HASIL PENELITIAN
Lebih jauh dari itu, Israel dan palestina memiliki sejarah yang panjang dan
kelam, konflik berkepanjangan hingga sekarang. Hal ini dapat dilihat dari
perspektif teologis dan historis. Persoalan Palestina menjadi isu internasional
sejak berakhirnya Perang Dunia Pertama sebagai akibat runtuhnya Ottoman
Empire Turkey. Palestina akhirnya berada di antara negara-negara Arab eks
Ottoman Turkey yang berada di bawah administrasi Inggris. Hal ini berdasarkan
mandat dari Liga BangsaBangsa. Sesungguhnya mandat ini di-adopsi dari
Deklarasi Balfour tahun 1917 yang isinya menyuarakan dukungan untuk
pendirian suatu negara di tanah air Palestina untuk orang Yahudi. Berangkat dari
semangat Deklarasi Balfour komunitas Yahudi yang menyebar di seluruh dunia
bertekad untuk mendirikan negara di tanah yang dijanjikan Tuhan mereka. Secara
teologis, zionis menganggap Palestina sebagai tanah mereka dalam Perjanjian
1
Idha Ismalia Rohmatika, “Krisis Pendidikan Di Palestina Tahun 2022,” Jurnal ICMES 7,
no. 1 (2023): 106.
lama yang dinyatakan kawasan itu sebagai ‘tanah yang dijanjikan tuhan’
(promised land) untuk bangsa Israel, sebaliknya secara historis, rakyat Palestina
menyatakan kami bangsa Palestina berada di negeri ini sejak jaman Umar bin
khatab.5 Sekitar 100.000 orang berpindah ke Palestina antara 1920-1929, ketika
waktu itu ada 750.000 orang penduduk Palestina. Di samping itu peristiwa
haloucoust pembantaian Yahudi oleh NAZI membuat semua komunitas Yahudi
lari dari daratan Eropa. Zionis memegang kendali penuh atas perpindahan ini.
Orang-orang Yahudi yang menginjakkan kaki di palestina ditemui oleh kelompok
Zionis yang menentukan di mana mereka akan tinggal dan pekerjaan apa yang
akan didapatkan. Pendudukan yang diterapkan Israel pada tahun 1948 dengan
jalan mengusir orang-orang Arab dari Palestina. Setiap desa atau pemukiman Arab
yang tidak menyerah kepada kekuatan Yahudi akan dihancurkan dan orang-
orangnya diusir. Dengan cara ini 400 desa Palestina terhapus dari peta selama
1948-1949. Hak milik yang ditinggalkan orang-orang Palestina dikuasai orang-
orang Yahudi atas dasar hukum hak milik tak di-tempati. Organisasi zionis meng-
gunakan tekanan dan kekuatan untuk mengusir orang-orang Palestina dari
tanahnya yang telah mereka tempati selama berabadabad, sehingga sekarang
orang-orang Palestina hanya diberi tempat di Jalur Gaza. Sejak saat itu muncullah
beberapa kali peperangan Yahudi dan Palestina. Sejak dulu sebenarnya sudah ada
perundingan tetapi selalu dilanggar oleh Israel. Di Palestina sendiri mencatat
munculnya Yasser Arafat dan PLO, serta Fatah. Perundingan-perundingan
dilakukan sampai muncul perundingan Oslo yang menjanjikan kemerdekaan bagi
Palestina namun lagi-lagi Israel tidak menepati janji. Karena selalu tak ditepati,
rakyat palestina melawan dengan intifadah (melempar batu). Hal ini dihentikan
dengan perjanjian, tetapi dilanggar lagi, begitu seterusnya. Para pejuang intifadah
ini bergabung dalam Hamas (Harakat al Muwaqawwamatul Islamiyah atau
Gerakan Perlawanan Islam). Melihat perjanjian selalu tidak ada gunanya dan
resolusi PBB tidak bisa dijalankan atau jika dilanggar oleh Israel tidak muncul
sanksi maka Hamas bertekad merebut Palestina dengan berperang, meskipun
hanya dengan menggunakan batu. Di Palestina ada faksi yang eksis yaitu Hamas
dan Fatah. Pada saat terjadi perbedaan pendapat antara Fatah dan Hamas, ketika
Yassir Arafat masih hidup, perbedaan tidak sampai menimbulkan sengketa karena
Hamas menghormati pemimpin Palestine Liberation Organiza-tion (PLO) itu.
Namun begitu Arafat meninggal dan diganti oleh Mahmod Abbas sengketa tak
terdamaikan, bahkan Abbas dikudeta di daerah Gaza. Gaza kemudian dibagi
menjadi dua yaitu Tepi Barat (Fatah) dan Jalur Gaza (Hamas). Sebenarnya
sebelum terbagi menjadi dua ada pemilu demokratis yang dimenangkan oleh
Hamas. Sayang Amerika, Eropa dan sekutu tak mengakui bahkan Hamas diboikot
dengan tujuan agar rakyat menderita dan meminta Abbas memimpin. Akan tetapi
rakyat Palestina pro Hamas bersedia menderita karena melihat Hamas lebih tulus
dan islami dibanding dengan fatah yang sekuler. Sekarang Israel bertujuan
menghancurkan Hamas dan ingin mendudukkan fatah. Dalam protokoler Israel
hanya ada dua cara untuk menghadapi musuh: didominasi dan dihancurkan. Maka
sengketa yang terjadi antara Israel dan Palestina tergolong sengketa Penghinaan
atau ancaman antara suatu harga diri negara dengan negara lain atau suatu harga
diri bangsa dengan bangsa lain.2
Menurut data dari UNICEF tahun 2022, anak-anak Palestina usia 0-17 tahun
adalah 45,2% dari total populasi. Sekitar 40% dari total populasi Palestina adalah
pengungsi, yaitu mereka yang diusir dari tanah dan rumah mereka oleh Israel,
sehingga harus hidup di kamp-kamp pengungsian. Ini tentu saja kondisi yang
tidak ideal bagi tumbuh kembang anak. Namun demikian, 97% anak-anak
Palestina tetap mengikuti pendidikan sekolah dasar. Jumlah anak-anak yang
bersekolah di SMP menurun jadi 75%. Data tahun 2014, ada 34,5% anak-anak
Palestina yang hidup dalam kemiskinan multidimensional. Sebanyak 40% anak-
anak muda Palestina (usia 15-24 tahun) menjadi pengangguran.3
Pendidikan adalah bagian dari tak terpisahkan dari cita-cita setiap entitas
yang beradab, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Baik di negara maju
maupun di negara berkembang, semua anak memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan hak dalam belajar. Dalam hal ini, sebagai bangsa yang sedang
2
Armando Christofel Wirajaya, “PENYELESAIAN SENGKETA PALESTINA DAN
ISRAEL MENURUT HUKUM INTERNASIONAL (STUDY KASUS PERAMPASAN
WILAYAH PALESTINA DI ISRAEL),” LEX ET SOCIETATIS 8, no. 4 (2020): 47–48.
3
Rohmatika, “Krisis Pendidikan Di Palestina Tahun 2022,” 109.
terjajah, sangat penting bagi Palestina untuk mendidik generasi bangsa agar dapat
berdaya dan mampu bangkit memerdekakan dirinya. Bagi masyarakat Palestina,
pendidikan sangat dihargai dan hal ini terlihat dari data yang dikutip di atas,
dimana 97% anak-anak tetap bersekolah meskipun dalam kondisi yang sulit.
Dalam kondisi tekanan, misalnya, setelah Intifada Pertama tahun 1987, Israel
menutup sekolah-sekolah di Tepi Barat dan Gaza, namun dilawan oleh warga
Palestina dengan menyelenggarakan kelas-kelas underground.4
Menurut laporan PBB, jumlah anak-anak Palestina di wilayah Tepi Barat dan
Jalur Gaza yang terdampak krisis pendidikan ini lebih dari 1,3 juta anak. Mereka
menghadapi peristiwa kekerasan dan pembongkaran sekolah oleh Israel. Dalam 6
bulan pertama di tahun 2022 ada 20 siswa sekolah yang tewas dan ada 115
pelanggaran Israel yang terkait pendidikan di wilayah Tepi Barat. Selain itu, di
tahun 2022, Israel memerintahkan agar 56 sekolah dibongkar padahal sekolah-
sekolah itu menampung 6400 pelajar di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Di Gaza,
4
ibid
5
Ibid, 110
6
Ibid, 111
gedung sekolah tidak mencukupi sehingga anak-anak harus belajar bergantian
dalam dua shift. Anak-anak sekolah di Gaza setidaknya mengalami empat perang
(serangan Israel ke Gaza) sehingga memunculkan dampak psikologis dan
membutuhkan layanan psikososial.7
Menurut laporan PBB, jumlah anak-anak Palestina di wilayah Tepi Barat dan
Jalur Gaza yang terdampak krisis pendidikan ini lebih dari 1,3 juta anak. Mereka
menghadapi peristiwa kekerasan dan pembongkaran sekolah oleh Israel. Dalam 6
bulan pertama di tahun 2022 ada 20 siswa sekolah yang tewas dan ada 115
pelanggaran Israel yang terkait pendidikan di wilayah Tepi Barat. Selain itu, di
tahun 2022, Israel memerintahkan agar 56 sekolah dibongkar padahal sekolah-
sekolah itu menampung 6400 pelajar di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Di Gaza,
gedung sekolah tidak mencukupi sehingga anak-anak harus belajar bergantian
dalam dua shift. Anak-anak sekolah di Gaza setidaknya mengalami empat perang
(serangan Israel ke Gaza) sehingga memunculkan dampak psikologis dan
membutuhkan layanan psikososial.8
Dari data yang ada dapat diketahui sebelum konflik Israel Palestina pada 7
Oktober 2023, keadaan Pendidikan di Palestina sudah memprihatinkan karena
7
Ibid, 112
8
Ibid,
9
Ibid, 113
tekanan dari Israel, yang berupa serangan secara fisik dan non-fisik. Serangan
fisik seperti penutupan sekolah-sekolah, pengusiran, pengeboman sekolah dan
fasilitas umum, yang bukan hanya merusak bangunan-bangunan tapi juga
mempengaruhi mental dan psikologi anak-anak di palestina, bahkan Universitas-
universitas di Israel melakukan riset-riset teknologi yang digunakan untuk
melakukan serangan-serangan ke Palestina. Dan serangan non-fisik seperti
pendesainan ulang buku-buku sejarah yang di selewengkan isinya demi
keuntungan pihak israel.
Pihak Israel Mengatakan bahwa Tentara Hamas menembaki rakyat sipil yang
hadir dalam festival sukkot, diperkirakan korban sipil pada serangan itu sekitar
250 orang. Otoritas Kesehatan Israel, seperti dilansir ABC News, melaporkan
lebih dari 700 orang tewas di wilayah Israel akibat serangan Hamas. Sekitar 2.100
orang lainnya mengalami luka-luka dalam serangan di negara Yahudi tersebut.13
12
Verelladevanka Adryamarthanino , Tri Indriawati, Kronologi Serangan Hamas ke Israel
pada Oktober 2023, Kompas, 13/10/2023,
https://www.kompas.com/stori/read/2023/10/13/140000879/kronologi-serangan-hamas-ke-israel-
pada-oktober-2023?page=all&lgn_method=google. Diakses pada 22/11/2023
13
Tim detikNews, Serangan Brutal Hamas Tembaki Festival Musik di Israel, 250 Orang
Tewas, Detik.com, 9/10/2023, https://www.detik.com/jogja/berita/d-6973704/serangan-brutal-
hamas-tembaki-festival-musik-di-israel-250-orang-tewas, diakses pada 22/11/2023
secara membabi buta. Diketahui bahwa negara Barat kompak menuding Hamas
yang melakukan serangan brutal saat festival musik Supernova pada awal operasi
Badai Al-Aqsha (7/10) lalu.14
Paska Serbuan tentara Hamas ke Israel, pada hari itu juga Israel membalas
serangan tersebut dengan membombardir Gaza tanpa henti hingga hari ini. Israel
menyerang Gaza tanpa pengecualian. Pengungsian warga, sekolah, rumah ibadah,
dan rumah sakit juga ikut menjadi sasaran mereka. Dikutip dari laman Al jazeera,
lebih dari 4,100 anak-anak yang menjadi korban jiwa atas serangan ini. Angka
fantastis tersebut menyatakan betapa tragisnya dampak dari konflik ini. “Perang”
tersebut memberikan dampak lebih besar kepada Palestina ketimbang Israel. Per
12 November 2023, jumlah warga Palestina yang meninggal dalam konflik ini
sudah melampaui 11.200 orang, sekitar 9 kali lipat lebih banyak dari korban jiwa
Israel. Dengan ini, Israel melanggar konvensi jenewa yang sudah di tanda tangani
sebelumnya. Konvensi jenewa adalah bagian dari hukum internasional yang
bertujuan untuk mengukur ukuran standar dalam memperhatikan korban perang.
Karena banyaknya jumlah korban, baik dewasa maupun anak-anak, banyak pihak
yang menganggap tindakan Israel merupakan genosida terhadap warga Palestina. 15
Mengutip dari KBBI, genosida adalah pembunuhan massal secara berencana
terhadap suatu bangsa atau ras16.
Genosida yang dilakukan oleh israel terhadap rakyat palestina tentu saja
berdampak terhadap pendidikan di Palestina. Pengeboman sekolah-sekolah dan
universitas mengakibatkan kegiatan belajar mengajar terhenti. Sekolah-sekolah
yang masih tersisa juga menghentikan kegiatan belajarnya dan sekolah-sekolah
beralih fungsi menjadi tempat pengungsian.
14
Teuku Fauzan, VIDEO Israel Akhirnya Akui Tembak Warganya Sendiri dari Helikopter
saat Festival Musik, SerambiNews, 11/11/2023, https://aceh.tribunnews.com/2023/11/11/video-
israel-akhirnya-akui-tembak-warganya-sendiri-dari-helikopter-saat-festival-musik, diakses pada
22/11/2023
15
Nisrina Noor El Azkya, Pendekatan Pendidikan Anak dalam Memahami Genosida
Palestina, geotimes.id, 22/11/2023, https://geotimes.id/opini/pendekatan-pendidikan-anak-dalam-
memahami-genosida-palestina, diakses pada 22/11/2023
16
https://kbbi.web.id/genosida, diakses pada 22/11/2023
c. Upaya Pemuda Palestina Menciptakan Sekolah Underground
Konflik berdarah antara Hamas dan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah
menjerumuskan lebih dari 2,3 juta warga di Gaza ke dalam krisis kemanusiaan. Di
17
Mandra, Pemuda Palestina Luncurkan Program Pendidikan untuk Anak Gaza, RRI.co.id,
12/11/2023, https://www.rri.co.id/internasional/441086/pemuda-palestina-luncurkan-program-
pendidikan-untuk-anak-gaza?
utm_source=popular_home&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General
%20Campaign, diakses pada 24/11/2023
mana dengan akses ke makanan dan air yang sangat terbatas, tidak ada bahan
bakar untuk listrik, dan kehancuran total sistem kesehatan.