Anda di halaman 1dari 10

 

 
MODUL PERKULIAHAN
 

Auditing 1  

Materialitas dan Risiko Audit


 
 
 

     

  Fakultas  Program Studi  Tatap Muka  Kode MK  Disusun Oleh   

11
  Ekonomi dan Bisnis  S‐1 Akuntansi  84060  Indraguna Kusumabrata, MM,CA,CPSAK 
 

Abstract  Kompetensi 
 
Memahami tentang prinsip dan Memahami materialitas dan risiko
pentingnya materialitas dan risiko.  
Jenis-jenis risiko: Risiko deteksi, Risiko
inheren, Risiko Pengendalian, dan
Risiko audit.Bagaimana menilai risiko
yang dapat diterima, risiko inheren.
 
 

 
Materialitas dan Risiko
Pengertian

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang
dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau
pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi
tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut atau materialitas adalah
ukuran tingkat salah saji atau ketidaklengkapan informasi akuntansi yang bisa mempengaruhi
pertimbangan pengguna laporan keuangan.
 Dalam mempertimbangkan materialitas perlu memperhatikan keadaan perusahaan serta
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan.
 Besaran materialitas ditentukan berdasarkan pertimbangan professional auditor.

Ilustrasi:
Dalam audit ditemukan salah saji Rp 300.000.000,00 dari total saldo rekening
Rp 10.000.000.000.
 Pertanyaan, 300 juta itu material tidak?
Kemungkinan jawaban:
– Tidak material, maka kesalahan dikoreksi, saldo rekening dianggap wajar.
– Material, lakukan pengujian tambahan untuk meyakinkan kewajaran saldo rekening.

Kemungkinan hasil pengujian tambahan:


 Salah saji tidak material, maka lakukan koreksi kesalahan, saldo rekening dianggap
wajar.
 Ditemukan salah saji material, auditor tidak yakin dengan kewajaran saldo rekening,
maka kecualikan saldo rekening dari pendapat auditor.

Langkah-langkah Penerapan Materialitas


1. Menetapkan pertimbangan matrialitas awal
2. Mengalokasikan pertimbangan meterialitas awal ke setiap bagian pengauditan
3. Mengestimasikan salah saji total di setiap bagian pengauditan
4. Mengestimasikan salah saji gabungan
5. Membandingkaan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian
awal atau penilaian yang direvisi.
‘13 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  2 Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id

 
 

 
Menetapkan pertimbangan matrialitas awal
Pertimbangan matrialitas awal merupakan jumlah maksimal di mana auditor yakin dapat
terjadi salah saji dalam laporan keuangan namun tidak mempengaruhi keputusan-keputusan
para pengguna yaang rasional.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penilaian


a. Materialitas merupakan konsep relatif, bukan absolut
b. Dibutuhkan dasar untuk mengevaluasi materialitas.

Materialitas vs SPI
1. Semakin lemah SPI (semakin tinggi risiko salah saji), semakin kecil angka materialitas,
semakin banyak bukti audit yang diperlukan.
2. Kepercayaan auditor terhadap kewajaran asersi manajemen rekening rendah.
3. Semakin kuat SPI (semakin rendah risiko salah saji), semakin besar angka
materialitas, semakin sedikit bukti audit yang diperlukan. Kepercayaan auditor terhadap
kewajaran asersi manajemen semakin tinggi.

Kapan Materialitas Ditentukan?


1. Pada tahap perencanaan audit, digunakan sebagai acuan auditor dalam mensikapi
salah saji yang mungkin akan ditemukan dalam proses audit.
2. Pada tahap kesimpulan audit, sebagai acuan auditor dalam penentuan akhir
kewajaran asersi manajemen.

Ingat: dua tahap “perencanaan” dan “kesimpulan”

Mengapa dua tahap?


• Karena keyakinan auditor ditahap perencanaan bisa berbeda dengan keyakinan pada
tahap kesimpulan audit.
• Di tahap perencanaan SPI dipandang bagus, tetapi di tahap kesimpulan bisa jadi
dipandang kurang bagus, atau sebaliknya.

Kuantitatif vs Kualitatif
Materialitas dipertimbangkan secara kuantitatif dan juga secara kualitatif.
• Mengapa?
‘13 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  3 Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id

 
 

 
- Suatu salah saji kemungkinan tidak material secara kuantitatif tetapi material secara
kualitatif.

Contoh: salah saji yang terpola dan ada unsur kesengajaan, akan menurunkan kepercayaan
auditor terhadap kewajaran suatu asersi. Kesalahan semacam ini secara kuantitatif mungkin
tidak material, tetapi secara kualitatif material.

Materialitas: LK vs SR
1. Materialitas ditentukan pada dua tingkat, yaitu:
a. Tingkat laporan keuangan (LK)
b. Tingkat saldo rekening (SR)
2. Jika materialitas untuk Neraca (Laporan Posisi Keuangan) dengan Laporan Rugi Laba
berbeda, pilih saja yang LEBIH KECIL. Mengapa? Semakin kecil artinya semakin hati-
hati, bukti audit semakin banyak.
3. Materialitas LK harus dialokasikan ke SR, karena audit harus dilakukan melalui saldo
rekening (elemen laporan keuangan). Alokasi didasarkan pada:
a. Potensi salah saji, semakin besar potensi salah saji semakin kecil materialitas atau
sebaliknya.
b. Prediksi biaya audit, semakin besar biaya audit, semakin besar materialitas.

Catatan: ingat efek materialitas terhadap jumlah bukti audit atau intensitas pengujian
audit.

Pengukuran Materialias
1. Besaran materialitas ditentukan berdasarkan pertimbangan profesional aditor, dengan
melihat situasi dan kondisi di lapangan.
2. Jadi, tidak ada pedoman baku untuk menentukan besaran angka materialitas.
3. Sekedar acuan umum adalah sebagai berikut:
– 5% s/d 10% dari laba bersih sebelum pajak (10% untuk laba yang lebih kecil, 5% untuk
yang lebih besar).
– ½% s/d 1% dari total aktiva.
– 1% dari modal.
– ½% s/d 1% dari laba kotor.
– Persentase variabel didasarkan kepada angka yang
lebih besar antara total aktiva dan pendapatan.
‘13 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  4 Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id

 
 

 
Catatan: laba kecil materialitas besar atau sebaliknya, dengan logika semakin kecil
laba, semakin kecil potensi salah saji.

Materialitas vs Saldo Rek. Material


1. Materialitas berbeda dengan saldo rekening material.
2. Saldo rekening material adalah saldo rekening yang jumlahnya relatif material dari
laporan keuangan secara keseluruhan, sehingga kemungkinan perlu mendapatkan
perhatian khusus dalam pelaksanaan audit.

Sedangkan materialitas adalah ukuran tingkat salah saji yang bisa disimpulkan sebagai
salah saji material. Penentuan materialitas membutuhkan penggunaan pertimbangan
profesional. Sebagai langkah awal dalam menentukan materialitas untuk laporan keuangan
secara keseluruhan, persentase tertentu sering kali diterapkan pada suatu tolak ukur yang
telah dipilih. Faktor-aktor yang dapat memengaruhi proses identifikasi suatu tolak ukur yang
tepat mencakup:
1. Struktur kepemilikan dan pendanaan entitas.
2. Unsur-unsur laporan keuangan (aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban).
3. Sifat entitas, posisi entitas dlm siklus hidupnya, industri serta lingkungan ekonominya.
4. Fluktuasi relatif tolak ukur tersebut (pendapatan, laba bruto, beban periode
sebelumnya).
5. Unsur yang menjadi perhatian khusus auditor (tujuan evaluasi kinerja keuangan,
pengguna fokus laba)

Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam
audit dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan
dan pada saat merumuskan opini dalam laporan auditor.

Dalam perencanaan audit, auditor membuat pertimbangan-pertimbangan tentang ukuran


kesalahan penyajian yang dipandang material. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
menyediakan suatu dasar untuk:
1. Menentukan sifat, saat dan luas prosedur penilaian risiko.
2. Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material,
3. Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit lanjutan.

‘13 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  5 Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id

 
 

 
Auditor harus merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, jika
berlaku, materialitas untuk golongan transaksi, saldo akun atau pengungkapan tertentu)
pada saat auditor menyadari adanya informasi selama audit yang mungkin saja
menyebabkan auditor menentukan jumlah materialitas yang berbeda dari jumlah materialitas
yang pertama kali ditetapkan.

Opini yang diberikan juga berdasarkan kecukupan bukti, salah saji dan materialitas yang
telah diidentifikasi oleh auditor. Jika selama proses audit, auditor menemukan tingkat
kesalahan pada penyajian laporan keuangan secara individu suatu golongan akun dan
keseluruhan dibawah tingkat materialitas yang ditetapkan oleh auditor, maka opini yang
akan diberikan adalah opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), dan jika ternyata
sebaliknya, tingkat kesalahan berada diatas atau melebihi tingkat materialitas yang
ditentukan maka opini yang akan diberikan adalah wajar dengan pengecualian (qualified
opinion) atau tidak wajar (adverse opinion), tergantung seberapa material kesalahan
tersebut.

Apakah Risiko Audit?


1. Risiko audit adalah risiko bagi auditor untuk membuat kesalahan dalam memberikan
pendapat atas laporan keuangan, karena gagal mengungkap salah saji material.
2. Risiko audit vs kegagalan audit
- Kesalahan akan dianggap sebagai risiko jika audit telah dilaksanakan sesuai
standar auditing.
- Jika audit tidak sesuai standar auditing, kesalahan pendapat dikatakan sebagai
kegagalan audit.

Komponen Risiko Audit


1. Risiko audit disebabkan oleh tiga faktor:
a. Risiko bawaan (inherent risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh sifat dasar dari
suatu asersi manajemen, misalnya karena kompleksitas standar akuntansi.
b. Risiko pengendalian (control risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan
SPI dalam mencegah atau mendeteksi secara cepat salah saji dalam laporan
keuangan.
c. Risiko deteksi (detection risk), yaitu risiko yang disebabkan oleh kegagalan auditor
dalam mendeteksi salah saji material, setelah audit dilaksanakan sesuai dengan
standar auditing.
‘13 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  6 Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id

 
 

 
Catatan:
Tiga macam risiko tersebut menjadi penyebab terjadinya risiko audit

Hubungan Antar Risiko


1. Risiko bawaan dan risiko pengendalian berhubungan terbalik dengan risiko deteksi
dan risiko audit.
2. Artinya, jika risiko bawaan dan risiko pengendalian tinggi (potensi salah saji besar),
maka risiko deteksi dan risiko audit akan ditentukan rendah (artinya auditor akan lebih
hati-hati dalam melaksanakan pengujian audit).

Hubungan Antar Risiko


Kata risiko deteksi dan risiko audit adalah dalam kontek acceptable risk atau tingkat
keberanian auditor dalam mengambil risiko.

Singkatan:
RB = Risiko Bawaan  IR = Inherent Risk
RP = Risiko Pengendalian  CR = Control Risk
RD = Risiko Deteksi  DR = Detection Risk
RA = Risiko Audit  AR = Audit Risk

Korelasi
Tinggi Rendah Jumlah Bukti
RB/IR Materialitas Banyak
RP/CR Materialitas Banyak
RB/IR RD/RA Banyak
RP/CR RD/RA Banyak

Sebaliknya, jika RB/IR rendah maka Materialitas dan RD/RA akan tinggi, serta bukti audit
akan relatif lebih sedikit.

Pendekatan Audit
Hanya ada 2 alternatif:
1. Pendekatan pengujian pengendalian (the lower assessed level of control risk approach)
– porsi terbesar audit adalah pada pengujian pengendalian.
‘13 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  7 Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id

 
 

 
2. Pendekatan pengujian substantif (subtantive approach) – porsi terbesar audit adalah
pada pengujian substantif.

Kapan Digunakan?
4. Pendekatan pengujian pengendalian
a. Pada saat SPI dipandang efektif atau
b. Pada saat volume transaksi relatif besar.
3. Pendekatan pengujian substantif
a. Pada saat volume transaksi relatif rendah (misal pengadaan aset tetap) atau
a. Pada saat SPI dipadang kurang efektif.

Bagaimana efek ke biaya audit?


Pendekatan pengujian pengendalian relatif lebih efisien dibanding pendekatan substantif.

Ilustrasi Pendekatan Audit


Berdasarkan pertimbangan biaya-manfaat, auditor tidak mungkin melakukan pemeriksaan
atas semua transaksi yang dicerminkan dalam laporan keuangan, auditor harus
menggunakan konsep materialitas dan konsep risiko audit dalam menyatakan pendapat atas
laporan keuangan auditan.

Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa salah saji yang terdapat dalam asersi dapat
diterima oleh audiotr agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh besarnya salah
saji tersebut.

Konsep risiko audit berkaitan dengan risiko kegagalan auditor dalam mengubah pendapatnya
atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.

Materialitas dibagi menjadi 2 golongan:


1. Materialitas pada tingkat laporan keuangan
2. Materialitas pada tingkat saldo akun

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah
saji material.
‘13 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  8 Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id

 
 

 
Risiko audit digolongkan menjadi 2:
1. Risiko audit keseluruhan
2. Risiko audit individual

Terdapat 3 unsur risiko audit:


1. Risiko Bawaan, adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur
pengendalian intern yang terkait.
2. Risiko Pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi
yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas.
3. Risiko Deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi.

HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT DAN BUKTI AUDIT

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit dan risiko audit sebagai
berikut:
a. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah
bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari 3 cara berikut: (a) menambah tingkat materialitas, sementara itu
mempertahakan jumlah bukti audit yang dikumpulkan, (b) menambah jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan, dan
(c) menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.

Strategi Audit Awal Komponen-komponen strategi audit awal: 1. Penetapan tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan 2. Luasnya pemahaman SPI yang harus dicapai 3.
Pengujian pengendalian yang akan dilakukan dlm penentapan risiko pengendalian 4.
Tingkat pengujian substantif direncanakan yang akan dilakukan utk mengurangi risiko audit
pada tingkat rendah yang sesuai.
‘13 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  9 Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id

 
 

 
Terdapat dua (2) pendekatan dalam Strategi Audit Awal, yaitu:
1) Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian Ditetapkan Maksimum (Primarily Substantive
Approach); dan
2) Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian Ditetapkan Lebih Rendah (Lower Assessed
Level of Control Risk Approach).

Lingkup Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian Ditetapkan Maksimum (Primarily


Substantive Approach), meliputi:
 Tingkat risiko pengendalian yg direncanakan ditetapkan maksimum;
 Pemahaman SPI minimum;
 Pengujian pengendalian sedikit (atau bahkan tidak ada);
 Pengujian substantif ekstensif (risiko deteksi rendah).

Lingkup Pendekatan Tingkat Risiko Pengendalian Ditetapkan Lebih Rendah (Lower


Assessed Level of Control Risk Approach), meliputi:
 Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan ditetapkan moderat/rendah;
 Pemahaman SPI mendalam;
 Pengujian pengendalian ekstensif;
 Membatasi pengujian substantif (risiko deteksi moderat/rendah).

---

Daftar Pustaka
- Auditing dan Jasa Assuransce – Pendekatan Terintegrasi, Alvin A. Arens, Randal J.
Elder, Mark S. Beasley, Edisi 12.

‘13 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
  10 Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id

 
 

Anda mungkin juga menyukai