Anda di halaman 1dari 19

Makki dan Madani

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Studi Al-Quran dan Hadist (Teori dan Aplikasi)

Dosen Pengampu :
Dr. Moh. Tamtowi, M. Ag.

Disusun Oleh :
Laily Hidayati ( 23203011163 )

PRODI ILMU SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2023
Kata Penghantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas
segala rahmat, karunia, serta hidayah Nya-lah sehingga penulis dapat menyelesaiakan makalah
mata kuliah “Studi Al-Qur’an dan Hadits (Teori dan Aplikasinya)” yang berjudul Makki dan
Madanni dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan_Nya tentu penulis tidak akan mampu
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada Baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu’ Alaihi Wasallam yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada Bapak Dr. Moh. Tamtowi, M. Ag.selaku dosen pengampu mata kuliah “Studi
Al-Qur’an dan Hadits (Teori dan Aplikasinya)”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Terima kasih.

Yogyakarta, November 2023

Laily Hidayati
(23203011163)

ii
Daftar Isi
COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A. Deskripsi Makki dan Madani......................................................................
B. Ciri-ciri, Metode, dan Urgensi makki dan madani.....................................
C. Analisis kolerasi ayat makki dan adani dalam perundang-undangan.........
BAB III PENUTUP.........................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ..........................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Secara etimologi Al-Qur’an berarti “bacaan” atau yang di baca berasal dari kata qara’a
yang berarti membaca. Al-Quran yaitu kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah SAW
melalui perantaran malaikat Jibril, memakai bahasa arab, makna yang benar sebagai
undang_undang pedoman manusia dan amal ibadah bila dibacanya. Nama-nama lain dari al-
Qur’an juga disebutkan seperti al-Furqan, artinya pembeda antara yang hak dengan yang batil.
Al-Qur’an diturunkan selama 22 tahun 2 bulan 22 hari yang terdiri dari 30 juz 114 surat.1

Mengingat Nabi Muhammad SAW pernah bertempat tinggal di dua kota ternama, yakni
Makkah dan Madinah, maka mudah dipahami jika para ahli ilmu-ilmu Al-Qur’an
membedakan surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an antara yang turun pada fase Makkah dengan
surat-surat dan ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan pada periode Madinah. Periode Makkah
memakan waktu 12 tahun, 5 bulan dan 13 hari yakni sejak tanggal 17 Ramadhan tahun ke- 41
hingga awal Rabi’ul-Awwal tahun ke 54 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan
periode Madinnah, menghabiskan waktu 9 tahun, 9 bulan dan 9 hari yakni sejak awal Rabi’ul-
Awwal 54 hingga tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke 63 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW
atau tahun ke 10 Hijrah.2

Jika dilihat dari tempat turunnya surah-surah dalam Al-Qur’an ada dua yaitu makiyyah
dan madaniyyah. Yang dimaksud dengan makiyah adalah suatu ayat atau surat yang
diturunkan di kota Mekkah, ayat ini turun sebelum nabi melakukan hijrah ke madinah.
Sedangkan surat madaniyah adalah surat atau ayat yang diturunkan kepada nabi sudah selesai
melaksanakan hijrah ke madinah. Al-Quran selain sebagai mukjizat juga sebagai petunjut bagi
umat tentang hubungan kehidupan manusia keterkaitan dengan hidup manusia. Mempelajari
ilmu makiyaah dan madaniyah juga penting bagi kita sebagai orang awam karena kita dalam
membaca ayat-ayat Al-Qur’an tidak hanya semata-mata membaca huruf arabnya saja tetapi

1
Ahmad Muhasim, “Pengantar Studi Islam” CET. Ke-3,. (Mataram:Sanabil, 2018), hlm. 23.
2
Muhammad Amin Suma, “Ulumul Qur’an”., Cet.1., (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013)., hlm. 275.

1
juga memiliki banyak manfaat lainnya yaitu memahami dimana ayat tersebut turun,
mengetahui sejarah umat terdahulu, mengetahui sejarah para nabi, dan juga mengetahui
perbedaan antara makiyah dan madaniyyah.3

Ayat-ayat makkiyah ini identik dengan ayat-ayat dengan tema ketauhidan. Berbeda
dengan ayat madaniyah identik dengan ayat yang bertemakan tentang sosial. Dari sini
Makkah dan Madinah adalah tempat tinggal kediaman Nabi Muhammad SAW lahirlah salah
satu cabang ilmu pengetahuan dari ilmu-ilmu Al-Qur’an yaitu ilmu al-maki wa al-madani.
Ilmu ini memiliki kedudukan yang cukup penting dalam mempelajari ulum Al-Qur’an pada
umumnya dan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an pada khususnya. Mengingat kehidupan
dan penghidupan manusia terus berjalan hingga sampai saat ini, disini penulis juga ingin
melihat bagaimana penerapan ayat-ayat makki atau maddani dalam peraturran perundang-
undangan yang di terapkan di Indonesia..

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian makki dan madani?


2. Bagaimanakah ciri-ciri, metode, dan urgensi makki dan madani?
3. Bagaimanakah korelasi antara ayat-ayat maki atau madani dalam lingkup berbangsa dan
bernegara dalam penerapanya di dalam undang-undang?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian makki dan madani.


2. Mengetahui ciri-ciri, metode, dan urgensi makki dan madani.
3. Mengetahui korelasi antara ayat-ayat maki atau madani dalam lingkup berbangsa dan
bernegara dalam penerapanya di dalam undang-undang.

3
Fitri Setia Putri DKK, ilmu makiyah dan madaniyah dan manfaat mempelajari ilmu makiyah dan madinah., vol 7
No.1., (Al Mubarok JUrnal Kajian Al-Qur’an dan Tafsir:2022), hlm. 44.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Deskripsi Makki dan Madanni
Terdapat perbedaan di kalangan ulama ahli ilmu-ilmu Al-Qur’an tentang batasan
al-makki wa al-madani. Paling tidak ada empat hal yang perlu dicermati dalam
pemaknaan Makiyyah dan dan Madaniyyah, yakni masalah ruang, waktu, subyek, dan
konten. Karena, atas dasar itulah batasan pengertian tentang makkiyah dan madaniyyah
tersebut dijadikan sebagai rujukan dan acuan oleh para ulama.4
Bagi mereka yang mengacu kepada ruang mengatakan bahwa Makkiyyah ialah
surah surah-surah dan atau ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi SAW ketika
sedang berada di Makkah atau sekitarnya, baik sebelum beliau berhijrah ke Madinnah
atau sesudahnya, termasuk ke dalam kategori ini adalah ayat-ayat yang diturunkan ketika
Nabi sedang berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah, dan sebagainya. Sedangkan al-
Madaniyyah ialah surah-surah atau ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di Madinnah dan
daerah sekitarnya, termasuk ke dalam kelompok ayat ini adalah ayat-ayat yang
diturunkan pada saat Nabi berada di Badar, Uhud, dan lain-lain.
Kelebihan teori ini adalah rumusannya jelas dan tegas. Jelas dan tegas yang
dimaksudkan disini adalah bahwa yang dinamakan surat-surat atau ayat-ayat Makkiyyah,
surah-surah atau ayat-ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya, meskipun Nabi SAW
sudah berhijrah ke Madinah. Rumusan ini berbeda dengan batasan pengertian yang
didasarkan pada waktu, yang berpatokan kepada sebelum dan atau sesudah Nabi
berhijrah ke Madinah.
Kelemahan dari teori ruang ini adalah bahwa rumusan yang ditampilkan tidak
dapat sepenuhnya dijadikan patokan, sebab belum mencakup keseluruhan ayat-ayat al-
Qur’an itu diturunkan di Makkah dan sekitarnya atau Madinah dan sekitarnya. Kenyataan
menunjukkan bahwa, terdapat ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan di luar kawasan
tersebut. Diantaranya firman Allah SWT sebagai berikut:

4
Usman.,“Ulumul Qur’an”., Cet-1, (Yogyakarta: Teras 2009), hlm. 193.

3
‫ة‬ ‫اَِدُ قلّقَلُُ يْ لَ لَ لّ هِ ن يۢ َلَُُل ي‬
٤ ُۗ‫شّق‬
‫۝‬ َ ُّ ُُ ِ‫ََل يْ ه‬
‫ْ ل‬ ‫ََل دًُ َل ه‬
‫ًا َل هً يَْدا قَ ل‬ ‫ّل يْ لَاَل ل‬
‫َ لً د‬
Artinya: Sekiranya (yang kamu serukan kepada mereka) adalah keuntungan yang mudah
diperoleh dan perjalanan yang tidak seberapa jauh, niscaya mereka mengikutimu.
Dan juga firman-Nya sebagai berikut:

‫۝‬ ‫َ هََل اا ٓ ُ ل لَُل يََلا هِ يۢ ُ يَُ هَ ق‬
٤ ‫ًُّ يْٰل هۢ لُ هّ لِۗد َْ يَُلَ يََُل‬ ُ َّ ۢ‫َ يََلا هِ يۢ َل يَ هَ لَ هِ ي‬
‫لََئـ يْ لِ يۢ ُ ل يّ ل‬
Artinya: Tanyakanlah (Nabi Muhammad) kepada (pengikut) rasul-rasul Kami yang telah
Kami utus sebelum engkau, “Apakah Kami menjadikan selain (Allah) yang Maha
Pengasih sebagai tuhan-tuhan yang disembah
Ayat pertama di atas diturunkan di daerah Tabuk, jauh dari kota Makkah maupun
kota Madinah. Sedangkan ayat kedua tersebut diturunkan di Bait al-Makdis, daerah
Palestina pada saat Nabi SAW menjalankan Isra dan Mi’raj. Karena itu ayat ini juga tidak
dapat dikatakan termasuk ayat-ayat Makki atau ayat-ayat Madani karena sangat jauh dari
kedua kata tersebut, bila merujuk pada batasan pengertian berdasarkan ruang,
sebagaimana dikemukakan di atas.
Bagi mereka yang mengacu kepada periode waktu mengatakan bahwa Makiyyah
ialah surah-surah dan atau ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi SAW
berhijrah dari Makkah ke Madinnah meski ayat-ayat itu diturunkan di luar kota Makkah.
Sedangkan Madaniyyah ialah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan setelah Nabi SAW
berhijrah ke Madinah meski turunnya di Makkah atau daerah-daerah lainnya.
Batasan pengertian yang kedua ini dianggap memiliki keunggulan diantaranya
adalah dapat mencakup keseluruhan dari ayat-ayat al-Qur’an, sehingga tidak ada satu
ayat pun yang dieksepsikan dari batasan tersebut. Dengan demikian tidak terdapat
bantahan dari para ulama mengenai keabsahan makna dan maksud yang terkandung di
dalamnya.
Selanjutnya di antara ulama dalam memberikan pemaknaan terhadap Makiyyah
dan Madaniyyah, ada yang mengacu kepada al-Mukhathab yaitu subjek dari surat-surat
atau ayat-ayat yang diturunkan, sehinggan mereka memberikan batasan pemaknaan
sebagai berikut:5

5
Ibid., hlm. 196.

4
Makiyyah ialah surah-surah dan atau ayat-ayat yang ditujukan kepada penduduk
Makkah. Ayat-ayat ini umumnya dimulai dengan lafaz “ya ayyuha al-nas”, “ya ayyuha
al-kafirun”, “ya bani adam”. Diawali ayat-ayat Makiyyah dengan lafal-lafat tersebut
adalah karena kebanyakan dari penduduknya Makkah saat itu terdiri dari orang-orang
kafir dan musyrik, meski penduduk lain dan kafir dan musyrik juga termasuk di
dalamnya. Sedangkan Madaniyyah ialah ayat-ayat tersebut biasanya diawali dengan lafal
“ya ayyuha al-ladzina amanu”. Di awalinya dengan lafal yang demikian itu karena
moyoritas penduduk Madinah itu adalah terdiri dari orang-orang beriman, meski juga
penduduk-penduduk lainnya ikut dikhitbah atau terpanggil dalam ayat tersebut.
Bila diperhatikan secara cermat, setidaknya ada dua kelemahan dari ayat ini yaitu
pertama pengertian diatas tidak mencakup seluruh ayat al-Qur’an tidak lebih dari lima
ratus sebelas ayat yang dimulai dengan “ya al-nida” yaitu, ifal “ya ayyuha...”. Dari lima
ratus sebelas ayat itu, kurang lebih dua ratus Sembilan belas ayat berupa ayat-ayat
madani. Kedua, batasan pengertian dan kriteria yang dikemukakan di atas tidak dapat
berlaku secara menyeluruh. Sebab ternyata terdapat rumusan pemaknaan di atas bila itu
dijadikan ukuran, beberapa ayat yang diawali dengan lafal “ya ayyuha al-nas”. Bukan
ayat-ayat al-makki melainkan masuk kategori ayat-ayat al-madani . Sebaliknya, juga
dijumpai ayat-ayat yang dimulai dengan lafaz “ya ayyuha al-lladzina amanu” bukan ayat
al-madani tetapi termasuk ayat al-Makki.
Namun demikian, terlepas dari diterima atau tidaknya rumusan pemaknaan diatas
bila itu yang dijadikan ukuran, maka kelebihan dari batasan pemaknaan tersebut adalah
mudah dimengerti salah satu sekian banyak ciri surah al-makki dan atau al-madani.
Mengenai hal tersebut akan diuraikan pada sub tersendiri di dalam bab ini.
Terakhir adalah batasan pengertian yang berpijak pada konten sehingga sebagian
ulama ada yang memakainnya sebagai berikut. Makiyyah ialah surah-surah dan atau ayat-
ayat al-Qur’an yang menampilkan cerita-cerita mengenai para Nabi dan umat-umat
terdahulu, baik menyangkut kejayaan maupun kehancuran (khususnya bagi umat-umat
itu). Sedangkan Madaniyyah ialah surah-surah dan atau ayat-ayat yang memuat mengenai
berbagai kekuatan hukum seperti hudud, fara’idl dan lain sebagainnya. Adapun
keunggulan dari rumusan pengertian di atas adalah bahwa kriterianya cukup jelas,
sehingga mudah dipahami. Sebab dengan memperhatikan konten surah-surah atau ayat-

5
ayat al-Qur’an itu akan dapat ditentukan salah satu dari dua kategori tersebut. Sedangkan
segi kelemahan adalah bahwa batasan pengertian yang disebutkan terakhir ini kurang
praktis. Sebab seseorang yang hendak menentukan salah satu dari dua kategori di atas
harus terlebih dahulu mencermati kandungan masing-masing ayat yang terdapat di
dalamnya.6
B.Ciri-ciri, Metode, dan Urgensi makki dan madani.
a) Ciri-Ciri Makki dan Madani
Menurut perkiraan sebagian ulama, di antarnya Syaikh Muhammad al-Khudhari
Bek, surat ayat Al-Qur’an yang tergolong ke dalam kelompok makiyyah berjumlah
sekitar 13/30% dari keseluruhan Al-Qur’an sementara jumlah surat dan ayat yang
digolongkan ke dalam kelompok surat makkiyah lebih bnayak lebih banyak jumlahnya
dari pada kelompok surat madaniyah.7
Yang tergolong ke dalam surat Madaniyah ialah Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa,
Al-Ma’idah, Al-Anfal, At-Taubah, An-nur, Al-Ahzab, Al-Hasyr, Al-Qital, Al-Fath, Al-
Hujurat, Al-Fath, Al-Mujadalah, Al-Mumtahanah, As-Shaffat, Al-Jumu’ah, Al-
Munafiqun, At-Taghabun, At-Thalaq, At-Tahrin, dan An-Nashr. Kecuali yang telah
disebutkan ini, semua surat dan ayat Al-Qur’an yang lainnya golongan ke dalam
kelompok surat-surat Makkiyah. Ada sejumlah ciri khusus yang menandakan sebuah
surah/ayat dalam Al-Qur’an dapat dikelompokkan ke dalam bagian surat atau ayat
Makiyyah dan kelompok surat atau ayat madaniyyah. Ciri-ciri khusus surat/ayat
makiyyah yang dimaksudkan adalah:
ُ ‫( ْلا ألَْ لِا َُّق‬wahai manusia)
1.Setiap surat/ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata ُ‫ا‬
2.Surat/ayat yang di dalamnya terdapat kata-kata (hai bani adam), kecuali dalam surah
Al-Ma’idah [5]:27
3.Surat atau ayat yang terdapat kata kalla (sekali-kali tidak, atau janganlah begitu)
4.Surat/ayat yang di dalamnya ditemukan huruf-huruf hijaiyyah/fawatih/Al-suwar/al-
ahruf al-muqaththa’ah, selain, selain surat Al-Baqarah [2] dan surah Ali Imran [3]
yang keduanya lazim dijuluki dengan sebutan al-zahrawayn (dua surah yang
cemerlang. Dalam Al-Qur’an terdapat 29 surat yang diawali dengan al’ahruf al-

6
Ibid., hlm. 197.
7
Muhammad Amin Suma., “Ulumul Qur’an”. CET-1., ( Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013)., hlm 278.

6
muqatha’ah, yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, Al-An’am, Yunus, Hud, Yusuf, Ar-Rad,
Ibrahim, Al-Hijr, Maryam, Thaha, As-Syu’ara, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabut,
Ar-Rum, Luqman, As-Sajdah, Yasin, Shad, Al-Mu’min, Fushshilat/Hamim As-
Sajdah, As-Syura, Az-Zukhruf, Ad-Dukhan, Al-Jatsiyah, Al-Ahqaf, Qaf, dan Al-
Qalam. Khusus tentang surat Ar-Rad[13], status Makkiyah atau Madaniyahnya
diperselisihkan oleh para ulama. Sebagian menggolangkannya ke dalam kelompok
surat Makkiyah, sementara yang lain memasukkannya ke dalam golongan surat
Madaniyah.
5. Setiap surat/ayat yang di dalamnya terdpat kata sajadah dan atau ayat as-sajadah.
6. Tiap-tiap surat/ayat yang berisikan kisah tentang para nabi/rasul dan umat manusia
terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW kecuali kisah-kisah tertentu yang terdapat
dalam surat Al-Baqarah.
7. Setiap surat/ayat yang di dalamnya terdapat kisah Adam dan Iblis, kecuali yang ada
dalam surat Al-Baqarah.
8.Surat/ayat makiyyah umumnya pendek-pendek.
9.Redaksi ayatnya cenderung bernada keras (ancaman), tetapi agak bersajak perhaikan
misalnya di surah Al-Rahman, Al-Waqiah, Al-Qiyamah.
10.Isi surat/ayat Makiyyah pada umumnya berkenaan dengan perihal akidah/keimanan
atau tauhid, akhlak, surge, neraka, pahala, dosa.
11.Isi surat/ayat di awali atau di dalamnya terdapat kata-kata hamdallah dan atau kata al-
hamd (pujian)
12.Surat-surat yang di dalamnya termuat huruf/lafal sumpah (qasam) dalam berbagai
bentuknya.
13.Arah pembicaraanya (khitbah) surat/ayat Makiyyah pada umumnya atau bahkan
seluruhnya ditunjukan kepada umat manusia secara keseluruhan tidak peduli baik itu
mukminin maupun kafirin.
14.Surat-surat mtifashshal pada umumnya termasuk ke dalam kelompok surat-surat
Makkiyah.

7
Adapun untuk mengetahui surat itu madinah kita sebagai pembaca harus
mempelajari ciri-ciri khusus ayat atau surah madaniyyah diantaranya adalah sebagai
berikut:8
1.Surat/ayatnya panjang-panjang.
2.Surat/ayat yang di dalamnya disebut-sebut keberadaan ahli kitab/utul kitab
3.Setiap surat/ayat di dalamnya terdapat kata (wahai orang-orang yang beriman)
4.Tiap-tiap surat dan ayat yang khitab (arah pembicaraanya) dikhususkan kepada orang-
orang yang beriman meskipun tidak di dahului dengan kata sepanjang itu terdapat di
dalam kelompok surat-surat Madaniyah yang telah disebutkan di atas.
5.Setiap surah/ayat di dalamnya di sebutkankan orang-orang munafik (al-munafiqun),
selain surah Al-Ankabut.
6.Surat-surat atau ayat-ayat yang berisikan perihal ibadah , terutama sholat, zakat, puasa,
haji, dan lain-lain. Sebab, seperti yang diketahui semua ibadah kecuali shalatyang
diisyaratkan lebih kurang satu tahun sebelum hijrah disyariatkan kepada Nabi
Muhammad SAW setelah beliau hijrah Ke Madinah. Bahkan ayat-ayat yang berkenan
dengan ibadah mahdhah (murni)termasuk shalat sekalipun, psds umumnyajustru
termuat dalam surat-surat/ayat-ayat Madaniyah. Hanya sebagian kecil saja perkara
shalat yang diungkapkan dalam surat/ayat Makkiyah seperti yang terdapat dalam surat
Al-Ma’un [108] dan beberpa surat lainnya.
7.Surat-surat/ayat-ayat yang berisikan masalah-masalah mj’amalah dalam konteksnya
yang sangat bagus. Apakah itu hukum keluarga dan hukum keluarga pada umumnya
maupun hukum pidana dan lain-lain.
8.Surat dan atau ayat yang di dalamnya terdapat perintah jihad dan peperangan termasuk
hal-hal lain yang berkenaan dengan keduanya (jihat dan peperangan) seperti soal
ghanimah (rampasan perang), tawanan perang, dan lain-lain.
9.Surat atau ayat yang berkenaan dengan persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan
seperti musyawarah, anjuran beristhinbath hukum dengan Al-Qur’an dan As-Sunah.
10.Surat dan ayat yang berisikan janji-janji keenangan dan perlindungan Allah terhadap
orang-orang mukmin yang benar-benar berjuang (berjihad) dalam konteksnya yang
sangat luas.

8
Ibid., hlm. 281.

8
b)Metode Makki dan Madani
Untuk mengetahui sebuah ayat atau surat makki atau madani ada dua cara yang
bisa kita tempuh atau lakukan diantaranya adalah sebagai berikut:
1.Naqlis-Sima’I (Kutipan Lisan)
Yang dimaksud dengan metode Naqlis-Sima’i adalah ayat-ayat dan surat-surat
yang kita kenal bahwa ia adalah surah makkiyah dan madaniyah dengan cara
periwayatan dari salah satu sahabat yang hidup pada periode wahyu, dan mereka
menyaksikan turunnya ayat. Atau salah satu tabi’in yang telah mendengar dari
sahabat.
Sebagaimana dengan Nabi Allah, yang tidak menjelaskan tentang surat-surat
makiyyah dan madaniyah. Sebab para sahabat ikut menyaksikan dan hadir pada saat
turunya ayat-ayat tersebut. Bagaimana mungkin Nabi memeberitahukan susuatu yang
telah mereka ketahui? Sebab Makkiyah dan Madaniyah diketahui tanpa nash-nash
dari Nabi SAW.
Ak-Baqillani berkata bahwa pengetahuan tentang ayat-ayat Makiyyah dan
Madaniyyah sungguh mengacu pada hafalan sahabat dan para Tabi’in, tidak berasal
dari Nabi SAW, meskipun berupa komentar. Sebab beliu tidak diperintahkan, dan
Allah SWT tidak belum menjadikan ilmu tersebut sebagai kewajiban-kewajiban
ummat, maka kita diwajibkan mengetahui sejarah nasikh-mansukh hal itu diketahui
tanpa nash dari Rasul saw.
Diantara contoh ayat-ayat makkiyah dan madaniyah yang diketahui lewat para
sahabat adalah firman Allah SWT Q.s al-Anfal. Al-Bazzar telah meriwayatkan dari
Ibnu Abas ra, bahwa ayat tersebut diturunkan pada saat Umar bin Khatab masuk
islam. Sudah diketahui bahwa “Umar masuk islam di Mekkah, maka ayat tersebut
adalah ayat-ayat Makiyyah. Juga surat al-Hajj diriwayatkan oleh Mujahid dari Ibnu
Abbas ra bahwa surat tersebut adalah Makiyyah.9
2.Qiyas-Ijtihadi
Para ulama memandang ayat-ayat dan surat-surat yang mereka kenal sebagai
makiyyah dan madaniyyah diperoleh lewat metode pertama (Naqlis-Sima’i) dan

9
Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi., “Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al-Qur’an., Cet-1., (Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 2003)., hlm. 168.

9
mereka mengistimbatkan karakteristik-karakteristik serta catatan-catatan untuk surat-
surat Makiyyah, demikian juga dengan surat Madaniyah. Kemudian mereka melihat
pada surat-surat Makiyyah, demikian juga untuk surat madaniyyah, dan juga pada
surat-surat yang “belum ada” nash yang menjelaskan tempat turunya. Jika mereka
menemukan karakteristik surat-surat madaniyah maka mereka menyebut madaniyah.
Hal ini melalui ijtihad dan qiyas , sehingga metode ini disebut metode qiyas-ijtihadi.
Zarkasyi mengutip pernyataan al-ja’bari ada dua cara mengetahui ayat-ayat
makkiyah dan madaniyah, yakni Sima’I dan Qiyas, metode sima’i adalah apa yang
disampaikan kepada kita yang turunnya dengan makkiyah atau madaniyah,
sedangkan metode Qiyasi adalah setiap yang di dalamnya terdapat dalam “ya
ayyuha-nnas” (wahai sekalian manusia), setiap yang di dalamnya terdapat kalla,
diawali huruf hijaiyah, kecuali surat Az-zahrawain (Al-Baqarah dan Ali Imran), serta
surat ar-Ra’du, di dalamnya ada kisah Adam dan Iblis kecuali ath-thulah (keadaan
yang mulia, al-Halah ar-Rafi’ah), di dalamnya terdapat kisah nabi-nabi dan ummat
zaman dahulu. Semua yang meliputi ciri tersebutadalah surat makiyah sedangkan
setiap surat yang mamuat kewajiban-kewajiban dan hukuman adalah Madaniyah.
c) Urgensi Makki dan Madani
Mempelajari dan mengetahui surah-surah dan ayat-ayat Makiyyah dan madaniyah
baik dari segi lafal maupun makna dan isinya sangat penting artinya dan akan
memberikan manfaat yang sangat berarti bagi setiap orang. Karena keduanya
sesungguhnya sangat membantu mengetahui lebih jauh makan dari keberadaan Al-
Qur’an sebagai kitab yang berisi petunjuk dan bimbingan bagi manusia, kegunaan
makiyah dan madaniyah di antaranya sebagai berikut:10
1) Dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam menafsirkan al-Qur’an. Sebab dengan
mengetahui tempat turunya sesuatu ayat dapat membantu untuk memahami maksud
ayat tersebut serta dapat dilakukan penafsiran yang benar, walaupun yang menjadi
pegangan adalah pengertian umum lafal, bukan sebab khusus. Berdasarkan hal itu
seorang mufassir sapat membedakan antara ayat yang nasikh dengan yang mansukh,
bila di antara kedua ayat tersebut terdapat makna yang tampak kontradiktif. Ayat
yang diturunkan belakangan tentu merupakan nasikh atas yang terdahulu.

10
Usman.,“Ulumul Qur’an”., Cet-1, (Yogyakarta: Teras 2009), hlm. 214.

10
2) Dengan ilmu makki dan madani dapat diresapi gaya bahasa Al-Qur’an dalam metode
berdakwah menuju jalan Allah, sebab kondisi dan situasi yang berbeda harus
dihadapai dengan bahasa dan metode sendiri . Dengan memperhatikan karakteristik
gaya bahasa maki dan madani dalam Al-Qur’an pun orang dapat memahami metode
yang sesuai dalam menyampaikan metode yang sesui dalam menyampaikan pesan
sesui dengan kondisi psikologis lawan bicara. Dari sini dapat diketahui, bahwa dalam
setiap tahapan dakwah mempunyai topic dan pola penyampaikan tersendiri
berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapai. Hal ini ampak dalam
cara-cara Al-Qur’an menyeru berbagai golongan , baik dari kalangan orang-orang
beriman, orang-orang ahl al-kitab, orang-orang kafir, orang-orang munafik, orang-
orang musyrik, dan lain sebagainya.
3) Dengan ilmu makki dan madani dapat diketengahkan sejarah Nabi SAW dengan cara
mengikuti jejak langkah beliau dalam berdakwah baik ketika masih berada di Mekkah
maupun ketika sudah berada di Madinah. Kondisi Nabi di Makkah dapat dijadikah
sebagai acuan dalam keteguhan hati dan kesabaran menghadapi dan memperbaiki
kondidi umat, sedangkan kondidi di Mekkah dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
mengambil kebijakan baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin negara.
Dalam hubungan ini, sebagian dari para ahli sejarah ada yang mengkhususkan dirinya
untuk mengkaji masalah-masalah tersebut. Di antaranya ada yang menulis kitab
mengenai sejarah Nabi SAW di bawah al-Qur’an sebagaimana yang dilakukan oleh
Abd.al-Shabur Mazuh dengan karyanya yang berjudul sirat al-nabawiyyah fi al-
qur’an al-karim, Muhammad Ali al-Hasyimi kitabnya berjudul Syakhshiyyah al-
Rasul wa Da’watuhu fi’ al-Qur’an al-Karim, Hasim Dliyah’Uddin, dengan bukunya
adalah Nubuwwat Muhammad SAW fi al-Qur’an, serta Hasan Multhawi dengan
karyanya yang berjudul Raul Allah fi al-Qur’an al-karim, dan lain-lain.
4) Melalui makki dan madani dapat dilakukan bentuk-bentuk dan sekaligus perbedaan
terhadap gaya bahasa Al-Qur’an dalam mengajak manusia menuju jalan yang benar.
Sebab gaya bahasa a-Qur’an adalah bersifat tegas sekaligus lebut, memberikan
optimism kepada kebaikan dan memberikan peringatan dan ancaman dengan
menggunakan gaya bahasa yang ringkasdan padat dalam makiyyah serta

11
menggunakan gaya bahasa yang relative lebih rinci dalam madaniyyah sesui dengan
tuntutan subyek dan sasarannya.
5) Dengan ilmu makki dan madaniyah dapat diketahui dan dijelaskan tingkat perhatian
kaum muslimin terhadap al-Qur’an, termasuk di dalamnya hal-hal yang berkaitan
dengan pengetahuan tentang sejarah pembentukan suatu hukum sekaligus khikmah
pensyariatanya serta fase-fase pembebananya. Dengan keyakinan terhadap kenyataan
fase-fase tersebut tidak diragukan bahwa itu adalah semata-mata berdasarkan
kehendak Allah SWT, sesuai dengan kebutuhan kesiapan serta kesanggupan manusia.
Hal ini antara lain dapat dilihat pada pensyariatan penetapan pengharaman khamar
(minuman keras).
6) Dengan ilmu al-makki dan al-madani dapat lebih mudah diketahui ayat-ayat Al-
Qur’an yang nasikh dan mansukh, khususnya bila terdapat dua ayat yang
menerangkan mengenai hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya tampak
bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal yang demikian itu harus
dicari mana ayat diturunkan terlebih dahulu, ayat makkiyah misalnya, sehingga
memungkinkan ayat itu dapat dipahami sebagai ayat yang mansukh (dihapus)
kemudian diganti hukum atau bacaanya oleh ayat yang diturunkan belakangan, ayat
madaniyyah misalnya, yang dalam hal ini sebagai nasikh, yang menghapus,
mengganti.
7) Melalui ilmu makki dan madanni dapat diketahui ayat yang lebih dahulu diturunkan
dan ayat yang diturunkan belakangan, dalam kondisi apa dan bagaimana ayat yang
lebih dahulu itu diturunkan, begitu juga sebaliknya, dalam kondisi bagaimana ayat
yang belakangan diturunkan dan atau diterima demikian seterusnya , sehingga dapat
diketahui denganya mana ayat yang nasikh dan mana yang mansukh.

C. Analisis korelasi antara ayat-ayat maki atau madani dalam lingkup berbangsa dan
bernegara dalam penerapanya di dalam undang-undang
Disni penulis mengambil tentang Q.S An-Nur ayat 2 yang termasuk kategori
Madaniyah tentang perzinaan, di dalam islam diatur mengenai perzinaan sebagaimana
yang diungkapkan dalan Al-Qur’an surah An-Nur ayat 2 sebagai berikut:

12
‫ُْ ٍَ ه مِ يَ ُِ لٰا هِاَلۗل لَ يََل اٍۖ قَ لل ّلْ ي ُُ يْ َُ يُ َه هِ لٰا لّأيِلۗة ِه يْ هُْ هيۢ ل‬
‫له‬ ‫اَ هََ يَُُ َُ قْ لَ ه‬ ‫ُِّّهْلُۗ لَ ق‬
‫ُُِّّه يْ ِل ي‬ ‫ُل ق‬
‫۝‬٢ ‫ط ِا ىَٕلۗة ه مِۢل يُّ ُْٰي هَِهْيۢل‬ ‫ُل هُ ر هً لَ يّْل يش لِ يَ لَْلَُل ُِ لٰا ل‬ ‫اّه لَ يُّْل يْ هِ ي ل‬
‫ُ يهَ َُ يَُ ُ يُ ُّْي هَُِ يَْل َه ل‬

Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada
Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.
Dalam kehidupan kontemporer ini dalam bernegara di dalam Kitab Undang-
Undang Hukum pidana Republik Indonesia diatur dalam pasal 415 KUHP yang berbunyi
setiap orang yang melakukan persetubuhan dengan orang yang bukan suami atau
isterinya dipidana karena perzinaan dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
atau pidana denda paling banyak kategori II.
Seperti yang kita ketahui bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari
banyak suku, ras, dan agama. Sehinggan untuk mengatur masyarakat yang bisa mencakup
semua lapisan masyarakat yang ada khususnya dalam bidang norma kesusilaan perzinaan
diatur di dalam pasal 415 KUHP. Dikarenakan hukuman dera tidak bisa diterapkan secara
menyeluruh di wilayah hukum Republik Indonesia maka di aturlah di dalam pasal ini
bagi pasangan yang merasa dirugikan dapat melakukan laporan kepolisian. Sebagai
contoh kasus perselingkuhan yang terjadi sempat viral yang Ibu dan mantan suami
Norma Risma resmi berstatus tersangka kasus perselingkuhan perzinaan atas aduan
saudari Norma Risma sendiri.
Contoh lainnya adalah mengenai pencatatan perkawinan dalam Al-Qur’an tidak
ada ayat yang menjelaskan secara tegas mengenai pencatatan perkawinan. Namun dalam
surah Al-Baqarah dijelaskan, keharusan melakukan pencatatan dalam akad hutang
piutang atau transaksi penting. Bunyi surat Al-Baqarah adalah sebagai berikut “Hai
orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu
yang tidak ditentukan, hendaklah kamu menuliskanya. Dan hendaklah seorang penulis di
antara kamu menuliskannya dengan benar, dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah mengajarkanya”. Sama halnya dengan perkawinan yang di dalamya

13
terdapat akad, jika kita qiyaskan perintah pencatatan hutang (al-ashl) Karena hukumnya
itu disebut di dalam nash. Walaupun ulama berbeda pendapat mengenai hal hukumnya
ada yang mengatakan wajib dan sunnah, namun itu menunjukan kejelasan hukumnya
(hukum al-asal}. Dalam pencatatan perkawinan adalah cabang (al-far’u), karena nash
hukumnya terdapat terdapat dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah. Sedangkan kesamaan
pencatatan hutang piutang sama dengan pencatatan perkawinan. Hal ini dapat dilihat dari
illat hukumnya, bahwa pencatatan hutang piutang, illat hukumnya untuk menguatkan
persaksian dan menghindari keraguan, sebagaimana yang dimaksud dalam surat al-
Baqarah ayat 282. Begitu juga dengan pencatatan perkawinan yang mana illat hukumnya
adalah sebagai bukti telah terjadi suatu perkawinan. Hal itu sebagaiman dimaksud dalam
Kompilasi Hukum Islam pasal 7 ayat 1 bahwa perkawinan hanya dapat dibuktikan
dengan akta nikah yang dibuat oleh Pegawai Pencatat Nikah.
Kemudian dalam UU No.1 tahun 1974 tentang pencatatn perkawinan disebutkan
“tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Sementara pada pasal lain disebutkan “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya itu”. Tujuan dari pencatatan
perkawinan adalah untuk terjaminya ketertiban perkawinan. Namun ditegaskan
perkawinan yang dilakukan di luar Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai kekuatan
hukum, dan perkawinan hanya dapat dibuktikan dengan Akta Nikah yang dibuat oleh
Pegawai Pencatatan Nikah.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terdapat perbedaan di kalangan ulama ahli ilmu-ilmu Al-Qur’an tentang batasan
al-makki wa al-madani. Paling tidak ada empat hal yang perlu dicermati dalam
pemaknaan Makiyyah dan dan Madaniyyah, yakni masalah ruang, waktu, subyek, dan
konten. Karena, atas dasar itulah batasan pengertian tentang makkiyah dan madaniyyah
tersebut dijadikan sebagai rujukan dan acuan oleh para ulama.
Menurut perkiraan sebagian ulama, di antarnya Syaikh Muhammad al-Khudhari
Bek, surat ayat Al-Qur’an yang tergolong ke dalam kelompok makiyyah berjumlah
sekitar 13/30% dari keseluruhan Al-Qur’an sementara jumlah surat dan ayat yang
digolongkan ke dalam kelompok surat makkiyah lebih bnayak lebih banyak jumlahnya
dari pada kelompok surat madaniyah. Untuk mengetahui sebuah ayat atau surat makki
atau madani ada dua cara yang bisa kita tempuh yaitu Naqlis-Sima’I (Kutipan Lisan) dan
Qiyas-Ijtihadi. Mempelajari dan mengetahui surah-surah dan ayat-ayat Makiyyah dan
madaniyah baik dari segi lafal maupun makna dan isinya sangat penting artinya dan akan
memberikan manfaat yang sangat berarti bagi setiap orang. Karena keduanya
sesungguhnya sangat membantu mengetahui lebih jauh makan dari keberadaan Al-
Qur’an sebagai kitab yang berisi petunjuk dan bimbingan bagi manusia

B. Saran
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini,
penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan semuanya untuk
memperbaiki dalam penulisan makalah selanjutnya.

15
Daftar Pustaka
Ahmad Muhasim, “Pengantar Studi Islam” CET. Ke-3,. Mataram:Sanabil, 2018.
Muhammad Amin Suma, “Ulumul Qur’an”., Cet.1., Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013.
Fitri Setia Putri DKK, ilmu makiyah dan madaniyah dan manfaat mempelajari ilmu makiyah dan
madinah., vol 7 No.1., Al Mubarok JUrnal Kajian Al-Qur’an dan Tafsir:2022.
Usman.,“Ulumul Qur’an”., Cet-1, Yogyakarta: Teras 2009.
Muhammad Amin Suma., “Ulumul Qur’an”. CET-1, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2013.
Fahd Bin Abdurrahman Ar-Rumi., “Ulumul Qur’an Studi Kompleksitas Al-Qur’an., Cet-1.,
Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 2003.

16

Anda mungkin juga menyukai