalu panas
maupun terlalu dingin, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
lainnya.
14. Pengikatan Tanah: Sistem akar pohon karet dapat membantu mengikat
partikel tanah dan mencegah erosi dan pengikisan tanah akibat aliran air.
Akar yang menjalar secara horizontal membantu memperkuat struktur
tanah dan mengurangi risiko hilangnya lapisan tanah yang subur.
15. Konservasi Air: Akar pohon karet membantu meningkatkan infiltrasi air
ke dalam tanah, yang berkontribusi pada konservasi air. Mereka
menciptakan porositas tanah yang baik dan memungkinkan air hujan
meresap dengan efisien, mengurangi risiko limpasan permukaan dan
kekeringan.
16. Interaksi Simbiotik: Akar pohon karet menjalin hubungan simbiotik
dengan mikroba tanah, terutama dengan fungi mikoriza arbuskula.
Symbiosis ini meningkatkan efisiensi penyerapan nutrisi dan memperluas
jangkauan akar dalam mencari sumber nutrisi, terutama fosforus.
17. Pengendalian Banjir: Dalam lingkungan yang rentan terhadap banjir,
pohon karet dapat berperan dalam mengurangi risiko banjir. Akar-akar
pohon karet membantu menyerap dan menahan air, sehingga mengurangi
volume aliran permukaan yang berpotensi menyebabkan banjir.
18. Stabilisasi Tanah Longsor: Sistem akar pohon karet berkontribusi dalam
mencegah longsor tanah. Akar-akar yang kuat dan dalam memperkuat
struktur tanah, menahan lereng, dan mengurangi risiko terjadinya
longsor.

13
19. Penyediaan Habitat: Akar pohon karet memberikan tempat berlindung
dan habitat bagi organisme tanah, termasuk mikroba, serangga, dan
cacing tanah. Ini menciptakan keanekaragaman hayati di sekitar akar
pohon karet, yang penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan
keberlanjutan lingkungan.
20. Penyimpanan Karbon: Pohon karet, termasuk sistem akarnya, memiliki
potensi untuk menyimpan karbon dalam jangka panjang. Akar pohon
karet mengikat karbon di tanah melalui residu akar yang terdekomposisi,
membantu mengurangi jumlah karbon dioksida di atmosfer dan
berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim.

akar pohon karet memiliki berbagai manfaat yang luas dan penting.
Mereka tidak hanya berperan dalam penyerapan air dan nutrisi, tetapi juga
dalam menjaga stabilitas tanah, mencegah erosi, menghasilkan lateks untuk
industri karet, menyediakan kayu dan bahan pakan, serta berkontribusi pada
pelestarian lingkungan dan pengendalian banjir. Selain itu, akar pohon karet
juga berperan dalam fitoremediasi, pengaturan suhu tanah, pengikatan tanah,
dan menyediakan habitat bagi organisme tanah. Pemahaman mengenai peran
dan manfaat dari akar pohon karet sangat penting dalam praktik pertanian,
pengelolaan lahan, dan pelestarian lingkungan.

2.7 Penyakit pada akar tanaman karet


Penyakit jamur akar putih, juga dikenal sebagai Penyakit Girdling Akar
oleh Jamur Putih (White Root Rot), disebabkan oleh jamur Rigidoporus
microporus. Penyakit ini umum terjadi pada banyak tanaman pohon,
termasuk beberapa spesies tanaman karet. Berikut adalah penjelasan lebih
lanjut tentang penyakit jamur akar putih:

Penyakit jamur akar putih biasanya terjadi pada tanaman yang sudah tua
atau lemah. Jamur ini menyerang sistem akar tanaman dan menyebabkan

14
pembusukan pada akar, yang pada gilirannya menghambat penyerapan air dan
nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman. Gejala awal yang dapat terlihat adalah
penurunan pertumbuhan tanaman, daun yang menguning, hingga tanaman
yang mati secara tiba-tiba.

Jamur akar putih dapat tumbuh di dalam jaringan kayu dan akar
tanaman, menghasilkan benang putih yang khas. Infeksi jamur ini biasanya
dimulai dari tanah dan menyebar ke akar tanaman melalui kontak langsung.
Faktor-faktor seperti kelembaban tinggi, rendahnya sirkulasi udara, dan
kepadatan populasi tanaman yang tinggi dapat mempengaruhi perkembangan
penyakit ini (Yulia dkk.).

Pengendalian penyakit jamur akar putih dapat dilakukan dengan


beberapa langkah:

1. Penggunaan Bibit yang Tahan: Pilih varietas tanaman karet yang memiliki
ketahanan terhadap penyakit jamur akar putih.

2. Praktik Budidaya yang Baik: Terapkan praktik budidaya yang baik,


termasuk sanitasi yang baik, pengaturan sirkulasi udara yang baik, dan
pengelolaan air yang tepat untuk mencegah kondisi yang menguntungkan
bagi pertumbuhan jamur.

3. Drainase yang Baik: Pastikan sistem drainase yang baik untuk


menghindari genangan air yang berlebihan di sekitar akar tanaman.

4. Pemangkasan dan Pembersihan: Hapus dan buang tanaman yang terinfeksi


penyakit secara menyeluruh untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

5. Pengendalian Kimia: Penerapan bahan kimia seperti fungisida tertentu


dapat digunakan untuk pengendalian penyakit ini. Namun, konsultasikan
dengan ahli pertanian atau petugas pertanian setempat sebelum
menggunakan bahan kimia apa pun.

Penting untuk mengambil tindakan segera jika gejala penyakit jamur


akar putih terdeteksi pada tanaman karet, karena infeksi yang tidak terkendali

15
dapat menyebabkan kerugian yang signifikan pada pertumbuhan dan hasil
panen tanaman (Riko Cahya Putra dan Ari Santosa Pamungkas 2022).

Berikut adalah contoh dari beberapa penelitian tentang penyakit jamur


akar putih :

Penelitian ini berjudul SELEKSI DAN UJI POTENSI CENDAWAN


DARK SEPTATE ENDOPHYTE SEBAGAI AGENSIA HAYATI
PENYAKIT JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus) PADA
TANAMAN KARET dilakukan oleh Dalimunthe, Cici Indriani, Bonny PW
Soekarno, Abdul Munif, dan Surono Surono pada tahun 2019.

Hasilnya adalah Seleksi cendawan DSE dari jaringan akar dan tanah
sekitar perakaran tanaman karet Hasil isolasi cendawan DSE dari jaringan
akar dan tanah sekitar perakaran tanaman karet diperoleh 25 isolat cendawan
DSE. Sebanyak 23 isolat diperoleh secara langsung dari jaringan akar
pembibitan, tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan (TM)
karet, dan 2 isolat cendawan DSE diperoleh secara tidak langsung dari teknik
pengumpanan tanah (soil baiting) yang diambil dari tanah sekitar perakaran
tanaman karet. Hasil isolasi cendawan DSE lebih banyak diperoleh dari
isolasi pada akar tanaman pembibitan sebanyak 11 isolat DSE, tanaman
belum menghasilkan (TBM) sebanyak 9 isolat, tanaman menghasilkan (TM)
sebanyak 3 isolat, dan teknik soil baiting diperoleh sebanyak 2 isolat (Tabel
1). Banyak faktor yang mempengaruhi keragaman hayati cendawan DSE
pada tanaman karet, salah satunya fase umur tanaman yang secara tidak
langsung mempengaruhi pola terbentuknya akar tanaman yang bisa
bersimbiosis dengan cendawan DSE (Sondergaard et al., 2004). Selain itu,
faktorfaktor lingkungan seperti kondisi kesuburan tanah, tipe vegetasi,
kondisi geografis lokasi juga mempengaruhi keragaman cendawan DSE yang
bersimbiosis dengan tanaman tanaman inang tertentu (Dalimunthe dkk. 2019)

Seleksi awal isolat cendawan DSE dilakukan dengan uji patogenisitas


pada tanaman Chinese cabbage sebagai tanaman indikator. Benih yang tidak

16
dapat berkecambah atau benih dapat berkecambah tetapi pertumbuhannya
tidak normal merupakan indikator bahwa cendawan tersebut bersifat
patogenik atau potensial patogenik. Sedangkan cendawan yang bersifat
nonpatogenik menunjukkan benih dapat berkecambah dan tumbuh normal
(Dalimunthe dkk. 2019).

Hasil uji patogenesitas 25 isolat cendawan DSE pada tanaman Chinese


Cabbage menunjukkan bahwa 15 isolat tidak bersifat patogen pada tanaman
tersebut, sedangkan sisanya patogenik (Tabel 2). Isolat cendawan DSE yang
memiliki persentase perkecambahan benih sebesar 100% dan tumbuh normal
sebanyak 11 isolat antara lain APDS 3.2, APDS 2.1, APDS 2.3, APDS 2.4a,
APDS 1.3, TBMDS 1.3, TBMDS 2.4b, TMDS 3.2, TMDS 2.1, SBTBMDS 1,
dan SBTBMDS 2. Hasil seleksi awal ini dijadikan indikator untuk pengujian
selanjutnya (Dalimunthe dkk. 2019).

Hasil Uji Antagonis Cendawan DSE terhadap Rigidoporus


microporus

Isolat cendawan DSE yang diuji dual culture antara lain APDS 3.2,
APDS 2.1, APDS 2.3, APDS 2.4a, APDS 1.3, TBMDS 1.3, TBMDS 2.4b,
TMDS 3.2, TMDS 2.1, SBTBMDS 1, dan SBTBMDS 2. Isolat cendawan
DSE tersebut telah terseleksi dari hasil uji patogenesitas dan merupakan isolat
cendawan non-patogenik. Hasil pengamatan 2 hari setelah inokulasi (hsi)
menunjukkan bahwa cendawan DSE menghambat perkembangan cendawan
patogen < 10% dan ini tidak berbeda nyata antar perlakuan. Pada pengamatan
4 dan 6 hsi menunjukkan bahwa tiga isolat cendawan DSE yang mampu
menghambat perkembangan patogen R. microporus >50% yakni APDS 3.2,
TBMDS 2.4b, dan TMDS 3.2. Sedangkan pada pengamatan 8 hsi
menunjukkan bahwa ada lima isolat cendawan DSE yang mampu
menghambat perkembangan patogen R. microporus >50% yakni APDS 3.2,
TBMDS 2.4b, TMDS 2.1, TMDS 3.2, dan SBTBMDS 1
(Dalimunthe dkk. 2019)
.

17
Persentase penghambatan tertinggi terdapat pada isolat APDS 3.2
sebesar 93,58%, tidak berbeda nyata dengan TBMDS 2.4b sebesar 91,92%.
Persentase penghambatan tertinggi ketiga adalah TMDS 3.2 sebesar 70,92%.
Isolat cendawan DSE APDS 3.2 dan TBMDS 2.4b memiliki daya hambat
tinggi dan merupakan isolat yang pertumbuhan koloninya lebih cepat
dibandingkan koloni patogen R. microporus dan tampak perkembangan
koloni cendawan DSE menyelimuti dan menekan perkembangan koloni
patogen R. microporus. Berbeda halnya dengan isolat cendawan DSE TMDS
2.1, TMDS 3.2, dan SBTBMDS 1 terlihat antara patogen dan DSE masih
saling bertahan. Isolat cendawan DSE yang diuji tersebut memiliki lebih dari
satu mekanisme antagonis dalam menghambat pertumbuhan patogen meliputi
kompetisi ruang dan nutrisi, memproduksi senyawa allelokimia yang bersifat
menghambat patogen dan menginduksi ketahanan sistemik (ISR) tanaman
inang (Compant et al. 2005). Hal ini sesuai dengan Agrios (2005) yang
menyatakan bahwa mekanisme biokontrol adalah melemahkan atau
membunuh patogen tanaman dengan perlawanan yaitu memparasit patogen
secara langsung, memproduksi antibiotik (toksin), dan kemampuannya dalam
kompetisi ruang dan nutrisi (Dalimunthe dkk. 2019).

Pada umumnya cendawan genus Trichoderma yang telah banyak diteliti


yang memiliki hubungan simbiosis dengan tanaman karet. Beberapa hasil
penelitian terkait hal tersebut antara lain cendawan Trichoderma harzianum
sebagai salah satu agens bio kontrol terhadap R. microporus (Jayasuriya &
Thennakoon, 2007). Selain itu juga, cendawan T. koningii dan T. viridae telah
diformulasikan dalam suatu biofungisida di Indonesia (Fairuzah et al., 2012;
Setyawan et al., 2013). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Cendawan
DSE memiliki potensi sebagai agensia hayati Rigidoporus microporus
penyebab penyakit jamur akar putih pada tanaman karet. Cendawan DSE
APDS 3.2 dan TBMDS 2.4b memiliki kemampuan berkompetisi dengan
patogen terutama sebagai mikoparasit dan memiliki pertumbuhan yang cepat
yaitu dalam waktu tiga hari telah menutupi cawan petri sama halnya seperti
Trichoderma sp (Dalimunthe dkk. 2019).

18
Pengaruh Senyawa Volatil Organik Cendawan DSE Terpilih
terhadap Pertumbuhan Rigidoporus microporus

Hasil pengujian dual culture diperoleh 5 isolat DSE yang memiliki


persentase penghambatan di atas > 50% yaitu isolat APDS 3.2, TBMDS 2.4b,
TMDS 2.1, TMDS 3.2, dan SBTBMDS1. Selanjutnya dilakukan uji produksi
senyawa volatil cendawan DSE terpilih. Selain bersifat antibiosis, cendawan
DSE yang diisolasi juga dapat menghasilkan volatile organic compound
(VOC). VOC merupakan molekul rendah karbon yang dapat menguap dengan
mudah pada suhu dan tekanan normal dan fungsinya sebagai antimikroba
(Wheatley, 2 0 0 2 ) . C e n d a w a n e n d o f it d a p a t mengeluarkan
senyawa antibiotik atau alkaloid yang mudah menguap (Siri-udom et al.,
2015). Hasil pengamatan menunjukkan senyawa volatil yang dihasilkan oleh
isolat cendawan DSE TBMDS 2.4b, dan APDS 3.2 mampu menghambat
perkembangan R. microporus > 50% pada pengamatan ke 4, 6, dan 8 hari
setelah inokulasi (hsi) (Gambar 3). Sedangkan isolat lainnya seperti TMDS
2.1, TMDS 3.2, dan SBTBMDS 1 tidak mampu menghambat perkembangan
R. microporus dari senyawa volatil yang dihasilkan isolat tersebut. Menurut
Wheatley (2002) bentuk interaksi VOC dapat bersifat positif, negatif, atau
interaksi yang netral (Dalimunthe dkk. 2019).

Mekanisme cendawan endofit dalam melindungi tanaman terhadap


serangan patogen dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Induksi
cendawan endofit memacu tanaman dalam pembentukan metabolit sekunder
seperti asam salisilat, asam jasmonat, dan etilen yang berfungsi dalam
pertahanan tanaman terhadap serangan patogen atau yang berfungsi sebagai
antimikroba seperti fitoaleksin (Dalimunthe dkk. 2019).

19
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan
Pohon karet (Hevea brasiliensis) memiliki sistem perakaran yang kuat
dan kompleks. Pohon karet memiliki akar tunggang pada tahap awal
pertumbuhannya, namun pada tahap dewasa, akar tunggang cenderung tidak
berkembang dengan baik atau bahkan hilang. Sebagai gantinya, pohon karet
mengembangkan akar lateral yang tumbuh secara horizontal dari pangkal
batang, serta serabut akar yang banyak bercabang-cabang. Akar lateral dan
serabut akar berperan penting dalam menyerap air dan nutrisi dari tanah.
Penyebaran akar pada pohon karet melibatkan ekspansi akar ke dalam dan di
sekitar tanah. Akar serabut menjalar secara horizontal di lapisan atas tanah,
sementara akar tunggang dapat mencapai kedalaman yang bervariasi. Panjang
akar pohon karet dalam tanah dapat mencapai beberapa meter, tergantung
pada kondisi lingkungan. Fungsi utama akar pohon karet meliputi penyerapan
air dan nutrisi, menjaga stabilitas struktural, menyediakan energi bagi
pertumbuhan, mengikat tanah untuk mencegah erosi, dan menjalin hubungan
simbiotik dengan mikroba dalam tanah. Memahami morfologi dan fungsi
akar pada pohon karet sangat penting dalam praktik pertanian dan
pengelolaan lahan, serta dalam pelestarian lingkungan dan mitigasi erosi
tanah.

Dalam menjelaskan tentang morfologi akar pohon karet, sistem


perakaran, jenis-jenis akar, penyebaran akar, serta fungsi-fungsi akar pada
pohon karet, kita dapat menyimpulkan beberapa hal penting:

1) Pohon karet (Hevea brasiliensis) memiliki sistem perakaran yang kuat


dan kompleks, yang terdiri dari akar tunggang, akar lateral, dan serabut
akar.

20
2) Akar tunggang pada pohon karet tumbuh secara vertikal dari biji yang
baru berkecambah, namun pada pohon karet dewasa, akar tunggang
cenderung tidak berkembang dengan baik atau bahkan hilang.
3) Akar lateral adalah cabang-cabang akar yang tumbuh secara horizontal
dari pangkal batang dan berfungsi untuk menyebar ke samping di lapisan
atas tanah.
4) Serabut akar merupakan akar yang banyak bercabang-cabang dan
menjalar secara horizontal di lapisan atas tanah. Serabut akar berperan
penting dalam menyerap air dan nutrisi.
5) Penyebaran akar pada pohon karet melibatkan ekspansi akar ke dalam
dan di sekitar tanah, dengan akar serabut yang menjalar secara horizontal
dan akar tunggang yang dapat mencapai kedalaman yang bervariasi.
6) Penyebaran akar yang luas dan mendalam pada pohon karet
memungkinkan tanaman untuk menyerap air dan nutrisi secara efisien,
serta memberikan stabilitas struktural pada pohon.
7) Fungsi-fungsi utama akar pada pohon karet meliputi penyerapan air dan
nutrisi, menjaga stabilitas struktural, menyediakan energi bagi
pertumbuhan, mengikat tanah untuk mencegah erosi, dan menjalin
hubungan simbiotik dengan mikroba dalam tanah.
8) Akar tunggang pada pohon karet memiliki peran penting pada tahap awal
pertumbuhan, sementara akar lateral dan serabut akar berperan dalam
penyerapan air dan nutrisi yang lebih efisien pada tahap pertumbuhan
yang lebih lanjut.
9) Faktor lingkungan seperti jenis tanah, iklim, dan ketersediaan air dapat
mempengaruhi panjang dan kedalaman akar pada pohon karet.
10) Memahami morfologi dan fungsi akar pada pohon karet penting untuk
memahami cara tanaman ini tumbuh, beradaptasi, dan berinteraksi
dengan lingkungannya.

Dengan pengetahuan ini, para petani atau peneliti dapat


mengoptimalkan praktik pertanian atau budidaya pohon karet untuk
memastikan kesehatan dan produktivitas tanaman yang baik. Selain itu,

21
pemahaman tentang sistem akar pohon karet juga penting dalam pengelolaan
lahan, pelestarian lingkungan, dan mitigasi erosi tanah.

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa cendawan DSE


dapat diisolasi dari akar dan tanah sekitar perakaran karet. Hasil seleksi
diperoleh lima Cendawan DSE APDS 3.2; TBMDS 2.4b; TMDS 3.2; TMDS
2.1 dan SBTBMDS 1 yang memiliki potensi sebagai agensia hayati penyakit
jamur akar putih yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus. Isolat APDS
3.2 dan TBMDS 2.4b mampu memproduksi senyawa volatile yang berpotensi
sebagai senyawa antimikrob dari cendawan patogen R. microporus. Perlu
dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui apakah isolat-isolat
tersebut juga mampu menekan serangan JAP di lapangan dan memacu
pertumbuhan tanaman karet sehingga diharapkan nantinya diperoleh suatu
formulasi yang memiliki multifungsi. Identifikasi secara morfologi dan
molekuler juga perlu dilakukan setelah diketahui keefektivitasannya di
lapangan.

3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini,
antara lain:

1. Bagi pihak kampus dapat memberikan support lebih baik lagi agar kualitas
hasil penelitian dapat meningkat kedepannya.

2. Bagi pihak penelitian tanaman karet, diharapkan agar pegawai yang


mengoperasikan aplikasi ini diberikan pelatihan singkat agar tidak terjadi
kesalahan dalam penginputan datanya.

3. Bagi mahasiswa diharapkan agar melanjutkan penelitian ini sehingga


sistem pendukung keputusan ini dapat kembangkan lagi, terutama dalam
segi fitur dan interface-nya. Supaya lebih menarik tampilannya dan lebih
mudah dipakai.

22
4. Bagi mahasiswa agar penelitian ini disempurnakan kedepannya dengan
menambah metode atau kombinasi metode agar mendapatkan tingkat
akurasi yang cukup tinggi.

5. Bagi mahaiswa agar sistem ini dibuat secara online dan interface-nya dapat
kembangkan lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, T, Sebagai Tanaman, dan Penutup Tanah. t.t. “Perbaikan Sifat Kimia
Tanah dan Pertumbuhan Kelapa Sawit Rakyat TM-1 Dengan Pemberian
Kombinasi Pupuk Anorganik-Organik dan Asystasia gangetica.” Kelapa
Sawit. Vol. 2023.

Andriyanto, Mochlisin, dan Cici Indriani Dalimunthe dan Yan Riska Venata
Sembiring. t.t. “Utilization of Bangun-Bangun (Coleus amboinicus) on
Interrow of Immature Rubber Plant as manage of White Root Diseases and
Soil Fertility.”

Dalimunthe, Cici Indriani, Bonny PW Soekarno, Abdul Munif, dan Surono


Surono. 2019. “SELEKSI DAN UJI POTENSI CENDAWAN DARK
SEPTATE ENDOPHYTE SEBAGAI AGENSIA HAYATI PENYAKIT
JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus) PADA TANAMAN
KARET.” Jurnal Penelitian Karet, Mei (Mei), 11–20.
https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v37i1.624.

Dalimunthe, Cici Indriani, dan Radite Tistama. 2018. “Potensi Asap Cair Dalam
Mengendalikan Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus microporus) Pada
Tanaman Karet.” Talenta Conference Series: Agricultural and Natural
Resources (ANR) 1, no. 1 (Oktober): 105–9.
https://doi.org/10.32734/anr.v1i1.128.

Lestari, Widya, Aini Qomariah, Manurung Program, Studi Agroteknologi, Sekolah


Tinggi, Ilmu Pertanian, Labuhan Batu, dkk. 2019. “POTENSI JAMUR
ENDOFIT TANAMAN KARET DALAM MENGHAMBAT
PERTUMBUHAN JAMUR AKAR PUTIH (Rigidoporus microporus)
SECARA IN VITRO.” Jurnal Agroplasma (STIPER) Labuhanbatu. Vol. 6.

Ln, Firdaus, Sri Wulandari, dan Giska Dwi Mulyeni. t.t. “PERTUMBUHAN
AKAR TANAMAN KARET PADA TANAH BEKAS TAMBANG
BAUKSIT DENGAN APLIKASI BAHAN ORGANIK.”

24
Riko Cahya Putra, dan Ari Santosa Pamungkas. 2022. “Peningkatan Efektivitas
Pupuk Anorganik Tunggal dengan Pemberian Asam Humat di Pembibitan
Tanaman Karet.” Prosiding Seminar Nasional Pembangunan dan Pendidikan
Vokasi Pertanian 3, no. 1 (September): 655–69.
https://doi.org/10.47687/snppvp.v3i1.344.

Sarjono, Arif, Dwi Guntoro, dan Dan Supijatno. 2019. “Perbandingan Arachis
pintoi dengan Tanaman Kacang-kacangan Penutup Tanah Lain dalam
Menekan Laju Erosi pada Lahan Kelapa Sawit Berbukit.” Jurnal Agronomi
Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) 47, no. 1 (April): 90–96.
https://doi.org/10.24831/jai.v47i1.22891.

Suryana, Muhamad Achmad Chozin, dan Dan Dwi Guntoro. 2020. “Identifikasi
Spesies Tanaman Penutup Tanah pada Perkebunan Kelapa Sawit
Menghasilkan.” Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of
Agronomy) 47, no. 3 (Januari): 305–11.
https://doi.org/10.24831/jai.v47i3.26980.

Wahyuni, Mardiana, Jenny Hotnida Simanjuntak, dan Ingrid Ovie Sitompul. 2018.
“Efektivitas Fungisida Berbahan Aktif Heksakonazol terhadap Penyakit
Jamur Akar Putih Bibit Tanaman Karet (Hevea brasiliensis).” Agrotekma:
Jurnal Agroteknologi dan Ilmu Pertanian 3, no. 1 (Desember): 1.
https://doi.org/10.31289/agr.v3i1.1799.

Yulia, Endah, Noor Istifadah, Fitri Widiantini, Dan Hilda, dan Sandra Utami. t.t.
“Antagonisme Trichoderma spp. terhadap Jamur Rigidoporus lignosus
(Klotzsch) Imazeki dan Penekanan Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman
Karet.” Jurnal Agrikultura 2017, no. 1: 47–55.

Yulia, Endah, Aldi Rahayu, dan Tarkus Suganda. 2022. “Antagonisme jamur
rizosfer tanaman karet terhadap Rigidoporus microporus secara in vitro dan in
planta.” Jurnal Agro 9, no. 1 (Juli): 64–79. https://doi.org/10.15575/17824.

25

Anda mungkin juga menyukai