Anda di halaman 1dari 11

NAMA : HARFAN ARDI KUSUMA

HASIL PENELITIAN

A. Dampak Konflik Israel-Palestina (HAMAS) 7 Oktober 2023 Terhadap


Pendidikan di Palestina

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis terhadap dampak konflik


israel-Palestina sejak 7 Oktober 2023, dapat diketahui tiga kondisi dan
dampaknya terhadap pendidikan di Palestina, Diantaranya :

a. Pra-Konflik Israel-Palestina 7 Oktober 2023

Bangsa Palestina terus mengalami penderitaan sejak didirikannya Israel tahun


1948 yang disertai dengan pengusiran besar-besaran warga Arab Palestina dalam
peristiwa Al Nakba, hingga hari ini Ketika Israel menduduki kawasan yang
ditetapkan PBB sebagai wilayah untuk negara Palestina, yaitu Jerusalem timur
dan Tepi Barat, serta memblokade Gaza. Konflik yang berlangsung di Palestina
bisa disebut sebagai konflik yang bersifat permanen dan cukup menyita perhatian
masyarakat dunia, khususnya perhatian dari Organisasi Internasional atau PBB1.

Lebih jauh dari itu, Israel dan palestina memiliki sejarah yang panjang dan
kelam, konflik berkepanjangan hingga sekarang. Hal ini dapat dilihat dari
perspektif teologis dan historis. Persoalan Palestina menjadi isu internasional
sejak berakhirnya Perang Dunia Pertama sebagai akibat runtuhnya Ottoman
Empire Turkey. Palestina akhirnya berada di antara negara-negara Arab eks
Ottoman Turkey yang berada di bawah administrasi Inggris. Hal ini berdasarkan
mandat dari Liga BangsaBangsa. Sesungguhnya mandat ini di-adopsi dari
Deklarasi Balfour tahun 1917 yang isinya menyuarakan dukungan untuk
pendirian suatu negara di tanah air Palestina untuk orang Yahudi. Berangkat dari
semangat Deklarasi Balfour komunitas Yahudi yang menyebar di seluruh dunia
bertekad untuk mendirikan negara di tanah yang dijanjikan Tuhan mereka. Secara
teologis, zionis menganggap Palestina sebagai tanah mereka dalam Perjanjian

1
Idha Ismalia Rohmatika, “Krisis Pendidikan Di Palestina Tahun 2022,” Jurnal ICMES 7,
no. 1 (2023): 106.
lama yang dinyatakan kawasan itu sebagai ‘tanah yang dijanjikan tuhan’
(promised land) untuk bangsa Israel, sebaliknya secara historis, rakyat Palestina
menyatakan kami bangsa Palestina berada di negeri ini sejak jaman Umar bin
khatab.5 Sekitar 100.000 orang berpindah ke Palestina antara 1920-1929, ketika
waktu itu ada 750.000 orang penduduk Palestina. Di samping itu peristiwa
haloucoust pembantaian Yahudi oleh NAZI membuat semua komunitas Yahudi
lari dari daratan Eropa. Zionis memegang kendali penuh atas perpindahan ini.
Orang-orang Yahudi yang menginjakkan kaki di palestina ditemui oleh kelompok
Zionis yang menentukan di mana mereka akan tinggal dan pekerjaan apa yang
akan didapatkan. Pendudukan yang diterapkan Israel pada tahun 1948 dengan
jalan mengusir orang-orang Arab dari Palestina. Setiap desa atau pemukiman Arab
yang tidak menyerah kepada kekuatan Yahudi akan dihancurkan dan orang-
orangnya diusir. Dengan cara ini 400 desa Palestina terhapus dari peta selama
1948-1949. Hak milik yang ditinggalkan orang-orang Palestina dikuasai orang-
orang Yahudi atas dasar hukum hak milik tak di-tempati. Organisasi zionis meng-
gunakan tekanan dan kekuatan untuk mengusir orang-orang Palestina dari
tanahnya yang telah mereka tempati selama berabadabad, sehingga sekarang
orang-orang Palestina hanya diberi tempat di Jalur Gaza. Sejak saat itu muncullah
beberapa kali peperangan Yahudi dan Palestina. Sejak dulu sebenarnya sudah ada
perundingan tetapi selalu dilanggar oleh Israel. Di Palestina sendiri mencatat
munculnya Yasser Arafat dan PLO, serta Fatah. Perundingan-perundingan
dilakukan sampai muncul perundingan Oslo yang menjanjikan kemerdekaan bagi
Palestina namun lagi-lagi Israel tidak menepati janji. Karena selalu tak ditepati,
rakyat palestina melawan dengan intifadah (melempar batu). Hal ini dihentikan
dengan perjanjian, tetapi dilanggar lagi, begitu seterusnya. Para pejuang intifadah
ini bergabung dalam Hamas (Harakat al Muwaqawwamatul Islamiyah atau
Gerakan Perlawanan Islam). Melihat perjanjian selalu tidak ada gunanya dan
resolusi PBB tidak bisa dijalankan atau jika dilanggar oleh Israel tidak muncul
sanksi maka Hamas bertekad merebut Palestina dengan berperang, meskipun
hanya dengan menggunakan batu. Di Palestina ada faksi yang eksis yaitu Hamas
dan Fatah. Pada saat terjadi perbedaan pendapat antara Fatah dan Hamas, ketika
Yassir Arafat masih hidup, perbedaan tidak sampai menimbulkan sengketa karena
Hamas menghormati pemimpin Palestine Liberation Organiza-tion (PLO) itu.
Namun begitu Arafat meninggal dan diganti oleh Mahmod Abbas sengketa tak
terdamaikan, bahkan Abbas dikudeta di daerah Gaza. Gaza kemudian dibagi
menjadi dua yaitu Tepi Barat (Fatah) dan Jalur Gaza (Hamas). Sebenarnya
sebelum terbagi menjadi dua ada pemilu demokratis yang dimenangkan oleh
Hamas. Sayang Amerika, Eropa dan sekutu tak mengakui bahkan Hamas diboikot
dengan tujuan agar rakyat menderita dan meminta Abbas memimpin. Akan tetapi
rakyat Palestina pro Hamas bersedia menderita karena melihat Hamas lebih tulus
dan islami dibanding dengan fatah yang sekuler. Sekarang Israel bertujuan
menghancurkan Hamas dan ingin mendudukkan fatah. Dalam protokoler Israel
hanya ada dua cara untuk menghadapi musuh: didominasi dan dihancurkan. Maka
sengketa yang terjadi antara Israel dan Palestina tergolong sengketa Penghinaan
atau ancaman antara suatu harga diri negara dengan negara lain atau suatu harga
diri bangsa dengan bangsa lain.2

Menurut data dari UNICEF tahun 2022, anak-anak Palestina usia 0-17 tahun
adalah 45,2% dari total populasi. Sekitar 40% dari total populasi Palestina adalah
pengungsi, yaitu mereka yang diusir dari tanah dan rumah mereka oleh Israel,
sehingga harus hidup di kamp-kamp pengungsian. Ini tentu saja kondisi yang
tidak ideal bagi tumbuh kembang anak. Namun demikian, 97% anak-anak
Palestina tetap mengikuti pendidikan sekolah dasar. Jumlah anak-anak yang
bersekolah di SMP menurun jadi 75%. Data tahun 2014, ada 34,5% anak-anak
Palestina yang hidup dalam kemiskinan multidimensional. Sebanyak 40% anak-
anak muda Palestina (usia 15-24 tahun) menjadi pengangguran.3

Pendidikan adalah bagian dari tak terpisahkan dari cita-cita setiap entitas
yang beradab, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Baik di negara maju
maupun di negara berkembang, semua anak memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan hak dalam belajar. Dalam hal ini, sebagai bangsa yang sedang
2
Armando Christofel Wirajaya, “PENYELESAIAN SENGKETA PALESTINA DAN
ISRAEL MENURUT HUKUM INTERNASIONAL (STUDY KASUS PERAMPASAN
WILAYAH PALESTINA DI ISRAEL),” LEX ET SOCIETATIS 8, no. 4 (2020): 47–48.
3
Rohmatika, “Krisis Pendidikan Di Palestina Tahun 2022,” 109.
terjajah, sangat penting bagi Palestina untuk mendidik generasi bangsa agar dapat
berdaya dan mampu bangkit memerdekakan dirinya. Bagi masyarakat Palestina,
pendidikan sangat dihargai dan hal ini terlihat dari data yang dikutip di atas,
dimana 97% anak-anak tetap bersekolah meskipun dalam kondisi yang sulit.
Dalam kondisi tekanan, misalnya, setelah Intifada Pertama tahun 1987, Israel
menutup sekolah-sekolah di Tepi Barat dan Gaza, namun dilawan oleh warga
Palestina dengan menyelenggarakan kelas-kelas underground.4

Israel telah memberlakukan sistem pendidikan yang rasis dan represif


terhadap warga Palestina, antara lain dengan mendesain ulang buku-buku sejarah.
Di dalam buku tersebut dimuat mitos Zionisme sebagai pemilik “hak inheren”
atas tanah Palestina. Selain itu, Israel juga melakukan diskriminasi dalam seleksi
masuk mahasiswa. Universitas-universitas di Israel digunakan untuk riset-riset
teknologi yang kemudian digunakan untuk menyerang warga Palestina. Mereka
juga mendirikan institusi pendidikan di Tepi Barat, yaitu tanah pendudukan yang
oleh PBB ditetapkan sebagai negara Palestina5

Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh menyatakan bahwa di akhir


tahun 2022 ini, ada sekitar 1.385.000 siswa yang memulai tahun ajaran baru di
3.192 sekolah-sekolah Palestina (Yerusalem Timur, Tepi Barat dan Jalur Gaza).
Dari jumlah tersebut, 2.333 sekolah milik Otoritas Palestina, 375 sekolah yang
dioperasikan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina
(UNRWA), dan 484 sekolah swasta.6

Menurut laporan PBB, jumlah anak-anak Palestina di wilayah Tepi Barat dan
Jalur Gaza yang terdampak krisis pendidikan ini lebih dari 1,3 juta anak. Mereka
menghadapi peristiwa kekerasan dan pembongkaran sekolah oleh Israel. Dalam 6
bulan pertama di tahun 2022 ada 20 siswa sekolah yang tewas dan ada 115
pelanggaran Israel yang terkait pendidikan di wilayah Tepi Barat. Selain itu, di
tahun 2022, Israel memerintahkan agar 56 sekolah dibongkar padahal sekolah-
sekolah itu menampung 6400 pelajar di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Di Gaza,
4
ibid
5
Ibid, 110
6
Ibid, 111
gedung sekolah tidak mencukupi sehingga anak-anak harus belajar bergantian
dalam dua shift. Anak-anak sekolah di Gaza setidaknya mengalami empat perang
(serangan Israel ke Gaza) sehingga memunculkan dampak psikologis dan
membutuhkan layanan psikososial.7

Menurut laporan PBB, jumlah anak-anak Palestina di wilayah Tepi Barat dan
Jalur Gaza yang terdampak krisis pendidikan ini lebih dari 1,3 juta anak. Mereka
menghadapi peristiwa kekerasan dan pembongkaran sekolah oleh Israel. Dalam 6
bulan pertama di tahun 2022 ada 20 siswa sekolah yang tewas dan ada 115
pelanggaran Israel yang terkait pendidikan di wilayah Tepi Barat. Selain itu, di
tahun 2022, Israel memerintahkan agar 56 sekolah dibongkar padahal sekolah-
sekolah itu menampung 6400 pelajar di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Di Gaza,
gedung sekolah tidak mencukupi sehingga anak-anak harus belajar bergantian
dalam dua shift. Anak-anak sekolah di Gaza setidaknya mengalami empat perang
(serangan Israel ke Gaza) sehingga memunculkan dampak psikologis dan
membutuhkan layanan psikososial.8

Israel selalu berupaya agar generasi bangsa Palestina tidak melakukan


perlawanan terus-menerus terhadap Zionis Israel. Di antara cara yang mereka
lakukan adalah dengan mengubah pemikiran pada siswa. Israel berusaha menekan
agar sekolah-sekolah Palestina di kawasan yang didudukinya menggunakan
kurikulum yang dibuat oleh Israel. Menurut Akademik Palestina untuk Studi
Urusan Internasional (2016) yang berbasis di Yerusalem, Israel telah
menggunakan insentif keuangan untuk menekan sekolah-sekolah di Yerusalem
Timur agar para guru Palestina mengajarkan kurikulum Israel. Saat ini ada sekitar
15 persen dari populasi siswa Yerusalem Timur yang diajarkan kurikulum Israel.
Angka ini meningkat dibandingkan sepuluh tahun yang lalu, yaitu hanya 3 persen
populasi siswa Yerusalem Timur yang belajar dengan kurikulum Israel.9

Dari data yang ada dapat diketahui sebelum konflik Israel Palestina pada 7
Oktober 2023, keadaan Pendidikan di Palestina sudah memprihatinkan karena
7
Ibid, 112
8
Ibid,
9
Ibid, 113
tekanan dari Israel, yang berupa serangan secara fisik dan non-fisik. Serangan
fisik seperti penutupan sekolah-sekolah, pengusiran, pengeboman sekolah dan
fasilitas umum, yang bukan hanya merusak bangunan-bangunan tapi juga
mempengaruhi mental dan psikologi anak-anak di palestina, bahkan Universitas-
universitas di Israel melakukan riset-riset teknologi yang digunakan untuk
melakukan serangan-serangan ke Palestina. Dan serangan non-fisik seperti
pendesainan ulang buku-buku sejarah yang di selewengkan isinya demi
keuntungan pihak israel.

b. Agresi Militer Israel ke Palestina 7 Oktober 2023

Penjajahan Israel terhadap warga palestina yang telah dilakukan selama


berpuluh-puluh tahun tentu saja membuat seluruh warga Palestina menderita.
Keadaan ini menyebabkan munculnya gerakan-gerakan sosial dari kelompok
masyarakat yang menolak hadirnya israel ditanah mereka serta membela dan
mempertahankan hak asasi rakyat palestina dari penjajahan yang dilakukan israel.
Gerakan sosial sendiri merupakan jaringan interaksi informal antara sejumlah
individu yang membentuk suatu kelompok berdasarkan identitas yang sama dan
terlibat dalam sebuah konflik politik atau budaya. 10 Kelompok-kelompok yang
lahir karena kondisi penjajahan di Palestina tersebut yaitu Fatah dan Hamas,
walaupun sebelumnya sudah ada gerakan perjuangan untuk memperjuangkan
kemerdekaan Palestina seperti Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), namun
Fatah dan Hamas bediri atas dasar ketidak puasan kepada berbagai macam bentuk
perjuangan yang sudah dilakukan sebelumnya.11

Dimuat di Kompas.com, Pada Sabtu (7/10/2023), sebuah sirene tanda bahaya


berbunyi yang menunjukkan adanya serangan dari Hamas ke Israel. Kelompok
Hamas diketahui melepaskan tembakan sebanyak 5.000 roket yang menghantam
sejumlah kota besar di Israel. Saat serangan terjadi, warga Israel sedang
merayakan festival Sukkot yang berlangsung selama tujuh hari. Pada hari Sabtu,
serangan besar-besaran dari udara, laut, dan darat telah dilemparkan oleh
10
Badra Jultouriq Rahman, “Hamas Dan Fatah: Tekanan Ideologi Dalam Membebaskan
Palestina,” Ampera: A Research Journal on Politics and Islamic Civilization 1, no. 2 (2020): 82.
11
ibid
kelompok Hamas ke Israel. Juru Bicara Hamas Khaled Qadomi mengungkapkan
alasan Hamas menyerang Israel adalah sebagai bentuk respons atas kekejaman
yang telah dirasakan rakyat Palestina beberapa tahun ke belakang. Sementara itu,
Komandan Militer Hamas Mohammad Deif mengatakan bahwa serangan ke Israel
ini merupakan bentuk respons atas blokade yang terjadi di Gaza selama 17 tahun.
Warga Palestina pun melakukan aksi protes di sepanjang perbatasan Gaza. Dalam
negosiasi dengan Qatar, Mesir, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Hamas
mendorong konsesi Israel yang dapat melonggarkan blokade yang sudah
berlangsung lama. Hal ini diyakini dapat membantu menghentikan terjadinya
krisis keuangan yang semakin parah di Palestina. Pada akhirnya, aksi ini berujung
pada serangan masif ke Israel. Deif menyebutkan, serangan Hamas ke Israel ini
sebagai Operasi Badai Al Aqsa yang bertujuan untuk mengajak warga Palestina
dari Yerusalem Timur dan Palestina untuk bergabung dalam perlawanan ini.
Lantaran kondisi ini, Hamas memutuskan untuk menyerang Israel. Sekitar pukul
setengah tujuh pagi, sirene pertama berbunyi yang memperingatkan adanya roket
yang masuk ke Israel Tengah dan Selatan, kemudian disusul dengan ribuan roket
lainnya. Lalu, satu jam kemudian, pasukan pertahanan Israel mengonfirmasi
bahwa Hamas telah berhasil menyeberang dari Gaza ke Israel Selatan. Pihak
berwenang pun segera memerintahkan penduduk Israel untuk bersembunyi di
rumah mereka. Hampir dua jam setelah sirene serangan udara pertama terdengar,
skala serangan menjadi terlihat lebih jelas. Kelompok Hamas telah menyandera
Israel Selatan dan menembakkan ribuan roket. Melihat kondisi yang sudah karut-
marut, Israel mengumumkan keadaan waspada perang dan memanggil sebanyak
mungkin pasukan cadangan. Sekitar pukul 11.35, Perdana Menteri Israel
Benjamin Netanyahu membuat pernyataan pertamanya bahwa saat ini Israel
sedang berperang. Militer Israel kemudian mengirimkan pasukannya ke Israel
Selatan untuk merebut kembali kota-kota yang sudah dikuasai kelompok Hamas.
Setelah kurang lebih lima jam berlalu, Israel mengatakan setidaknya Hamas telah
menjatuhkan 2.000 roket. Setelah itu, disusul informasi pada pukul 13.46, yang
mengatakan bahwa Israel telah menyerang sebanyak 21 bangunan yang
menampung operasi militer Hamas.12

Pihak Israel Mengatakan bahwa Tentara Hamas menembaki rakyat sipil yang
hadir dalam festival sukkot, diperkirakan korban sipil pada serangan itu sekitar
250 orang. Otoritas Kesehatan Israel, seperti dilansir ABC News, melaporkan
lebih dari 700 orang tewas di wilayah Israel akibat serangan Hamas. Sekitar 2.100
orang lainnya mengalami luka-luka dalam serangan di negara Yahudi tersebut.13

Namun setelah terungkap kebenarannya dari sebuah video yang tersebar di


media sosial, ternyata pelaku penembakan warga sipil israel yang hadir dalam
festival tersebut adalah tentara israel sendiri. Israel pun akhirnya mengakui
penembakan yang mereka lakukan terhadap rakyat mereka sendiri, dikarenakan
pilot yang mengendarai helikopter Apache israel yang melancarakan tembakan
tersebut kesulitan membedakan antara warga sipil dan tentara Hamas sehingga ia
melancarkan serangan secara membabi buta. Hal inilah yang menyebabkan
banyaknya kendaraan yang terbakar bahkan hingga hancur. Hamas saat itu
diklaim menggunakan senjata ringan, tak ada satupun yang memiliki daya hancur
skala besar. Para pilot menyadari bahwa ada kesulitan yang luar biasa dalam
membedakan Hamas dan warga sipil di pos-pos dan permukiman yang diduduki.
Pilot Apache pun mengakui bahwa mereka menembakkan amunisi dalam jumlah
besar dan mengosongkan peluru hanya dalam hitungan menit. Mereka juga
menembaki orang-orang tak bersenjata yang keluar dari mobil atau berjalan kaki
melewati ladang di pinggiran Gaza. Seorang pilot Apache mengaku dilema saat
memilih apakah akan menembak warga dan kendaraan sipil saat kembali ke Gaza.
Ia sebenarnya mengetahui bahwa diantara sejumlah kendaraan itu mungkin berisi
tawanan Israel. Tetapi sang pilot tetap memilih untuk melepaskan tembakan

12
Verelladevanka Adryamarthanino , Tri Indriawati, Kronologi Serangan Hamas ke Israel
pada Oktober 2023, Kompas, 13/10/2023,
https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/13/140000879/kronologi-serangan-hamas-ke-israel-
pada-oktober-2023?page=all&lgn_method=google. Diakses pada 22/11/2023
13
Tim detikNews, Serangan Brutal Hamas Tembaki Festival Musik di Israel, 250 Orang
Tewas, Detik.com, 9/10/2023, https://www.detik.com/jogja/berita/d-6973704/serangan-brutal-
hamas-tembaki-festival-musik-di-israel-250-orang-tewas, diakses pada 22/11/2023
secara membabi buta. Diketahui bahwa negara Barat kompak menuding Hamas
yang melakukan serangan brutal saat festival musik Supernova pada awal operasi
Badai Al-Aqsha (7/10) lalu.14

Paska Serbuan tentara Hamas ke Israel, pada hari itu juga Israel membalas
serangan tersebut dengan membombardir Gaza tanpa henti hingga hari ini. Israel
menyerang Gaza tanpa pengecualian. Pengungsian warga, sekolah, rumah ibadah,
dan rumah sakit juga ikut menjadi sasaran mereka. Dikutip dari laman Al jazeera,
lebih dari 4,100 anak-anak yang menjadi korban jiwa atas serangan ini. Angka
fantastis tersebut menyatakan betapa tragisnya dampak dari konflik ini. “Perang”
tersebut memberikan dampak lebih besar kepada Palestina ketimbang Israel. Per
12 November 2023, jumlah warga Palestina yang meninggal dalam konflik ini
sudah melampaui 11.200 orang, sekitar 9 kali lipat lebih banyak dari korban jiwa
Israel. Dengan ini, Israel melanggar konvensi jenewa yang sudah di tanda tangani
sebelumnya. Konvensi jenewa adalah bagian dari hukum internasional yang
bertujuan untuk mengukur ukuran standar dalam memperhatikan korban perang.
Karena banyaknya jumlah korban, baik dewasa maupun anak-anak, banyak pihak
yang menganggap tindakan Israel merupakan genosida terhadap warga Palestina. 15
Mengutip dari KBBI, genosida adalah pembunuhan massal secara berencana
terhadap suatu bangsa atau ras16.

Genosida yang dilakukan oleh israel terhadap rakyat palestina tentu saja
berdampak terhadap pendidikan di Palestina. Pengeboman sekolah-sekolah dan
universitas mengakibatkan kegiatan belajar mengajar terhenti. Sekolah-sekolah
yang masih tersisa juga menghentikan kegiatan belajarnya dan sekolah-sekolah
beralih fungsi menjadi tempat pengungsian.

14
Teuku Fauzan, VIDEO Israel Akhirnya Akui Tembak Warganya Sendiri dari Helikopter
saat Festival Musik, SerambiNews, 11/11/2023, https://aceh.tribunnews.com/2023/11/11/video-
israel-akhirnya-akui-tembak-warganya-sendiri-dari-helikopter-saat-festival-musik, diakses pada
22/11/2023
15
Nisrina Noor El Azkya, Pendekatan Pendidikan Anak dalam Memahami Genosida
Palestina, geotimes.id, 22/11/2023, https://geotimes.id/opini/pendekatan-pendidikan-anak-dalam-
memahami-genosida-palestina, diakses pada 22/11/2023
16
https://kbbi.web.id/genosida, diakses pada 22/11/2023
c. Upaya Pemuda Palestina Menciptakan Sekolah Underground

Serangan-serangan tentara Israel telah menghancurkan sekolah-sekolah dan


menyebabkan kematian pada anak-anak yang jumlahnya sangat banyak, sehingga
kegiatan belajar mengajar pun tidak bisa dilanjutkan. Namun semangat rakyat
Palestina untuk mewujudkan pendidikan tidak pudar. Terutama pemuda-pemuda
Palestina yang mewujudkan pendidikan seadanya kepada anak-anak terdampak
Genosida Israel, guna menghibur dan meringankan mental anak-anak Palestina.
Mereka pun mencipatakan kegiatan belajar yang bertujuan untuk menghibur anak-
anak Palestina yang dilaksanakan secara diam-diam dibalik layar atau
Underground.

Mohammed al-Amasi, seorang pemuda Palestina yang tinggal di Gaza,


bersama lima rekannya berinisiatif meluncurkan program pendidikan sambil
bermain. Guna membantu meringankan tekanan mental anak-anak penyintas
perang di daerah kantong yang dilanda konflik tersebut.

Kelompok relawan itu setiap hari mengunjungi sekolah-sekolah yang beralih


fungsi menjadi pusat-pusat pengungsian, satu demi satu di seantero Gaza. Ini
untuk menghadirkan tawa dan permainan bagi anak-anak pengungsi dan keluarga
mereka.17

Menggambar, mendongeng, bernyanyi, bermain dengan badut, dan bercerita


adalah sebagian dari beberapa kegiatan. Ini yang bertujuan untuk membantu anak-
anak mengatasi rasa takut dan cemas di tengah kekacauan dan kehilangan. Karena
anak-anak yang selamat dari kekacauan perang Palestina-Israel mereka
mengalami ketakutan yang berkepanjangan tentang kematian.

Konflik berdarah antara Hamas dan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah
menjerumuskan lebih dari 2,3 juta warga di Gaza ke dalam krisis kemanusiaan. Di

17
Mandra, Pemuda Palestina Luncurkan Program Pendidikan untuk Anak Gaza, RRI.co.id,
12/11/2023, https://www.rri.co.id/internasional/441086/pemuda-palestina-luncurkan-program-
pendidikan-untuk-anak-gaza?
utm_source=popular_home&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General
%20Campaign, diakses pada 24/11/2023
mana dengan akses ke makanan dan air yang sangat terbatas, tidak ada bahan
bakar untuk listrik, dan kehancuran total sistem kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai