Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TERMOKIMIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gas dan Termodinamika

DOSEN PENGAMPU : DR. JUNIFA LAYLA SIHOMBING, M.Sc

Disusun Oleh : (Kelompok 3)

Filadelfiansi Dawolo (4222431009)

Juanda Sinaga (4223131027)

Puan Arifani (4221131008)

Sidi Gladias Tania Purba (4223131039)

Susma Azura Ray (4222431016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGHETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul "TERMOKIMIA".

Terimakasih kepada ibu DR. JUNIFA LAYLA SIHOMBING, M.Sc yang


telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami lebih mendalami pembahasan
pembahasan yang ada didalam mata kuliah gas dan termodinamika.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini. Kami berharap semoga makalah
yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Medan, 11 November 2023

Penulis

(Kelompok 3)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii


DAFTAR ISI....................................................................................................... ..iii

BAB I ........................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Tujuan Makalah ............................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
BAB II ......................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN......................................................................................................... 6
A. Energi Panas Dalam Reaksi ............................................................................ 6
B. Perubahan Entalpi ............................................................................................ 7
C. Perubahan Entalpi Standar (∆𝐇°) ................................................................... 8
a. Perubahan entalpi pembentukan standar (∆𝐇°𝐟)........................................ 8
b. Perubahan entalpi pembakaran (∆𝑯C) ........................................................ 9
c. Entalpi dan energi ikatan ........................................................................... 10
d. Perubahan entalpi ikatan rata-rata (∆H°a). ............................................... 11
e. Perubahan entalpi transisi (∆𝑯°𝒕𝒓) ........................................................... 11
D. Riview Jurnal ................................................................................................. 12
a. Identitas jurnal ............................................................................................ 12
b. Tujuan penelitian ........................................................................................ 12
c. Pembahasan isi jurnal ................................................................................ 12
d. Hubungan Isi Jurnal dengan materi bahasan ............................................ 15
BAB III ...................................................................................................................... 17
PENUTUP................................................................................................................. 17
A. Kesimpulan..................................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang memperhatikan aspek suhu dalam
reaksi. Dalam konsep termokimia dalam reaksi, terdapat istilah sistem dan
lingkungan. Sistem adalah segala bentuk proses yang menjadi pusat perhatian
pengamat. Contoh: keadaan zat, reaksi, perubahan zat.

Sistem terdiri dari: 1) Sistem terbuka, yaitu sistem dapat mengalami


pertukaran energi dan materi dengan lingkungan. 2) Sistem tertutup, yaitu sistem
dapat mengalami pertukaran energi dengan lingkungan, tidak dengan pertukaran
materi. 3) Sistem terisolasi, yaitu sistem tidak dapat mengalami pertukaran energi
dan materi dengan lingkungan. Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di
luar sistem, dan membantu kerja sistem. Contoh: alat-alat, wadah, tabung reaksi,
udara.

B. Tujuan Makalah
1. Apa definisi energi panas dalam reaksi kimia?
2. Bagaimana perubahan entalpi?
3. Bagaimana perubahan entalpi standar?
4. Bagaimana perubahan entalpi pembentukan standar?
5. Bagaimana perubahan entalpi pembakaran?
6. Apa definisi entalpi dan energi ikatan?
7. Bagaimana perubahan entalpi ikatan rata – rata?
8. Bagaimana perubahan entalpi transisi?

C. Rumusan Masalah
1. Menghetahui definisi energi panas dalam reaksi kimia
2. Menghetahui perubahan entalpi
3. Menghetahui perubahan entalpi standar
4. Menghetahui perubahan entalpi pembentukan standar
5. Menghetahui perubahan entalpi pembakaran
6. Menghetahui definisi entalpi dan energi ikatan

4
7. Menghetahui perubahan entalpi ikatan rata – rata
8. Menghetahui perubahan entalpi transisi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Energi Panas Dalam Reaksi


Dalam konsep termokimia, reaksi terbagi menjadi dua, yaitu reaksi eksoterm
dan reaksi endoterm

Energi Energi

sistem

Energi Energi

1. Reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang sistemnya membebaskan/melepas


energi, sehingga lingkungan menjadi naik temperaturnya. Contoh: reaksi
diatas suhu kamar (pembakaran), pelarutan NaOH, reaksi Mg dengan HCl.

energi energi

-
sistem

energi energi

2. Reaksi endoterm, yaitu reaksi yang sistemnya menyerap/menerima energi,


sehingga lingkungan menjadi turun temperaturnya. Contoh: reaksi
Ba(OH)2 dengan NH4Cl, pemanasan CuCO3

Dalam kedua reaksi, terjadi perubahan tingkat energi yang disebut perubahan
entalpi reaksi, dapat dihitung:

6
∆H = H2 – H1 ∆H = Perubahan entalpi reaksi (J)
H2 = Energi produk (J)

H1 = Energi reaktan (J)


Perbedaan reaksi eksoterm dan endoterm

Perbedaan Reaksi eksoterm Reaksi endoterm


Energi (H) Dibebaskan/dilepas Diserap/
sistem H2 < H1 Diterima sitem
H2 > H 1
Suhu Naik/panas Turun/dingin
Lingkungan Takhir > Tawal Takhir < Tawal
(T)
∆H reaksi (-) (+)

B. Perubahan Entalpi
Termokimia mempelajari kalor (panas) reaksi yang dibebaskan atau diserap
selama reaksi berlangsung. Reaksi kimia yang melepaskan kalor disebut eksoterm
(∆H< 0) dan reaksi kimia yang membutuhkan kalor disebut endoterm (∆H < 0).
Pengamatan panas reaksi kimia biasanya dilakukan pada tekanan tetap, sehingga
kalor reaksi dinyatakan dalam perubahan Entalpi (∆H). sehingga :

∆Hreaksi = ∑ energi ikatan produk – ∑ energi ikatan reaktan

Jadi : Reaksi endoterm, Hproduk > Hreaktan, atau ∆Hreaksi > 0

Reaksi eksoterm, Hproduk < Hreaktan, atau ∆Hreaksi < 0

7
e reaktan/Keadaan awal e produk
n n keadaan akhir

e panas yang e

r dilepaskan r

g ∆H < 0 g panas yang

i i dibutuhkan
Produk/keadaan akhir ∆H > 0

Reaksi/Proses Eksoterm Reaksi/Proses Endoterm

Gambar di atas menunjukkan bagaimana perubahan energi yang terjadi pada


reaksi eksoterm dan endoterm. Sebelum terjadi perubahan/ reaksi, maka reaktan
harus mempunyai sejumlah energi minimum (energi aktivasi) untuk menghasilkan
produk. Energi aktivasi (E) adalah energi minimal yang dibutuhkan untuk
menghasilkan produk. Harga Energi aktivasi (Ea) merupakan kendali kinetika
reaksi karena sangat dipengaruhioleh optimalisasi tumbukan yang terjadi diantara
molekul-molekul yang berreaksi atau udunyu mekanisme reaksi lain yang dilalui
reaksi untuk menghasilkan produk tertentu.

C. Perubahan Entalpi Standar (∆𝐇°)

➤ Pengukuran pada temperatur 25°C dan 1 atm disebut sebagai keadaan standar

untuk entalpi disebut perubahan entalpi standar (∆H°).

➤Perkembangan terbaru pada temperatur 25°C dan 1 bar disebut sebagai keadaan

standar untuk entalpi disebut perubahan entalpi standar (∆H).

a. Perubahan entalpi pembentukan standar (∆𝐇°𝐟)


Perubahan Entalpi pembentukan standar (∆H°f) suatu senyawa adalalah
perubahan entalpi untuk pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsur dalam
keadaan standarnya. Perubahan Entalpi pembentukan standar sering disebut panas
pembentukan standar atau panas pembentukan saja. Dengan menggunakan

8
molekul yang terdapat di alam dalam keadaan standar sama dengan nol (0). Pada
298 K keadaan referensi nitrogen dan oksigen dan kalor masing-masing berbentuk
molekul gas N2, O2 , dan Cl₂. Karbon (C) padat berbentuk grafit, logam K, Ca, Al
dan Ag berbentuk padat, dan lainnya. Semua unsur tersebut dalam keadaan
standar nilai ∆H° FO. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh perubahan entalpi
pembentukan senyawa,∆H°f

2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l) ∆Hr = -572 kJ

H2 (g) + ½ O2 (g) H 2 O (l) ∆Hr = -286 kJ

∆𝐻𝑟 572 𝑘𝐽
∆H°r H2O (l) = = = -286 kJ/mol
2 2

2Ag (s) + Cl2 (g) 2AgCl (s) ∆𝐻° = -254 kJ atau

Ag (s) + ½ Cl2 (g) AgCl (s) ∆𝐻° = -127 kJ

∆𝐻°𝑟 254 𝑘𝐽
∆𝐻°f AgCl = = − = −127/mol
2 2

K (s) + Mn (s) + 2O2 (g) KMnO4 (s) ∆𝐻°f = -813 kJ/mol

∆𝐻°f KmnO 4 = ∆𝐻°r = -813 kJ/mol

Nilai nilai ΔH°f tersebut dapat digunakan untuk menghitung ΔH reaksi dari
berbagai reaksi, misalkan entalpi reaksi penguraian, pembakaran, penetralan,
perlarutan, penguapan dan sebagainya. Nilai ΔH°f, dapat digunakan untuk
menghitung perubahan entalpi reaksi standar (ΔΗ°). Harga ΔH° ditentukan
menggunakan persamaan:

∆H°r= Σn∆H°f produk - Σn∆H°f reaktan

Dimana n = koefisien dalam persamaan reaksi

b. Perubahan entalpi pembakaran (∆𝑯C)


Perubahan Entalpi pembakaran (∆Hc) suatu unsur atau senyawa adalah
banyaknya kalor yang dilepas atau diserap bila 1 mol unsur atau senyawa bereaksi

9
sempurna dengan oksigen. Berikut ini dikemukakan beberapa persamaan reaksi
yang merupakan reaksi pembakaran.

C (s) grafit = O 2 (g) CO2 (g) ∆𝐻°C = - 393, 5 kJ/mol C

CH4 (g) + 2O2 (g) → CO2 (g) + 2H2O (l) ∆𝐻°C = - 890,36 kJ/mol CH4

C2H4 (g) + 3O2 (g) 2CO2 (g) + 2H2O (l) ∆𝐻°C = - 1411 kJ/mol C2H4

C2H5OH (l) + 3O2 (g) 2CO2 (g) + 3H2O (l) ∆𝐻°C = - 1367 kJ/mol C2H5OH

c. Entalpi dan energi ikatan


Entalpi dan Energi Ikatan Energi disosiasi ikatan (D) adalah perubahan
entalpi dalam keadaan standar untuk memutuskan ikatan molekul dalam fasa gas.
Dibutuhkan energi

Molekul belahan molekul

Dilepaskan energi

Entalpi disosiasi :

H – H (g) → H (g) + H (g) ∆𝐻 = D = +436 kj/mol

N ≡ N (g) → N(g) + N (g) ∆𝐻 = D = +946 kj/mol

H – F (g) → 𝐻 (g) + F(g) ∆𝐻 = 𝐷 = +569 𝑘𝑗/𝑚𝑜𝑙

H3C-CH3 (g) → H3C(g) + CH3 (g) ∆𝐻 = 𝐷 = +347 𝑘𝑗/𝑚𝑜𝑙

H2C=CH2 (g) → 𝐻2C(g) + CH 2 (g) ∆𝐻 = 𝐷 = +611 𝑘𝑗/𝑚𝑜𝑙

H3C≡ 𝐶𝐻3 (g) → HC(g) + CH(g) ∆𝐻 = 𝐷 = +837 kj/mol

Nilai energi disosiasi selalu positif, karena disosiasi adalah pemutusan


ikatan:

- Pemutusan ikatan adalah proses endoterm, triangle H > 0

- Pembentukan ikatan adalah proses eksoterm, ΔΗ <0

10
Perubahan entalpi reaksi dapat ditentukan berdasarkan selisih entalpi (energi
pemutusanikatan reaktan dan entalpi pembentukan ikatan poduk):

∆H reaksi = Σ∆H pemutusan ikatan reaktan + Σ∆H pembentukan ikatan produk

Makin kuat ikatan antara atom reaktan makin besar energi untuk memutuskan
ikatan, dan makin kuat ikatan antara atom produk, makin besar energi yang
dilepaskan untuk membentuk ikatan.

d. Perubahan entalpi ikatan rata-rata (∆H°a).


Perubahan Entalpi ikatan rata-rata (∆H°a) adalah energi rata-rata yang
diperlukan untuk memutuskan ikatan dalam 1 mol molekul poliatom. Energi
ikatan rata-rata merupakan energi rata-rata yang diperlukan untuk memutuskan
sebuah ikatan dari seluruh ikatan suatu molekul gas menjadi atom-atom gas.
Energi ikatan rata-rata merupakan besaran yang cukup berarti untuk
memperkirakan besarnya energi dari suatu reaksi yang sukar ditentukan melalui
pengukuran langsung dengan kalorimeter, meskipun terhadap penyimpangan -
penyimpangan.

∑ ∆ 𝐻°disosiasi ikatan

∆𝐻°a = ; n = jumlah ikatan

e. Perubahan entalpi transisi (∆𝑯°𝒕𝒓)


Perubahan Entalpi transisi (∆H°tr) merupakan perubahan entalpi yang
ditimbulkan transisi antara dua fasa (perubahan fisika), yaitu proses peleburan,
penguapan, penyubliman.)

Peleburan : padat – cair H2O (s) → H2O(l) ∆𝐻°fus

Penguapan : cair – gas H2O(l) → H2O(g) ∆𝐻°uap

Peleburan : padat – gas H2O(s) → H2O(g) ∆𝐻°sub

∆𝐻°sub = ∆𝐻°fus + ∆𝐻°𝑢𝑎𝑝

11
D. Riview Jurnal

a. Identitas jurnal
 Judul Jurnal : The Standard Entalphy and Entropy of Formation of
Rh2O3- A Third-Law Optimizition.

 Penulis :K.T Jacob, T.Uda, T.H Okabe dan Y.Waseda

 Tahun :2000

 Volume : 19

 Nomor :1

b. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian yang dilakukan dan di bahas pada jurnal ini adalah
untuk mengetahui kebenaran dari data baru yang telah di peroleh untuk entalpi
standar dan entropi dari pembentukan Rb2O3 optimasi hukum ketiga
menggunakan Diferensial Scanning calorimetry (DSC) dimana DSC digunakan
untuk mengukur perubahan entalpi akibat perubahan fisik dan kimia suatu materi
sebagai fungsi suhu dan waktu.

c. Pembahasan isi jurnal


Pengukuran terbaru pada energi Gibbs pembentukan Rb2O3, pada suhu tinggi
menunjukkan bahwa nilai yang diberikan dalam kompilasi termodinamika saat
inidapat melibatkan kesalahan serius, terutama pada suhu yang lebih rendah.
Karena kapasitas panas kriogenik Rb2O3 belum ditentukan, maka tidak ada
penilaian yang akurat mengenai entropi standarnya pada 298,15 K. Pengukuran
kalorimetri langsung dari entalpi pembentukan Rb2O3, belum dilakukan. Data
kapasitas panas suhu tinggi yang tersedia juga tidak sesuai. Oleh karena itu,
analisis yang ketat terhadap data energi Gibbs pembentukan Rb2O3, untuk
mendapatkan entalpi dan entropi pembentukan yang akurat tidak mungkin
dilakukan.

Kalorimeter pemindaian diferensial (DSC) digunakan untuk mengukur


kapasitas panas Rb2O, di bawah gas oksigen kering murni dari 350 hingga 1075

12
K.Sampel dengan kemurnian 99,99% dipanaskan pada suhu 1250 K di bawah gas
oksigen kering selama200 ks. Analisis difraksi sinar-X dari sampel setelah anil,
menggunakan bubuk Si sebagai standar internal, menunjukkan bahwa Rb2,
memiliki struktur ortorombik, DSC dioperasikan dalam mode pemanasan
bertahap untuk meningkatkan akurasi dengan o-Al2, sebagai bahan referensi.
Serbuk alumina didehidrasi dengan perlakuan vakum pada suhu 1200 K sebelum
digunakan. Perbedaan fluks panas ke dalam sampel dan bahan referensi
diintegrasikan selama pemanasan dengan laju konstan (0,0333 K s") pada langkah
suhu kecil (25 K) dengan waktu tinggal isotermal 0,9 ks. Analisis Rb2O, dengan
XRD setelah percobaan DSC menunjukkan tidak ada perubahan yang terdeteksi
dalam struktur atau parameter kisi.Hasil penelitian ini sedikit lebih tinggi dari
pada nilai Nell dan O'Neill baru-baru ini yang juga diperoleh dengan
menggunakan DSC. Perbedaannya dianggap berada dalam ketidakpastian
gabungan dari dua pengukuran.

Analisis hukum ketiga konvensional didasarkan pada pengetahuan tentang


entropi absolut reaktan dan produk pada 298,15 K. Untuk bahan padat, hal ini
memerlukan pengukuran kapasitas panas suhu rendah. Selain itu,kapasitas panas
suhu tinggi reaktan dan produk harus tersedia. Kemudian, analisis hukum ketiga
memungkinkan kita untuk menghitung perubahan entalpi untuk reaksi pada
298,15 K dari setiap nilai perubahan energi Gibbs pada suhu tinggi. Ketika semua
data benar, perubahan entalpi yang diturunkan adalah tidak bergantung pada suhu
pengukuran perubahan energi Gibbs.Ketika entropi absolut reaktan atau produk
tidak diketahui, tetapi perubahan entalpi untuk reaksi diukur secara independen
dengan metode kalorimetri, persamaan 3, memungkinkan perhitungan perubahan
entropi standar untuk reaksi pada 298,15 K dari setiap pengukuran energi Gibbs
pembentukan sebagai fungsi suhu. Sekali lagi, jika semua data benar, perubahan
entropi yang diturunkan harus independen dari suhu yang sesuai dengan energi
pembentukan Gibbs.

Ketika entalpi standar maupun perubahan entropi standar pada 298,15 K tidak
diketahui secara independen, persamaan (3) masih dapat digunakan untuk
mendapatkan nilai yang dapat diandalkan untuk kuantitas yang tidak diketahui ini.

13
Untuk itu, perubahan energi Gibbs harus diketahui secara akurat pada rentang
suhu yang luas dan kapasitas panas reaktan dan produk harus tersedia dalam
bentuk sumber yang independen sebagai fungsi suhu dari 298,15 K hingga suhu
tertinggi pengukuran energi Gibbs. Situasi ini berlaku untuk reaksi yang
berhubungan dengan pembentukan Rb2O3.

Kedua kuantitas yang tidak diketahui dapat diperlakukansebagai konstanta


dalam satu set persamaan simultan.Pada setiap suhu pengukuran perubahan energi
Gibbs,semua besaran lain dalam persamaan3 didefinisikan dengan baik. Pada
prinsipnya, solusidari dua persamaan simultan dapat menghasilkan nilai
perubahan entalpi dan entropi.

Hasilnya menyarankan revisi besar dalam data termodinamika untuk Rb2O3,.


Sebagai contoh, direkomendasikan bahwa entropi standar Rb2O3 pada 298,15 K
diubah dari 106,27 J mol "K" yang diberikan dalam kompilasi Barin dan Knacke
et al. Menjadi75,69 J mol" K"'. Revisi yang direkomendasikan dalam entalpi
standar pembentukan adalah dari -355,64 kJ molmenjadi -405,53 kJ mol".

Source ∆f H 298.15 S 298.15 Comments


-1 -1
kJ mol-1 J mol K

Kleykamp/12/ -451.9 40.2 Second-law


(±16.7) (±16)

104.8
Mallika et al. /13/ -360 Third-law for enthalpy;
(±3.2)
(±3) second-law for entropy

Nell and O'Neill -405.96 Third-law for enthalpy;


71.50
/8/ (±1.15) method of successive
(±1.5)
approximation for entropy

Knacke et al. 19/ -355.64 106.27 Evaluation

Barin/10/ -355.64 106.27 Evaluation

14
This Study -405.53 75.69 Multivariate analysis; third-
(±0.26) (±0.5) law optimization

Nilai entalpi pembentukan dan entropi standar RB2O3, pada 298,15 K


yang diperoleh dalam penelitian ini dibandingkan pada Tabel l dengan nilai yang
disarankan dalam literatur. Nilai-nilai Kley kamp didasarkan pada analisis hukum
kedua dari pengukuran emf dan kapasitas panas Rb2O3, identik dengan yang ada
di Barin. Entalpi pembentukan yang disarankan oleh Mallika didasarkan pada
evaluasi hukum ketiga dari data emf mereka dengan menggunakan entropi standar
dan kapasitas panas Rb2O3 dari Barin.

Sedangkan entropi standar diturunkan dengan metode hukum kedua


menggunakan kapasitas panas dari Barin. Terdapat ketidak konsistenan antara
entropi yang mereka rekomendasikan dengan nilai yang digunakan dalam evaluasi
hukum ketiga.

Hasil dari penelitian ini cukup sesuai dengan nilai yang disarankan oleh
Nell dan O'Neill. Kedua set data tersebut konsisten secara internal. Hasil yang ada
saat ini, berdasarkan pengukuran yang lebih akurat dari energi pembentukan
Gibbs menggunakan versi lanjutan dari sel solid state, memperbaiki nilai yang
disarankan oleh Nell dan O'Neill. Data dalam kompilasi Knacke dkkdan Barin
perlu direvisi karena tidak sesuai dengan nilai yang disarankan oleh Nell dan
O'Neill.

d. Hubungan Isi Jurnal dengan materi bahasan


Hubungan Isi Jurnal dengan materi kelompok yang kami bahas yaitu pada sub
topik perubahan entalpi. Yaitu perubahan entalpi, dimana perubahan entalpi
sendiri memiliki beberapa bagian salah satunya adalah perubahan entalpi
pembentukan. Pada jurnal ini di bahas entalpi standar dan entropi pembentukan
pada Rb2O3 dimana faktor yang mempengaruhi perubahan entalpi yaitu suhu dan
tekanan. Perubahan entalpi dapat diukur jika sistem mengalami perubahan.
Entalpi standar dan entropi pembentukan pada 298,15 K ketika nilai yang akurat

15
untuk energi Gibbs pembentukan pada berbagai suhu dan kapasitas panas suhu
tinggi reaktan dan produk diketahui. Pada penelitian ini DSC digunakan untuk
mengukur kapasitas panas dari bentuk ortorombik Rb2O3.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam konsep termokimia, reaksi terbagi menjadi dua, yaitu reaksi eksoterm
dan reaksi endoterm. Reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang sistemnya
membebaskan/melepas energi, sehingga lingkungan menjadi naik temperaturnya.
Reaksi endoterm, yaitu reaksi yang sistemnya menyerap/menerima energi,
sehingga lingkungan menjadi turun temperaturnya. Termokimia mempelajari
kalor (panas) reaksi yang dibebaskan atau diserap selama reaksi berlangsung.
Pengukuran pada temperatur 25°C dan 1 atm disebut sebagai keadaan standar
untuk entalpi disebut perubahan entalpi standar (∆H°). Perubahan Entalpi
pembentukan standar (∆H°f) suatu senyawa adalalah perubahan entalpi untuk
pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsur dalam keadaan standarnya.

Perubahan Entalpi pembakaran (∆Hc) suatu unsur atau senyawa adalah


banyaknya kalor yang dilepas atau diserap bila 1 mol unsur atau senyawa bereaksi
sempurna dengan oksigen.Berikut ini dikemukakan beberapa persamaan reaksi
yang merupakan reaksi pembakaran. Entalpi dan Energi Ikatan Energi disosiasi
ikatan (D) adalah perubahan entalpi dalam keadaan standar untuk memutuskan
ikatan molekul dalam fasa gas. Perubahan Entalpi ikatan rata-rata (∆H°a) adalah
energi rata-rata yang diperlukan untuk memutuskan ikatan dalam 1 mol molekul
poliatom. Perubahan Entalpi transisi (∆H°tr) merupakan perubahan entalpi yang
ditimbulkan transisi antara dua fasa (perubahan fisika), yaitu proses peleburan,
penguapan, penyubliman.)

B. Saran
Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran gas dan
termodinamika para pembaca makalah dapat berkontribusi memberikan saran dan
pendapatnya untuk memperbaiki agar lebih baik kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Tim dosen kimia umum, 2022. KIMIA UMUM. UNIVERSITAS NEGERI


MEDAN. MEDAN

18

Anda mungkin juga menyukai