Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Riset Veteriner Indonesia


Jurnal Penelitian Kedokteran Hewan Indonesia1bab
P-ISSN : 2614-0187,E-ISSN:2615-2835
Volume 6 No. 1 (Januari 2022), hlm. 40-47
jurnal.unhas.ac.id/index.php/jrvi/
Wajan ini dilisensikan di bawah Lisensi Internasional Creative Commons Attribution 4.0.

Pengaruh Ekstrak Bawang Putih terhadap Rata-Rata Jumlah Lekosit pada Mencit
Terinfeksi denganT.Evansi

Zainal Abidin Kholilullah1), Adryani Ris1), Nurul Istiana1), Muhammad Multazam1), Mus
Hilda Yuliani2)

1) Program Studi Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Jl.


Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makasar, 90245
2)Balai Besar Dokter Hewan Banjarbaru, Jl. Ambulung No.24, Loktabat Sel., Kec. Landasan Ulin, Kota
Banjar Baru, Kalimantan Selatan, 70712

Korespondensi:zakyzainalabin69@gmail.com

Abstrak

Trypanosomiasis adalah salah satu penyakit yang paling luas penyebarannya di dunia. Penyakit ini
merupakan penyakit menular yang sering terjadi pada berbagai jenis hewan ternak terutama kuda,
kerbau, dan sapi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit darah Trypanosoma evansi (T.evansi). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak bawang putih terhadap rata-rata
jumlah sel darah putih mencit yang terinfeksi T. evansi. Penelitian dilakukan pada tiga puluh ekor mencit
jantan strain DDY dengan berat badan 25-30 g per ekor yang dibagi menjadi enam kelompok perlakuan.
Setiap perlakuan menggunakan lima ekor mencit sebagai ulangan, yaitu: kelompok tidak diberi perlakuan,
sebagai kontrol normal (K0); kelompok yang diinfeksi T. evansi secara intraperitoneal dengan dosis 103/0,3
mL; dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu yang tidak diberi perlakuan apa pun (K1, kontrol negatif),
kelompok yang diberi trypanocidal (K2, kontrol positif), kelompok yang diberi ekstrak bawang putih
dengan dosis 50 mg/kgBB (K3 ); kelompok diberikan ekstrak bawang putih dengan dosis 100 mg/kgBB (K4)
dan kelompok diberikan ekstrak bawang putih dengan dosis 200 mg/kgBB (K5). Pada penelitian ini terlihat
bahwa pada awal infeksi T. evansi menyebabkan peningkatan rata-rata jumlah leukosit pada kelompok
mencit yang tidak mendapat pengobatan (K1) dan yang diberi trypanocidal (K2), sedangkan pada
kelompok mencit yang mendapat pengobatan ekstrak bawang putih menunjukkan penurunan jumlah
rerata jumlah leukosit (K3 dan K4) atau peningkatan rerata jumlah leukosit yang tidak signifikan (P<0,05)
pada K5.

Kata kunci: Trypanosomiasis, T. evansi, ekstrak bawang putih, leukosit

Hak Cipta © 2022 JRVI. Seluruh hak cipta.

Perkenalan

Trypanosomiasis adalah salah satu penyakit yang paling banyak tersebar luas pada ternak. Hewan ternak seperti
kuda, kerbau dan sapi sangat sensitif terhadap trypanosomiasis. Penyakit ini merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksiTrypanosoma evansi(T.evansi). Indonesia merupakan daerah endemis Trypanosoma,
sehingga kejadian Trypanosomiasis masih banyak ditemukan di berbagai daerah. Trypanosomiasis juga dikenal
sebagai surra. Surra merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian karena bisa

40 |Halaman
menyebabkan kematian yang tinggi pada ternak yang terinfeksi. Wabah Surra di Pulau Sumba, Provinsi Nusa
Tenggara Timur mengakibatkan 1.760 ekor ternak mati, terdiri dari 1.159 ekor kuda, 600 ekor kerbau, dan 1 ekor
sapi. Data kasus dan kematian ternak merupakan data akumulasi dari pertengahan tahun 2010 hingga tahun
2012 (Mardiatmi et al., 2012). Daerah lain di Indonesia yang masih ditemukan trypanosomiasis antara lain Nusa
Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Banten, Lampung, dan Aceh.

Saat ini pengobatan penyakit Surra masih menggunakan obat sintetik komersial. Pengobatan
penyakit Surra dengan obat sintetik komersil cukup mahal, selain itu diketahui beberapa zat sudah
tidak efektif lagi dalam membunuh.T.evansi(Subekti DT. dkk, 2015). Selain itu, beberapa isolat
trypanosoma diduga telah mengembangkan resistensi terhadap beberapa trypanocidal. Oleh karena
itu, untuk pengobatan penyakit Surra yang efektif harus didasarkan pada uji sensitivitas trypanocidal
(Melaku dan Birasa 2013). Bahan aktif yang umum digunakan sebagai trypanocidal saat ini adalah
suramin, melarsomine dihydrochloride, diminazene diaceturate, quinapyramine dan
isomethamidium klorida (Steverding 2010; Melaku dan Birasa 2013). Beberapa peneliti menemukan
bahwa terdapat trypanocidal yang tidak lagi cocok untuk spesies tertentuT.evansi. Menurut Subekti
(2015) isolatT.evansidari berbagai daerah memiliki sensitivitas yang berbeda terhadap trypanocidal.
Permasalahan dari penggunaan tripanosidal sintetik saat ini adalah selain harganya yang cukup
mahal, terdapat juga beberapa laporan yang membuktikan bahwa beberapa jenis tripanosidal
sintetik sudah tidak digunakan lagi secara efektif. Alternatif pengganti menggunakan obat-obatan
nabati (herbal) dapat menjadi perhatian khusus. Saat ini, beberapa ekstrak herbal tidak memberikan
hasil yang baik sebagai anti-T.evansi, seperti dilansir Abdelrahman, SH (2011). Namun, Nzelibe dkk.
(2013) telah menguji aktivitas trypanocidal ekstrakAzadirachta indicabiji dan daun Tridax procumbens
(TP) telah menunjukkan keberhasilan sebagai trypanocidal.

Tanaman yang dapat menjadi alternatif pengobatan trypanosomiasis adalah bawang putih karena bawang
putih ini telah banyak diteliti dan hasilnya diketahui mengandung senyawa aktif antara lain flavonoid dan
allicin. Allicin tidak hanya memiliki efek antibakteri, tetapi juga memiliki efek antiparasit dan antivirus
(Londhe, 2011). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai efektivitas bawang putih ini sebagai
alternatif pengganti trypanocidal.

Bahan dan metode

Trypanosoma evansimemisahkan

ItuT.evansiisolat yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Isolat
ini berasal dari kasus Trypanosomiasis di Buntok Kalimantan Selatan pada tahun 2019 dan diperbanyak pada
tikus sebelum digunakan dalam penelitian dan disimpan dalam bentuk stabilizer dan disimpan dalam nitrogen
cair. Sebelum digunakan dalam penelitian ini isolat dariT.evansidihidupkan kembali.

Ekstrak Bawang Putih

Untuk keperluan penelitian ini, umbi bawang putih diperoleh dari lokasi sekitar kota Makassar. Sebelum
diekstraksi, bawang putih yang baik diseleksi terlebih dahulu, kemudian dikupas kulit luarnya, kemudian
diekstraksi menggunakan etanol dengan metode maserasi.

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalahYokohama Demokratik Belanda(DDY)
mencit yang mempunyai berat badan 25-30 g. Sebelum digunakan, seluruh mencit
diadaptasikan selama satu minggu. Selama penelitian, semua tikus diberi makan dan minum
secara ad libitum. Setelah satu minggu adaptasi, seluruh hewan coba ditimbang kembali dan
diacak sesuai kelompok perlakuan yang telah direncanakan dan dikelompokkan menjadi enam
perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari lima hewan sebagai berikut, K0: Kontrol
normal, tanpa perlakuan; K1: Hewan coba tertularT.evansitanpa pengobatan (kontrol negatif);
K2: Hewan coba tertularT.evansidan diobati dengan trypanocidal komersial (kontrol positif); K3:
Hewan coba tertularT.evansidan diberikan ekstrak bawang putih dengan dosis 50 mg/kg BB; K4:

41 |Halaman
Hewan percobaan terinfeksiT.evansidan diberikan ekstrak bawang putih dengan dosis 100
mg/kg BB; K5: Hewan coba tertularT.evansidan diberikan ekstrak bawang putih dengan
dosis 200 mg/kg BB.

Infeksi pada hewan coba, perlakuan, dan pengamatan rata-rata jumlah leukosit

Tikus yang digunakan adalah strain DDY jantan dan dibagi menjadi 6 kelompok dengan masing-
masing kelompok berjumlah 5 ekor (Tabel 1). Setiap tikus dalam kelompok uji terinfeksi 104
trypanosomes/0,3 ml secara intraperitoneal (Sones et al. 1998). Setelah terinfeksi, semua hewan coba
ditempatkan sesuai kelompoknya dan diberi makanan/minuman seperti biasa. Perlakuan dilakukan
ketika tikus yang terinfeksi telah mencapai angka parasitemia 2+ atau setara dengan 104-106
tripanosom/mL darah, pada hari ke-3 setelah infeksi. Perlakuan pada kelompok K2 menggunakan
tripanosidal sintetik dengan dosis 7 mg/kg.BB (Subekti DT. dkk. 2015). Kelompok K3, K4 dan K5 diberi
ekstrak bawang putih masing-masing dengan dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan 200 mg/kgBB.

Perlakuan menggunakan ekstrak bawang putih dengan beberapa alternatif dosis diberikan secara oral,
sedangkan untuk kontrol positif menggunakan trippanosidal yang beredar di pasaran secara
intraperitoneal. Dosis bawang putih yang diberikan berturut-turut adalah 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, dan
200 mg/kgBB. Pengambilan darah dan pengamatan rerata jumlah sel darah putih (WBC) dilakukan pada
awal sebelum infeksi, dan sesaat setelah pemberian perlakuan terakhir (hari keenam). Pengambilan
sampel darah mencit dilakukan dengan cara memotong sedikit bagian ekor mencit.

Hasil dan Diskusi

T.evansiketika masuk ke dalam tubuh inang akan menembus endotel pembuluh darah dan masuk ke
sistem peredaran darah. Dalam peredaran darah ini, parasit akan berkembang biak dan meningkat secara
logaritma (Noble and Noble, 1982; Jefrey, HC dan Leach, 1983). Trypanosoma (tahap trypomastigote) akan
segera berkembang biak dengan pembelahan biner yang terjadi secara longitudinal (Desquesnes et al.
2013). Parasit akan meningkat dalam darah secara berkala disertai demam. Demam terjadi akibat invasi
parasit secara masif ke dalam darah atau penyebarannya yang sangat cepat (Ressang, 1984). Flagela dan
kinetoplas trypanosoma membelah menjadi satu (Liu dkk. 2005). Trypanosoma akan mengeluarkan racun
bernama trypanotoxin yang akan mempengaruhi metabolisme tubuh, termasuk menyebabkan demam.

Leukosit atau Sel Darah Putih (WBC) berperan sebagai sistem pertahanan tubuh dan merespon
sistem imun untuk memberikan pertahanan yang kuat dan cepat terhadap benda asing yang dapat
menyebabkan peradangan dan infeksi pada tubuh. Guyton (1996) menyatakan bahwa leukosit
mempunyai dua fungsi, yaitu menghancurkan agen infeksi melalui proses fagositosis atau dengan
membentuk antibodi (imunitas) dan limfosit yang tersensitisasi. Sel darah putih merupakan bagian
darah yang berfungsi dalam pertahanan tubuh. Sel darah putih akan meningkat di dalam darah
sesaat ketika terjadi infeksi. Serta kejadian saat iniT.evansiinfeksi. Racun yang dikeluarkan akan
menyebabkan peningkatan jumlah sel darah putih (Wayan et.al, 1981). Pemberian bawang putih juga
akan menyebabkan proses pembentukan sel darah putih meningkat, sejalan dengan pemahaman
bahwa bawang putih dapat berfungsi sebagai imunostimulan (Nwabueze, 2012).

Bawang putih mengandung senyawa sulfur yang berperan sebagai starter untuk meningkatkan sistem
kekebalan tubuh (Iciek et. al., 2009). Bawang putih mengandung belerang yang dapat mengawali peningkatan
sistem kekebalan tubuh (Lau, et al., 1991). Peningkatan jumlah leukosit dikaitkan dengan efek stimulasi pada
fungsi kekebalan tubuh dan kapasitas fagositik (Salman, et al., 1999). Penelitian lain menunjukkan bahwa
peningkatan jumlah leukosit mungkin disebabkan oleh ekstrak bawang putih yang menghambat migrasi
neutrofil. Pemberian ekstrak bawang putih juga menyebabkan aktivasi pertahanan non spesifik

42 |Halaman
mekanisme (granulosit, monosit, dan lisozim) dan pertahanan spesifik (limfosit, IgG) (Srivastava dan
Pathak, 2012). Penghambatan migrasi neutrofil kemungkinan akan meningkatkan jumlah neutrofil
dalam sistem peredaran darah, sehingga meningkatkan jumlah leukosit total. Aktivasi pertahanan
non spesifik dan spesifik menyebabkan peningkatan jumlah leukosit total.

Tabel 1. Pembagian kelompok hewan coba

Perlakuan
Kuantitas
TIDAK. Kelompok
(kepala)
Inokulasi dariT. Tripanosida
evansi(103/ml) (7 mg/kgBB) Ekstrak bawang putih

1 K0 5 - - -

2 K1 5 ay - -

3 K2 5 ay ay -

4 K3 5 ay - 100mg/BB

5 K4 5 ay - 150mg/BB

6 K5 5 ay - 200mg/BB

Tabel 1 merupakan daftar kelompok mencit uji menurut desain percobaan. K0 merupakan kelompok
kontrol normal, yaitu kelompok tanpa perlakuan. K1 merupakan kelompok yang menjadi kontrol negatif
yaitu kelompok tertularT.evansidan tidak diberi pengobatan. K2 merupakan kelompok kontrol positif yaitu
kelompok yang tertularT.evansidan diberikan antiparasit. Sedangkan K3 hingga K5 merupakan kelompok
yang tertularT.evansidan diberikan perlakuan menggunakan ekstrak bawang putih dengan dosis masing-
masing sesuai tabel.

Pada penelitian ini, rata-rata jumlah leukosit pada mencit K0, K1, K2, K3, K4 dan K5 setelah diberi perlakuan
selama 3 hari berturut-turut dapat dilihat pada Tabel 2. Rata-rata jumlah leukosit pada kelompok tidak
diberi perlakuan (K0) pada hari pertama. awal penelitian adalah 9,88-0,74 x103/μl dan pada akhir penelitian
menjadi 11,43-2,93 x103/μl dan masih dalam kisaran jumlah leukosit normal yaitu 4,5
– 11,3x103/μl (Ihedioha JI dkk, 2012). Sedangkan rata-rata jumlah leukosit pada kelompok mencit
yang diinfeksiT.evansidan pada pemberian trypanocidal (K2) terjadi peningkatan yang cukup
tinggi. Pada awal penelitian rata-rata jumlah leukosit adalah 9,74-4,68 x 103/μl dan pada akhir
penelitian adalah 17.10-5.21 x 103/μl dan pada kelompok tikus yang terinfeksiT.evansinamun
tidak diobati (K1) juga terjadi peningkatan jumlah rata-rata jumlah rata-rata leukosit juga cukup
tinggi yaitu pada awal penelitian sebesar 13,46-4,61 x 103/μl dan pada akhir penelitian menjadi
19,24-6,69 x 103/μaku. Pada kelompok mencit yang diberi ekstrak bawang putih dengan dosis
100 mg/kg BB (K3), rata-rata jumlah leukositnya mengalami penurunan. Pada awal penelitian
nilainya 10,00-2,46 x 103/μl dan pada akhir penelitian menjadi 9,32-3,82 x 103/μaku. Begitu pula
pada kelompok mencit yang diberi ekstrak bawang putih dengan dosis 150 mg/kg BB (K4). Pada
awal penelitian adalah 9,72-5,33 x 103/μl dan pada akhir penelitian menjadi 9,15-3,91 x 103/μaku.
Sedangkan pada kelompok tikus yang terinfeksiT.evansidan diberikan ekstrak bawang putih
dengan dosis 200 mg/kg BB (K5) terjadi peningkatan nilai rata-rata leukosit namun nilainya tidak
terlalu tinggi. Pada awal penelitian nilainya 10,00-1,69 x 103/μl dan pada akhir penelitian menjadi
13,44-7,52 x 103/μaku.

43 |Halaman
Tabel 2. Jumlah Sel Darah Putih (WBC) Mencit Penelitian (x106/µL)

K0 K1 K2 K3 K4 K5

Sebelum infeksi 9.88-0.74 9.74-4.68 13.46-4.61 10.00-2.46 9.72-5.33 10.00-1.69


T.evansi

Setelah 3 hari 11.43-2.93 17.10-5.21 19.24-6.69 9.32-3.82 9.15-3.91 13.44-7.52


perlakuan

25

20

15
Lebih awal

Akhir
10

0
K0 K1 K2 K3 K4 K5

Gambar 1. Perubahan rerata jumlah sel darah putih (x106/µL) sebelum terinfeksiT.
evansi(Awal) dan setelah perawatan (Akhir)

Gambar 1 menunjukkan penampakan rata-rata jumlah sel darah putih selama pengamatan pada
enam kelompok mencit. Rata-rata jumlah sel darah putih pada K0 tampaknya tidak mengalami
perubahan signifikan. Sedangkan pada K1 dan K2 terjadi peningkatan rata-rata jumlah sel darah
putih yang tinggi. Rata-rata jumlah leukosit pada mencit kelompok K1 dan K2 menunjukkan
peningkatan, sehingga dapat diasumsikan terdapat respon imun yang muncul untuk melawan virus
tersebut.T.evansiinfeksi yang terjadi. Sedangkan pada mencit kelompok K3 dan K4 menunjukkan
adanya penurunan rata-rata jumlah leukosit dan pada mencit kelompok K5 terjadi sedikit
peningkatan rata-rata jumlah leukosit. Hal ini menandakan belum adanya respon imun tubuh
terhadap penyakit tersebutT.evansiinfeksi yang terjadi, atau telah terjadi infeksi terabaikan karena
agennya berhasil diinaktivasi atau dibunuh akibat aktivitas ekstrak bawang putih yang diberikan.

Leukopenia dilaporkan pada setiap kejadian trypanosomiasis dan berhubungan dengan penurunan
myelopoiesis (Sivajothi S, et al. 2015), namun leukopenia ini ditemukan ketika infeksi telah
berlangsung lebih dari 3 minggu (Jenkins, GC dan Facer, CA, 1985). Dalam penelitian ini, tikus
terinfeksiT.evanssaya mengalami peningkatan rata-rata jumlah leukosit, hal ini menandakan terjadi
reaksi normal tubuh membentuk leukosit ketika terjadi infeksi. Jika infeksinya hilang

44 |Halaman
pada beberapa waktu mungkin terjadi penurunan rata-rata jumlah leukosit darah. Hal ini dapat
terjadi dengan asumsi bahwa agen tersebut berhasil menekan proses pembentukan leukosit.

Pada kelompok perlakuan mencit yang diberi ekstrak bawang putih dengan dosis 100 mg/kg BB (K3)
dan dosis 150 mg/kg BB (K4) terjadi penurunan rata-rata jumlah leukosit. Sedangkan pada dosis 200
mg/kg BB peningkatannya tidak terlalu tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa bawang putih pada awal
pemberian tidak merangsang pembentukan leukosit atau bawang putih mampu menekan
pertumbuhannyaT.evansi, sehingga tubuh tidak berminat membentuk sel pertahanan tubuh. Hal ini
terkait dengan kemampuan bawang putih dalam menghambat pertumbuhan berbagai mikroba,
termasuk virus, bakteri, protozoa, dan jamur (Nok et al., 1996; Zhang, 1999; Pizorno dan Murray,
2000; Yin et al., 2002 ; Hernawan). UE dan Setyawan AD, 2003). Bawang putih yang teroksidasi akan
membentuk allicin dan selanjutnya allicin merupakan prekursor terbentuknya alil sulfida antara lain
diallyl disulfide (DADS), diallyl trisulfide (DATS), diallyl sulfide (DAS), metalyl sulfide, dipropyl sulfide,
dipropyl disulfide, allyl mercaptan, dan alil metil sulfida (Gupta dan Porter, 2001). Senyawa yang
dapat menghambat pertumbuhan Trypanosoma adalah DADS (Nok et al., 1996).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih efektif melawan beberapa protozoa
termasuk Opalina ranarum, Balantidium entozoon, Entamoeba histolytica, Trypanosomasp.,
Leishmania sp.,Leptomonassp., danKritidiasp. (Reuter dkk., 1966). Diduga allicin, ajoene, dan
organosulfide yang merupakan senyawa turunan dari bawang putih merupakan senyawa
antiprotozoa yang efektif (Bayan, L. et al. 2013).

Imunitas seluler adalah cara utama tubuh untuk melawanT.evansiinfeksi pada tikus, bukan
respon imun humoral. Sehingga data rata-rata jumlah leukosit saja tidak dapat memberikan
informasi yang spesifik mengenai status imun hewan tersebut, sehingga perlu dilakukan
perhitungan jumlah setiap jenis sel leukosit (Aboderin, FI dan VO Oyetayo, 2006).

Kesimpulan

Dalam penelitian ini, ditunjukkan bahwa infeksiTrypanosoma evansipada tikus


menyebabkan peningkatan rata-rata jumlah leukosit pada awal infeksi. Pemberian ekstrak
bawang putih (Allium sativumL) pada awal infeksi tidak menyebabkan terbentuknya
maupun peningkatan rata-rata jumlah sel darah putih pada mencit yang terinfeksiT.evansi.

Pengakuan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)
Universitas Hasanuddin yang telah mendanai penelitian ini, dan kepada drh. H. Azfirman, MP Kepala
Balai Besar Veteriner Banjarbaru, Drh. Ikhwan Yuniarto, M.Si, Kepala Seksi Pelayanan Teknis Veteriner
dan para staf yang telah memberikan bantuan dalam melaksanakan penelitian ini.

Referensi
Abdelrahman, SH 2011. Aktivitas Trypanocidal Beberapa Tanaman Obat Sudan Terhadap
EksperimentalTrypanosoma evansiInfeksi. Jurnal Penelitian Tanaman Obat 5:6, P.
756-763
Aboderin, FI dan VO Oyetayo. 2006. Studi hematologi pada tikus yang diberi dosis berbeda
probiotik,Lactobacillus plantarum, diisolasi dari fermentasi bubur jagung. Pakistan J.Nutr.
5:102-105.
Bayan L, Koulivand PH, Gorji A. 2014. Bawang putih: tinjauan potensi efek terapeutik.
Avicenna J Fitomed; 4(1): 1-14
Desquesnes M, Dargantes A, Lai DH, Lun ZR, Holzmuller P dan Jittapalapong S. 2013.
Trypanosomaevansi dan Surra: Tinjauan dan Perspektif Transmisi,

45 |Halaman
Epidemiologi dan Pengendalian, Dampak, dan Aspek Zoonosis. Penelitian BioMed
Internasional. 321237, 20 halaman doi: 10.1155/2013/321237
Gupta, N. dan TD Porter. 2001. Bawang putih dan senyawa turunan bawang putih menghambat squalene manusia
monooksigenase. Jurnal Nutrisi. 131: 1662–1667. Guyton, AC.1996.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 17. EGC, Jakarta
Iciek M, KwiecieNI, Włodek L. Sifat biologis bawang putih dan organosulfur yang berasal dari bawang putih
senyawa. Mol Mutagen Lingkungan. 2009;50(3):247-65.
Ihedioha, JI, Ugwuja, JI, Noel-Uneke, OA, Udeani, I. J dan Daniel-Igwe, G. 2012. Referensi
Nilai Profil Hematologi Mencit Albino (Mus Musculus) Kawin Kelas Konvensional Di
Nsukka, Nigeria Timur. Penelitian Hewan Internasional, 9(2): 1601 – 1612 Jeffrey HC
dan Leach. 1983. Atlas Helminthologi dan Protozoologi Kedokteran. Edisi II. Penebit
EGC Jakarta. Hal. 61-63
Jenkins, GC dan Facer, CA 1985. Hematologi Trypanosomiasis Afrika, dalam: Tizard, I. (Ed)
Imunologi dan Patogenesis Trypanosomiasis. Boca Raton, Florida: CRC Press, hal.
13-44.
Lau, BHS, Yamasaki, T. & Gridley, DS (1991) Senyawa bawang putih memodulasi makrofag dan
Fungsi limfosit T. mol. Biother. 3:103–107.
Liu B, Liu Y, Motyka SA, Agbo EEC, Englund PT. 2005. Persekutuan cincin: Replikasi
DNA kinetoplas. Tren Parasitol. 21:363-369
Londhe VP, Gavasane AT, Nipate SS, Bandawane DD, & Chaudhari PD 2011, Peran
Bawang Putih (Allium Sativum) Dalam Berbagai Penyakit: Suatu Tinjauan. Jurnal Penelitian
dan Opini Farmasi, 1(4):129-134
Mardiatmi, Yupiana, Y., Sofwan, I., Suseno, PP, Ekowati, RV, Kurniawan, WE, Ernawati,
Ermawanto. 2012. Pedoman Pengendalian Dan Penanggulangan Surra. Jakarta:
Direktorat Kesehatan Hewan.
Melaku A dan Birasa B. 2013. Obat dan Resistensi Obat pada Hewan Afrika Trypanosomosis: A
Tinjauan. Jurnal Ilmu Terapan Eropa 5 (3): 84-91
Mulia, ER dan Mulia, GA (1982). Parasitologi: Biologi parasit hewan Addison-
Penerbitan Wesley. Edisi ke-5. hal.21-58.
Nok, AJ, S. Williams, dan PC Onyenekwe. 1996. Allium sativum-menyebabkan kematian orang Afrika
tripanosom. PPenelitian arasitologi82: 634–637.
Tidak, TU. Sukun Afrika (Treculia Africana) BENIH berdimensi fisik cukup besar
pembersihan kernel dan pemilihan jenis benih. J Food Proc Eng. 2012;35(5):687-694.
Nzelibe HC, Habila N, Agbaji AS. 2013. Sinergi Benih Azadirachtaindica dan
Ekstrak daun Tridaxprocumbens menginduksi kematian Trypanosomaevansi. Int J Trad Nat
Med. 3:11-18.
Pizorno, JE dan MT Murray. 2000.Buku Ajar Pengobatan Alami:Allium sativum.Edisi
ke-2. Washington: Universitas Bastyr
Resang, AA (1984). Patologi Khusus Dokter Hewan. Edisi ke-2. NV. Bali: Percetakan.
Salman H., Bergman, M. Bessler H, Punsky I, Djadetti M. 1999. Pengaruh turunan bawang putih
(alliin) pada respon imun sel darah tepi. Imunofarmakologi, Volume 21(9), P: 589-597

Sivajothi S, Rayulu VC, Reddy BS. 2015. Perubahan hematologi dan biokimia pada
percobaan infeksi Trypanosoma evansi pada kelinci. J Parasit Dis. 39(2):216–220 Sones
KR, Njogu AR, Holmes PH. 1998. Penilaian sensitivitas Trypanosomacongolense
untuk isometamidium klorida: perbandingan tes menggunakan sapi dan tikus. AktaTropica.
45:153-164.
Srivasta, S dan Pathak, PH. 2012. Pengaruh ekstrak bawang putih (allium sativum) terhadap pola
jumlah diferensial WBC pada tikus albino betina. Tinjauan dan Penelitian Jurnal
Internasional Ilmu Farmasi 13(2):83-86
Steverding, D. 2010. Perkembangan obat untuk pengobatan penyakit tidur: sebuah sejarah
tinjauan. Parasit & Vektor. 3 (15)

46 |Halaman
Subekti DT, Yuniarto I, Sulinawati, Susiani H, Amaliah F, Santosa B. 2015.
Efektivitas Trypanocidals terhadap Beberapa Isolat Trypanosomaevansi yang Diperbanyak pada Mencit.
Indonesia J Anim Vet Sci. 20(4): 275-284
Wayan, TA, B. Narianodan, dan S. Mangkuwijdojo. 1981. Perubahan hematologi kelinci yang
menular denganTrypanosoma evansi.Prosiding Seminar Nasional II.Jakarta:35-43. Yin, MC, HC
Chang, dan SM Tsao. 2002. Efek penghambatan ekstrak bawang putih berair, bawang putih
minyak dan empat diallyl sulfida melawan empat patogen enterik.Jurnal Analisis Makanan dan
Obat10 (2): 120-126.
Zhang, X.1999.Monograf WHO tentang Tanaman Obat Terpilih: Bulbus Allii Sativii.Jenewa:
Organisasi Kesehatan Dunia

47 |Halaman

Anda mungkin juga menyukai