Anda di halaman 1dari 5

Tempat Pembuangan Akhir Muara Fajar 1

Sinopsis :
TPA muara fajar 1 adalah tempat pembuangan akhir yang terletak di pekanbaru, kecamatan rumbai,
kabupaten pekanbaru. TPA ini di dirikan pada tahun 1985 oleh pemerintah kota pekanbaru dan masih
aktif hingga sekarang dengan luas lahan 8.6 Ha dengan perkiraan usia pakai sekitar 30 tahun yaitu
sampai sekitar tahun 2019 dibawah pengelolaan dinas kebersihan dan pertamanan kota pekanbaru.

Sampah sampah dari beberapa kecamatan yang ada di kota pekanbaru kemudia di kirim ke
TPA muara fajar, dimana tempat inilah yang menjadi tempat pembuangan akhir dari beberapa
salah yang dihasilkan masyarakat kota pekanbaru. namun yang menjadi masalah sampai detik
ini adalah kesadaran masyarakat dalam memilah sampah organik dan non organik sehingga
sampah yang tidak terpilih menyisahkan gunung sampah, terlepas dari semua itu di tempat yang
semua orang belum tentu mau mengijakan kakinya di tempat pembuangan akhir dengan
lingkungan yang kumuh, bau serta kotor. namun disinilah beberapa rakyat kecil
menggantunggan hidupnya menjadi seorang pemulung sampah, ngais rezeki diantara
tumpukan sampah. dan berkat adanya pemulung sampah ini, berguna untuk pengurangan
volume sampah yang ada.

Pertanyaan untuk masyarakat disana :

“biasanya keseharian apa saja yang ibuk lakukan selama tinggal disini?”

“apa yang dapat di ambil buk untuk dapat dijual kembali buk?”

“sehari bisa dapat berapa”

“sehari ngutip barang bekas dari jam berapa sampai jam berapa buk?”

“apakah sudah biasa untuk ibuk mencium bau bau seperti ini?”

Diantara beberapa masyarakat yang tinggal di sekitaran TPA ini terdapat seorang wanita
bernama Siti, yang menjalani kehidupannya di dekat Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Meskipun tempat itu dianggap oleh banyak orang sebagai lingkungan yang sulit, Siti
menemukan keindahan dan arti dalam setiap sepotong cerita yang tercipta di antara tumpukan
barang bekas.

Siti adalah gadis berumur 25 tahun yang tinggal di salah satu rumah didekat TPA ia mencari
barang untuk ia jual, ia sudah tinggal sendiri semenjak umur nya 16 tahun, ayah ibu nya sudah
memiliki keluarga masing-masing, karna ia tidak mau ikut dengan kedua orang tua nya dengan
keluarga barunya ia memilih hidup sendiri dan menjalani hidupnya sendiri, ia sudah mandiri dan
berjuang sendirian semenjak umur belasan tahun, awalnya bagi Siti ini sulit tetapi dia selalu
tekun dan percaya semua mudah dilalui makanya sekarang dia sudah terbiasa dengan apa yang
ia jalani.

Siti seorang pemulung, yang setiap hari berkeliaran di sekitar TPA mencari barang-barang
yang masih dapat dijual atau didaur ulang. Meskipun pekerjaannya keras dan penuh tantangan,
Siti mempertahankan semangat positifnya. Ia percaya bahwa setiap benda yang ditemuinya
memiliki nilai dan dapat diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

Dalam kehidupan siti, terukir pesan bahwa keberanian, ketekunan, dan harapan bisa
ditemukan bahkan di tempat-tempat yang paling tidak terduga. Meski di sekitar siti terhampar
tumpukan sampah, ia terus membuktikan bahwa di dalamnya terdapat kehidupan yang berwarna
dan berharga.
Treatman dan Segment :

ADEGAN 1 : RUMAH SITI PAGI HARI

Narator : Di pagi hari siti bangun pagi sekali seperti biasa memulai aktivitas nya dirumah yang
ia tempati sendirian, biasanya pagi selalu ia mulai dengan berberes rumah, menyapu, dan juga
masak untuk sarapan nya sebelum bekerja, setelah memasak sarapan dia lanjut mandi
membersihkan badannya, setelah mandi dia menyantap sarapan yang sudah ia buat tadi,
menu pagi ini adalah telor dadar pakai kecap manis dan cabe sisa kemaren, walaupun sisa
kemaren tapi rasanya tidak berubah dan masih sama enaknya, setelah sarapan dia langsung
melanjutkan aktivitas memulung nya.

ADEGAN 2 : KESEHARIAN SITI DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR

Narator : Setiap hari Siti berkeliaran di sekitar TPA mencari barang-barang yang masih dapat
dijual atau didaur ulang. Meskipun pekerjaannya keras dan penuh tantangan, Siti
mempertahankan semangat positifnya. Ia percaya bahwa setiap benda yang ditemuinya memiliki
nilai dan dapat diubah menjadi sesuatu yang bermanfaat.

ADEGAN 3 : TPA SEBAGAI PERERAT HUBUNGAN

Narator : Selain mencari barang, Siti juga menjalin hubungan dengan sesama pemulung dan
penduduk sekitar TPA. Mereka membentuk komunitas kecil yang saling mendukung satu sama
lain. Meskipun hidup di tengah keterbatasan, Siti dan teman-temannya berbagi cerita, tawa, dan
kehidupan sehari-hari mereka. Walaupun Siti tinggal sendirian dirumah sederhana nya tetapi ia
masih banyak memiliki teman yang mengisi keseharian nya disaat istirahat memulung.

ADEGAN 4 : RUMAH SITI MALAM HARI

Narator : Ketika matahari terbenam, siti pulang dengan langkah lelah tapi penuh kepuasan. Di
rumah sederhananya, ia hanya tinggal sebatang kara. siti mulai menghitung, memisahkan barang
barang yang ia dapatkan tadi untuk dijualnya esok harinya, ternyata lelah nya tidak sia-sia, ia
mendapat kan banyak sekali barang yang bisa ia jual dan menghasilkan uang, beginilah
keseharian Siti, walaupun ia merasa begitu letih tetapi ada terukir senyum dibibir nya, seyum
kebahagiaan karena ia dapat menghasilkan uang dengan cara yang halal.

Pengahiran :
Narator : Dalam kisah ini, Tempat Pembuangan Akhir Muara Fajar 1 bukan hanya sebagai tempat
pembuangan akhir bagi Siti. Tetapi sebagai awal mula kehidupannya dimulai setiap hari Siti. TPA
Muara Fajar 1 adalah panggung kehidupan bagi Siti, dimana ia bertemu orang-orang yang menjadi
keluarga baginya. Melalui kesulitan, keuletan, dan harapan, kita belajar bahwa di setiap jejak
sampah, ada cerita manusia.

Catatan Akhir :

Narator : Dalam kisah ini, terukir pesan bahwa keberanian, ketekunan, dan harapan bisa
ditemukan bahkan di tempat-tempat yang paling tidak terduga. Meski di sekitar siti terhampar
tumpukan sampah, ia terus membuktikan bahwa di dalamnya terdapat kehidupan yang berwarna
dan berharga.

Anda mungkin juga menyukai