Anda di halaman 1dari 4

• Materialitas salah saji adalah tingkat salah saji yang • Temuan salah saji dalam suatu akun dapat

dapat mempengaruhi pertimbangan pengguna diklasifikasi menjadi dua, yaitu salah saji terdeteksi
laporan keuangan. (known misstatements), dan potensi salah saji
(likely misstatement).
• Materialitas salah saji bersifat relatif, lain
perusahaan lain ukuran, serta ditentukan • Salah saji terdeteksi adalah salah saji yang
berdasarkan pertimbangan profesional auditor. ditemukan oleh auditor, sedangkan potensi salah
Pertimbangan profesional adalah pertimbangan saji adalah:
objektif yang dilatarbelakangi oleh pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman akuntan. 1. Salah saji karena perbedaan estimasi klien dengan
estimasi auditor.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi asesmen
materialitas 2. Estimasi salah saji berdasarkan hasil pengujian
sampel bukti audit.
1. Materialitas adalah asesmen yang bersifat relatif,
bukan bersifat absolut atau mutlak. Tujuan audit adalah untuk memastikan bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Ada kemungkinan
2. Dalam melakukan asesmen materialitas tujuan ini tidak tercapai karena adanya risiko salah saji tidak
memerlukan angka pembanding. ditemukan.

3. Materialitas bisa dipengaruhi oleh faktor kualitatif, Dari sisi klien, terdapat dua macam risiko, yaitu:
dalam arti salah saji secara kuantitatif tidak
material tetapi secara kualitatif material, misalnya 1. Risiko bawaan (inherent risk), yaitu risiko salah saji
salah saji yang disengaja dan terpola. dalam laporan keuangan yang tidak disebabkan
oleh faktor SPI.
4. Dasar alokasi materialitas:
2. Risiko pengendalian (control risk), yaitu risiko SPI
1. Potensi salah saji, semakin kecil potensi tidak mampu mencegah dan mendeteksi salah saji
salah salah, semakin besar alokasi dengan segera.
materialitas, artinya semakin besar
toleransi terhadap temuan salah saji, Catatan khusus:
begitu pula sebaliknya.
• Risiko bawaan akan berubah menjadi risiko
2. Potensi biaya audit, semakin besar pengendalian pada saat risiko bawaan sudah
potensi biaya audit, semakin besar dicoba diatasi dengan sistem pengendalian tetapi
materialitas. Meskipun demikian, kesalahan tetap terjadi.
efektifitas audit tetap tidak bisa
• SPI harus mampu mencegah dan mendeteksi salah
dikorbankan dengan pertimbangan biaya
saji dengan segera, karena jika tidak segera bisa
audit.
jadi kesalahan sudah berdampak fatal terhadap
Hubungan SPI, materialitas, dan bukti audit: pengguna laporan keuangan.

1. SPI kuat  potensi salah saji kecil  materialitas Dari sisi auditor, risiko terdiri dari:
besar (toleransi terhadap salah saji besar)  bukti
1. Risiko deteksi, yaitu risiko auditor gagal
audit relatif sedikit.
mendeteksi salah saji material, pada saat audit
2. SPI lemah  potensi salah saji besar  sudah direncanakan dan dilaksanakan dengan
materialitas kecil (toleransi terhadap salah saji cermat dan hati-hati, sesuai dengan standar audit
kecil)  bukti audit relatif banyak. yang berlaku.

Kekuatan dan kelemahan SPI didasarkan pada hasil 2. Risiko audit, yaitu risiko auditor salah dalam
pemahaman dan pengujian pengendalian. memberikan opini atas laporan keuangan,
disebabkan karena salah saji material dalam
Estimasi salah saji: laporan keuangan tidak terdeteksi atau tidak
diketahui oleh auditor, setelah audit dilaksanakan 2. Keterbatasan bawaan (inherent limitation)
sesuai dengan standar audit.
• Keyakinan memadai (reasonable assurance)
3. Istilah “risiko” hanya berlaku pada saat upaya
pencegahan risiko telah dilakukan dengan baik. Jika SPI dirancang hanya untuk mendapatkan keyakinan
upaya pencegahan belum dilakukan dengan baik, memadai, bukan keyakinan mutlak, terhadap kewajaran
maka istilah yang tepat bukan “risiko” tetapi laporan keuangan.
“kegagalan/failure”
• Keterbatasan bawaan (inherent limitation)
4. Risiko, Materialitas, dan bukti audit.
SPI tidak akan pernah bisa 100% efektif, sedetil
5. SPI Kuat = Risiko pengendalian rendah  Risiko apapun rancangan dan implementasinya.
bawaan rendah  Potensi salah saji kecil 
1. Kesalahan pengoperasian SPI (mistake in
Materialitas besar  Risiko deteksi besar  Risiko
judgment).
Audit besar  Bukti audit sedikit
2. Kerusakan sistem atau teknologi pendukung SPI
6. SPI Lemah = Risiko pengendalian tinggi  Risiko
(systems break-down).
bawaan tinggi  Potensi salah saji besar 
Materialitas kecil  Risiko deteksi kecil  Risiko 3. Kolusi untuk mengelabuhi SPI, yang dilakukan
Audit Kecil  Bukti audit banyak. justru oleh unsur manajemen dalam organisasi.

Risiko Deteksi dan Risiko Audit 4. Pelanggaran SPI dengan sengaja oleh manajemen
(management override).
Risiko deteksi dan risiko audit adalah dalam kontek
acceptable risk atau tingkat keberanian auditor untuk • COSO telah mengembangkan framework SPI yang
mengambil risiko. Maka jika SPI kuat, potensi salah saji kecil, komponennya terdiri dari:
maka risiko deteksi dan risiko audit menjadi besar.
1. Lingkungan pengendalian (control environment)
• Tujuan SPI dapat diringkas menjadi sbb.:
2. Asesmen risiko (risk assessment)
1. Menjamin keandalan laporan, baik laporan
manajerial maupun laporan keuangan. 3. Aktifitas pengendalian (control activities)

2. Menjamin efisiensi dan efektifitas kegiatan 4. Informasi dan komunikasi (information and
operasional. communication)

3. Menjamin kepatuhan terhadap kebijakan 5. Monitoring


manajemen.
• COSO telah mengembangkan framework SPI yang
4. Menjamin kepatuhan terhadap hukum dan komponennya terdiri dari:
peraturan, serta komitmen terhadap pihak luar
1. Lingkungan pengendalian (control environment)
organisasi.
2. Asesmen risiko (risk assessment)
• Manajemen bertanggungjawab penuh terhadap
perancangan dan implementasi SPI, terutama 3. Aktifitas pengendalian (control activities)
untuk tujuan menjamin kemampuan manajemen
untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan 4. Informasi dan komunikasi (information and
framework pelaporan keuangan, seperti SAK atau communication)
IFRS.
5. Monitoring
• Konsep perancangan dan implementasi SPI:
Asesmen risiko (risk assessment), adalah
1. Keyakinan memadai (reasonable assurance) kesadaran dan kepedulian manajemen terhadap
risiko kesalahan, kecurangan, dan inefisiensi dalam
setiap proses bisnis yang dijalaninya. Asesmen Deskripsi terminologi:
risiko diwujudkan oleh manajemen dalam bentuk
SPI (Sistem Pengendalian Interen). 7. Celah pengendalian (control deficiency), adalah
ketidakmampuan sistem pengendalian untuk
Aktifitas pengendalian (control activities), yaitu mencegah atau mendeteksi salah saji dengan
tindakan kongkrit untuk mengendalikan risiko segera. Celah pengendalian terjadi pada saat
kesalahan, kecurangan, dan inefisiensi. pengendalian yang diperlukan tidak ada atau tidak
dirancang dengan tepat.
Menghubungkan sistem pengendalian yang ada
dengan objek audit dan tujuan audit. Celah operasional (operational deficiency) terjadi
pada saat sistem pengendalian yang dirancang
Mengidentifikasi dan mengevaluasi celah dengan baik gagal dioperasikan atau pada saat
pengendalian (control deficiency), celah signifikan operator sistem kurang kompeten atau tidak diberi
(significan deficiency), dan kelemahan material otorisasi dengan tepat.
(material weakness).
• Celah significan (significant deficiency), terjadi
• Asesmen risiko pengendalian dibuat setelah pada saat terdapat satu atau lebih celah
auditor memperoleh pemahaman SPI. pengendalian, tetapi sifatnya belum pervasive atau
akut.
• Risiko pengendalian adalah risiko SPI tidak mampu
mencegah salah saji dengan segera, baik karena Kelemahan material (material weakness), terjadi
kesalahan (error) maupun karena kecurangan pada saat terdapat beberapa celah pengendalian
(fraud). yang signifikan atau akut, yang bisa membuat salah
saji material dalam laporan keuangan tidak dapat
• Kesalahan atau kecurangan perlu dicegah atau
dicegah dan dideteksi dengan segera.
dideteksi dengan segera, karena jika terlambat bisa
berdampak pada kerugian yang signifikan bagi • Prosedur pengujian SPI:
entitas.
1. Wawancara dengan staf terkait.
• Asesmen risiko pengendalian merupakan bagian
daris asesmen risiko salah saji dalam laporan 2. Evaluasi dokumen, pembukuan, dan laporan.
keuangan secara keseluruhan.
3. Observasi prosedur pengendalian, terutama untuk
• Langkah-langkah dalam asesmen risiko kegiatan yang tidak didokumentasikan.
pengendalian:
4. Pengerjaan ulang prosedur SPI.
1. Mengidentifikasi objek audit dan tujuan audit
• Terdapat dua alternatif pendekatan audit:
2. Mengidentikasi sistem pengendalian yang ada.
1. Pendekatan pengujian sistem (the lower
3. Menghubungkan sistem pengendalian yang ada assessed level of control risk approach),
dengan objek audit dan tujuan audit. digunakan pada saat:

4. Mengidentifikasi dan mengevaluasi celah A.SPI diprediksi memadai dan efektif


pengendalian (control deficiency), celah signifikan
(significan deficiency), dan kelemahan material B.Volume transaksi relatif besar
(material weakness).
1. Pendekatan pengujian substantif
5. Menghubungkan celah pengendalian dengan objek (primarily substantive approach),
audit dan tujuan audit. digunakan pada saat:

6. Mengukur (melakukan asesmen) risiko 2. SPI diprediksi kurang memadai dan tidak
pengendalian untuk setiap objek audit dan tujuan efektif, ATAU
audit.

Anda mungkin juga menyukai