Anda di halaman 1dari 24

Rangkuman ips bab 4

I.1 Pengertian, Karakteristik, Dan Ruang Lingkup SosiologiII.1.1 Pengertian

Secara terminilogi sosiologi berasal dari bahasa Yunani, yakni kata socius dan locos,
spcius yang berarti kawan, berkawan, ataupun bermasarakat.sedangkan logos berarti ilmu
atau dapat juga berbicara tentang sesuatu, dengan demikian secara harfiah sosiologi dapat
diartikan ilmu tentang masyarakat, ( Sepecer dan Inkeles, 1982: 4; Abdulsyani, 1987: 1),
sosiologi sebagai disiplin ilmu yang mengkaji tentang masyarakat maka cakupanya sangat
luas makanya cukup sulit mendepinidisikannya dan mengemukakan seluruh pengertiannya,
dengan kata lain suatu definisi hanya dapat dipake suatu pegangan semata saja, untuk
pegangan semata tersebut, dibawah ini diberikan beberapa definisi sosiologi;
• Pitirin Sorokin (1928: 760- 761), mengemukakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu tentang
timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, contohnya antara gejala ekonomi dan
nonekonomi.
• Wiliam Ogburn dan Meyer F, Nimkoff ( 1959: 12-13 ) berpendapat bahwa sosiologi adalah
penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosila.
• Roucekj dan Werren ( 1962: 3 ) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu tentang hubungan
antara manusia dan kelompok-kelompoknya.
• J.A.A.van Doom dan C.J. Lammers ( 1964: 24 ) mengemukakan bawha sosiologi ilmu
tentang struktur- struktur dan proses- proses kemasyarakatan yang bersifat setabil.
• Meta Spencer dan Alex Inkeles ( 1982:4 ) mengemukakan bahwa sosiolgi ilmu tentang
kelompok hidup manusia.
• David Popenoe ( 1983: 107-108 ) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu tentang interaksi
manusia dalam masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
• Selo Soemardjan dan Sulaeiman Soemardi (1982: 14 ) menyatakan bahwa sosiologi adalah
ilmu tentang struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Dengan demikian dari beberapa definisi sosiologi ini, sosiologi sebagai disiplin ilmu
tentang interaksi sosial, keleompok sosial, gejala-gejala sosial, organisasi sosial, struktur
sosila, proses sosial, maupun perubahan sosial.

II.1.2 Karakteristik Sosiologi

Karakteristik sosiologi menurut Soekanto ( 1986: 17 ) menycangkup hal hal berikut.


• Sosiologi merupakan bagian dari ilmu sosial, bukan merupakan bagian ilmu pengetahuan
alam maupun ilmu kerohanian. Perbedaan tersebut bukan semata-mata perbedaan metode,
namun menyangkut perbedaan substansi, yang kegunanya untuk membedakan ilmu-ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan gejala-gejala alam dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang
berhubungan gejala-gejala kemasayarakatan.
• Sosiologi bukan merupakan disiplin yang normatif, melainkan suatu disipilin yang bersipat
kategoris. Artinya, sosiologi membatasi dri pada apa yang terjaddi pada saat ini, dan bukan
mengenai apa yang semestinya terjadi atau seharusnya terjadi. Dengan demikian, sosiologi
dapat dikategorikan sebagai ilmu murni (pure science), dan bukan merupakan ilmu terapan
(applied science). Sebagai ilmu murni sosiologi bukan disiplin yang normatif. Artinya
sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi saat ini, serta bukan mengenai apa yang terjadi
seharunya terjadi.
• Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum
(nomotetik).
• Sosiologi merupakan ilmu sosial yang empiris, faktual, dan rasional. Dalam istilah sepencer
dan Inkeles (1982: 4) dan Popenoe (1983: 5) mereka menyebutnya the science of the obvious
atau jelas nyata.
• Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan ilmu pengetahuan yang konkrit.
• Sosiologi meruypakan ilmu pengetahuan yang menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-
pola umum. Karena dalam sosiologi meneliti dan mencari apa yang terjadi prinsip-prinsip
atau hukum-hukum umum dari pada interaksi anatar manusia dan juga prihal sipat hakikat,
bentuk, isi, dan stuktur dari masyarakat.
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa sosiologi sebagai ilmu yang
memfokuskan pada kajian pola-pola interaksi manusia, dalam perkembangannya sering kali
lebih banyak dihubungkan dengan kebangkitan modernitas. Menurut Zygmunt Banuman
(2000:1023) keterkaitan tersebut didasarkan alasan-alasan tertentu salah satunya adalah:
mungkin satu-satunya deniminator umum dari sejumlah besar mazhab pemikiran dan stategi
riset yang mengklaim mengandung sumber sosiologis adalah fokusnya pada masyarakat.
Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki cakupan luas dan banyak cabang
yang di persatukan, meskipun tidak terlalu kuat oleh strategi hermeneutika dan ambisi untuk
mengkoreksi kepercayaan umum. Garis batas bidang tersebut mengikuti divisi fungsional
serta lembaga di dalam organisasi masyarakat yang menjawab tuntunan efektif dari bidang
manajemen yang telah mapan
II.1.3 Ruang Lingkup Sosiologi

Secara tematis, ruang lingkup sosiologi dapat dibedakan menjadi beberapa subdisiplin
sosiologi, sperti sosiologi pedesaan (rural sociology), sosiologi industri (industrial sociology),
sosiologi perkotaan (urban sociology), sosiologi medis (medical sociology), sosiologi wanita
(woman sociology), sosiologi militer (military sociology), sosiologi keluarga (family
socciology), sosiologi pendidikan (educational sociology), dan sosiologi seni (sociology of
art).
A. Sosiologi pedesaan (Rural sociology)
Jurusan yang pertama kali mengkhususkan sosiologi pedesaan muncul dari Amerika
Serikat tahun 1930-an, kumudian muncul beberapa Akademik Land Grant yang dibentuk
dalam wilayah kewenangan Departemen Pertanian Amerika Serikat untuk meneliti masalah
pedesaan dan melatih ahli sosiologi serta ekstensionis pedesaan untuk kerja sama lembaga-
lembaga pemerintah beserta organisasi tani (Hightower 1937).
B. Sosiologi Industri (Industrial Sociology)
Kelahiran bidang ini mendapat inspirasi dari pemikira-pemikiran Karl Marx, Emile
Durkheim, dan Max Weber, walaupun secara formal, sosiologi lahir dalam kurun waktu
antara Perang Dunia I dan II, serta secara matang tahun 1970-an (Grint, 2000: 488). Dari
pemikiran Karl Marx, setidaknya teori proletariat dari tumbuhnya alienasi, serta eksploitasi
ekonomi, pengaruhnya sangat dirasakan pada saat perang dunia I dan II, manakala terjadi
lonjakan pengangguran dan krisis ekonomi dunia, walaupun realitanya pengaruh ini kurang
dominan.kemudian gagasan Emile Durkheim yang ditulis dalam buku Division of Labour
(1933), memerikan konstribusi yang berarti dalam sosiologi industri terutama dengan konsep
dan teorinya tentang norma dan bentuk solidaritas sosial organik dan mekaniknya.
Sedangkan dari pemikiran Weber, Merupakan jantung dalam pembentukan sosiologi industri.
Sosiologi industri sejak tahun 1980-an terdapat empat tema,yaitu:
 Sosiologi industri yang menekankan gaya tradisional yang patriarkat, yang memberikan
peluang munculnya lini baru, yakni feminisme dalam riset.
 Runtuhnya komunisme di Eropa Timur
 Perkembangan teknologi informasi dan aplikasi-aplikasinya di bidang manufaktur serta
perdagangan.
 Asumsi bahawa pekerjaan dan produksi merupakan kunci identitas sosial tentang argumen-
argumen bahwa pola-pola konsumsi merupakan sumber identitas individu (Hall, 1992: 114).
C. Sosiologi Medis (Medical Sociology)
Sosiologi medis merupakan bagian sosiologi yang kajiannya memfokuskan pada
pelestarian ilmu kedokteran, khususnya pada masyarakat modern (Amstrong, 2000: 643).
Bidang ini berkembang pesat pada sejak tahun 1950-an sampai sekarang. Setidaknya ada dua
alesan yang mendorong pesatnya perkembangan bidang ini.
 Berhubungan dengan asumsi-asumsi dan kesadaran bahwa masalah yang terkandung dalam
perawatan kesehatan masyarakat modern adalah sebagai bagian integral masalah-masalah
sosial.
 Meningkatnya minat terhadap pengeboatan dalam aspek-aspek sosial dari kondisi sakit
(illnes), terutama berkaitan dengan pisikiatri (berhubungan dengan penyakit jiwa), pediatri
(kesehatan anak), praktik umum (penngobatan keluarga), geriatrik (perawatan usia lanjut),
dan pengobatan komunitas (Amstrong, 2000: 643-644).
Beberapa tulisan yang menghiasi kelahiran sosiologi medis tahun 1950-an adalah
Journal of Health and Human Social Behavior. Dalam perkembangan selajutnya, khususnya
tahun 1990-an, minat terhadap studi detail kehidupan sosial pun dilibatkan yang meneliti
ekspresi dalam pengalaman sakit pasien. Pandangan pasien mengenai kondisi sakit ditelaah
sebatas sebagai bahan tambahan dari perilaku sakit berdasarkan posisi pasien itu sendiri.
Konsekuensi logis penerimaan pendapat tersebut yang sama bermangfaatnya dengan bidang
medis adalah munculnya kesadaran bahwa pengetahuan medis tersebut dapat menjadi objek
penting dalam sosiologi.
D. Sosiologi Perkotaan (Urban Sociology)
Sosiologi urabn atau perkotaan adalah studi sosiologi yang menggunakan berbagai
statistik diantara dalam kota-kota besar. Kajiannya terutama dipusatnkan pada studi wilayah
perkotaan dimana zona indudtri, perdagangan, dan tempat tinggal terpusat. Praktik ini
merupakan penggunaan tata ruang dan lingkungan kota besar dalam beberapa lokasi atau
daerah miskin sebagai jawaban atas beberapa kultur,etnis, dan bahasa yang berbeda, suatu
mutu hidip yang rendah, berbagai kelompok kesukuan yang berbeda dan untuk mengungkap
suatu standar hidup rendah, terutama bahwa semua fenomena-fenomena sosial ke arah
disorganisasi sosial.Sosiologi perkotaan baru dimuli di Eropa, perintisannya sejak tahun
1920-an dan 1930-an walaupun resminya sejak awal tahun 1970-an yang kemudia menyebar
ke berbagai wilayah khususnya Amerika serikat.pada tahun 1970-an.selama dua puluh tahun
sejak pengenalannya dari barat,dapat dibagi menjadi tiga tahapan.
• Periode dari 1977-1985, ketika sosiologi urban prancis, terutama sekali teori Manuael Castell
peryataannya sangat berpengaruh.
• Dari 1986-1992, memusatkan pada teori pergerakan sosial dsan kensep global di kota besar
dalam suatu konteks pembaruan, terutama kota-kota di jepang.
• Dari 1992 sampai sekarang, ditandai oleh suatu perubahan bentuk sosiologi perkotaan dalam
suatu teori rugan kemayarakatan di bawah globalisasi yang telah begitu besar memengaruhi
pekerjaan David Harvey (Kazutaka Hasimoto, 2002). Beberapa tema yang relevan dalam
kajian sosioogi urban tersebut, di antaranya populasi, geopolitk, ekonomi, dan lain-lain.
Mazhab Chicago adalah mazhab yang berpengaruh besar dalam studi sosiologi
perkotaan ini, setelah mempelajari k ota kota besar pada awal abad ke-20 dan 21. Mazhab
Chicago mash memiliki peranan yang sangat penting. Banyak dari penemuan mereka yang
berharga telah menepatkan pengaruh mazhab tersebut sehingga masih dominan. Bahkan
belakangan ini telah berkembang Sosiologi Perkotaan Baru di bawah pengaruh tulisan Mark
Gonttidiener dan Ray Hutchison (2006). Yang menyajikan teks terobosan mereka dalam
suatu edisi baru ketiga. Buku tersebut diorganisir secara terpadu perspektif paradigma
sociospatial yang mempertimbangkan peran yang dimiliki oleh faktor-faktor sosial, seperti
ras, kelas, jenis kelamin, gaya hidup, ekonomi, kultur dan politik pada pengembangan daerah
metropolitan.
E. Sosiologi Wanita (Woman Socology)
Lahir dan berkembangnya sosiologi wanita, di mana sejarah perintisnya sejalan
dengan perkembangan gerakan feminisme yang dipolopori oleh Mary Wollstonecraft dalam
bukunya A Vindication of the Ringt of Woman (1779),
Kendati akar-akar historinya dapat dilacak sejalan lahirnya sosiologi sebagai disiplin
akademik. Sosiologi wanita merupakan suatu prespektif meyeluruh tentanng keanekaragaman
pengalaman yang terstuktur bagi kaum wanita, dengan mendefinisikan sosiologi wanita
dalam arti pola-pola ketidakadilan yang terstuktur, khususnya kerangka stratifikasi gender,
yang dilakukan oleh kaum wanita ialah mengembangkan suatu sosiologi oleh dan unuk
wanita (Ollenburger dan Moore, 1996).
Dilihat dari prspektif pendorong teori sosiologi wanita tersebut, terdiri atas tiga
kelompok kontributor sosiologi utama yang terpilih.
• Kelompok teoritis positivis atau fungsionalis, menegaskan bahwa tatanan alamiah dominasi
laki-laki sebagai suatu berbedaan terhadap argumen-argumen mengenai hak-hak kaum
wanita.
• Kelompok para teoritis konflik, melukiskan sistem-sistem penindasan yang secara sistematis
membatas kaum wanita.
• Kelompok alternatif, yakni klompok aktivis karya sosial dan interaksionis.
F. Sosiologi Militer (Military Sociology )
Bidang ini menyoroti angkatan bersenjata sebagai suatu organisasi bertipe khusus
dengan fungsi sosial spesifik (Bredow, 2000: 664). Fungsi-fungsi tersebut bertolak dari suatu
tujuan organisasi keamanan dan sarana-sarananya, kekuatan serta kekerasan. Terdapat lima
bidang utama kajian sosiologi militer.
• Problem organisas internal yang menganalisis proses-proses dalam klompok kecil dan ritual
militer dengan tujuan untuk mengidentifikasi problem disiplin dan matvasi, serta mengurakan
cara-cara subkultrul militer dibentuk.
• Problem organisasional internal dalam pertempuran, di mana dalam hal ini dianalisis
termasuk seleksi para petingi militer, kepangkatan, dan evaluasi motivasi pertempuran.
• Angkatan bersenjata dan masyarakat yang mengaji tentang citra profesi yang berkaitan
dengan dampak berubahan sosial dan teknologi, profil rekutmen angkatan bersenjata,
problem pelatihan dan pendidikan tentara serta peran wanita dalam angkatan bersenjata.
• Militer dan politik. Dalam hal ini, dianalisis ada suatu perbandingan bahwa pada demokrasi
Barat riset milter, terfokus pada kontrol politik terhadap jaringan militer, kepentingan
ekonomi, dan administrasi lainnya.
• Angkatan bersenjata dalam sistem internasional. Dalam hal ini, dianalisis dalam aspek-aspek
keamanan nasional dan internasional, diseratai peralatan atau perlengkapan dan
pengendalianya, serta berbagai operasi pemeliharaan perdamaian internasional.
G. Sosiologi Keluarga (Family sociology)
Mempelajari pembentukan dan perkembangan keluarga, bentuk keluarga, fungsi dan
struktur keluarga, arah perkembangan keluaraga pada masa mendatang, permasalahan yang
dihadapi keluarga serta penyelesaiaannya, masalah penyimpangan hubungan dengan
sosialisasi,disorganisasi keluarga, dan masalah keluarga berncana. Mencakup hubungan
keluarga dengan sistem keluarga lainnya, seperti sistem pendidikan, ekonomi. Pemerintahan,
hubungan keluarga dengan sistem nilai dan organisasi lainnya, serta implikasinya terhadap
angkota keluarga.
H. Sosiologi Agama
Sosiologi agama merupakan sosiologi studi sosiologis yang mempelajari studi ilmu
budaya secara empiris, propan, dan positif yang menuju kepada praktik, struktur sosial, latar
belakang historis, pengembangan, tema universal, dan peran agama dalam masyarakat
(Goddijn, 1966: 36). Sosologi agama merupakan cabang dari sosiologi umum yang bertujuan
untuk mencari keterangan ilmiah tentang masyarakat agama khususnya. Ditinjau dari
sejarahnya, printisan sosiologi agama sebenanya sejak lama dan hampir seusia dengan
sosiologi itu sendiri. Pengajian masalah agama secara ilmiah dan sistematis baru dilakukan
sekitar tahun 1900-an hingga pertengahan abad ke-20. Mulai saat itu muncullah buku-buku
sosiologi agama yang dikenal dengan priode sosiologi agama klasik yang dipolopri Emil
Durkheim(1858-1917), seoranng perintis sosiologis dari prancis dalam bukunyaThe
Elementary froms of Relegious Life dan Max Weber (1864-1920) seorang sosiolog dari
jerman dalam karyanya The Socilogy of Religion, keduanya dikenal sebagai pendiri sosiologi
agama. Dalam perkembangnnya, sosiologi agama memiliki empat mazhab, yakni klasik,
positivisme, teori konflik, dan fungsisonalisme (Hendroppuspita, 1983: 24).
I. Sosiologi Pendidikan (Sosilogy of Education)
Merupakan bidanng kajian sosilogi yang perintisnya selalau dengan sosiolog
pendidikan bernama Lester Frank Ward pada tahun 1883, yang menegaskan bahwa untuk
memperbaiki masyarakat diperlukan pedidikan (Ballantine, 1983: 11). Selanjutnya, Ward
menegaskan bahwa perbedaan kelas yang terjadi pada masyarakat bersumber kepada
perbedaan pemilikan kesempatan, terutama kesempatan dalam memeperoleh pendidikan.
Sebab perbedaan pemilikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan tersebut mengarah
kepada monpoli pemilikan sumber-sumber sosial maupun keadilan. Dengan berasumsi bahwa
pada dasarnya manusia memiliki kapasitas belajar yang sama. Bidang-bidang kajian materi
sosilogy of education meliputi.
• Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain
• Hubungan sekolah dengan komunitas sekitarnya
• Hubungan antarmanusia dalam sistem pendidikan
• Pengaruh sekolah terhadap prilaku anak didik (Pavalko, 1976: 14-16).
J. Sosiologi Seni
Istilah sosiologi seni (socilogy of art) sering digunakan dari berbagai seni literatul
sedanngkan, sosiologi seni visual relatif jarang dikembangkan dibandingkan sosiologi
literatur, drama maupun filem. Implikasinya, sipat generik dari bidang kajian ini mau tidak
mau menimbulkan kesulitan dalam analisisnya karena tidak selalu terdapat hubungan linear
antara musik dan novel dengan konteks atau polotiknya (Wolff, 2000: 41). Namuan
demikian, sosiologi seni dapat dikatakan wilayah kajian yang cair karena didalamnya tidak
suatau model analisis atau teori yang dominan.
Walaupun sosiologi di awal kelahiranya pada abad ke-19 sangat dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran yang bbersifat positivistik, khususnya bagi pendiroinya Auguste Comte,
namun dalam pendekatan sosiologi tidaklah absolut bersifat kuantitatif, melainkan juga dapat
menggunakan pendekatan kualitatif (Soekanto, 1986: 36). Beberapa pendekatan yang banyak
digunakan di Eropa dan Amerika memang ada perbedaan, karena pendekatan sosiologi seni
produksi- budaya yang sering mendapatkan keritik karena dianggap mengabaykan produk
budaya itu sndiri. Pendekatan produksi-budaya (production of culture) memfokuskan pada
masalah hubungan sosial di mana karya seni itu diprodusi. Kebanyakan yang menjadi fokus
kajiannya di banyak negara, kecuali di Inggris (studi literatur), yakni pada seni pertujukan
yang menyajikan kompleksitas interaksi sosial yang dianalisis.

II.2 Pendekatan, Metode, Teknik, Ilmu Bantu, dan Jenis Penelitian Sosiologi

II.2.1 Pendekatan
Pendekatan sosiologi adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk
mempelajari hidup bersama dalam suatu masyarakat. Dalam kajian Sosiologi Pendididikan
kita akan menggunakan beberapa pendekatan (Approach) yaitu:
• Pendekatan Kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang mengutamakan bahan dan
keterangannya menggunakan angka sehingga gejala-gejalan yang di teliti dapat diukur
dengan menggunakan skala, indeks, table, dan formula yang menggunakan statistik.
• Pendekatan Kualitatif yaitu suatu pendekatan yang selalu dikaitkan dengan epistomologi
interperatif dengan menekankan pada makna-makna yang terkandung di dalamnya.
• Pendekatan Indvidu (The Individu Approach) yaitu pendekatan yang memperhatikan
faktor individu secara utuh meliputi watak, intelegensi, psikologi, dan kemampun
psikomotorik. Untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat (kelompok) perlu dibahas
tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami
tingkah aku individu satu persatu bagaiman cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya,
perbuatnnya,sikapnya dan sebagainnya atau tegasnya watak individu, bagaimana mefasilitasi
individu, begitulah seterusnya.
• Pedekatan Sosial (The Sosial Approach) yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor
lingkungan sebagai lingkungan tinggal induvidu dalam perkembangannya. Titik pangkal dari
pendakatn social ialah mayarakat dengan berbagi lembaganya, kelompok-kelompok dengan
berbagai aktivitas. Secara konkrit pendekatan social ini membahas aspek-aspek atau
komponen dari pada kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat istiadat, moralitas,
norma-norma sosialnya dan sebagaimana. jadi segala sesuatu yang dianggap produk bersama,
milik bersama adalah masyarakat.
• Pendekatan Interaksi (The Intraction approach) yaitu pendekatan dengan memperhatikan
pola hubungan antara individu dalam lingkungannya. Di dalam pendekatan interaksional kita
memperhatikan faktor-faktor individu dan sosial. Dimana individu dan masyarakat saling
mempengaruhi dalam hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat. Yang mana
interaksi yang terjadi mempunyai kekuatan saling membentuk dan mempengaruhi dalam
rangka saling menyempurnakan.
Macam-macam Interaksi Sosial:
• Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam Interaksi Sosial yaitu:
1. Interaksi antara orangn perorangan
2. Interaksi antar orang dengan kelompoknya dan sebaiknya
3. Interaksi antar kelompok
• Dilihat dari segi caranya, ada 2 macam interksi sosial:
1. Interksi langsung (Dirrect Interction) yaitu interaksi fisik, seperi berkelahi, hubungan
seks/kelamin dan sebagainya.
2. Interksi simbolik (Symbolik Interaction), yaitu interakasi dengan mempergunakan bahasa
(lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.
• Menurut bentuknya, selo sumardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu:
1. Kerjasama (coopertion)
2. Persaingan (competition)
3. Pertikaian (conflict)
4. Akomodasi (accomodation) yaitu bentuk penyelesaian dari pertikaian
Masyarakat indonesia termasuk tipe masyarakat kooperatif, dengan cirinya yang khas
yaitu "Gotong Royong"
II.2.2 Metode
Para ahli sosiologi dalam penelitianya banyak menggunakan bebrapa metode
penelitian, diantaranya yaitu:
 Metode Deskrptif sering disebut dengan metode empiris yang menekankan pada kajian masa
kini. Secara singkat metode ini yaitu suatu metode yang berupaya mengungkap pengejaran
atau pelacakan pengetahuan. Metode ini dirancang untuk menemukan apa yang sedang
terjadi, tentang siapa, dimana, dan kapan. Dengan demikian, dalam metode ini pun termasuk
metode survey dengan jumlah sampel yang begitu banyak mengungkap dan mengukur sikap.
Literary Digest (1936).
 Metode Ekspalantor merupakan bagian metode empiris. Popenoe (1983: 28) mengemukakan
bahwa jika saja dalam deskriptif lebih banyak bertanya tentang apa, siapa, kapan, dan
dimana.dalam studi ekspalantor lebih banyak menjawab mengapa dan bagaimana. Oleh
karena itu, metode ini bersifat menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan “mengapa” dan
“bagaimana”.
 Metode historis Komparatif menekankan pada analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam
untuk merumuskan prinsif-prinsif umum, yang kemudian digabungkan dengan metode
komparatif, dengan menitikberatkan pada perbandingan antara berbagai masyarakat beserta
bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan, serta sebab-sebabnya.atau ins
 Metode Studi Kasus merupakan suatu penyelidikan mendalam darin suatu individu,
kelompok, atau institusi untuk menetukan variabel itu, dan hubunganya diantara variabel
memengaruhi status atau prilaku yang saat itu menjadi pokok kajian (Fraenkel dan Wallen,
1993: 548).
 Metode Survei salah satu bentuk dari penelitian yang umum dalam ilimu-ilmu sosial
II.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa tekinik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam kajian sosiologi,
diantaranya adalah sosiometri, wawancara, observasi, dan observasi partisipan.
 Sosiometri
Dalam sosiometri berusah meneliti masyarakat secara kuantitatif dengan menggunakan skala
dan angka untuk mempelajari hubungan antara manusia dalam suatu masyarakat. Bidang ini
merupakan bidang keahlian psikologi yang mempelajari, mengukur, dan membuat diagram
hubungan sosial yang ada pada kelompok kecil (Horton dan Hunt, 1991: 235).
 Wawancara atau Interview
Teknik ini adal;ah situasi peran antara pribadi yang bertemu muka (face to face) ketika
seseorang, yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang yan
diwawancarai atau responden (Supardan, 2004: 159).
 Observasi
Observasi adalah pengamatan yang diperoleh secara langsung dan teratur untuk memperoleh
data penelitian.
 Observasi Partisipan
Bentuk pengamatan yang menyeluruh dari semua jenis metode atau strategi (Patton, 1980).
Dalam hal ini, peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan sesuai dengan yang
dilakukan oleh subjek penelitian.
II.2.4 Ilmu Bantu Sosiologi
Dalam kajian sosiologi memerlukan banyak ilmu bantu yang dapat menopang
kelancarandan kedalaman kajian sosiologi tersebut. Beberapa ilmu bantu yang sering
digunakan dalam sosiologi seperti statistik, psikologi, etnologi, arkeologi, dan antropologi. Di
samping ilmu-ilmu sosial adapun ilmu-ilmu lainya seperti sejarah, ekonomi, antropologi,
politik, hokum maupun gerografi.
a. Statistik
Statistik sangat diperlukan dalam ilmu sosiologi terutama dalam perhitungan-perhitungan
yang menyangkut pendekatan kuantitatif agar hasilya akurat, lebih valid, dan terukur.
b. Psikologi
Psikologi sangat diperlukan dalam kajian sosiologi karena dalam psikologi dapat diperoloeh
keterangan, baik latar belakang seseorang berperilaku maupun proses-proses mental yang
diperlukan keterangan-keteranganya.
c. Etnologi
Etnologi adalah ilmu tentang adat istiadat dalam suatu bangsa. Ilmu ini sangat diperlukan
dalam ilmu sosiologi karena dalam sosiologi menyangkut tradisi-tradisi yang berkembang.
d. Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang peninggalan ataupun kebudayaan klasik
dari suatu bangsa yang telah silam. Peninggalan dan kebudayaan klasik ini sangat penting
karena kebudayaan tua sekalipun pada hakikatnya adalah hasil usaha bersama dari suatu
masyarakat yang di telitinya.
II.2.5 Jenis Penelitian Sosiologi
 Penelitian Lengkap
Dalam penelitian ini berusaha mencari secara teliti segala fakta-fakta kemudian
ditarik kesimpulan yang diambil dari fakta tersebut. Kemudian meneliti kebenaran maupun
kekurangan dari hipotesis- hipotesis itu, peneliti pun harus mempertanyakan fakta apa yang
ada dalam kajian itu. Slanjutnya, peneliti pun harus menyimak pendapat para ahli lainya
tentang masalah yang sama.
 Penelitian Fact Finding
Dalam penelitian ini, peneliti pada umumnya tidak tersedia cukup fakta untuk
digunakan karena yang dikumpulkan hanyalah merupakan analisis-analisis maupun uraian-
uraian fakta. Dengan demikian, diperlukan analisis krisis seorang peneliti untuk meyakinkan
pembaca untuk memahami isi penelitianya.
II.3 Sejarah Perkembangan Sosioligi
Sejarawan dan filsuf sosial islam Tunisia, Ibnu khaldun (1332-1406), sudah
merumuskan suatu model tentang suku bangsa nomaden yang keras dan masyarakat-
masyarakat yang halus bertipe menetap dalam suatu hubungan yang kontras
(Chamblis,1954:285-312). Karya Ibnu khadun tersebut di tuangkan dalam bukunya yang
berjudul Al-Mukaddimah tentang sejarah akatdunia dan social budaya yang di pandang
sebagai karya besar di dalam bidang tersebut (Sharqawi,1986:144).
Pendapat khaldun tentang watak-watak manusia di jadikannya sebagai landasan
konsepsinya bahwa kebudayaan berbagai bangsa berkembang melalui 4 pase yaitu:
 Pase primitive atau nomaden
 Pase urbanisasi
 Pase kemewahan
 Dan pase kemunduran yang mengantarkan kehancuran
Kemudian keempat perkembangan ini oleh khaldun sering di sebut dengan fase
pembangunan memberi gambar gembira penurut, dan penghan.Dengan demikian,lahirlah
sosiologi sebagai ilmu social tidak lepas peranannya dari seorang tokoh brilian tetapi
kesepian,ia adalah Auguste comte (1798-1857).
Auguste comte menulis buku berjudul course of positive philosophy yang terbitkan
pada tahun antara 1830-1842 yang mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap
metode ilmiah dalam hukum itu menyatakan bahwa masyarakat barkembang melalui 3 tahap
utama,yaitu:
• Tahap teologis,di tandai oleh kekuatan zat adikodrati Yang Mahakuasa
• Tahap metafisik ,di tandai oleh kekuatan pikiran dan ide-ide abstrak dan absolut
• Tahap positip yang di tandai dengan kemajuan ilmu-ilmu positivistik untuk kemajuan dan
keteraturan hidup manusia,di mana sosiologi menjadi akan menjadi pendeta agama baru.
Sosiologi yang lahir tahun 1839, berasal dari kata latin socius yang berarti kawan,dan
logos yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kata atau berbicara. Dengan demikian,
sosilogi berarti berbicara mengenai masyarakatan, tetapi bagi Comte sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan
ilmu pengetahuan.
Tokoh ahli kemasyarakatan lainnya dari inggris,yaitu Herbert spencer ( 1820-
1830),merupakan tokoh yang pertama-tama menulis tentang masyarakat atas dasar data
empiris yang konkret dan d tuangkan dalam bukunya yang berjudul evolusi universal
(Spencer,1967).
Emile Durkheim (1858-1917) banyak yang mengakui sebagai salah satu ‘’ bapak ilmu
sosiologi‘’. Dalam bukunya yang berjudul The Rrules of Sosiological Method,Durkheim
mengajukan dalil bahwa fakta social itu tidak dapat d reduksikan ke fakta individu,melainkan
melalui eksistensi yang independen pada tingkat.Pendapat tersebut ditentang oleh tokoh-
tokoh lainnya seperti Max weber dan George C.Homans dalam karyanya : Its Elementary
Forms,kelompok yang mengemukakan bahwa setiap usaha untuk menjelaskan gejala social
akhirnya harus di dasarkan pada proposisi-proposisi mengenai prilaku individu.
Bagi Durkheim,fakta social itu memiliki karakteristik yang berbeda dengan gejala individual.
• Fakta social itu bersifat eksternal terhadap individu yang merupakan cara
bertindak,barfikir,dan berparasaan yang memperlihatkan keberadaannya di luar kesadaran
individu.
• Fakta sosial itu memaksa kepada individu,walaupun tidak dalam pengertian kepada hal-hal
negative.Melalui fakta social,individu tersebut dipaksa,di bimbing,di yakinkan,didorong,atau
dipengaruhi dalam lingkungan sosialnya.
• Fakta social itu bersifat universal,oleh karenanya tersebar secara luas dalam arti milik
bersama,bukan sifat individu perorangan ataupun hasil penjumlahan individual tetapi
kolektif.
Dunia ilmu budaya tidaklah dapat di pandang sebagai sesuatu yang sesuai menurut
hukum-hukum ilmu alam saja yang menyatakan hubungan itu berrsifat
kausal.Sebaliknya,dunia budaya harus di lihat sebagai dunia kebebasan dalam hubungannya
dengan pengalaman dan pemahaman interanal,di mana arti-arti subjektif itu dapat di tangkap.
Sosiologi berkembang dengan pesatnya pada abadke-20, khususnya di Prrancis,
Jerman, dan Amerika serikat,walaupun arah perkembangan dari ketiga Negara tersebut
berbeda-beda. Untuk perkembangan sosiologi di inggris,walaupun dipopulerkan oleh John
Stuart Mill dan Herbert Spencer,ternyata sosiologi kurang berkembang pesat di sana,dan hal
ini berbeda dengan di Prancis,Jerman,dan Amerika Serikat.

II.4 Hubungan Sosiologi Dengan Ilmu Sosial Lainya


Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tetntang masyarakat, khususnya
tetntastruktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, pada
prinsipnya merupakan keseluruhan jainan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu
kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial kelompok serta lapisan
sosial. Proses sosial disini dalah proses timbal balik dari berbagai kehidupam bersama,
sebagai contoh pengaruh timbal balik antara kehidupan ekonomi dengan segi budaya, antara
segi kehidupan religi dan hukum, maupun kehidupan politik dengan agama dan lain
sebagainya.
• Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Ekonomi
Ilmu Ekonomi adalah merupakan kajian untuk memperoleh barang-barang dan jasa produksi,
distribusi, serta konsumsi. Atau kiat-kiat atau aktifitas manusia untuk memenuhi kebutuhan
dan pemuas dirinya. Hubunga antara Sosiologi dengan Ilmu Ekonomi adalah keduanya
merupakan basis sosial tentang perilaku ekonomi. Hubungan antara ekonomi dan sosiologi
bahwa ekonomi yang merupakan basis perilaku sosial yang ikut menentukan tipe dan bentuk
interaksi para pelaku.
• Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Politik
Ilmu Politik memusatkan perhatian pada pemerintah dan penggunaan kekuasaan
politis. Para akademisi melihat ilmu politik terutama dari gagasan dibelakang sistem
pemerintah pada operasi proses politik itu, begitui pun para ahli sosiologi. Pada sisi lain, para
ahlu sosiologi menjai lebih tertarik pada pernyataan perilaku politik.
• Hubungan Sosiologi dan Ilmu sejarah
Dalam konteks ini , ilmu sejarah mlihat kebelakang untuk menggambarkan suatu
peristiwa, urutan, dan makna tentang peristiwa yang lampau itu. Penyeledikan sejarah telah
bergeser dari laporan tentang orang-orang dan tempat-tempat untuk menggambarkan
kecenderungan sosial yang luas dari waktu ke waktu. Para ahli sosiologi banyak memberikan
kontribusi atau memberikan peranan penyelidikan historis.
• Hubungan sosiologi dengan psikologi
Dalam hal ini hubungan antar sosiologi dengan psikologi sangat erat kaitanya.
Psikologi berhadapan dengan sebagian besar proses mental manusia, yaitu tentang operasi
pikiran, persepsi, kratifitas, mental, minat, tingkat kecedasan dan macam-macam emosi
lainya. Psikologi memfokuskan kepada keadaan personal atau keadaan individu sedangkan
sosiolgi lebih menekankan terhadap aspek social, interaksi antar kelompok sosial. Maka hal
ini mendukung metode dan disiplin pengetahuan kedua-duanya.
• Hubungan sosiologi dan Antropologi
Antropogi adalah studi yang mengkaji dan memplajari kebudayaan manusia.
Antropogologi dibagi menjadi dua bagian. Yang pertama, Antropologi fisik berkonsentrasi
pada dua aspek, yakni evolusi biologi manusia dan perbedaan fisik antara orang-orang
didunia. Yang kedua, antropologi budaya adalah antropologi mengkaji pengembangan dan
kultur yang sebagian bedar difokuskan pada masyarakat dan budya pramodern.
II. 5 Objektivitas dalam Sosiologi
Pada umumnya para ahli sosiologi menerima objektivitas ilmiah sebagai suatu yang
ideal, tetapi hal ini didasari oleh bebagai kesulitan untuk mencapai objektivitas yang seperti
itu dalam disiplin ilmu sosial. Bagaimanpu mereka sepertinya tidak merasakan
penyimpangan penelitian seperti itu untuk mencegah sosiologo dari suatu ilmu pengetahuan.
Objektivitas berarti kesanggupan melihat dan menerima fakta sebagaimana adanya,
bukan sebagaimana diharapkan terjadi sebenarnya dapat dikatakan mudah pula untuk
bersikap objektif dalam melakukan penelitian yang objektif bila kita memiliki preferensi
ataupun nilai-nilai yang melekat dengan kokoh. Dengan kata lain, cukup mudah untuk
bersikap objektif ketika mengamati sepasang ulat yang melakukan refroduksi, tetapi tidak
begitu mudah melihat adegan panas dalam film layar lebar tanpa terpengaruh. Atas segala hal
dimana kiti terlibat emosi, kepercayaan, keinginan, kebiasaan, dan nilai-nilai, kita cenderung
hanya melihat hal-hal yang bersesuaian dengan kebutuhan emosional dan nilai-nilai yang
melekat pada kita (Horton dan Hunt, 1991: 6 dalam Supardan: 2008, 132).
II.6 Konsep-Konsep Sosiologi
1. Masyarakat
mayarakat adalah golongan besar atau kecil uang terdiri dai beberepa manusia yang
dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan merupakan sistem sosial yang
saling mempengaruhi satu sama lain (Shadily, 1984: 31; Soekanto, 1993: 466) dengan
demikian, hidup bermasyarakat merupakan bagian integral karakteristik dalam kehidupan
manusia. Manusia membutuhkan satu sama lain untuk bertahan hidup dan untuk hidup
sebagai manusia (Campbell, 1994: 3 dalam supardan: 2008, 136).
2. Peran
Peran adalah satuan prilaku yang diharapkan dari diri individu. Setiap hari, hamkpir
semua orang harus berfungsi dalam banyak peran yang berbeda-beda. Peran dalam diri
seseorang ini sering menimbulkan konflik. Sebagai contoh, para guru sekolah dasar
perempuan, diharapkan untuk mempersiapkan pengajaran IPS di sekolah setiap hari sebagai
kewajiban profesinya, namun di sisi lain ia pun bertanggung jawab sebagai istri dalam urusan
keluarganya. Pada saat sore dan malam hari ia mengurus anak-anaknya di rumah serta
keperluan rumah tangga lainya, seperti mempersiapkan makanan untuk anak-anak dan
suaminya, mengawasi anak-anaknya belajar, membereskan dan merawat kebersihan ruangan,
perabot rumah tangga, dan sebagainya. Inilah yang sering disebut peran ganda dan peran
semacam itu hampir terjadi pada setiap manusia.
Dilihat dari jenisnya, menurut Linton (Horton dan Hunt, 1991: 122 dalm Supardan:
2008, 138 ) peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peran yang ditentukan atrau diberikan
(ascribed) dan peran yang diperjuangkan (achived).
3. Norma
norma adalah suatu standar atau kode yang memandu prilaku masyarakat. Norma-
norma tersebut mengajarkan kepada kita agar prilaku kita itu benar, layak dan pantas. Secara
umum, bentuk norma itu terdiri dari dua bentuk dasar. Norma jenis pertama meruju pada
perbuatan yang bersifat umum atau biasa sehingga disebut dengan norma deskriptif karena
mneggambarkan apa yang dilakuikan kebanyakan orang. Noma jens kedua adalah norma-
norma yang mengacu kepada harapan-harapan berasama da;lam suatu masyarakat, organisasi
atau kelompok mangenai perbuatan tertentu yang diharapkan, serta aturan-aturan moral yang
kita setujui untuk dilaksanakan (Cialdini, 2000: 709 dalam Supardan: 2008, 138).
4. Sanksi
sanksi adalah suatu rangsangan untk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan
(Soekanto, 1993: 446 dalam Supardan: 2008, 139). Pemberian sanksi bagi siapa pun
termasuk anak didik di sekolah adalah penting, namun semuanya itu hanya diberikan dalam
kerangka mendidik, dan bukan ole faktor-faktor emosional.
5. Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah proses sosial yang menyangkut hubungan timbal balik
antarpribadi, kelompok, maupun pribadi dengan kelompok (Popenoe, 1983: 104; Soekanto,
1993: 247 dalam Supardan: 2008, 140). interaksi sosial tersebut merupakan syarat utam
aterjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Mengingat dalam interaksi sosial tersebut disamping
ruang lingkupnya sangat luas dan bentuknya yang dinamis (Gillin dan Gillin, 489 dakm
Supardan: 2008, 140).
6. Konflk sosial
Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau
menghancurkan pihak lain. Konflik sosial pu dapat berupa kegiatan dari suatu kelompok
yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain, walaupun hal itu tidak menjadi tujuan
utama aktivitas kelompok tersebut (Soekanto, 1993: 101dalam supardan:2008, 141).
7. Perubahan sosial
Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok,
organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu (Ritzer, 1987: 560 dalam Supardan:
2008, 142).
konsep perubahan sosial itu penting untuk disimak oleh peserta didik, agar mereka
memahami bahwa masyarakat itu senantiasa berubah di semua tingkat kompleksitas internal
dan eksternalnya.
8. Permasalahn sosial
Istilah permasalahn sosial merujuk kepada suatu kondisi yang tidak diinginkan tidak
adil, berbahaya, ofensif dan dalam pengertian tertentu mengancan kehidupan masyarakat.
Dalam pendekatanya, studi tentang permasalahan sosial dapat dibagi menjadi dua kelompok,
yakni pendekatan realis dan objektif dan konstruksionalisme sosial (Pawluch, 2000: 995
dalam Supardan: 2008, 143).
9. Penyimpangan
Para sosiolog dan kriminolog mengartikan penyimpangan sebagai prilaku yang
terlarang, perlu dibatasi, disensor, diancam hukuman, atau label lain yang dianggap buruk
sehingga istilah tersebut seringdipidanakan dengan pelanggaran aturan (Rock, 2000: 227-228
dalam Supardan: 2008, 144).
10. Globalisasi
Istilah globalisasi merujuk pada implikasi tidak berartinya lagi jarak nasional,
regional maupun teritorial sehingga apa pun yang terjadi dan berlangsung di suatu tempat,
bukan jaminan bahwa kejadian atau peristiwa tersbut tidak membawa pengaruh di tempat lain
(Ohmae, 2002: 3-30 dalam Suprdan:2008, 145).
II.7 Generalisasi-Generalisasi Sosiologi
1. Masyarakat
Pada hakikatnya, masyarakat itu dapat diibaratkan sebuah sistem, dimana didalamnya
terdiri atas beberapa unsur atau elemen (lembaga-lembaga sosial) yang memiliki fungsinya
masing-masing dan saling memiliki keterkaitan antarunsur tersbut dalam berproses untuk
mencapai suatu tujuan.
2. Peran
Di era globalisasi ini, peran negara atau bangsa dalam mengontrol ataupun
mengendalikan informasi sudah demikian jauh berbeda. Berbagai tantangan baru yang
beroperasi serentak dalam suatu waktu di tingkat planet, mengindikasikan hilangnya batas-
batas kedaultan dan otonomi politik, budaya dan ekonomi yang dapat mebgikis integritas dan
otonimi suatu negara dan bangsa.
3. Norma
Sebagai konsekunsi adanya perubahan sosial, para pendukung aliran evolusi
beranggapan bahwa norma-norma sosial ikut berubah atau berevolusi
4. Sanksi
Sanksi merupakan suatu rangsangan untuk melakukan atau tidak melakukan
perbuatan tertentu, merupakan kaidah hukum yang selalu ada pada setiap masyarakat, bangsa,
dan negara, dalam rangka untuk mencapai ketertiban sosial.
5. Interaksi Sosial
Sebagai mkhliuk sosial, manusia selalu berinteraksi baik secara individual maupun
kelompok. Interaksi sosial itu dapat terjadi melalui proses sugesti, identifikasi, simpati, dan
imitasi.
6. Konflik Sosial
Manusia hidup selalu berkelompok dari dua individu atau lebih, dimana dalam
kelompok tersebut saling berinteraksi dan tolong menolong untuk memenuhi kebutuhanya.
7. Perubahan Sosial
Perubahan sosial menunjuk pada perubahan fenomena sosial, baik individu maupun
kelompok, pada struktur maupun proses sosial, pada hakikatnya dapat dipelajari, baik itu
tentang sebab-sebab terjadinya maupun pengaaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh
perubahan sosial tersebut
8. Penyimpangan
Munculnya penyimpangan yang sering dikaitkan dengan prilaku yang berbeda dan
aneh tidak hanya disebabkan oleh satu faktor penyebab, dapat karena faktor ketidaktahuan
atau kurang wawasan, dan sebagainya.
9. Globalisasi
Era globalisasi ditandai dengan menipisnyabatas-batas negara dan bangsa secara
politik, ekonomi dan budaya. Sebab pada era globalisasi tersebut, khususnya pengaruh aspek
teknologiinformasi demikian cepat dan mudahnya akses informasi, kendatipun hal itu terjadi
di belahan bumi tang terpencil.
II.8 Teori-Teori Sosiologi
II.8.1. Teori tindakan sosial dan sistem sosial Talcot Parsons
a. teori tindakan sosial
Teori Tindakan sosial, yaitu individu melakukan suatu tindakan berdasarkan
berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran atas suatu objek stimulus atau
situasi tertentu. Tindakan individu itu merupakan tindakan sosial yang rasional, yaitu
mencapai tujuan atas sasaran dengan sarana-sarana yang paling tepat. Teori Max Weber ini
dikembangkan oleh Talcott Parsons yang menyatakan bahwa aksi/action itu bukan
perilaku/behavour. Aksi merupakan tindakan mekanis terhadap suatu stimulus sedangkan
perilaku adalah suatu proses mental yang aktif dan kreatif. Talcott Parsons beranggapan
bahwa yang utama bukanlah tindakan individu melainkan norma-norma dan nilai-nilai sosial
yang menuntut dan mengatur perilaku itu. Kondisi objektif disatukan dengan komitmen
kolektif terhadap suatu nilai akan mengembangkan suatu bentuk tindakan sosial tertentu.
Talcott Parsons juga beranggapan bahwa tindakan individu dan kelompok itu dipengaruhi
oleh system sosial, system budaya dan system kepribadian dari masing-masing individu
tersebut. Talcott Parsons juga melakukan klasifikasi tentang tipe peranan dalam suatu system
sosial yang disebutnya Pattern Variables, yang didalamnya berisi tentang interaksi yang
avektif, berorientasi pada diri sendiri dan orientasi kelompok.
Dalam analisis,parsons menggunakan kerangka alat tujuan (means ends framwork)
yang intinya (a) tindakan itu diarahkan pada tujuanya atau memiliki suatu tujuan : (b)
tindakan terjad dalam suatu situasi,dimana beberapa elemenyah sudah pasti,sedangkan
elemen-elemen lainya digunakan oleh yang bertindak sebagai alat untuk mencapai tujuan
tersebut : (c) secara normatif tindakan itu diatur sehubungan dengan penentuan alat dan
tujuan.
Teori sistem sosial
Teori Sistem sosial : yaitu, suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen / sub
elemen / sub system yang saling berinteraksi dan berpengaruh. Konsep system digunakan
untuk menganalisis perilaku dan gejala sosial dengan berbagai system yang lebih luas
maupun dengan sub system yang tercakup di dalamnya. Contohnya adalah interaksi antar
keluarga disebut sebagai system, anak merupakan sus system dan masyarakat merupakan
supra system, selain kaitannya secara vertikal juga dapat dilihat hubungannya secara
horizontal suatu system dengan berbagai system yang sederajat. Dalam pandangan Talcott
Parsons, masyarakat dan suatu organisme hidup merupakan system yang terbuka yang
berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan lingkungannya. System kehidupan ini dapat
dianalisis melaui dua dimensi yaitu : interaksi antar bagian-bagian / elemen-elemen yang
membentuk system dan interaksi / pertukaran antar system itu dengan lingkungannya. Talcott
Parsons membangun suatu teori system umum / Grand Theory yang berisi empat unsure
utama yang tercakup dalam segala system kehidupan, yaitu : Adaptation, Goal Attainment,
Integration dan Latent Pattern Maintenance.
Dalam teori sistem tersebut, parsons dkk mengembangkan kerangka
A-G-I-L (adaptation, goal attaiment,intergration,latent pattern maintanance),sebagai 4
persyaratan fungsional dalam semua sistem sosial yang dikembangkan.
1. Adaptaton menunjuk kepada keharusan bag sistem-sistem sosial untuk menghadapi
lingkunganya yang bersifat transformasi aktif dari situasi yang pada umumnya segi-segi
situas yang dapat di manipulasi sebagai alat untuk mencapai tujuan dan inflexble suatu
kondisi yang tdak dapat atau pun sukar di ubah.
2. Goal Attaiment merupakan persyaratan fungsional yang berasumsi bahwa tndakan itu
selalu diarahkan pada tujuanyah,terutama pada tujuan bersama para anggota dalam suatu
sistem sosial.
3. Intergration merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara para
anggota dalam suatu sistem sosial.
4. Latent Pattern Maitanance menunjukan pada berhentnya nteraksi bak itu karna letih
maupun jenuh,serta tunduk terhadap dimana ia berada.
II.8.2. Teori Evolusi Sosial
Teori Evolusi Charles Darwin dan perkembanganya
Kajian mengenai catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme
hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah
dari waktu ke waktu, namun mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas.
Ketidak jelasan tersebut sampai dipublikasikan “on the origin of species” oleh Charles
Darwin tahun 1859 yang menjelaskan secara detail mengenai teori evolusi melalui seleksi
alam. Karya Darwin ini segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah.
Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan
Mendel, membentuk sintesis evolusi modern yang menghubungkan satuan evolusi (gen)
dengan mekanisme evolusi ( seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini
mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini
telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih
menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun
sebenarnya biologi evolusioner telah berakar sejak zaman Aristoteles, tetapi Darwin adalah
ilmuwan yang pertama mencetuskan teori evolusi yang telah banyak terbukti secara mapan
melalui pengujian ilmiah.
Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam
dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa
evolusi.
Menurut teori evolusi bahwa asal-usul kehidupan dijelaskan sebagai berkut :
• Kehidupan dimulai dari sel yang pertama muncul karena faktor kebetulan berbentuk secara
mandiri lalu sel ini berkembang dan berevolusi kemudian dengan mengambil bentuk-bentuk
yang berbeda menghasilkan berjuta-juta spesies mahkluk hidup di bumi.
• Makhluk hidup berkembang dari nenek moyang yang sama dan variasi timbul setelah
melalui serentetan perubahan kecil kehidupan berupa sebatang pohon dengan sebuah akar
bersama yang bagian atasnya berkembang menjadi cabang-cabang yang berada disebut juga
pohon silsilah kehidupan.
• Perkembangan embrio mengulangi proses evolusi yang dalami oleh nenek moyang mereka di
zaman purba,secara ringkas ontogoni merekapitulasi filogeni yang disebut sebagai hukum
biogenetika.
Untuk menjelaskan teorinya ini,Darwin membuat peta filogenik sebagaimana pada
gambar berkut :
gambar fosil tengkorak manusia

Hormolog dan analog hewan dan manusia


Berdasarkan peta filogenik d atas,evolusi kera menjadi manusia sekarang berevolusi
selama 35 juta tahun, sedangkan gars batas antara manusia dan kera kapan waktunya masih
tanda tanya. Bentuk transisi manusa purban Australopilucus Africanus (mausia-kera)
berumur 2 juta tahun yang lalu di afrika, kemudian berkembang menjadi manusia purba
homo errectus dan homo subilis satu juta tahun yang lalu.
II.8.3. Teori Teknologi dan Ketinggalan Budaya (cultural lag) Wiliam F.Ogburn
Ada salah satu teori sumbangan yang sangat terkenal terhadap bidang sosiologi adalah
konsepnya tentang ketinggalan budaya (cultural lag). Konsep itu menggacu kepada
kecenderungan dari kebiasaan-kebiasaan sosial selalu ditandai oleh ketegangan antara
kebudayaan materil dan normateriil. Pemikiran-pemkiran ogburn digolongkan kedalam
pendekatan prilaku (behaviorisme),dan pada karyanya Social Change with Respect to Culture
and Original Nature,mengemukakan hal berikut :
a. Perilaku manusia merupakan produk warisan sosial atau budaya, bukan produk faktor-faktor
biologis yang diturunkan lewat keturunan.
b. Kenyataan sosial pada dasarnya terdiri atas pola-pola perilaku individu yang nyata dan
kosenkuensinya.
c. Perubahan-perubahan kebudayaan materii terbentang mulai dari penemuan awal, seperti
perkakas tangan, komputer yang beroprasi dengan cepat, sampai satelit-satelit komunikasi.
Sedangkan kebudayaan nonmaterial seperti kebiasaan dan tata cara organisasi sosial, yang
akhirnya berkonsenkuensi harus menyusuaikan diri dengan kebudayaan-kebudayaan materiil.
d. Kebudayaan nonmateriil yang tidak mampu mengejar karena kecepatan perubahan dalam
kebudayaan materiil terus melaj.hasilnya adalah suatu ketegangan yang terus meningkat
antara budaya materiil dengan nonmateriil,akhirnya selalu menimbulkan ketertinggalan
budaya (cultural lag) khususnya budaya nonmateriil.

II.8.4. Teori Dramaturgi Evering Goffman


Dalam teori Dragmaturgi Goffman tidak berupaya minitkberatkan pada struktur
sosial, melainkan pada interaksi tatap muka atau kehadiraan bersama (co-presence).
Menurutnya interaksi tatap muka itu dibatasnya sebagai individu yang saling mempengaruhi
tindakan mereka satu sama lain ketika masing-masng berhadapan secara fisik.Teori
Darmaturgi tersebut dapat dkemukakan sebagai berikut :
a. Dalam suatu situasi sosial, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu disebut sebagai situasi
suatu penampilan, sedangkan orang-orang lain yang terlibat di dalam situasi itu disebut
sebagai pengamat atau partispan lainnya.
b. Membatasi sebagian pola tindakan yang telah diterapkan sebelumnya, terungkap pada saat
melakukan pertunjukan yang juga dapat dilakukan maupun diungkapkan dalam kesempatan
lain.
c. Seseorang dapat menyajikan suatu show bagi orang lain, tetapi kesan pelaku terhadap
petunjukan tersebut dapat berbeda-beda.
d. Panggung depan adalah bagian penampilan indvidu yang secara teratur berfungsi sebagai
metode umum untuk tampil didepan publik sebagai sosok yang ideal.
e. Pada panggung belakang, terdapat sejenis “masyarakat rahasia “ yang tidak sepenuhnya
dapat dilihat diatas permukaan. Dalam hal ini tidak mustahil bahwa tradisi dan karakter
pelaku sangat berbeda dengan apa yang dipentaskan di depan. Dengan demikian, ada
kesenjangan peranan maupun keterkaitan peranan ataupun role embracement.
II.8.5. Teori struktur Anthony Giddens
Bagi giddens dualisme makro vs mikro yang sudah lama menandai mazhab-nazhab
seperti fungsionalisme parsons, nteraksional-simbolis goffman, strukturlisme levi-starauus,
marxisme Althusser, psikoanalisa Freud, dan post-strukturalisme menyebabkan kaitan dan
mikri dan makro selalu ditandai oleh suatu patahan,singkatnya,suatu missing link. Link
missing itu berupa masalah epitimologis yang tidak bisa ditepis begitu saja dari teori ilmu-
ilmu sosial.Dan Giddens telah menyajikan sintesa baru baik dalam gejala globalisasi maupun
dalam perkara identitas diri yang kedengaraan personal, terlibat dualitas struktur
pelaku.Giddens mejawab dengan mudah “menunjukan bahwa pelaku itulah yang menjadi
agenda teoritis Giddens. Dalam teori strukturasi, ia mencoba menbangkitkan kembali subyek
yang menurutnya sedang dikubur oleh teori ilmu-ilmu sosial
II.8.6.Teori Globalisasi “ of nothing”
Teori globalization of nothing dari Ritzer (2004) yang disajikan dalam buku
Globalization of nothing : why so many so much out of so little. Suatu meta teori yang
menganalogikan”nothing” sebagai bentuk yang distingatif dan menggelobal. Terdapat empat
sub tipe; (1) non-places, seperti pusat perbelanjaan mall, (2) non-things seperti kartu kredit,
(3) non-places, seperti karyawan yang diasosiasikan telemarker,(4) non servis seperti ATM.

BAB IIIPENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari bebrapa uraian mengenai sosiologi kami dapat menyimpulkan bahwa sosiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari banyak tentang masyarakat dan kegiatan yang ia
lakukan. Sebagai ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan, sosiologi terbagi kedalam
beberapa bagian sesuai dengan kajianya masing-masing, diantaranya yaitu sosiologi
pedesaan, sosiologi industri, sosiologi perkotaan, sosiologi medis, sosiologi wanita, sosiologi
militer, sosiologi keluarga, sosiologi pendidikan, dan sosiologi seni.
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang relative baru bila dibandingkan dengan disiplin
ilmu-ilmu sosial lainya. Sosiologi mulai berkembang pada pertengahan abad ke-19 tepatnya
tahun 1839, sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti kawan, dan logos yang
berasal dari bahasa Yunani yang berarti kata atau berbicara. Dengan demikian, sosilogi
berarti berbicara mengenai masyarakatan, tetapi bagi Comte sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan ilmu
pengetahuan.
Sebagaimana ilmu-ilmu sosial yang lain, sosiologi juga mempunyai berbagai konsep,
generalisasi, dan juga teori. Adapun konsep dan generalisasi yang ada dalam sosiologi
diantaranya yaitu, masyarakat, peran, norma, sanksi, interaksi sosial, konflik sosial,
perubahan sosial, penyimpangan dan sebagainya. Sedangkan teori-teori yang ada dalam ilmu
sosiologi diantaranya yaitu, teori tindakan sosial dan sistem sosial, teori evolusi, teori
teknologi dan ketertinggalan kebudayaan (curtural lag), teori dramaturgi, teori struktura, teori
globalisasi “no thing”, dan lain sebagainya.
III. 2 Saran
Dengan tersusunya makalah mengenai sosiologi ini, semoga kita lebih dapat
memehami tentang ilmu sosiologi dan segala aspek yang terdapat didalam ilmu sosiologi
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Dirjosisworo, S. 1982. Pokok-pokok Sosiologi Sebagai Penunjang Studi hukum. Bandung: Ofste
Alumni.
Ismail, Rita. 2007. Sosiologi Keperawatan. Yogyakarta: EGC.
Priyono, H. 2003. Anthony Giddens. Jakarta: Gramedia.
Soehartono, I. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Supardan, D. 2009. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Yunus, Rosman. 2006. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam. Yogyakarta: Gema
Insani
Zeitlin, Irving. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai