Secara terminilogi sosiologi berasal dari bahasa Yunani, yakni kata socius dan locos,
spcius yang berarti kawan, berkawan, ataupun bermasarakat.sedangkan logos berarti ilmu
atau dapat juga berbicara tentang sesuatu, dengan demikian secara harfiah sosiologi dapat
diartikan ilmu tentang masyarakat, ( Sepecer dan Inkeles, 1982: 4; Abdulsyani, 1987: 1),
sosiologi sebagai disiplin ilmu yang mengkaji tentang masyarakat maka cakupanya sangat
luas makanya cukup sulit mendepinidisikannya dan mengemukakan seluruh pengertiannya,
dengan kata lain suatu definisi hanya dapat dipake suatu pegangan semata saja, untuk
pegangan semata tersebut, dibawah ini diberikan beberapa definisi sosiologi;
• Pitirin Sorokin (1928: 760- 761), mengemukakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu tentang
timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial, contohnya antara gejala ekonomi dan
nonekonomi.
• Wiliam Ogburn dan Meyer F, Nimkoff ( 1959: 12-13 ) berpendapat bahwa sosiologi adalah
penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosila.
• Roucekj dan Werren ( 1962: 3 ) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu tentang hubungan
antara manusia dan kelompok-kelompoknya.
• J.A.A.van Doom dan C.J. Lammers ( 1964: 24 ) mengemukakan bawha sosiologi ilmu
tentang struktur- struktur dan proses- proses kemasyarakatan yang bersifat setabil.
• Meta Spencer dan Alex Inkeles ( 1982:4 ) mengemukakan bahwa sosiolgi ilmu tentang
kelompok hidup manusia.
• David Popenoe ( 1983: 107-108 ) berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu tentang interaksi
manusia dalam masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
• Selo Soemardjan dan Sulaeiman Soemardi (1982: 14 ) menyatakan bahwa sosiologi adalah
ilmu tentang struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Dengan demikian dari beberapa definisi sosiologi ini, sosiologi sebagai disiplin ilmu
tentang interaksi sosial, keleompok sosial, gejala-gejala sosial, organisasi sosial, struktur
sosila, proses sosial, maupun perubahan sosial.
Secara tematis, ruang lingkup sosiologi dapat dibedakan menjadi beberapa subdisiplin
sosiologi, sperti sosiologi pedesaan (rural sociology), sosiologi industri (industrial sociology),
sosiologi perkotaan (urban sociology), sosiologi medis (medical sociology), sosiologi wanita
(woman sociology), sosiologi militer (military sociology), sosiologi keluarga (family
socciology), sosiologi pendidikan (educational sociology), dan sosiologi seni (sociology of
art).
A. Sosiologi pedesaan (Rural sociology)
Jurusan yang pertama kali mengkhususkan sosiologi pedesaan muncul dari Amerika
Serikat tahun 1930-an, kumudian muncul beberapa Akademik Land Grant yang dibentuk
dalam wilayah kewenangan Departemen Pertanian Amerika Serikat untuk meneliti masalah
pedesaan dan melatih ahli sosiologi serta ekstensionis pedesaan untuk kerja sama lembaga-
lembaga pemerintah beserta organisasi tani (Hightower 1937).
B. Sosiologi Industri (Industrial Sociology)
Kelahiran bidang ini mendapat inspirasi dari pemikira-pemikiran Karl Marx, Emile
Durkheim, dan Max Weber, walaupun secara formal, sosiologi lahir dalam kurun waktu
antara Perang Dunia I dan II, serta secara matang tahun 1970-an (Grint, 2000: 488). Dari
pemikiran Karl Marx, setidaknya teori proletariat dari tumbuhnya alienasi, serta eksploitasi
ekonomi, pengaruhnya sangat dirasakan pada saat perang dunia I dan II, manakala terjadi
lonjakan pengangguran dan krisis ekonomi dunia, walaupun realitanya pengaruh ini kurang
dominan.kemudian gagasan Emile Durkheim yang ditulis dalam buku Division of Labour
(1933), memerikan konstribusi yang berarti dalam sosiologi industri terutama dengan konsep
dan teorinya tentang norma dan bentuk solidaritas sosial organik dan mekaniknya.
Sedangkan dari pemikiran Weber, Merupakan jantung dalam pembentukan sosiologi industri.
Sosiologi industri sejak tahun 1980-an terdapat empat tema,yaitu:
Sosiologi industri yang menekankan gaya tradisional yang patriarkat, yang memberikan
peluang munculnya lini baru, yakni feminisme dalam riset.
Runtuhnya komunisme di Eropa Timur
Perkembangan teknologi informasi dan aplikasi-aplikasinya di bidang manufaktur serta
perdagangan.
Asumsi bahawa pekerjaan dan produksi merupakan kunci identitas sosial tentang argumen-
argumen bahwa pola-pola konsumsi merupakan sumber identitas individu (Hall, 1992: 114).
C. Sosiologi Medis (Medical Sociology)
Sosiologi medis merupakan bagian sosiologi yang kajiannya memfokuskan pada
pelestarian ilmu kedokteran, khususnya pada masyarakat modern (Amstrong, 2000: 643).
Bidang ini berkembang pesat pada sejak tahun 1950-an sampai sekarang. Setidaknya ada dua
alesan yang mendorong pesatnya perkembangan bidang ini.
Berhubungan dengan asumsi-asumsi dan kesadaran bahwa masalah yang terkandung dalam
perawatan kesehatan masyarakat modern adalah sebagai bagian integral masalah-masalah
sosial.
Meningkatnya minat terhadap pengeboatan dalam aspek-aspek sosial dari kondisi sakit
(illnes), terutama berkaitan dengan pisikiatri (berhubungan dengan penyakit jiwa), pediatri
(kesehatan anak), praktik umum (penngobatan keluarga), geriatrik (perawatan usia lanjut),
dan pengobatan komunitas (Amstrong, 2000: 643-644).
Beberapa tulisan yang menghiasi kelahiran sosiologi medis tahun 1950-an adalah
Journal of Health and Human Social Behavior. Dalam perkembangan selajutnya, khususnya
tahun 1990-an, minat terhadap studi detail kehidupan sosial pun dilibatkan yang meneliti
ekspresi dalam pengalaman sakit pasien. Pandangan pasien mengenai kondisi sakit ditelaah
sebatas sebagai bahan tambahan dari perilaku sakit berdasarkan posisi pasien itu sendiri.
Konsekuensi logis penerimaan pendapat tersebut yang sama bermangfaatnya dengan bidang
medis adalah munculnya kesadaran bahwa pengetahuan medis tersebut dapat menjadi objek
penting dalam sosiologi.
D. Sosiologi Perkotaan (Urban Sociology)
Sosiologi urabn atau perkotaan adalah studi sosiologi yang menggunakan berbagai
statistik diantara dalam kota-kota besar. Kajiannya terutama dipusatnkan pada studi wilayah
perkotaan dimana zona indudtri, perdagangan, dan tempat tinggal terpusat. Praktik ini
merupakan penggunaan tata ruang dan lingkungan kota besar dalam beberapa lokasi atau
daerah miskin sebagai jawaban atas beberapa kultur,etnis, dan bahasa yang berbeda, suatu
mutu hidip yang rendah, berbagai kelompok kesukuan yang berbeda dan untuk mengungkap
suatu standar hidup rendah, terutama bahwa semua fenomena-fenomena sosial ke arah
disorganisasi sosial.Sosiologi perkotaan baru dimuli di Eropa, perintisannya sejak tahun
1920-an dan 1930-an walaupun resminya sejak awal tahun 1970-an yang kemudia menyebar
ke berbagai wilayah khususnya Amerika serikat.pada tahun 1970-an.selama dua puluh tahun
sejak pengenalannya dari barat,dapat dibagi menjadi tiga tahapan.
• Periode dari 1977-1985, ketika sosiologi urban prancis, terutama sekali teori Manuael Castell
peryataannya sangat berpengaruh.
• Dari 1986-1992, memusatkan pada teori pergerakan sosial dsan kensep global di kota besar
dalam suatu konteks pembaruan, terutama kota-kota di jepang.
• Dari 1992 sampai sekarang, ditandai oleh suatu perubahan bentuk sosiologi perkotaan dalam
suatu teori rugan kemayarakatan di bawah globalisasi yang telah begitu besar memengaruhi
pekerjaan David Harvey (Kazutaka Hasimoto, 2002). Beberapa tema yang relevan dalam
kajian sosioogi urban tersebut, di antaranya populasi, geopolitk, ekonomi, dan lain-lain.
Mazhab Chicago adalah mazhab yang berpengaruh besar dalam studi sosiologi
perkotaan ini, setelah mempelajari k ota kota besar pada awal abad ke-20 dan 21. Mazhab
Chicago mash memiliki peranan yang sangat penting. Banyak dari penemuan mereka yang
berharga telah menepatkan pengaruh mazhab tersebut sehingga masih dominan. Bahkan
belakangan ini telah berkembang Sosiologi Perkotaan Baru di bawah pengaruh tulisan Mark
Gonttidiener dan Ray Hutchison (2006). Yang menyajikan teks terobosan mereka dalam
suatu edisi baru ketiga. Buku tersebut diorganisir secara terpadu perspektif paradigma
sociospatial yang mempertimbangkan peran yang dimiliki oleh faktor-faktor sosial, seperti
ras, kelas, jenis kelamin, gaya hidup, ekonomi, kultur dan politik pada pengembangan daerah
metropolitan.
E. Sosiologi Wanita (Woman Socology)
Lahir dan berkembangnya sosiologi wanita, di mana sejarah perintisnya sejalan
dengan perkembangan gerakan feminisme yang dipolopori oleh Mary Wollstonecraft dalam
bukunya A Vindication of the Ringt of Woman (1779),
Kendati akar-akar historinya dapat dilacak sejalan lahirnya sosiologi sebagai disiplin
akademik. Sosiologi wanita merupakan suatu prespektif meyeluruh tentanng keanekaragaman
pengalaman yang terstuktur bagi kaum wanita, dengan mendefinisikan sosiologi wanita
dalam arti pola-pola ketidakadilan yang terstuktur, khususnya kerangka stratifikasi gender,
yang dilakukan oleh kaum wanita ialah mengembangkan suatu sosiologi oleh dan unuk
wanita (Ollenburger dan Moore, 1996).
Dilihat dari prspektif pendorong teori sosiologi wanita tersebut, terdiri atas tiga
kelompok kontributor sosiologi utama yang terpilih.
• Kelompok teoritis positivis atau fungsionalis, menegaskan bahwa tatanan alamiah dominasi
laki-laki sebagai suatu berbedaan terhadap argumen-argumen mengenai hak-hak kaum
wanita.
• Kelompok para teoritis konflik, melukiskan sistem-sistem penindasan yang secara sistematis
membatas kaum wanita.
• Kelompok alternatif, yakni klompok aktivis karya sosial dan interaksionis.
F. Sosiologi Militer (Military Sociology )
Bidang ini menyoroti angkatan bersenjata sebagai suatu organisasi bertipe khusus
dengan fungsi sosial spesifik (Bredow, 2000: 664). Fungsi-fungsi tersebut bertolak dari suatu
tujuan organisasi keamanan dan sarana-sarananya, kekuatan serta kekerasan. Terdapat lima
bidang utama kajian sosiologi militer.
• Problem organisas internal yang menganalisis proses-proses dalam klompok kecil dan ritual
militer dengan tujuan untuk mengidentifikasi problem disiplin dan matvasi, serta mengurakan
cara-cara subkultrul militer dibentuk.
• Problem organisasional internal dalam pertempuran, di mana dalam hal ini dianalisis
termasuk seleksi para petingi militer, kepangkatan, dan evaluasi motivasi pertempuran.
• Angkatan bersenjata dan masyarakat yang mengaji tentang citra profesi yang berkaitan
dengan dampak berubahan sosial dan teknologi, profil rekutmen angkatan bersenjata,
problem pelatihan dan pendidikan tentara serta peran wanita dalam angkatan bersenjata.
• Militer dan politik. Dalam hal ini, dianalisis ada suatu perbandingan bahwa pada demokrasi
Barat riset milter, terfokus pada kontrol politik terhadap jaringan militer, kepentingan
ekonomi, dan administrasi lainnya.
• Angkatan bersenjata dalam sistem internasional. Dalam hal ini, dianalisis dalam aspek-aspek
keamanan nasional dan internasional, diseratai peralatan atau perlengkapan dan
pengendalianya, serta berbagai operasi pemeliharaan perdamaian internasional.
G. Sosiologi Keluarga (Family sociology)
Mempelajari pembentukan dan perkembangan keluarga, bentuk keluarga, fungsi dan
struktur keluarga, arah perkembangan keluaraga pada masa mendatang, permasalahan yang
dihadapi keluarga serta penyelesaiaannya, masalah penyimpangan hubungan dengan
sosialisasi,disorganisasi keluarga, dan masalah keluarga berncana. Mencakup hubungan
keluarga dengan sistem keluarga lainnya, seperti sistem pendidikan, ekonomi. Pemerintahan,
hubungan keluarga dengan sistem nilai dan organisasi lainnya, serta implikasinya terhadap
angkota keluarga.
H. Sosiologi Agama
Sosiologi agama merupakan sosiologi studi sosiologis yang mempelajari studi ilmu
budaya secara empiris, propan, dan positif yang menuju kepada praktik, struktur sosial, latar
belakang historis, pengembangan, tema universal, dan peran agama dalam masyarakat
(Goddijn, 1966: 36). Sosologi agama merupakan cabang dari sosiologi umum yang bertujuan
untuk mencari keterangan ilmiah tentang masyarakat agama khususnya. Ditinjau dari
sejarahnya, printisan sosiologi agama sebenanya sejak lama dan hampir seusia dengan
sosiologi itu sendiri. Pengajian masalah agama secara ilmiah dan sistematis baru dilakukan
sekitar tahun 1900-an hingga pertengahan abad ke-20. Mulai saat itu muncullah buku-buku
sosiologi agama yang dikenal dengan priode sosiologi agama klasik yang dipolopri Emil
Durkheim(1858-1917), seoranng perintis sosiologis dari prancis dalam bukunyaThe
Elementary froms of Relegious Life dan Max Weber (1864-1920) seorang sosiolog dari
jerman dalam karyanya The Socilogy of Religion, keduanya dikenal sebagai pendiri sosiologi
agama. Dalam perkembangnnya, sosiologi agama memiliki empat mazhab, yakni klasik,
positivisme, teori konflik, dan fungsisonalisme (Hendroppuspita, 1983: 24).
I. Sosiologi Pendidikan (Sosilogy of Education)
Merupakan bidanng kajian sosilogi yang perintisnya selalau dengan sosiolog
pendidikan bernama Lester Frank Ward pada tahun 1883, yang menegaskan bahwa untuk
memperbaiki masyarakat diperlukan pedidikan (Ballantine, 1983: 11). Selanjutnya, Ward
menegaskan bahwa perbedaan kelas yang terjadi pada masyarakat bersumber kepada
perbedaan pemilikan kesempatan, terutama kesempatan dalam memeperoleh pendidikan.
Sebab perbedaan pemilikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan tersebut mengarah
kepada monpoli pemilikan sumber-sumber sosial maupun keadilan. Dengan berasumsi bahwa
pada dasarnya manusia memiliki kapasitas belajar yang sama. Bidang-bidang kajian materi
sosilogy of education meliputi.
• Hubungan sistem pendidikan dengan sistem sosial lain
• Hubungan sekolah dengan komunitas sekitarnya
• Hubungan antarmanusia dalam sistem pendidikan
• Pengaruh sekolah terhadap prilaku anak didik (Pavalko, 1976: 14-16).
J. Sosiologi Seni
Istilah sosiologi seni (socilogy of art) sering digunakan dari berbagai seni literatul
sedanngkan, sosiologi seni visual relatif jarang dikembangkan dibandingkan sosiologi
literatur, drama maupun filem. Implikasinya, sipat generik dari bidang kajian ini mau tidak
mau menimbulkan kesulitan dalam analisisnya karena tidak selalu terdapat hubungan linear
antara musik dan novel dengan konteks atau polotiknya (Wolff, 2000: 41). Namuan
demikian, sosiologi seni dapat dikatakan wilayah kajian yang cair karena didalamnya tidak
suatau model analisis atau teori yang dominan.
Walaupun sosiologi di awal kelahiranya pada abad ke-19 sangat dipengaruhi oleh
pemikiran-pemikiran yang bbersifat positivistik, khususnya bagi pendiroinya Auguste Comte,
namun dalam pendekatan sosiologi tidaklah absolut bersifat kuantitatif, melainkan juga dapat
menggunakan pendekatan kualitatif (Soekanto, 1986: 36). Beberapa pendekatan yang banyak
digunakan di Eropa dan Amerika memang ada perbedaan, karena pendekatan sosiologi seni
produksi- budaya yang sering mendapatkan keritik karena dianggap mengabaykan produk
budaya itu sndiri. Pendekatan produksi-budaya (production of culture) memfokuskan pada
masalah hubungan sosial di mana karya seni itu diprodusi. Kebanyakan yang menjadi fokus
kajiannya di banyak negara, kecuali di Inggris (studi literatur), yakni pada seni pertujukan
yang menyajikan kompleksitas interaksi sosial yang dianalisis.
II.2 Pendekatan, Metode, Teknik, Ilmu Bantu, dan Jenis Penelitian Sosiologi
II.2.1 Pendekatan
Pendekatan sosiologi adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk
mempelajari hidup bersama dalam suatu masyarakat. Dalam kajian Sosiologi Pendididikan
kita akan menggunakan beberapa pendekatan (Approach) yaitu:
• Pendekatan Kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang mengutamakan bahan dan
keterangannya menggunakan angka sehingga gejala-gejalan yang di teliti dapat diukur
dengan menggunakan skala, indeks, table, dan formula yang menggunakan statistik.
• Pendekatan Kualitatif yaitu suatu pendekatan yang selalu dikaitkan dengan epistomologi
interperatif dengan menekankan pada makna-makna yang terkandung di dalamnya.
• Pendekatan Indvidu (The Individu Approach) yaitu pendekatan yang memperhatikan
faktor individu secara utuh meliputi watak, intelegensi, psikologi, dan kemampun
psikomotorik. Untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat (kelompok) perlu dibahas
tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk mayarakat itu, jikalau kita dapat memahami
tingkah aku individu satu persatu bagaiman cara berfikirnya, perasaannya, kemampuannya,
perbuatnnya,sikapnya dan sebagainnya atau tegasnya watak individu, bagaimana mefasilitasi
individu, begitulah seterusnya.
• Pedekatan Sosial (The Sosial Approach) yaitu pendekatan yang memperhatikan faktor
lingkungan sebagai lingkungan tinggal induvidu dalam perkembangannya. Titik pangkal dari
pendakatn social ialah mayarakat dengan berbagi lembaganya, kelompok-kelompok dengan
berbagai aktivitas. Secara konkrit pendekatan social ini membahas aspek-aspek atau
komponen dari pada kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi, adat istiadat, moralitas,
norma-norma sosialnya dan sebagaimana. jadi segala sesuatu yang dianggap produk bersama,
milik bersama adalah masyarakat.
• Pendekatan Interaksi (The Intraction approach) yaitu pendekatan dengan memperhatikan
pola hubungan antara individu dalam lingkungannya. Di dalam pendekatan interaksional kita
memperhatikan faktor-faktor individu dan sosial. Dimana individu dan masyarakat saling
mempengaruhi dalam hubungan timbal balik antara individu dan masyarakat. Yang mana
interaksi yang terjadi mempunyai kekuatan saling membentuk dan mempengaruhi dalam
rangka saling menyempurnakan.
Macam-macam Interaksi Sosial:
• Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam Interaksi Sosial yaitu:
1. Interaksi antara orangn perorangan
2. Interaksi antar orang dengan kelompoknya dan sebaiknya
3. Interaksi antar kelompok
• Dilihat dari segi caranya, ada 2 macam interksi sosial:
1. Interksi langsung (Dirrect Interction) yaitu interaksi fisik, seperi berkelahi, hubungan
seks/kelamin dan sebagainya.
2. Interksi simbolik (Symbolik Interaction), yaitu interakasi dengan mempergunakan bahasa
(lisan/tertulis) dan simbol-simbol lain (isyarat) dan lain sebagainya.
• Menurut bentuknya, selo sumardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu:
1. Kerjasama (coopertion)
2. Persaingan (competition)
3. Pertikaian (conflict)
4. Akomodasi (accomodation) yaitu bentuk penyelesaian dari pertikaian
Masyarakat indonesia termasuk tipe masyarakat kooperatif, dengan cirinya yang khas
yaitu "Gotong Royong"
II.2.2 Metode
Para ahli sosiologi dalam penelitianya banyak menggunakan bebrapa metode
penelitian, diantaranya yaitu:
Metode Deskrptif sering disebut dengan metode empiris yang menekankan pada kajian masa
kini. Secara singkat metode ini yaitu suatu metode yang berupaya mengungkap pengejaran
atau pelacakan pengetahuan. Metode ini dirancang untuk menemukan apa yang sedang
terjadi, tentang siapa, dimana, dan kapan. Dengan demikian, dalam metode ini pun termasuk
metode survey dengan jumlah sampel yang begitu banyak mengungkap dan mengukur sikap.
Literary Digest (1936).
Metode Ekspalantor merupakan bagian metode empiris. Popenoe (1983: 28) mengemukakan
bahwa jika saja dalam deskriptif lebih banyak bertanya tentang apa, siapa, kapan, dan
dimana.dalam studi ekspalantor lebih banyak menjawab mengapa dan bagaimana. Oleh
karena itu, metode ini bersifat menjelaskan atas jawaban dari pertanyaan “mengapa” dan
“bagaimana”.
Metode historis Komparatif menekankan pada analisis atas peristiwa-peristiwa masa silam
untuk merumuskan prinsif-prinsif umum, yang kemudian digabungkan dengan metode
komparatif, dengan menitikberatkan pada perbandingan antara berbagai masyarakat beserta
bidangnya untuk memperoleh perbedaan dan persamaan, serta sebab-sebabnya.atau ins
Metode Studi Kasus merupakan suatu penyelidikan mendalam darin suatu individu,
kelompok, atau institusi untuk menetukan variabel itu, dan hubunganya diantara variabel
memengaruhi status atau prilaku yang saat itu menjadi pokok kajian (Fraenkel dan Wallen,
1993: 548).
Metode Survei salah satu bentuk dari penelitian yang umum dalam ilimu-ilmu sosial
II.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Beberapa tekinik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam kajian sosiologi,
diantaranya adalah sosiometri, wawancara, observasi, dan observasi partisipan.
Sosiometri
Dalam sosiometri berusah meneliti masyarakat secara kuantitatif dengan menggunakan skala
dan angka untuk mempelajari hubungan antara manusia dalam suatu masyarakat. Bidang ini
merupakan bidang keahlian psikologi yang mempelajari, mengukur, dan membuat diagram
hubungan sosial yang ada pada kelompok kecil (Horton dan Hunt, 1991: 235).
Wawancara atau Interview
Teknik ini adal;ah situasi peran antara pribadi yang bertemu muka (face to face) ketika
seseorang, yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang yan
diwawancarai atau responden (Supardan, 2004: 159).
Observasi
Observasi adalah pengamatan yang diperoleh secara langsung dan teratur untuk memperoleh
data penelitian.
Observasi Partisipan
Bentuk pengamatan yang menyeluruh dari semua jenis metode atau strategi (Patton, 1980).
Dalam hal ini, peneliti turut serta dalam berbagai peristiwa dan kegiatan sesuai dengan yang
dilakukan oleh subjek penelitian.
II.2.4 Ilmu Bantu Sosiologi
Dalam kajian sosiologi memerlukan banyak ilmu bantu yang dapat menopang
kelancarandan kedalaman kajian sosiologi tersebut. Beberapa ilmu bantu yang sering
digunakan dalam sosiologi seperti statistik, psikologi, etnologi, arkeologi, dan antropologi. Di
samping ilmu-ilmu sosial adapun ilmu-ilmu lainya seperti sejarah, ekonomi, antropologi,
politik, hokum maupun gerografi.
a. Statistik
Statistik sangat diperlukan dalam ilmu sosiologi terutama dalam perhitungan-perhitungan
yang menyangkut pendekatan kuantitatif agar hasilya akurat, lebih valid, dan terukur.
b. Psikologi
Psikologi sangat diperlukan dalam kajian sosiologi karena dalam psikologi dapat diperoloeh
keterangan, baik latar belakang seseorang berperilaku maupun proses-proses mental yang
diperlukan keterangan-keteranganya.
c. Etnologi
Etnologi adalah ilmu tentang adat istiadat dalam suatu bangsa. Ilmu ini sangat diperlukan
dalam ilmu sosiologi karena dalam sosiologi menyangkut tradisi-tradisi yang berkembang.
d. Arkeologi
Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari tentang peninggalan ataupun kebudayaan klasik
dari suatu bangsa yang telah silam. Peninggalan dan kebudayaan klasik ini sangat penting
karena kebudayaan tua sekalipun pada hakikatnya adalah hasil usaha bersama dari suatu
masyarakat yang di telitinya.
II.2.5 Jenis Penelitian Sosiologi
Penelitian Lengkap
Dalam penelitian ini berusaha mencari secara teliti segala fakta-fakta kemudian
ditarik kesimpulan yang diambil dari fakta tersebut. Kemudian meneliti kebenaran maupun
kekurangan dari hipotesis- hipotesis itu, peneliti pun harus mempertanyakan fakta apa yang
ada dalam kajian itu. Slanjutnya, peneliti pun harus menyimak pendapat para ahli lainya
tentang masalah yang sama.
Penelitian Fact Finding
Dalam penelitian ini, peneliti pada umumnya tidak tersedia cukup fakta untuk
digunakan karena yang dikumpulkan hanyalah merupakan analisis-analisis maupun uraian-
uraian fakta. Dengan demikian, diperlukan analisis krisis seorang peneliti untuk meyakinkan
pembaca untuk memahami isi penelitianya.
II.3 Sejarah Perkembangan Sosioligi
Sejarawan dan filsuf sosial islam Tunisia, Ibnu khaldun (1332-1406), sudah
merumuskan suatu model tentang suku bangsa nomaden yang keras dan masyarakat-
masyarakat yang halus bertipe menetap dalam suatu hubungan yang kontras
(Chamblis,1954:285-312). Karya Ibnu khadun tersebut di tuangkan dalam bukunya yang
berjudul Al-Mukaddimah tentang sejarah akatdunia dan social budaya yang di pandang
sebagai karya besar di dalam bidang tersebut (Sharqawi,1986:144).
Pendapat khaldun tentang watak-watak manusia di jadikannya sebagai landasan
konsepsinya bahwa kebudayaan berbagai bangsa berkembang melalui 4 pase yaitu:
Pase primitive atau nomaden
Pase urbanisasi
Pase kemewahan
Dan pase kemunduran yang mengantarkan kehancuran
Kemudian keempat perkembangan ini oleh khaldun sering di sebut dengan fase
pembangunan memberi gambar gembira penurut, dan penghan.Dengan demikian,lahirlah
sosiologi sebagai ilmu social tidak lepas peranannya dari seorang tokoh brilian tetapi
kesepian,ia adalah Auguste comte (1798-1857).
Auguste comte menulis buku berjudul course of positive philosophy yang terbitkan
pada tahun antara 1830-1842 yang mencerminkan suatu komitmen yang kuat terhadap
metode ilmiah dalam hukum itu menyatakan bahwa masyarakat barkembang melalui 3 tahap
utama,yaitu:
• Tahap teologis,di tandai oleh kekuatan zat adikodrati Yang Mahakuasa
• Tahap metafisik ,di tandai oleh kekuatan pikiran dan ide-ide abstrak dan absolut
• Tahap positip yang di tandai dengan kemajuan ilmu-ilmu positivistik untuk kemajuan dan
keteraturan hidup manusia,di mana sosiologi menjadi akan menjadi pendeta agama baru.
Sosiologi yang lahir tahun 1839, berasal dari kata latin socius yang berarti kawan,dan
logos yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti kata atau berbicara. Dengan demikian,
sosilogi berarti berbicara mengenai masyarakatan, tetapi bagi Comte sosiologi merupakan
ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan
ilmu pengetahuan.
Tokoh ahli kemasyarakatan lainnya dari inggris,yaitu Herbert spencer ( 1820-
1830),merupakan tokoh yang pertama-tama menulis tentang masyarakat atas dasar data
empiris yang konkret dan d tuangkan dalam bukunya yang berjudul evolusi universal
(Spencer,1967).
Emile Durkheim (1858-1917) banyak yang mengakui sebagai salah satu ‘’ bapak ilmu
sosiologi‘’. Dalam bukunya yang berjudul The Rrules of Sosiological Method,Durkheim
mengajukan dalil bahwa fakta social itu tidak dapat d reduksikan ke fakta individu,melainkan
melalui eksistensi yang independen pada tingkat.Pendapat tersebut ditentang oleh tokoh-
tokoh lainnya seperti Max weber dan George C.Homans dalam karyanya : Its Elementary
Forms,kelompok yang mengemukakan bahwa setiap usaha untuk menjelaskan gejala social
akhirnya harus di dasarkan pada proposisi-proposisi mengenai prilaku individu.
Bagi Durkheim,fakta social itu memiliki karakteristik yang berbeda dengan gejala individual.
• Fakta social itu bersifat eksternal terhadap individu yang merupakan cara
bertindak,barfikir,dan berparasaan yang memperlihatkan keberadaannya di luar kesadaran
individu.
• Fakta sosial itu memaksa kepada individu,walaupun tidak dalam pengertian kepada hal-hal
negative.Melalui fakta social,individu tersebut dipaksa,di bimbing,di yakinkan,didorong,atau
dipengaruhi dalam lingkungan sosialnya.
• Fakta social itu bersifat universal,oleh karenanya tersebar secara luas dalam arti milik
bersama,bukan sifat individu perorangan ataupun hasil penjumlahan individual tetapi
kolektif.
Dunia ilmu budaya tidaklah dapat di pandang sebagai sesuatu yang sesuai menurut
hukum-hukum ilmu alam saja yang menyatakan hubungan itu berrsifat
kausal.Sebaliknya,dunia budaya harus di lihat sebagai dunia kebebasan dalam hubungannya
dengan pengalaman dan pemahaman interanal,di mana arti-arti subjektif itu dapat di tangkap.
Sosiologi berkembang dengan pesatnya pada abadke-20, khususnya di Prrancis,
Jerman, dan Amerika serikat,walaupun arah perkembangan dari ketiga Negara tersebut
berbeda-beda. Untuk perkembangan sosiologi di inggris,walaupun dipopulerkan oleh John
Stuart Mill dan Herbert Spencer,ternyata sosiologi kurang berkembang pesat di sana,dan hal
ini berbeda dengan di Prancis,Jerman,dan Amerika Serikat.
BAB IIIPENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dari bebrapa uraian mengenai sosiologi kami dapat menyimpulkan bahwa sosiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari banyak tentang masyarakat dan kegiatan yang ia
lakukan. Sebagai ilmu yang mempelajari tentang kemasyarakatan, sosiologi terbagi kedalam
beberapa bagian sesuai dengan kajianya masing-masing, diantaranya yaitu sosiologi
pedesaan, sosiologi industri, sosiologi perkotaan, sosiologi medis, sosiologi wanita, sosiologi
militer, sosiologi keluarga, sosiologi pendidikan, dan sosiologi seni.
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang relative baru bila dibandingkan dengan disiplin
ilmu-ilmu sosial lainya. Sosiologi mulai berkembang pada pertengahan abad ke-19 tepatnya
tahun 1839, sosiologi berasal dari kata latin socius yang berarti kawan, dan logos yang
berasal dari bahasa Yunani yang berarti kata atau berbicara. Dengan demikian, sosilogi
berarti berbicara mengenai masyarakatan, tetapi bagi Comte sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir dari perkembangan ilmu
pengetahuan.
Sebagaimana ilmu-ilmu sosial yang lain, sosiologi juga mempunyai berbagai konsep,
generalisasi, dan juga teori. Adapun konsep dan generalisasi yang ada dalam sosiologi
diantaranya yaitu, masyarakat, peran, norma, sanksi, interaksi sosial, konflik sosial,
perubahan sosial, penyimpangan dan sebagainya. Sedangkan teori-teori yang ada dalam ilmu
sosiologi diantaranya yaitu, teori tindakan sosial dan sistem sosial, teori evolusi, teori
teknologi dan ketertinggalan kebudayaan (curtural lag), teori dramaturgi, teori struktura, teori
globalisasi “no thing”, dan lain sebagainya.
III. 2 Saran
Dengan tersusunya makalah mengenai sosiologi ini, semoga kita lebih dapat
memehami tentang ilmu sosiologi dan segala aspek yang terdapat didalam ilmu sosiologi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjosisworo, S. 1982. Pokok-pokok Sosiologi Sebagai Penunjang Studi hukum. Bandung: Ofste
Alumni.
Ismail, Rita. 2007. Sosiologi Keperawatan. Yogyakarta: EGC.
Priyono, H. 2003. Anthony Giddens. Jakarta: Gramedia.
Soehartono, I. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Supardan, D. 2009. Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.
Yunus, Rosman. 2006. Teori Darwin dalam Pandangan Sains dan Islam. Yogyakarta: Gema
Insani
Zeitlin, Irving. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.