Anda di halaman 1dari 17

TUGAS SOSIOLOGI

“ILMU SOSIAL”

NAMA: JENNER GARY MOULA


NIM: 91911403161020

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
POSO
2019
“ILMU SOSIAL”

 Pengertian Ilmu Sosial


Ilmu sosial dapat diartikan sebagai semua bidang ilmu mengenai manusia dalam

konteks sosialnya atau sebagai anggota masyarakat. Oleh karenanya setiap ilmu yang

mempelajari dan mengkaji aspek kehidupan manusia di masyarakat, termasuk bagian dari

ilmu sosial.

Aspek kehidupan manusia itu terdiri dari: interaksi sosial, budaya, kebutuhan

materi, pendidikan, norma dan peraturan, sikap dan reaksi kejiwaan, geografi, dan

sebagainya. Aspek-aspek ini kemudian menghasilkan ilmu-ilmu sosial (IIS) seperti

Sosiologi, Antropologi, Ilmu Ekonomi, Ilmu Pendidikan, Ilmu Hukum, Psikologi Sosial,

Geografi, Sejarah, dan lain sebagainya. Pada pengembangan selanjutnya, berdasarkan

pendekatan struktural, ilmu-ilmu tadi telah berkembang menjadi cabang-cabang ilmiah yang

lebih terperinci.

Mempelajari ilmu sosial dikandung maksud mengantarkan para mahasiswa agar

memahami konsep-konsep dasar ilmu-ilmu sosial dilihat dari obyek material dan formalnya

serta ruang lingkupnya.

Obyek Material dari ilmu sosial adalah manusia, khususnya tingkah laku

manusia dalam kelompok. Obyek Formal dari ilmu sosial adalah tinjauan dari aspek mana

dan dalam rangka kepentingan apa tingkah laku manusia tersebut dipelajari.

Tingkah laku khusus manusia yang tergambar dalam rangka kepentingan apa itu

ilmu sosial dipelajari, itulah disiplin ilmu sosial. Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan

bahwa ilmu sosial pada hakikatnya merupakan gabungan atau kumpulan dari ilmu tentang

tingkah laku manusia. Misalnya tingkah laku manusia dalam aspek ruang (space), aspek
kelangkaan (scarcity), aspek waktu budaya (time), aspek kekuatan (power), aspek kejiwaan

(psycho), aspek budaya (culture), aspek kemasyararakatan (society), akan menghasilkan

disiplin-disiplin geografi, ekonomi, sejarah, politik, psikologi, antropologi, sosiologi, dan

lain sebagainya.

 Pembagian Ilmu Sosial

Di Amerika Serikat beberapa ahli membagi IIS atas 2 bagian:

1. Inner Core (Bagian Inti), terdiri atas:

 Sosiologi

 Ekonomi, dan

 Ilmu Pemerintahan (Politikologi).

2. Outer Four (Bagian Pinggiran), terdiri atas:

 Sejarah

 Antropologi

 Psikologi dan

 Geografi

SELIGMAN (Encyclopedia of the Social Science) membagi IIS atas 3 jenis:

1. Ilmu-ilmu Sosial Murni, yang mencakup:

 Politikologi

 Ekonomi

 Hukum

 Antropologi

 Sosiologi, dan

 Social Work (pekerja sosial)


2. Ilmu-ilmu Semi Sosial (Ilmu Kerohanian), meliputi:

 Etika

 Pedagogik

 Filsafat, dan

 Psikologi

3. Ilmu-ilmu dengan implikasi sosial, artinya yang mengandung manfaat kemasyarakatan

seperti:

 Biologi

 Geografi Sosial

 Kedokteran

 Filologi (ilmu bahasa) dan

 Kesenian

 Sebagai Ilmu Sosial, kajian sosiologi adalah Masyarakat

Secara etimologis, sosiologi berasal dari bahasa Latin: socius dan kata bahasa

Yunani logos. Socius: berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, anggota, persekutuan,

masyarakat. Logos: berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu yang mempelajari masyarakat.

Dari segi isi, banyak ahli sosiologi yang mengemukakan berbagai definisi. Kita ambil

sejumlah definisi untuk memberikan gambaran tentang obyek formal sosiologi. Sosiologi

adalah ilmu yang mempelajari:

a. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala social (misalnya antara

gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak

masyarakat dengan politik, dan sebagainya); hubungan dan pengaruh timbal balik antara

gejala sosial dengan gejala-gejala non sosial (misal: gejala geografis, biologis, dan
sebagainya); ciri-ciri umum dari semua jenis gejala-gejala sosial (Pitirian Sorokin, dalam

Soerjono Soekanto: 20).

b. Hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok (Roucek dan Warren, dalam

Soerjono Soekanto: 20).

c. Interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial (William F. Ogburn dan Meyer F.

Nimkoff, dalam Soerjono Soekanto: 20-21).

d. Struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil (Doorn dan

Lammers dalam Soerjono Soekanto: 21).

e. Struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial (Selo

Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, dalam Soerjono Soekanto: 21).

f. Kehidupan manusia dalam hubungan kelompok, serta sifat dan perubahan lembaga-

lembaga dan ide-ide sosial (Bouman, 1971: 24).

g. Hubungan antara manusia di dalam masyarakat (Soedjito Sosrodiharjo, 1972:1).

Dari rumusan mengenai sosiologi yang beraneka ragam itu kiranya dapat diambil

kesimpulan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia di

dalam masyarakat.

 Masyarakat

Society dari kata socius yang berarti kawan. Dalam pengertian khusus masyarakat

diartikan sebagai suatu kesatuan sosial yang mempunyai ikatan-ikatan kasih sayang yang

erat. Kesatuan sosial mempunyai jiwa kehidupan sosial yang didalamnya adanya pranata,

status dan peranan sosial (Munandar, 1986).


Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang yang hidup

bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu). Masyarakat adalah

sekelompok orang yang mempunyai identitas sendiri, yang membedakan dengan kelompok

lain, dan hidup dan diam dalam wilayah atau daerah tertentu secara tersendiri, W.J.S.

Poerwadarminta (KUBI), PN Balai Pustaka (1982).

Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan

kerja sama antara berbagai kelompok dan golongan, dari pengawasan tingkah laku serta

kebebasan-kebebasan manusia (Mac Iver dan Page).

Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja

bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka sebagai suatu kesatuan

sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas, (Ralph Linton).

 Perbedaan Ilmu Sosial lainnya

a. Ilmu Politik

Ilmu dapat dimengerti sebagai pengetahuan tentang struktur dan perilaku dunia

natural dan fsik yang menuntut adanya sebuah pembuktian dan syarat-syarat tertentu.

Sedangkan ilmu sosial merupakan ilmu yang berusaha menerangkan keberadaan sebuah

fenomena lazimnya diupayakan melalui proses penelitian yaitu untuk menjawab

pernyataan: mengapa sesuatu terjadi atau mengapa gejala-gejala sosial tertentu muncul

dalam masyarakat. Dalam pengertian sederhana, ilmu sosial dapat diartikan sebagai

sebuah ilmu yang membahas fenomena/gejala sosial, yaitu hubungan antara manusia

dengan lingkungan sosialnya. Selanjutnya, yang dimaksud dengan ilmu politik adalah

ilmu yang mempelajari tentang seni pemerintahan, interaksi publik, kompromi dan

konsensus, serta power dan distribusi sumber-sumber dalam interaksi publik tersebut.
Atau menurut Alfred Apsler, ilmu politik adalah ilmu mengenai institusi-institusi

pemerintah dan pola perilaku aktor politik yang mengkaji bagaimana kekuatan politik

berkembang dan bagaimana proses pengambilan keputusan berlangsung.

Di satu sisi, ilmu politik diposisikan sebagai sub-ordinat dari ilmu sosial,

sedangkan di sisi lain, ilmu politik diposisikan sejajar dengan ilmu sosial. Pemaknaan

bahwa ilmu politik merupakan subordinat dari ilmu sosial berlaku dalam konteks

pengertian ilmu sosial secara luas (sejalan dengan pengertian sebelumnya), yaitu ilmu

sosial yang mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, ilmu politik, sejarah,

dan psikiatri. Sedangkan pengertian kedua yang menyatakan bahwa ilmu sosial

diposisikan sejajar dengan ilmu politik berlaku dalam konteks pemaknaan ilmu sosial

yang sempit di mana istilah “ilmu sosial” mengalami spesialisasi makna yaitu

ditunjukkan dengan penggunaan istilah ilmu sosial yang “hanya” digunakan untuk

menyebut sebuah rumpun keilmuan yang sangat spesifk, yaitu ilmu sosiologi, ilmu

sosiatri, dan sebagainya. Dalam konteks tulisan ini, ilmu sosial akan dimaknai dalam

pengertian yang lebih luas. Dengan demikian, kedudukan ilmu politik di sini adalah

sebagai bagian (sub-ordinat) yang tak terpisahkan dari ilmu sosial.

Kesimpulan dari bahasan pada bagian ini adalah bahwa ilmu politik merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu sosial. Dalam perkembangannya, ilmu sosial

dan ilmu politik mengalami tantangan yang mempertanyakan keabsahan kedua disiplin

ilmu ini sebagai ilmu yang sesungguhnya. Kemudian munculah upaya-upaya untuk

menjadikan ilmu sosial sejajar dengan ilmu alam yang dianggap memiliki keabsahan

dan obektiftas yang tinggi. Upaya-upaya tersebut melahirkan apa yang dinamakan

sebagai “tradisi”, yaitu positivisme dan antipositivisme.


b. Kekuasaan

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi

tingkah laku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan si pelaku.

Dibanding dengan definisi ilmu politik yang berpijak pada aspek negara, definisi para

sarjana yang lebih mengutamakan aspek kekuasaan memiliki jangkauan lebih luas.

Harold D. Laswell dan A. Kaplan dalam Power and Society mengatakan bahwa

“Ilmu Politik mempelajari pembentukan dan pembagian kekuasaan”. Sedangkan W.A.

Robson, dalam The University Teaching of Social Sciences, mengemukakan bahwa

“Ilmu Politik mempelajari kekuasaan dalam masyarakat … yaitu sifat hakiki, dasar,

proses-proses, ruang lingkup dan hasil-hasil. Fokus perhatian seorang sarjana ilmu

politik tertuju pada perjuangan untuk mencapai kekuasaan, mempertahankan kekuasaan,

melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain, atau menentang pelaksanaan

kekuasaan itu”.

Definisi yang lain, misalnya dikemukakan oleh Ossip K. Flechtheim dalam

Fundamentals of Political Science, mengatakan bahwa “Ilmu Politik adalah ilmu sosial

yang khusus mempelajari sifat dan tujuan dari negara sejauh negara merupakan

organisasi kekuasaan, beserta sifat dan tujuan dari gejala-gejala kekuasaan lain yang

tidak resmi yang dapat mempengaruhi negara”. Sarjana-sarjana yang telah dikemukakan

di atas, tampaknya berpijak dari anggapan bahwa politik adalah semua kegiatan yang

melibatkan berbagai usaha untuk mempertahankan atau merebut kekuasaan. Kendatipun

perjuangan untuk kekuasaan (power struggle) itu pada umumnya dilandasi dengan

keinginan untuk kepentingan seluruh warga masyarakat.


c. Antropologi

Antropologi dalam kinerjanya menggunakan pendekatan kuantitatif (posivistik)

dan kualititatif (naturalistik). Artinya, dalam antropologi dapat dilakukan secara

statistik, baik dilakukan untuk mengukur pengaruh maupun korelasi antar variabel

penelitian, dan dapat juga dilakukan secara kualitatif.

Adapun metode yang digunakan yaitu deskriptif, komparatif, studi kasus,

etnografi, dan survei. Dari sekian metode yang paling menonjol dan menjadi ciri kas

antropologi adalah metode komparatif (Koentjaraningrat, 1986:9). Metode komparatif

antropologi adalah metode yang mencabut unsur-unsur kebudayaan dari konteks

masyarakat yang hidup dan dibandingkan sebanyak mungkin dengan unsurunsur dan

aspek-aspek suatu kebudayaan. Dalam penggunaan metode ini, di identifikasikan

persamaan-persamaan dan perbedaannya secara mendalam. Macam penelitian

komparatif sedikitnya ada empat, yaitu:

1) yang bertujuan menyusun sejarah kebudayaan manusi;

2) yang bertujuan untuk menggambarkan suatu proses kebudayaan;

3) yang bertujuan untuk taksonomi/klasifikasi kebudayaan, dan;

4) yang bertujuan untuk menguji kolerasi-kolerasi antar unsur, antar pranata, dan antar

gejala kebudayaan, untuk membuat generalisasi mengenai tingkah laku manusia pada

umumnya.

Antropologi membahas pemahaman perilaku manusia sebagai makhluk sosial

dalam usahanya menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya, sebagai salah satu ciri

yang membedakan dari makhluk hidup lainnya. Proses penyesuaian tersebut


menimbulkan kebudayaan atau hasil budidaya. Kebudayaan bukanlah warisan,

melainkan harus dipelajari, karena kebudayaan merupakan produk dari perilaku manusia

itu sendiri. Antropologi memiliki 2 cabang yaitu:

1) Antropologi fisik, mempelajari aspek biologis manusia seperti perbedaan fisik,

warna kulit, rambut, mata, bentuk muka, tinggi tubuh yang disebabkan keturunan.

Selain itu menyelidiki pertumbuhan (evolusi ) manusia sendiri.

2) Antropologi budaya, mempelajari kebudayaan manusia sendiri. Manusia bukan

hanya makhluk hidup yang secara individu punya ciri khas sendiri, melainkan juga

makhluk sosial yang melahirkan kebudayaan yang berbeda-beda.

Mereka hidup berkelompok dari kutub utara yang beku sampai di padang Sahara

yang gersang dan panas, yang hidup dalam berbagai benua. Konsep-konsep dasar

antropologi antara lain: kebudayaan, nilai-nilai, kepercayaan, adat-istiadat, peran,

peradaban.

 Kebudayaan

Kata kebudayaan berasal dari kata budh budhi budhaya dalam bahasa

sansekerta yang berarti akal, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau

akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan

daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayan, sedangkan daya

berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai

hasil dari akal dan ikhtiar manusia (supartono, 2001; Prasetya, 1998).
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari

banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa,

perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan

bagian tidak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cendrung menganggapnya

diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang

yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedan-perbedaannya, membuktikan bahwa

budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak,

dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-

budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. beberapa alasan mengapa

orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat

dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu prangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan

oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.

“Citra yang memaksa” itu memangil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai

budaya seperti “individualisme kasar” si Amerika, “keselarasan individu dengan alam” di

cina. Citra budaya yang besifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan

pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang

dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa

bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka. dengan demikian, budayalah yang

menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang

dan memungkinkannya meramalkan perilaku manusia.


Dalam definisi-definisi kebudayaan dapat dinyatakan bahwa inti pengertian

kebudayaan mengandung bebrapa ciri pokok, yaitu sebagai berikut:

a) Kebudayaan itu beraneka ragaman.

b) Kebudayaan itu diterukan melalui proses belajar.

c) Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen biologi, psikologi, sosiologi, dan eksistensi

manusia.

d) Kebudayaan itu berstruktur.

e) Kebudayaan itu terbagi dalam aspek-aspek.

f) Kebudayaan itu dinamis.

g) Nilai-nilai dalam kebudayaan itu relatif.

 Ilmu Ekonomi

Ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang produksi, disribusi dan konsumsi barang

dan jasa yang terbatas. Bagaimana langkanya barang dan jasa dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi keinginan-keinginan manusia yang tidak terbatas. Oleh karena itu, ilmu ekonomi

berperan dalam mengatur pilihan-pilihan alternatif dalam penggunaan barang dan jasa

tersebut yang terbatas itu untuk dapat memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas.

Para pelaku ekonomi mengambil keputusan terbaik bagi kepentingan mereka dengan

pertimbangan rasional berdasarkan informasi yang diterimanya. Oleh karenanya ilmu

ekonomi disebut juga ilmu tentang pilihan.

Ilmu ekonomi pada dasarnya adalah ilmu sosial, karena obyek pembahasanya

adalah manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Ilmu ekonomi terbagi dalam dua

bagian besar, yaitu ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. Ilmu ekonomi mikro
yang secara khusus mempelajari perilaku individu manusia dalam rangka memenuhi

kebutuhannya. Aspek analisisnya adalah, antara lain: perilaku konsumen (teori nilai guna),

perilaku produsen (teori produksi), teori permintaan dan penawaran, analisis biaya dan

manfaat. Elastisitas, dan bentuk-bentuk pasar. Sedangkan Ilmu ekonomi makro mempelajari

perilaku masyarakat (negara/bangsa) dalam memenuhi kebutuhannya. Aspek analisisnya

adalah, antara lain: pendapatan nasional, investasi, neraca pembayaran dan kurs valauta

asing, kesempatan kerja dan pengangguran, inflasi dan kestabilan harga, pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi, keuangan negara (APBN), dan suku bunga dan perkembangan

pasar saham.

Masalah pokok ekonomi tersebut bersumber pada ketimpangan kebutuhan

manusia dibandingkan alat untuk memenuhinya. Kebutuhan manusia tidak terbatas,

sedangkan alat pemuas kebutuhan baik barang maupun jasa terbatas. Keadaan timpang

(kelangkaan) tersebut memaksa manusia harus memilih alternatif yang paling baik. Begitu

pula tiap kelompok (masyarakat) mulai rumah tangga perusahaan sampai negara harus

mengambil keputusan (pilihan) terhadap masalah-masalah ekonomi tersebut. Untuk

mengatasi masalah tersebut dengan cara menciptakan tata ekonomi yang mampu

meningkatkan produktifitas dan taraf kemakmuran masyarakat.

Untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat tidak terbatas dengan alat pemenuhan

kebutuhan barang dan jasa yang terbatas menurut Samuelson dan Nordhous (1990:6- 10)

metode-metode yang digunakan meliputi:

a) Metode Induktif

Metode ini untuk mendapatkan sesuatu keputusan dilakukan dengan

mengumpulkan semua data informasi yang ada dalam realita kehidupan. Realita tersebut
mencakup setiap unsur kehidupan yang dialami individu, keluarga, dan masyarakat.

Contohnya upaya menghasilkan dan menyalurkan sumber daya ekonomi. Upaya tersebut

dilakukan sedemikian rupa sampai diperoleh barang dan jasa yang tersedia pada jumlah,

harga, dan waktu yang tepat bagi pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, maka perlu

metode penyusunan daftar kebutuhan sejumlah barang dan jasa yang diperlukan

masyarakat.

b) Metode Deduktif

Metode ini berusaha menetapkan cara pemecahan masalah sesuai dengan acuan,

prinsip, hukum yang ada dalam ilmu ekonomi. Contohnya dalam ilmu ekonomi terdapat

hukum, jika persediaan barang dan jasa berkurang, sementara permintaan tetap, maka

harga akan naik. Bertolak dari hukum itu, maka perlu tindakan menjaga agar persediaan

barang dan jasa selalu mencukupi kebutuhan masyarakat.

c) Metode Matematika

Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi dengan cara

pemecahan soal-soal matematis. Maksudnya dalam matematika terdapat kebiasaan yang

dimulai dengan pembahasan dalil-dalil. Melalui dalil-dalil tersebut dipastikan bahwa

kajiannya dapat diterima secara umum.

d) Metode Statistika

Metode ini dipergunakan untuk bahan menentukan cara yang tepat dalam

mengatasi masalah-masalah ekonomi dengan cara pengumpulan pengolahan, analisis,

penafsiran dan penyajian data dalam bentuk angka-angka secara statistik.

 Kebutuhan Produksi dan Industri


 Psikologi Sosial

Ciri pokok yang membedakan kehidupan manusia dengan yang lain adalah ciri

sosialnya. Kegiatan manusia berada di tengahtengah kehidupan bersama atau lingkungan

sosial. Di tengahtengah lingkungan sosial itu pula mereka saling berinteraksi satu sama lain.

Di dalam saling berinteraksi mereka memahami tingkah laku orang lain, hidup bersama,

memberikan respon dan perangsang. Tingkah laku individu merupakan respon atau

perangsang bagi orang lain. Oleh karena seseorang itu merespon atau mereaksi tingkah laku

orang lain, maka tingkah laku itu akan dipengaruhi baik oleh kehadiran, kenyakinan,

tindakan dan ciri-ciri lain. Tingkah laku berikutnya banyak ditentukan oleh keberhasilan

atau kegagalan dalam menimbulkan tingkah laku yang lain.

Dalam kenyataan ini tidak sesederhana seperti yang digambarkan yang

merupakan pola urutan rangsang dan respon atau aksi dan reaksi saja, tetapi dapat menjadi

lebih kompleks. Interaksi ini baik antara individu dengan individu, individu dengan

kelompok, atau kelompok dengan kelompok dapat berjalan lancar bila masing- masing

pihak memiliki penafsiran yang sama atas pola perilakunya, dalam suatu struktur kelompok

sosial. Masing-masing pihak telah mempelajari rangsang serta respon mana yang harus

dipilih dan dihindarkan.

Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat kita misalnya, umum sudah

memahami bahwa dua individu yang saling berkenalan atau dua sahabat lama yang saling

bertemu akan berjabat tangan. Pola interaksi ini berjalan lancar karena memiliki persamaan

dalam penafsiran. dan antara mereka itu berasal dari lingkungan masyarakat yang tidak

mengenal jabat tangan sebagaimana simbol perkenalaan atau keakraban. Pola tingkah laku
yang hidup dalam lingkungan masyarakat yang terbatas kemungkinan berbeda dengan pola

tingkah laku masyarakat yang lebih luas.

Manusia, dimanapun dia berada, tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

masyarakatnya. Oleh karena itu, sejak dahulu orang sudah menaruh minat yang besar pada

tingkah laku manusia dalam lingkungan sosialnya. Minat yang benar ini tidak hanya timbul

pada pengamat- pengamat awam, akan tetapi juga banyak terdapat dikalangan para sarjana

dan cerdik cendekiawan.

Sekalipun demikian, psikologi sosial sebagai ilmu khusus yang mempelajari

tingkah laku manusia dalam lingkungan sosialnya, baru timbul kurang dari 100 tahun yang

lalu (Mc. Dougall, 1908; Ross, 1908). Sebelum itu gejala perilaku manusia dalam

masyarakatnya dipelajari oleh antropologi dan sosiologi.

Adapun sasaran penelitian Psikologi Sosial sendiri adalah tingkah laku manusia

sebagai individu dalam hubungannya dengan lingkungan sosial. Inilah yang membedakan

Psikologi Sosial dari antropologi dan sosiologi yang mempelajari tingkah laku manusia

sebagi bagian dari masyarakatnya.

Perbedaan obyek material antara Psikologi Sosial dan Antropologi serta

Sosiologi, membawa implikasi pula dalam bentuk perbedaan obyek formal atau metodologi

yang digunakan dalam ilmu-ilmu tersebut. Jika antropologi dan sosiologi mengutamakan

cara pendekatan deskriptif (menjelaskan, menguraikan gejala yang dipelajari) dan umumnya

tidak melakukan generalisasi, maka psikologi sosial biasanya menggunakan metode

eksperimental, yaitu metode dimana suatu gejala diamati dalam kondisi yang dikontrol

(factor-faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap timbulnya gejala yang dikendalikan

oleh peneliti). Berdasarkan pengamatan-pengamatan dalam kondisi yang terkontrol ini,


peneliti biasanya membuat formula-fomula (rumus-rumus, dalil-dalil, hukum- hukum,

teoriteori) yang berlaku umum.

 Perilaku Manusia

Anda mungkin juga menyukai