Anda di halaman 1dari 79

PERENCANAAN ORGANISASI DAN

PERSONEL

IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan


Mineral dan Batubara
TINJAUAN MANAJEMEN PEMANTAUAN,
DAN PENINGKATAN EVALUASI DAN
KINERJA DOKUMENTASI TINDAK LANJUT

DIREKTORAT TEKNIK DAN LINGKUNGAN MINERAL DAN BATUBARA


DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
SMKP MINERBA

ELEMEN III
ELEMEN VI
ORGANISASI
ELEMEN I DOKUMENTASI
DAN ELEMEN IV
KEBIJAKAN PERSONEL IMPLEMENTASI ELEMEN V ELEMEN VII
PEMANTAUAN, TINJAUAN
ELEMEN II EVALUASI, MANAJEMEN DAN
PERENCANAAN PENINGKATAN
DAN TINDAK KINERJA
LANJUT

SMKP Minerba, yang merupakan bagian dari sistem yang ada di perusahaan secara keseluruhan,
membantu perusahaan untuk pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan
dan Pelaksanaan Keselamatan Operasional (KO) Pertambangan
ELEMEN #1
KEBIJAKAN

PENYUSUNAN I S I K E B I JA K A N P E N E TA PA N KO M U N I K A S I T I N JAUA N
K E B I JA K A N K E B I JA K A N K E B I JA K A N K E B I JA K A N

Perusahaan menyusun, menetapkan, menerapkan, memelihara dan mendokumentasikan kebijakan K3 dan KO, serta
mengomunikasikan ke seluruh pihak yg bekerja atas nama perusahaan, dan selalu melakukan tinjauan ulang secara
periodik
1.1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN

Penyusunan kebijakan mempertimbangkan hasil tinjauan awal dan masukan dari para
Pekerja, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. melakukan tinjauan awal kondisi Keselamatan Pertambangan yang paling sedikit
terdiri atas:
a. peninjauan risiko Keselamatan Pertambangan;
b. perbandingan penerapan Keselamatan Pertambangan dengan Pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian,
IPR, atau IUJP lain dan/atau sektor lain yang lebih baik;
c. penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
2. melibatkan Pekerja dan/atau memperhatikan masukan dari serikat Pekerja.

4
1.2 ISI KEBIJAKAN

1. Terdapat visi, misi, dan tujuan Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, atau IUJP terkait aspek Keselamatan
Pertambangan.
2. Komitmen dalam melaksanakan Keselamatan Pertambangan, yang mencakup:
a. peningkatan berkelanjutan dalam upaya untuk mencegah kecelakaan, Penyakit
Akibat Kerja, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan kejadian berbahaya, serta
dalam upaya untuk mencegah kerusakan aset dan terhentinya produksi,
menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif serta
mewujudkan budaya Keselamatan Pertambangan;
b. pematuhan ketentuan peraturan perundangundangan di bidang Keselamatan
Pertambangan serta persyaratan lainnya yang terkait; dan
c. dorongan untuk melibatkan Pekerja dalam pengelolaan Keselamatan
Pertambangan.
5
1.3 PENETAPAN KEBIJAKAN

Penetapan kebijakan mengikuti ketentuan:


1. tertulis, tertanggal, dan ditandatangani;
2. disahkan oleh pimpinan tertinggi Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP; dan
3. bersifat dinamis, yaitu menyesuaikan perubahan yang ada di Pemegang IUP, IUPK,
IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP.

6
1.4 KOMUNIKASI KEBIJAKAN

Kebijakan dijelaskan dan disebarluaskan kepada Pekerja dan orang


yang diberi izin masuk oleh KTT atau PTL, dengan ketentuan:
1. menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh Pekerja;
2. menggunakan beberapa media seperti papan pengumuman,
brosur, verbal dalam apel (briefing), dan/atau media lainnya; dan
3. dilakukan evaluasi pemahaman isi kebijakan.

7
PENERAPAN SMKP
Pertanyaan:

Untuk penyusunan kebijakan dan tinjauan awal apabila


perusahaan sudah berdiri sejak lama dokumen apa yang
diperlukan ?
ELEMEN #2
PERENCANAAN

I D E N T I F I K A S I D A N K E PAT U H A N P E N E TA PA N
PENELAHAAN MANAJEMEN RENCANA KERJA
T E R H A D A P K E T E N T UA N T U J UA N , S A S A R A N ,
AWA L R I S I KO DAN ANGGARAN
P E R AT U R A N P E R U N D A N G A N PROGRAM KP
Perusahaan melakukan penelaahan awal untuk mengetahui sejauh mana ketaatan terhadap peraturan K3 & KO; melakukan manajemen
risiko; mengidentifikasi dan meninjau ulang peraturan dan persyaratan yg harus dipenuhi; membuat, menetapkan, menerapkan, dan
memelihara serta mendokumentasikan TSP; menyusun dan menetapakan rencana anggaran KP dalam RKAB
Pengaturan Baru: “Penelaahan Awal”

Sebelum mulai mengembangkan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan perusahaan harus melakukan
penelaahan awal, yang dijadikan sebagai base line assessment untuk mengetahui kondisi keselamatan
pertambangan di suatu perusahaan, yang memperimbangkan beberapa faktor:

1. Sistematika Proses Bisnis Dan Interaksi Proses;


2. Penyesuaian Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Dan Standar;
3. Peninjauan Terhadap Kebijakan Keselamatan Pertambangan Yang Disesuaikan
Dengan Angka (1) Dan (2).

1 2 3
Penerapan “Penelaahan Awal”
Penilaian Kinerja

Dalam Menentukan Tingkat Pencapaian Kinerja Keselamatan Pertambangan Berdasarkan Pada:

1. Partisipasi Pekerja

2. Tanggung Jawab Pimpinan Unit


Data
Wawancara 3. Analisis dan Statistik Kecelakaan, Penyakit Akibat Kerja,
Sekunder
Kejadian Akibat Penyakit Tenaga Kerja, dan Kejadian
Berbahaya.

Observasi 4. Upaya Pengendalian Yang Telah Dilakukan

Perlu diingat bahwa hasil penilaian kinerja keselamatan pertambangan tidak menjadi pertimbangan persepsi
auditor, tapi proses yang relevan sehingga menghasilkan penilaian yang sesuai kondisi lapangan adalah hal yang
diharapkan
Penerapan “Penelaahan Awal”
Penelaahan awal menggambarkan tingkat pencapaian kinerja Keselamatan Pertambangan
Tingkat Terencana
• telah terdapat sistem yang terencana dan
Tingkat Dasar dikembangkan, namun hanya berfokus
• sistem yang ada hanya sekedar terhadap penurunan angka kecelakaan,
1 pemenuhan regulasi;
• implementasi hanya dilakukan saat
Kejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit 3
tenaga kerja, dan PAK; dan
dilakukan kegiatan pengawasan. • fokus hanya pada penerapan program
Keselamatan Pertambangan yang telah
direncanakan.
Tingkat Reaktif Tingkat Proaktif
• sistem bekerja berdasarkan • target dan sasaran Keselamatan Pertambangan
kejadian/insiden; telah ada di masing-masing departemen/bagian
2 • hanya fokus terhadap dan menjadi poin utama dalam penyusunan 4
masalah/kejadian; dan rencana kegiatan; dan
• investigasi hanya difokuskan terhadap • sistem dijalankan untuk pemenuhan kebutuhan
kesalahan manusia. pekerjaan.
Tingkat Resilient
5 seluruh Pekerja baik manajemen maupun pelaksana telah bekerja sesuai
dengan peraturan dan budaya Keselamatan Pertambangan.
2.2 MANAJEMEN RISIKO: PROSES MANAJEMEN RISIKO

Penetapan Konteks

Komunikasi Pemantauan
Identifikasi Bahaya
dan dan
0
Konsultasi Peninjauan
Penilaian
dan
Pengendalian
Risiko
2.2 MANAJEMEN RISIKO
2.2.2 PENETAPAN KONTEKS RISIKO
faktor internal, paling sedikit terdiri atas: faktor eksternal, paling sedikit terdiri atas:
• kegiatan dan proses rutin dan tidak rutin: • budaya, politik, hukum, keuangan, teknologi, ekonomi, alam, dan
• perubahan-perubahan pada organisasi, lingkungan kerja, kegiatan, lingkungan yang kompetitif secara lokal, nasional, regional, dan
atau bahan/material; internasional;
• modifikasi pada sistem manajemen Keselamatan Pertambangan, • pendorong utama dan perkembangan isu yang berdampak signifikan
termasuk perubahan-perubahan sementara, serta dampak pada terhadap tujuan organisasi;
operasi, proses, dan kegiatan; • persepsi dan nilai-nilai dari para pemangku kepentingan eksternal;
• fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau proses yang baru • kegiatan semua orang yang memiliki akses ke tempat kerja, termasuk
diperkenalkan, serta kegiatan dan instalasi di dalam lokasi kerja; yang dilakukan oleh pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus
• kondisi normal dan abnormal dan/atau kondisi proses serta potensi untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, IUJP dan para tamu;
insiden dan keadaan darurat selama siklus pemakaian produk dan/ • fasilitas yang baru dibangun, peralatan atau proses yang baru
atau siklus lamanya proses; diperkenalkan, serta kegiatan dan instalasi pemegang IUP, IUPK, IUP
• ketidakpatuhan terhadap rekomendasi sebelumnya, standar dan/atau Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan
prosedur Keselamatan Pertambangan yang ada, atau ketidakpatuhan IUJP di luar lokasi kerja;
terhadap tindak lanjut rekomendasi insiden; • bahaya-bahaya teridentifikasi yang berasal dari luar lokasi kerja yang
• faktor personal Pekerja; dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan orang di tempat kerja
• desain area kerja, proses, instalasi, peralatan, prosedur operasi dan yang berada dalam kendali pemegang IUP, IUPK, dan IUP Operasi Produksi
organisasi kerja, termasuk kemampuan adaptasi manusia; khusus;
• sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, • infrastruktur, peralatan, dan bahan-bahan di tempat kerja yang disediakan
instalasi, dan peralatan Pertambangan; oleh pihak lain; dan
• pengamanan instalasi; • kewajiban hukum yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan penilaian
• kelayakan sarana, prasarana, instalasi, serta peralatan Pertambangan; risiko serta pengendalian yang diperlukan.
• kompetensi tenaga teknik; dan
• evaluasi laporan hasil kajian teknis Pertambangan.
2.2 MANAJEMEN RISIKO
2.2.3 IDENTIFIKASI BAHAYA
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, atau IPR mengidentifikasi
sumber-sumber bahaya, area yang terpapar
oleh bahaya, dan konsekuensi yang potensial

Proses yang dilakukan disini harus mampu


mengidentifikasi semua sumber, tindakan
dan kondisi yang ada dalam semua proses
perusahaan yang dapat menimbulkan
bahaya terhadap kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja.
2.2 MANAJEMEN RISIKO
2.2.4 PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO
Penilaian risiko dilakukan melalui proses
evaluasi risiko untuk menentukan risiko
dapat diterima atau tidak dengan
metodologi:
• memperhatikan ruang lingkup, sifat
dan waktu untuk memastikan metode
yang digunakan bersifat proaktif; dan
• menyediakan cara untuk melakukan
identifikasi bahaya, penentuan nilai
risiko, penentuan kriteria, dan
prioritas risiko, penentuan
pengendalian yang sesuai, dan
pendokumentasiannya.
2.2 MANAJEMEN RISIKO
2.2.4 PENILAIAN DAN PENGENDALIAN RISIKO
berdasarkan hasil penilaian risiko, pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menetapkan,
menerapkan, dan mendokumentasikan langkah-
langkah pengendalian terhadap risiko tersebut
dengan mengikuti hierarki pengendalian risiko
sebagai berikut:
• rekayasa, seperti eliminasi, substitusi, dan isolasi;
• administrasi, seperti rambu peringatan,
pemilihan Pekerja, rotasi Pekerja atau jadwal
kerja, pembatasan jam kerja, serta pemilihan
perusahaan jasa Pertambangan;
• praktik kerja, seperti prosedur kerja baku
(standard operating procedure), instruksi kerja
(work instruction), dan pelatihan (training); dan
• alat pelindung diri.
2.2 MANAJEMEN RISIKO
2.2.4 PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/atau Pemurnian, atau IPR:
• menetapkan cara untuk melakukan pemantauan dan
peninjauan terhadap setiap proses Manajemen Risiko;
• mengkomunikasikan setiap hasil dari pemantauan dan
peninjauan terhadap proses Manajemen Risiko kepada
seluruh pihak yang terkait;
• memastikan pengendalian risiko yang dilakukan telah
memadai; dan
• melaksanakan pemantauan dan peninjauan secara
berkala atau apabila:
- terjadi kecelakaan
- Kejadian Berbahaya;
- terjadi kejadian akibat penyakit tenaga kerja
- terjadi penyakit akibat kerja
- terjadi perubahan peralatan, instalasi, dan/atau
proses serta kegiatan pemegang izin; dan/atau
- ada proses serta kegiatan baru.
2.3 IDENTIFIKASI DAN KEPATUHAN TERHADAP KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DAN PERSYARATAN LAINNYA YANG
Tidentifikasi
ERKAIT dan pemantauan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
yang terkait, dengan ketentuan:
a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP menjalankan proses formal untuk mengidentifikasi, memperoleh, dan memantau ketentuan
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
b. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP menentukan kesesuaian ketentuan peraturan perundang-undangan yang spesifik terhadap
operasi, proses, kegiatan, dan fasilitas pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP; dan
c. pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan jika terdapat perubahan
atas ketentuan peraturan perundang undangan tersebut yang berpotensi menimbulkan dampak
atau pengaruh terhadap operasi, proses, kegiatan, dan fasilitas pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP.
19
2.4 PENETAPAN TUJUAN, SASARAN, PROGRAM

a. penyusunan, penetapan, penerapan, dan pemeliharaan, serta pendokumentasian tujuan, sasaran, dan
program Keselamatan Pertambangan dan selaras dengan kebijakan serta dapat diukur; dan
b. penyusunan tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan paling sedikit mempertimbangkan:
• peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait;
• kebijakan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR,
dan IUJP;
• hasil Manajemen Risiko terhadap seluruh proses, kegiatan, dan area kerja;
• evaluasi kinerja program Keselamatan Pertambangan;
• hasil pemeriksaan terhadap kecelakaan, Kejadian Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, dan
Penyakit Akibat Kerja;
• ketersediaan sumber daya, antara lain manusia, finansial, peralatan; dan
• jangka waktu pelaksanaan.
c. tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan ditetapkan dan disahkan oleh Komite
Keselamatan Pertambangan. 20
2.5 RENCANA KERJA DAN ANGGARAN BIAYA

a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian
melakukan penetapan rencana kerja dan anggaran biaya aspek Keselamatan Pertambangan
sesuai dengan rencana kerja dan anggaran biaya tahunan yang telah mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal atas nama Menteri atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya;
b. pemegang IUJP memiliki rencana kerja dan anggaran biaya aspek Keselamatan Pertambangan
yang sesuai dengan persetujuan dari pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/atau Pemurnian;
c. rencana kerja dan anggaran biaya Keselamatan Pertambangan yang ditetapkan
mempertimbangkan:
• skala prioritas sasaran dan program Keselamatan Pertambangan;
• kebutuhan untuk perbaikan dan peningkatan Keselamatan Pertambangan yang berkelanjutan;
dan
• pemenuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait. 21
PENERAPAN SMKP
Pertanyaan:

Penelaahan awal untuk kinerja keselamatan dibuktikan dengan


apa ? Apakah perlu dengan hasil studi pihak ke -3 ? Atau boleh
dilakukan internal ?
StrukturOrganisasi,
Struktur Organisasi, Tugas
Tugas Tanggung
Tanggung JawabJawab dan Wewenang
dan Wewenang Penunjukan Team Tanggap Darurat

KTT, KTBT,
KTT, KTBT,KKK
KKK
Seleksi dan Penempatan Personel
PJO Untuk
PJO Untuk Perusahaan
PerusahaanJasa
JasaPertambangan
Pertambangan
Pendidikan, Pelatihan dan Kompetensi Kerja
Bagian K3
Bagian K3 dan
dan KO
KOPertambangan
Pertambangan
Komunikasi Keselamatan Pertambangan
Pengawas Operasional
Pengawas Operasional dan
dan Teknik
Teknik
Administrasi Keselamatan Pertambangan
Tenaga Teknik Khusus Pertambangan
Partisipasi, Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
Komite Keselamatan Pertambangan

ELEMEN #3
ORGANISASI DAN
PERSONEL
3.1 PENYUSUNAN DAN PENETAPAN STRUKTUR ORGANISASI

a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP memiliki
struktur organisasi yang menggambarkan posisi KTT atau PTL, PJO, Pengawas Operasional, Pengawas Teknis, dan
Pengelola Keselamatan Pertambangan, serta Kepala Tambang Bawah Tanah dalam hal kegiatan penambangan
menggunakan metode tambang bawah tanah, dan/atau Kepala Kapal Keruk dalam hal kegiatan penambangan
mengoperasikan Kapal Keruk, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan;
b. struktur organisasi pengelolaan Keselamatan Pertambangan ditetapkan terintegrasi dalam struktur organisasi
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP;
c. dalam penyusunan struktur organisasi pengelolaan Keselamatan Pertambangan:
• pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menunjuk jajaran manajemen yang memiliki kompetensi di bidangnya untuk bertanggung jawab terhadap
pengelolaan administrasi dan operasional Keselamatan Pertambangan sesuai dengan area tanggung jawabnya;
• tugas, wewenang, dan tanggung jawab jajaran manajemen yang ditunjuk ditetapkan secara
tertulis, disahkan, dan didokumentasikan, serta dikomunikasikan kepada seluruh Pekerja dan pihak-pihak
terkait; dan
24
3.2 PENUNJUKAN KTT ATAU PTL, KTBT, DAN/ATAU KKK
3.2.1 PENUNJUKAN KTT ATAU PTL

penunjukan KTT atau PTL, dengan ketentuan:


• penunjukan dilakukan oleh pimpinan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, dan IPR serta
mendapatkan pengesahan dari KaIT atau Kepala Dinas ESDM atas nama
KaIT; dan
• KTT atau PTL yang ditunjuk memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

25
Pedoman Permohonan, Evaluasi, dan/Atau
Pengesahan KTT, PTL, KTBT, Pengawas Operasional,
LAMPIRAN I KEPMEN 1827
LORUM IPSUM DOLORPengawas Teknis,
dan/atau PJO

Kriteria KTT
Kriteria PTL
• KTT Kelas IV
• PTL Kelas III
• KTT Kelas III
• PTL Kelas II
• KTT Kelas II
• PTL Kelas I
• KTT Kelas I
BAGAIMANA PERSYARATAN KTT
UNTUK WARGA NEGARA ASING?

• Memiliki sertifikat kompetensi sesuai


dengan kelas KTT yang diajukan atau
memiliki Mine Manager Certificate atau
sertifikat sejenis yang diterbitkan oleh
negara asal dan diakui oleh KaIT; dan
• Telah memiliki pendidikan dan pelatihan
terkait peraturan perundang-undangan
dan kebijakan mengenai penerapan
kaidah teknik pertambangan yang baik

• Bila WNA yang sudah disahkan sebagai KTT maka dilanjutkan dengan lulus Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia dengan
predikat paling kurang madya dalam jangka 6 (enam) bulan).
• KAIT dapat membatalkan kembali pengesahan KTT tersebut apabila KTT tersebut belum lulus Uji Kemahiran
Berbahasa Indonesia dalam jangka waktu yang telah ditetapkan
3.3 PENUNJUKAN PJO

a. penunjukan dilakukan oleh pimpinan pemegang perusahaan jasa


Pertambangan dan mendapat pengesahan dari KTT atau PTL. KTT atau
PTL dapat menerima, menolak, atau meminta penggantian PJO
berdasarkan pertimbangan kompetensi, komitmen, dan kinerja PJO
terhadap pengelolaan Keselamatan Pertambangan; dan

b. PJO memenuhi persyaratan administrasi dan persyaratan teknis sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

28
PENANGGUNG JAWAB OPERASIONAL
Persyaratan Administrasi
1. Pekerja perusahaan jasa pertambangan
2. Riwayat hidup calon PJO
3. Jabatan tertinggi di site
4. Surat dukungan dari Direksi Perusahaan Jasa Pertambangan
5. Surat pernyataan komitmen calon PJO
6. Uji kemahiran berbahasa Indonesia (madya) untuk TKA
7. Syarat lain yang ditentukan oleh KTT

Persyaratan Teknis
1. Memahami aspek pengelolaan usaha jasa pertambangan
2. Memahami aspek teknis pertambangan, konservasi, keselamatan
pertambangan, dan perlindungan lingkungan
3. Memahami kewajiban dan sanksi usaha jasa pertambangan
4. Jenjang sertifikat kompetensi pengawas operasional atau sertifikat kualifikasi
yang diakui oleh KaIT
3.5 PENUNJUKAN PENGAWAS OPERASIONAL DAN PENGAWAS TEKNIK
a. KTT atau PTL dalam melakukan tugasnya dibantu oleh pengawas operasional dan
pengawas teknis;
b. KTT atau PTL mengangkat pengawas operasional dengan menerbitkan Surat
Penunjukan Pengawas Operasional, yang memenuhi syarat ketentuan peraturan
perundang-undangan dan memiliki Kartu Pengawas Operasional yang disahkan oleh
KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT;
c. pengawas operasional mempunyai tugas dan tanggung jawab:
• bertanggung jawab kepada KTT atau PTL untuk keselamatan dan kesehatan semua
Pekerja yang menjadi bawahannya;
• melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;
• bertanggung jawab kepada KTT atau PTL atas keselamatan, kesehatan, dan
kesejahteraan dari semua orang yang ditugaskan kepadanya; dan
• membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan, inspeksi, dan pengujian; 30
3.5 PENUNJUKAN PENGAWAS OPERASIONAL DAN PENGAWAS TEKNIK

d. KTT atau PTL mengangkat pengawas teknis dengan menerbitkan Surat Pengesahan Pengawas Teknis; dan

e. pengawas teknis mempunyai tugas dan tanggung jawab:


• bertanggung jawab kepada KTT atau PTL untuk keselamatan pemasangan dan pekerjaan serta
pemeliharan yang benar semua sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan yang
menjadi tugasnya;
• merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang telah direncanakan serta
semua perbaikan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan yang dipergunakan;
• mengawasi dan memeriksa semua sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan dalam
ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya;
• menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan Pertambangan;
• melaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
Pertambangan sebelum digunakan, setelah dipasang kembali, dan/atau diperbaiki; dan
• membuat dan menandatangani laporan dari penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan;

31
3.6 PENUNJUKAN TENAGA TEKNIS PERTAMBANGAN YANG BERKOMPETEN

a. KTT atau PTL menunjuk Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten;


b. Tenaga Teknis Pertambangan yang Berkompeten juga mencakup juru ledak, juru ukur, juru las, juru bor,
juru derek, juru rawat/paramedis, juru langsir, petugas proteksi radiasi, ahli listrik, petugas/juru ventilasi
dalam hal kegiatan penambangan dilakukan dengan metode penambangan bawah tanah, petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan/first aider, petugas pemadam kebakaran, anggota tim tanggap
darurat, petugas industrial hygiene, loading/berthing master, petugas bahan kimia, rigger, operator
pesawat angkat/angkut, petugas gudang bahan peledak; dan
c. KTT atau PTL membuat daftar tenaga teknis Pertambangan yang standar kompetensi kerjanya belum
ditetapkan oleh Pemerintah, serta melakukan pengujian kompetensi terhadap tenaga teknis
Pertambangan yang bersangkutan.

32
3.7 PEMBENTUKAN DAN PENETAPAN KOMITE KESELAMATAN PERTAMBANGAN

a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP membentuk dan menetapkan secara resmi Komite Keselamatan Pertambangan yang
beranggotakan perwakilan dari Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan atau
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengolahan dan/atau Pemurnian, Bagian Keselamatan Operasi
Pertambangan atau Keselamatan Operasi Pengolahan dan/atau Pemurnian, bagian operasional
Pertambangan atau Pengolahan dan/atau Pemurnian, dan juga wakil dari Pekerja;
b. struktur komite Keselamatan Pertambangan paling sedikit terdiri atas:
• ketua yang dijabat oleh KTT, PTL, atau PJO sesuai kewenangannya;
• wakil ketua;
• sekretaris yang dijabat oleh pengelola Keselamatan Pertambangan tertinggi di pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP; dan
• anggota;
c. penetapan komite Keselamatan Pertambangan disahkan oleh KTT, PTL, atau PJO sesuai
kewenangannya;
33
3.7 PEMBENTUKAN DAN PENETAPAN KOMITE KESELAMATAN PERTAMBANGAN
d. komite Keselamatan Pertambangan mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain:
• mengidentifikasi, menetapkan, dan mengesahkan tujuan, sasaran, dan program Keselamatan
Pertambangan;
• memastikan pelaksanaan dan perkembangan tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan;
• memastikan diterbitkannya kebijakan, standar, dan prosedur Keselamatan Pertambangan;
• memastikan terselenggaranya audit Keselamatan Pertambangan secara berkala;
• memastikan terlaksananya tinjauan manajemen terhadap penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus
pada Pengolahan dan/atau Pemurnian paling sedikit 1 (satu) kali dalam jangka waktu 1 (satu) tahun
sesuai dengan jenjang dalam struktur organisasi pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP; dan
• membahas masalah-masalah dan membuat program pencegahan mengenai Keselamatan Pertambangan
yang dapat mengakibatkan, antara lain terjadinya kondisi dan tindakan tidak aman, nyaris/hampir celaka,
Kejadian Berbahaya, kecelakaan, kejadian akibat penyakit tenaga kerja, Penyakit Akibat Kerja, dan wabah
penyakit;
e. komite Keselamatan Pertambangan mengadakan pertemuan secara berkala atau terjadwal minimum 1 (satu)
kali dalam dalam jangka waktu 1 (satu) bulan. Risalah pertemuan dibuat dan didistribusikan kepada pihak-
pihak terkait dan didokumentasikan; dan
f. seluruh anggota Komite Keselamatan Pertambangan mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang
disyaratkan sesuai dengan kebutuhan. 34
3.8 PENUNJUKAN TIM TANGGAP DARURAT

a. KTT atau PTL menunjuk tim tanggap darurat yang memadai yang mencakup seluruh area kerja dan selalu
siap siaga setiap saat;
b. tim tanggap darurat beranggotakan orang-orang yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang
diperlukan untuk memberikan layanan terhadap keadaan darurat;
c. tim tanggap darurat dibentuk dengan ketentuan:
• sehat jasmani dan rohani;
• ketua tim ditunjuk oleh KTT atau PTL dan memiliki kompetensi dalam melakukan supervisi
penanggulangan kondisi darurat di area kerja/operasi tambang;
• anggota tim tanggap darurat memiliki kompetensi yang sesuai;
• jumlah minimal personel tim tanggap darurat di setiap gilir jaga disesuaikan dengan penilaian potensi
keadaan darurat yang ada; dan
• mendapat pemeriksaan kesehatan khusus berdasarkan hasil penilaian risiko;
d. KTT atau PTL menyampaikan secara tertulis penunjukan tim tanggap darurat kepada KaIT atau Kepala
Dinas atas nama KaIT; dan
e. KTT atau PTL membuat program pendidikan dan pelatihan untuk menjaga dan meningkatkan keterampilan
dan kompetensi anggota tim tanggap darurat. 35
3.9 SELEKSI DAN PENEMPATAN PERSONEL

a. seleksi dan penempatan personel dibuat dalam aturan tertulis;


b. seleksi dan penempatan personel dilaksanakan dengan memasukkan
persyaratan Keselamatan Pertambangan dan mempertimbangkan
hasil identifikasi kompetensi kerja dalam proses seleksi dan
penempatan personel; dan
c. setiap personel memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas,
termasuk tugas dan tanggung jawab aspek Keselamatan
Pertambangan.

36
3.10 Penyusunan Program Pendidikan dan Pelatihan
#3 pelaksanaan #4 monitoring dan evaluas
pendidikan program pendidikan dan
#2 penyusunan analisis
dan pelatihan pelatihan
kebutuhan pendidikan
• on the job • Reaction
dan pelatihan
• off the job • Learning
(training need analysis)
• Behaviour
• Result

#1 pengumpulan
#5 tindaklanjut
data dan informasi
perbaikan dan
• identifikasi
peningkatan
pekerjaan
• identifikasi
pekerja
3.11 PENYUSUNAN, PENETAPAN, DAN PENERAPAN KOMUNIKASI KP

a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR,
dan IUJP menyusun, menetapkan, dan menerapkan mekanisme untuk mengkomunikasikan
hal-hal yang memiliki dampak terhadap Keselamatan Pertambangan kepada pihak-pihak
terkait, baik kepada internal pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP maupun pihak eksternal terkait.
b. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR,
dan IUJP memastikan semua informasi yang berkaitan dengan permasalahan Keselamatan
Pertambangan yang disampaikan telah dilakukan dengan tepat dan benar, dengan
menggunakan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan jenis informasi yang akan
disampaikan, target, atau sasaran yang akan diberikan informasi, serta didokumentasikan.
c. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR,
dan IUJP mengkomunikasikan apabila terjadi kecelakaan tambang, kejadian berbahaya,
kejadian akibat penyakit tenaga kerja, Penyakit Akibat Kerja, kondisi darurat lainnya yang
terjadi, dan hal-hal yang memiliki dampak terhadap keselamatan Pertambangan, baik di dalam
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR,
dan IUJP maupun pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP lainnya.
38
3.12 PENGELOLAAN ADMINISTRASI KESELAMATAN PERTAMBANGAN

a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, dan IPR memiliki buku tambang yang sesuai dengan ukuran dan bentuk
yang ditetapkan oleh KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT dan disahkan oleh
Inspektur Tambang dengan memberi nomor dan paraf pada tiap-tiap halaman;
b. buku tambang memuat:
• larangan, perintah, dan petunjuk Inspektur Tambang yang ditindaklanjuti oleh KTT
atau PTL; dan
• informasi, tindak lanjut, dan pemberitahuan dari KTT atau PTL terhadap kegiatan
usaha Pertambangan;
c. buku tambang tersedia di Kantor KTT atau PTL dan isinya dapat dibaca dan dipelajari
oleh para Pekerja;

39
PENERAPAN SMKP
Pertanyaan:

Untuk SO level 2 K3 dan KO bagaimana ? Apakah cukup di


tingkat level 1 ?
Pelaksanaan Pengelolaan Operasional Penetapan Sistem Pembelian
Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
Pemantauan dan Pengelolaan Perusahaan Jasa
Pertambangan
Pelaksanaan Pengelolaan Kesehatan Kerja
Pengelolaan Keadaan Darurat
Pelaksanaan Pengelolaan Keselamatan Operasional
Pertambangan Penyediaan dan Penyiapan P3K
Pelaksanaan Bahan Peledak dan Peledakan
Pelaksanaan Keselamatan di Luar Pekerjaan (off the
job safety)
Penetapan Sistem Perancangan dan Rekayasa

ELEMEN #4
IMPLEMENTASI
4.1Penerapan
4.1 PELAKSANAAN PENGELOLAAN
“Pengelolaan OPERASIONAL
Operasional”

pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi


khusus untuk Pengolahan dan/atau MANUAL
LEVEL 1
Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, mensosialisasikan, PROSEDUR
menerapkan, mendokumentasikan, dan & DOKUMEN
PENDUKUNG
mengevaluasi prosedur operasi/kerja. LEVEL 2
Prosedur operasi/kerja tidak terbatas pada
INSTRUKSI KERJA,
standard operating procedure, analisis DOKUMEN TEKNIS, STANDAR,
keselamatan pekerjaan (job safety GAMBAR DLL.
analysis), instruksi kerja, dan buku manual LEVEL 3
dengan mempertimbangkan hasil
FORM, CHECKLIST
pemetaan behavior based safety;
LEVEL 4 42
Pengaturan Baru: Pengelolaan Operasional
Dalam pengelolaan operasional, Pemegang IUP,
IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk
Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
mempertimbangkan pendekatan keselamatan
berbasis perilaku Pekerja Tambang
(behavior based safety)
4.1 PELAKSANAAN
Penerapan PENGELOLAAN
“Pengelolaan OPERASIONAL
Operasional”

pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi


khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, mensosialisasikan,
menerapkan, mendokumentasikan, dan
mengevaluasi izin kerja khusus dengan
mempertimbangkan hasil pemetaan
behavior based safety; dan

44
4 .Penerapan
1 P e l a k s a“Pengelolaan
n a a n P e n g eOperasional”
lolaan Operasional
4.2 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Kerja

1 • Pengelolaan Debu 6 • Pengelolaan Iklim Kerja

2 • Pengelolaan Kebisingan 7 • Pengelolaan Radiasi

3 • Pengelolaan Getaran 8 • Pengelolaan Faktor Kimia

4 • Pengelolaan Pencahayaan 9 • Pengelolaan Faktor Biologi


• Pengelolaan Kuantitas dan • Pengelolaan Kebersihan
5 Kualitas Udara Kerja 10 Lingkungan Kerja

46
4.24.2 PenerapanPengelolaan
Pelaksanaan “Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan Kerja”
Kerja
Pengendalian
Evaluasi Hierarki Pengendalian
Pengukuran mengacu
ketentuan & standar
yg berlaku serta
melibatkan petugas
Hygene Industri
Pengenalan
Pengenalan bahaya
melalui karakteristiknya
Antisipasi
Inventarisasi bahaya
dan risiko
4.3 Penerapan “Pengelolaan Kesehatan Kerja”

pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi


khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun,
menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan,
dan mendokumentasikan prosedur
pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan
dalam rangka menjamin kesehatan setiap
Pekerja terhadap risiko kesehatan yang
ditimbulkan paling sedikit oleh bahaya fisik,
kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial;
48
4.3 Penerapan “Pengelolaan Kesehatan Kerja”
Program kesehatan kerja terdiri dari:
 Pemeriksaan kesehatan kerja
1. Pemeriksaan Kesehatan Awal, dilakukan sebelum pekerja
diterima untuk melakukan pekerjaab atau dipindahkan ke
pekerjaan baru
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala, dilakukan untuk
mengetahui kondisi pekerja sesudah berada dalam
pekerjaannya
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus, dilakukan untuk
mengetahui adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan
tertentu terhadap pekerja atau golongan pekerja tertentu,
disesuaikan dengan pajanan risiko pekerjaannya
4. Pemeriksaan Kesehatan Akhir, dilakukan kepada pekerja
yang sisa masa kerjanya 1 (satu) tahun menjelang pensiun
4.3 Penerapan “Pengelolaan Kesehatan Kerja”

Tingkat Keterisoliran Rendah


• Pelayanan kegawatdaruratan
• Jarak tempuh <60 menit

Tingkat Keterisoliran Menengah


• Pelayanan pratama
• Jarak tempuh 60-120 menit

Tingkat Keterisoliran Tinggi


• Pelayanan utama
• >120 menit
50
4.3 Penerapan “Pengelolaan Kesehatan Kerja”

melakukan pengukuran kinerja kesehatan kerja


dengan menggunakan 2 (dua) indikator yaitu
• indikator proses (leading indicator)
• indikator hasil akhir (lagging indicator) yang
meliputi:
- Rasio Kelaikan Kerja,
- Crude Morbidity Rate (CMR)
- Morbidity Frequency Rate
- Spell Severity Rate
- Absence Severity Rate
- Penyakit Akibat Kerja
untuk dilaporkan oleh KTT atau PTL kepada
KaIT/Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan
formulir yang ditentukan.
© Dean Andreas
PENERAPAN SMKP
Pertanyaan:

• Untuk pengelolaan lingkungan kerja, apakah bisa diwakili


oleh pemegang IUP atau masing2 Perusahaan IUJP harus
punya ?
• Apa saja kriteria PAK ? Apakah kecelakaan bisa
mengakibatkan PAK ?
Pelaksanaan Pengelolaan Operasional Penetapan Sistem Pembelian
Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
Pemantauan dan Pengelolaan Perusahaan Jasa
Pertambangan
Pelaksanaan Pengelolaan Kesehatan Kerja
Pengelolaan Keadaan Darurat
Pelaksanaan Pengelolaan Keselamatan Operasional
Pertambangan Penyediaan dan Penyiapan P3K
Pelaksanaan Bahan Peledak dan Peledakan
Pelaksanaan Keselamatan di Luar Pekerjaan (off the
job safety)
Penetapan Sistem Perancangan dan Rekayasa

ELEMEN #4
IMPLEMENTASI
Pemantauan dan pengukuran kinerja

Inspeksi Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan

ELEMEN #5 Evaluasi Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan


Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya yang

PEMANTAUAN,
terkait

Penyelidikan Kecelakaan, Kejadian Berbahaya, dan

EVALUASI, DAN
Penyakit Akibat Kerja

Evaluasi Pengelolaan Administrasi Keselamatan


Pertambangan

TINDAK LANJUT Audit Internal Penerapan SMKP Minerba.

Tindak lanjut ketidaksesuaian

Perusahaan melakukan pemantauan,


evaluasi terhadap kinerja K3 dan KO dan
menindaklanjuti adanya ketidaksesuaian
5.1 PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN KINERJA

pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian,
IPR, dan IUJP menyusun, menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur
pemantauan dan pengukuran kinerja Keselamatan Pertambangan;

pemantauan dan pengukuran kinerja yang dilakukan pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP meliputi:
a. tujuan, sasaran, dan program Keselamatan Pertambangan;
b. pengelolaan lingkungan kerja Pertambangan;
c. pengelolaan kesehatan kerja Pertambangan;
d. pengelolaan keselamatan operasi Pertambangan; dan
e. pengelolaan bahan peledak dan peledakan;
55
5.2 INSPEKSI KESELAMATAN PERTAMBANGAN

a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyusun, menetapkan, mensosialisasikan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur inspeksi
pelaksanaan Keselamatan Pertambangan, yang meliputi kegiatan perencanaan inspeksi, persiapan inspeksi,
persiapan inspeksi, pelaksanaan inspeksi, rekomendasi dan tindak lanjut hasil inspeksi, evaluasi kegiatan
inspeksi, dan laporan dan penyebarluasan hasil inspeksi Keselamatan Pertambangan.
b. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menentukan objek inspeksi, jadwal pelaksanaan inspeksi antara lain secara berkala atau sewaktu-waktu,
petugas inspeksi, metode inspeksi antara lain inspeksi silang dan inspeksi bersama, dan biaya pelaksanaan
inspeksi dalam pelaksanaan inspeksi Keselamatan Pertambangan.
c. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyiapkan paling sedikit meliputi prosedur, standar, dan check list yang berlaku dan berhubungan
terhadap objek yang akan diinspeksi, alat ukur dan alat uji, buku catatan, dan kamera dalam persiapan
inspeksi Keselamatan Pertambangan.

56
5.2 INSPEKSI KESELAMATAN PERTAMBANGAN

d. KTT, PTL, atau petugas yang ditunjuk dalam setiap gilir kerja memeriksa setiap area kerja dan jalan
perlintasan yang digunakan, sarana, prasana, instalasi, dan peralatan Pertambangan, dan tempat yang dinilai
berbahaya, dalam pelaksanaan inspeksi Keselamatan Pertambangan.
e. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
memberikan rekomendasi didasarkan kepada temuan valid yang telah diverifikasi dan penyebab dasar dari
temuan tersebut, dengan mengacu kepada hierarki pengendalian risiko.
f. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
melakukan pemantauan terhadap setiap rekomendasi dan memastikan rekomendasi telah ditindaklanjuti
dengan baik dan tepat waktu, serta melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap setiap tahapan kegiatan
inspeksi dan hasil dari pelaksanaan tindak lanjut.
g. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
mendokumentasikan hasil inspeksi dan pemenuhan tindak lanjut, serta mensosialisasikan kepada seluruh
pekerja sebagai bentuk edukasi.

57
5.3 EVALUASI KEPATUHAN TERHADAP KETENTUAN PERATURAN
PERUNDANGAN DAN PERSYARATAN LAINNYA
a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyusun, menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur untuk melakukan evaluasi
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
b. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
melakukan evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya
yang terkait secara berkala.
c. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyusun rencana dan pelaksanaan tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terkait.
d. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
mendokumentasikan hasil evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang terkait.

58
5.4 PENYELIDIKAN KECELAKAAN, KEJADIAN BERBAHAYA, KEJADIAN AKIBAT
PENYAKIT TENAGA KERJA, DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA

pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan


dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun, menetapkan,
mensosialisasikan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur
penyelidikan kecelakaan, kejadian berbahaya, kejadian akibat penyakit
tenaga kerja, dan Penyakit Akibat Kerja, serta evaluasi dan tindak
lanjutnya.

59
5.5 EVALUASI PENGELOLAAN ADMINISTRASI KESELAMATAN PERTAMBANGAN

pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/atau Pemurnian, dan IPR melakukan
evaluasi pengelolaan administrasi Keselamatan
Pertambangan yang paling sedikit meliputi buku tambang,
buku daftar kecelakaan, dan pelaporan pengelolaan
Keselamatan Pertambangan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan.

60
5.6 AUDIT INTERNAL PENERAPAN SMKP MINERBA

a. Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun, menetapkan, menerapkan, dan
mendokumentasikan prosedur pelaksanaan audit internal untuk meninjau secara
berkala dan mengevaluasi penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan/atau Pemurnian;
b. program audit internal didasarkan pada hasil penilaian risiko pada kegiatan
pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP dan hasil audit internal penerapan SMKP Minerba atau
SMKP khusus pada Pengolahan dan/atau Pemurnian sebelumnya yang berhubungan
dengan Keselamatan Pertambangan;
c. prosedur audit internal audit internal penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus
pada Pengolahan dan/atau Pemurnian. meliputi ruang lingkup, frekuensi, metodologi,
kompetensi auditor, tanggung jawab dan persyaratan pelaksanaan audit, serta
pelaporan hasil audit;
61
5.6 AUDIT INTERNAL PENERAPAN SMKP MINERBA

d. pemilihan auditor dan pelaksanaan audit internal memastikan


objektivitas dan independensi selama proses audit internal penerapan
SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/atau
Pemurnian;
e. audit internal penerapan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada
Pengolahan dan/atau Pemurnian dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun;
f. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP menetapkan rencana dan
melaksanakan tindak lanjut hasil audit internal penerapan SMKP
Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan dan/atau Pemurnian, serta
didokumentasikan.
62
5.7 RENCANA PERBAIKAN DAN TINDAK LANJUT

a. pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP menyusun, menetapkan, menerapkan, dan
mendokumentasikan prosedur untuk menindaklanjuti ketidaksesuaian.
b. ketidaksesuaian tersebut meliputi penyimpangan terhadap standar kerja, praktik
kerja, prosedur kerja, persyaratan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan,
dan persyaratan-persyaratan SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan/atau Pemurnian yang dapat menyebabkan cidera atau penyakit, kerusakan
sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan Pertambangan, dan/atau kerusakan
lingkungan kerja.
c. prosedur rencana perbaikan dan tindak lanjut paling sedikit terdiri atas:
• identifikasi dan perbaikan ketidaksesuaian;
• analisis penyebab ketidaksesuaian;
• evaluasi kebutuhan tindakan untuk mencegah ketidaksesuaian;
• catatan dan komunikasi hasil tindakan perbaikan dan pencegahan; dan
• evaluasi efektivitas tindakan perbaikan dan pencegahan.
63
PENERAPAN SMKP
Pertanyaan:

Evaluasi SMKP ini bentuk nya seperti apa ? Blm ada penetapan
standar evaluasi SMKP
ELEMEN #6 Perusahaan menetapkan, memelihara dan melakukan
pengendalian sistem dokumentasi dengan baik mulai dari
kebijakan, TSP, pedoman, prosedur, IK, standar, dan

DOKUMENTASI
rekaman

01 Manual SMKP

02 Pengendalian Dokumen

03 Pengendalian Rekaman

04 Dokumen dan Rekaman


6.1 MANUAL SMKP

manual SMKP Minerba atau SMKP khusus pada


Pengolahan dan/atau Pemurnian disahkan oleh
manajemen

disosialisasikan kepada seluruh departemen/bagian


dari Pekerja

untuk digunakan dalam penyusunan dokumen level


selanjutnya.
6.2 PENYUSUNAN, PENETAPAN, PENERAPAN, DAN PENDOKUMENTASIAN
PROSEDUR PENGENDALIAN DOKUMEN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi


khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian,
IPR, dan IUJP menyusun, menetapkan,
menerapkan, dan mendokumentasikan
prosedur pengendalian dokumen Keselamatan
Pertambangan, meliputi:
a. persetujuan pengeluaran/ penerbitan dan
pengendalian dokumen;
b. perubahan dan modifikasi dokumen;
c. identifikasi dokumen-dokumen yang
berasal dari luar yang terkait.

Perusahaan harus menunjuk personel tertentu untuk bertugas dan bertanggungjawab


mengendalikan dokumen SMKP Minerba
6.3 PENYUSUNAN, PENETAPAN, PENERAPAN, DAN PENDOKUMENTASIAN
PROSEDUR PENGENDALIAN REKAMAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN

pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk


Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menyusun, menetapkan, menerapkan, dan
mendokumentasikan prosedur untuk:

mengidentifikasi, menyimpan, melindungi,


mengakses, menentukan masa simpan, dan
memusnahkan rekaman yang diperlukan

untuk menunjukkan pemenuhan terhadap persyaratan


SMKP Minerba atau SMKP khusus pada Pengolahan
dan/atau Pemurnian dan untuk menunjukkan hasil-hasil
yang dicapai, termasuk rekaman atau pelaporan
Keselamatan Pertambangan kepada pihak-pihak terkait
6.4 PENETAPAN JENIS DOKUMEN DAN REKAMAN

pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi


Produksi khusus untuk Pengolahan
dan/atau Pemurnian, IPR, dan IUJP
menetapkan jenis dokumen dan
rekaman yang disusun sesuai dengan
elemen-elemen SMKP Minerba atau
SMKP khusus pada Pengolahan
dan/atau Pemurnian.
PENERAPAN SMKP
Pertanyaan:

Apakah manual SMKP dapat diintegrasikan dengan system ISO


yang lain?
ELEMEN #7
TINJAUAN
MANAJEMEN DAN Masukan Tinjauan Manajemen
PENINGKATAN Keluaran Tinjauan Manajemen
KINERJA

Manajemen puncak perusahaan wajib


melakukan tinjauan manajemen terhadap
implementasi SMKP Minerba secara berkala
dan terencana, dan rekaman terhadap
pelaksanaan tinjauan manajemen harus
dipelihara dan dikomunikasikan
7.1 PELAKSANAAN TINJAUAN MANAJEMEN

manajemen tertinggi pemegang


IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk Pengolahan
dan/atau Pemurnian, IPR, dan
IUJP melakukan tinjauan
manajemen terhadap penerapan
SMKP secara terencana dan
berkala paling sedikit 1 (satu)
tahun sekali dan hasilnya
didokumentasikan
7.2 CATATAN HASIL TINJAUAN MANAJEMEN
Masukan tinjauan manajemen paling
sedikit meliputi:
• kebijakan Keselamatan Pertambangan;
• hasil audit penerapan SMKP Minerba atau
SMKP khusus pada Pengolahan dan/atau
Pemurnian;
• daftar risiko;
• hasil evaluasi kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang
terkait;
• tindak lanjut terhadap tinjauan
manajeman sebelumnya;
• hasil dari partisipasi dan konsultasi;
7.2 CATATAN HASIL TINJAUAN MANAJEMEN

• komunikasi yang berhubungan dengan pihak


eksternal terkait, termasuk keluhan-keluhan;
• tingkat pencapaian kinerja Keselamatan
Pertambangan termasuk tujuan, sasaran,
dan program;
• status penyelidikan kecelakaan, Kejadian
Berbahaya, kejadian akibat penyakit tenaga
kerja, dan Penyakit Akibat Kerja, tindakan
perbaikan, dan pencegahan;
• perubahan yang terjadi, termasuk peraturan
perundang-undangan dan struktur
organisasi Keselamatan Pertambangan; dan
• rekomendasi peningkatan Keselamatan
Pertambangan.
7.4 PENCATATAN, PENDOKUMENTASIAN, PELAPORAN TINJAUAN
MANAJEMEN

hasil dari tinjuan manajemen


dicatat, didokumentasikan,
dilaporkan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan dan
dikomunikasikan kepada yang
memerlukannya.

75
7.5 PELAKSANAAN PENINGKATAN KINERJA
peningkatan kinerja dapat dilaksanakan dalam hal:
• terjadi perubahan peraturan perundang-undangan;
• adanya tuntutan dari pemangku kepentingan;
• adanya perubahan bisnis pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi
Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, IPR,
dan IUJP;
• terjadi perubahan struktur organisasi pemegang IUP, IUPK, IUP
Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau
Pemurnian, IPR, dan IUJP;
• adanya perkembangan pemanfaatan teknologi, kemampuan
rekayasa, rancang bangun, pengembangan, dan penerapan
teknologi Pertambangan;
• adanya hasil kajian kecelakaan, Kejadian Berbahaya, kejadian
akibat penyakit tenaga kerja, dan/atau Penyakit Akibat Kerja di
tempat kerja;
• adanya pelaporan; dan/atau
76
• adanya masukan dari Pekerja.
7.6 PENGGUNAAN TINJAUAN HASIL DARI TINDAK LANJUT RENCANA
PERBAIKAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN

tinjauan hasil dari tindak lanjut


rencana perbaikan dapat digunakan
sebagai dasar bagi manajemen,
dalam penentuan kebijakan atas
proses peningkatan kinerja
Keselamatan Pertambangan.

77
PENERAPAN SMKP
Pertanyaan:

Apakah tinjauan manajemen dilaksanakan di site dan dipimpin


oleh PJO ?
TERIMA KASIH

Copy protected with Online-PDF-No-Copy.com

Anda mungkin juga menyukai