Dibuat Oleh :
Dega Muhyi Karsiyono
11190850000023
KATA PENGANTAR
Segala puja, puji, dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Strategi Produk Simpanan Bank
Syariah Indonesia Terhadap Keputusan Pembukaan Kantor Cabang”. Proposal
skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Seminar Penelitian Bisnis Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam Penyusunan proposal
skripsi ini, penulis merasa masih belum sempurna masih banyak ditemukan
kekurangan pada propsal skripsi ini dalam hal kualitas maupun kuantitas bahan
observasi yang peneliti sajikan. Oleh sebab itu, peneliti memerlukan saran serta
kritik yang membangun yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada
segenap pihak yang telah memberikan dukungan dengan cara apapun. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan rahmat-Nya saya tidak dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini.
2. Kedua orang tua, ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan baik
moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada peneliti
yang menjadi acuan saya untuk menyelesaikan proposal skripsi ini.
3. Keluarga saya dan segenap keluarga besar saya yang memberikan
dukungan materil dan moril serta doanya untuk saya.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.B.A Selaku Ketua Jurusan
Perbankan Syariah dan Ibu Yuke Rahmawati M.A selaku sekertaris
Jurusan Perbankan Syariah.
5. Bapak Asy’ari sebagai dosen pengampu mata kuliah Seminar Penelitian
yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan, ilmu,
masukan yang dengan sabar beliau berikan dalam perkuliahan ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan Ilmu yang bermanfaat semasa perkuliahan.
7. Teman seperjuangan saya yaitu seluruh teman-teman Perbankan Syariah
angkatan 2019, khususnya teman-teman kelas C Perbankan Syariah
angkatan 2019 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
ii
Peneliti menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan minimnya pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan segala bentuk
saran dan masukan bahkan kritik yang membangun dari semua pihak.
Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak khususnya dalam bidang Perbankan Syariah.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 7
B. Batasan Masalah......................................................................................... 14
1. Al-Mudharabah ...................................................................................... 16
A) Tabungan Mudharabah.................................................................... 22
2. Al-Wadiah .............................................................................................. 25
iv
6) Alat Bantu Pengambilan Keputusan dan Expected Monetary Value) 92
v
5. Member Check ..................................................................................... 121
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan adalah sebuah lembaga keuangan yang bertugas
menghimpun dana (funding), menyalurkan dana (lending), dan
memberikan pinjaman (Service) dari masyarakat dan mengarahkannya ke
publik. Bank merupakan lembaga kepercayaan publik yang berfungsi
untuk menyimpan dana yang selanjutnya dana tersebut dikelola olehnya.
Dalam menjalankan usahanya, bank dibedakan menjadi dua yaitu bank
konvensional dan bank syariah. Bank syariah adalah bank yang
menjalankan usaha sesuai dengan ajaran dan syariah Islam yang
berdasarkan Al-Qur‟an, Hadist dan Fatwa DSN MUI. Pertumbuhan
perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hal ini bisa
terlihat dari berkembangnya produk-produk yang ditawarkan bank syariah.
7
berbagai ketentuan sesuai perjanjian atau dikenal sebagai akad dalam
kegiatan transaksinya. Akad yang digunakan adalah akad yang
mengedepankan sistem bagi hasil yang tentunya menguntungkan kedua
pihak sekaligus memperingan beban nasabah dan bank apabila dalam
kegiatan pengelolaan dana nasabah oleh bank syariah untuk modal usaha
produktif mengalami kerugian. Selain itu, sistem bagi hasil juga
menghindari adanya praktek riba yang dapat merugikan nasabah sekaligus
melanggar peraturan yang dimuat oleh Fatwa DSN MUI dan Al-Qur‟an di
Surat Al-Baqarah ayat 275-278 serta berbagai dalil Hadist dari Rasulullah
Saw melarang dengan tegas praktek riba yang dilakukan oleh semua pihak
termasuk lembaga keuangan seperti bank, bahkan dalam kandungan QS.
Al-Baqarah ayat 275, menjelaskan bahwa “orang-orang yang mengambil
riba, atau mejalani praktek riba termasuk ke dalam golongan orang-orang
yang kekal atau abadi di neraka Allah Swt.”
Maka dari itu, bank syariah selaku penyedia produk simpanan seperti
tabungan, deposito dan giro. Berusaha memadukan unsur produk simpanan
bank dengan berbagai macam akad, sehingga terbentuklah jenis produk
simpanan seperti Tabungan Mudharabah, Tabungan Wadiah, Giro Wadiah
dan Deposito Mudharbah. Akad Mudharabah dan wadiah dipilih oleh bank
syariah untuk produk simpanan nya karena memiliki keuntungan dan
keunggulan dibandingkan produk simpanan bank konvensional,
diantaranya adalah adanya sistem bagi hasil (profit sharing) dan tidak
adanya riba pada setiap transkasinya. Dalam akad Mudharabah, bank
bertindak selaku mudharib (pengelola dana) dan nasabah berperan selaku
shihabul mal (pemilik dana) yang mana dalam akad tersebut, nasabah
memberikan dana nya untuk dikelola oleh bank untuk penyaluran modal
investasi positif, baik itu investasi terikat (mudharabah muqayaddah) dan
investasi tidal terikat (mudhrbah mutlaqaoh). Selain akad mudharabah,
bank syariah juga menggunakan akad wadiah dalam penerapan produk
simpanannya seperti tabungan dan giro. Untuk akad wadiah, bank syariah
memberikan jaminan berupa perlindungan bagi setiap nasabah yang
menabung atau mendeposit dana nya ke bank syariah, dalam artian bank
syariah memberikan titipan untuk setiap dana yang diterimanya dari
nasabah untuk kemudian disimpan (apabila untuk kegiatan investasi pasif)
dan dikelola untuk modal usaha investasi positif, dan jika mendapatkan
8
keuntungan, maka bank syariah akan memberikan hasil usahanya kepada
nasabah (bagi hasil) walaupun tidak dijelaskan secara pasti besaran
nominal yang akan diterima oleh nasabahnya.
NO Produk Bank Akad yang Total hasil yang
Syariah digunakan pendapatam yang
didapatkan bank
syariah dari
penjualan produk
9
dari penjualan produk-produknya sementara beban pengeluaran untuk
biaya operasional yang semakin hari semakin besar.
CAR - 24,66 %
(Tabel 2. Indikator CAR Modal dan Aktiva Bank Syariah per bulan Agustus
2021. Sumber: https://www.ojk.go.id/)
10
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK pada laporan Statistik
Perbankan Syariah (SPS) (2019) total kecukupan modal atau Capital
Adequacy Ratio (CAR) di Bank Umum Syariah (BUS) pada tahun 2019
sebesar 20,59% dengan dana CAR sebesar Rp40.715 Milyar, untuk Unit
Usaha Syariah (UUS) sebesar 2,04% dengan dana CAR sebanyak Rp3.328
Milyar. Dalam statistik tersebut juga menjelaskan total aset yang dimiliki
BUS dan UUS pada tahun 2019. Total aset BUS sebesar Rp.350.364
Milyar dan UUS sebesar Rp174.200 Milyar. Selain itu dijelaskan juga
dijelaskan tentang banyaknya jumlah bank, kantor cabang (KC) dan
Kantor cabang pusat (KCP) pada tahun 2019, untuk BUS memiliki jumlah
bank sebanyak 14 unit dengan KC sebanyak 480 unit dan KCP sebanyak
1.243 unit. Sementara UUS memliki jumlah bank sebanyak 20 unit, KC
sebanyak 160 unit dan KC sbenyak 159 unit. Untuk jumlah karyawan dari
BUS dan UUS sebanyak 54.800 pegawai dan jumlah ATM (Anjungan
Tunai Mandiri) sebanyak 3.003 unit.
Dalam data OJK tentang SPS pada 2019, dijelaskan juga tentang
jumlah pendapatan dari BUS dan UUS atas ketiga produk simpanan.
Untuk produk tabungan sebesar Rp34.964 Milyar (untuk Rupiah/lokal) dan
Rp456 Milyar (untuk Valas/Foreign Currency). Untuk giro sebesar
Rp25.517 Milyar (untuk Rupiah/lokal) dan Rp,4.814 Milyar (untuk
Valas/Foreign Currency). Untuk deposito sebesar Rp.225.238 Milyar
dengan rinician Rp.215.252 Milyar untuk Rupiah/lokal dan Rp9.986
Milyar untuk Valas/Foreign Currency..
11
yang ditawarkan oleh bank syariah. Hal itu sangat dibutuhkan, mengingat
semakin ketatnya persaingan antara bank konvensional dan bank syariah
membuat rencana planning dari bank syariah harus dijalankan secara teliti
dan hati-hati. Sebab, Kondisi ini dapat memicu bank syariah mendapatkan
ancaman, apabila pelayanan dan kosistensi dalam pemasaran produk,
akesebilitas yang tidak memadai dan keesehatan mengenai keuangan yang
tidak bagus, akan membuat bank syariah terlempar dari persaingan dan
akan ditinggal oleh para nasabah/pelanggannya. Oleh karena itu, memiliki
pelanggan yang loyal, memliki sistem pemasaran yang terstruktur, SDM
yang berkualitas, lokasi yang strategis, memiliki kantor cabang yang
teroganisir dan terencana adalah suatu tujuan dan harapan utama bagi bank
syariah, karena jika semua kriteria-kriteria yang dijelaskan sebelumnya
sudah teralisasikan, maka loyalitas pelanggan/nasabah akan terbentuk yang
tentunya akan menjamin kontinuitas perusahaan dalam jangka panjang.
Pada dasarnya loyalitas pelanggan dapat diartikan sebagai kesetiaan
seseorang terhadap suatu hal. Namun, kenyataannya bank syariah saat ini
masih belum memenuhi berbegai kriteria tersebut, meskipun sudah
berkembang lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Berdasarkan hal
tersebut, penulis mencoba meneliti dengan judul “STRATEGI PRODUK
SIMPANAN BANK SYARIAH INDONESIA
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBUKAAN KANTOR CABANG”
”
A. Identifikasi Masalah
12
belum efektif untuk mampu menyeimbangi dominasi produk
simpanan bank konvensional.
2. Permasalahan dalam keputusan membuka kantor cabang baru.
Disebabkan karena keputusan bank syariah yang belum bisa
membuka kantor cabang lebih banyak dibandingkan bank
konvensional dalam meningkatkan akses pelayanan kepada
masyarakat.
3. Strategi dalam keputusan pembukaan kantor cabang yang belum
efektif, dikarenakan belum mampu menjangkau wilayah-wilayah
terpencil atau terpelosok di Indonesia.
4. Mayoritas masyarakat di Indonesia yang belum mengetahui secara
rinci tentang prosedur penggunaan akad-akad dalam produk
simpanan bank syariah.
5. Peraturan dan syarat yang ada di bank syariah yang lebih kompleks
(karena bedasarkan hukum Islam dan fiqih) dari bank konvensional
termasuk produk simpanan nya, membuat mayoirtas masyarakat di
Indonesia mengurungkan niatnya menggunakan produk-produk
simpanan bank syariah, terutama mereka yang beragama nonIslam.
B. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus dan mendalam
maka penulis memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu
dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu, penulis membatasi ruang lingkupnya
hanya daerah jabodetabek dan bank syariahnya hanya Bank Syariah
Indonesia (BSI) kantor cabang pusat (KCP) di Tambun Kab. Bekasi. Yaitu
produk Tabungan Easy Mudharabah, Tabungan Easy Wadiah, Giro Rupiah
dan Valas, dan Deposito Rupiah dan Valas.
C. Rumusan Masalah
Dari permasalahan diatas penulis dapat merumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut:
D. Manfaat Penulisan
Di dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
E. Tujuan Penelitian
1. Mengeksplorasi jenis produk simpanan bank syariah di Bank Syariah
Indonesia.
2. Menganalisis strategi pemasaran produk pengimpunan dana terhadap
keputusan pembukaan kantor cabang baru BSI.
3. Meneliti sekaligus menyimpulkan apa-apa saja yang menjadi acuan
atau indikator dari Bank Syariah Indonesia untuk membuka kantor
cabangnya di berbagai daerah di Indonesia..
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Al-Mudharabah
Menurut Kasmir (2017:170) Al-Mudharabah adalah akad tentang
kerjasama antra dua pihak, di mana pihak pertama menyediakan
seluruh modal (Shihabul maal) dan pihak lain menjadi pengelola
(mudharib). Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak. Apabila rugi, maka akan ditanggung pemilik modal
selama kerugan tersebut bukan diaibatkan dari kelalaian pengelola.
Apabila kerugian diakibatkan oleh kelalaian pengelola, maka si
pengelolalah yang bertanggung jawab.
Mudharabah juga dikenal sebagai qiradh dan muqaradah (Mia
Lasmi Wardiyah, 2019: 164). Berikut ini adalah pengertian dan rukun
dari akad Al-Mudharabah, daintaranya:
15
1) Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis perkongsian,
yaitu pihak pertama (shahibul maal) menyediakan dana dan
pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan
usaha. Hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (porsi bagi
hasil) yang telah disepakati bersama secara awal. Jika
mengalami kerugian shihabul maal akan kehilangan sebagian
imbalan dari kerja keras dan managerial skill selama proyek
berlangsung.
2) Mudharabah disebut juga qiradh yang berarti “memutuskan”.
Dalam hal ini pemilik uang itu telah memutuskan untuk
menyerahkan sebilangan uangnya untuk diperdagangkannya
berupa barang-barang dan memutuskan sekali sebagian dari
keuntungannya bagi pihak kedua orang yang berakad qiradh
ini.
3) Mudharabah dikenal sebagai suatu akad aau perjanjian atas
sejumlah uang untuk dipertindakkan oleh amil (pengusaha)
dalam perdagangan, yang keuntungannya dibagikan di antara
keduanya dengan sama rata maupun kelebihan yang satu atas
lain. Contoh mudharabah pihak pemilik modal menyerahkan
modalnya kepada pengusaha untuk diusahakan dalam lapangan
perniagaan, perindustrian, dan keuntungannya dibagikan untuk
antara kedua belah pihak menurut jumlah yang disetujui,
seperti 2 atau 3 atau 4 bagian.
16
Dilihat dari segi kuasa yang diberikan kepada pengusaha dan
bedasarkan PSAK 105, mudaharabah terbagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Mudhrabah Mutlaqah
Mudharabah Mutlaqah adalah akad mudharabah yang pihak
pengusaha “diberi kuasa penuh untuk menjalankan proyek
tanpa larangan/gangguan apa pun” urusan yang berkaitan
dengan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu, tempat,
jenis, perusahaan, dan pelanggan. Mudahrabah mutlaqah ini
pada usaha perbankan syariah diaplikasikan pada tabungan, dan
deposito. Mudharabah mutlaqah sering disebut sebagai
mudharabah mutlak atau mudharabah tidak terikat
(unrestrected mudharabah) sedangkan, dalam PSAK 59 trntang
Akuntansi Perbankan Syariah diterjemahkan menjadi Investasi
Tidak Terikat dan dalam PSAK Syariah yang baru
disempurnakan menjadi Dana Syirkah Temporer.
2. Mudharabah Muqayyadah
Mudahrabah Muqayyadah adalah akad mudharabah yang mana
pemilik modal (shihabul maal) memberikan
batasan/membatasi/memberi syarat kepada mudharib dalam
pengelolaan dana. Oleh sebab itulah mudharabah muqayyadah
sering disebut sebagai mudharabah terikat (restricted
mudharabah) atau dalam investasi disebut Investasi Terikat ,
seperti:
a. Hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu, cara,
waktu dan tempat yang tertentu saja;
b. Bank dilarang mencampurkan rekening investasi. Terikat
dengan dana bank atau dana rekening lainnya pada
investasi;
c. Bank dilarang untuk investasi dananya pada transaksi
penjualan cicilan, tanpa penjamin atau tanpa jaminan.
d. Bank diharuskan melakukan investasi sendiri (tidak melalui
pihak ketiga).
3. Mudharabah Mustarakah
Mudharabah Mustarakah adalah perpaduan akad Mudharabah
dengan akad Musyarakah. Dalam akad ini, pengelola dana
17
berdasarkan akad mudharabah meneyertakan dana nya dalam
investasi bersama berdasarkan akad musyarakah. Setelah
penambahan modal oleh pengelola (mudharib), pembagian
hasil usaha antara pengelola dana dan pemilik dana dalam
mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah
dikurangi porsi pemilik dana sebagai dana musyarakah. Untuk
lebih jelasnya, berikut ini skema dalam akad mudharabah
musytarakah (Rizal Yaya dkk., 2014: 117).
Nasabah bank
dana dengan Nasabah
sistem pool pengelola
of fund (mudharib)
investor
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa dalam akad mudharabah terdapat syarat
penting yang menjadi dasar dari adanya transaksi dari akad mudharabah itu
sendiri, syarat tersebut yaitu objek mudharabah dan ijab kabul. Dalam objek
mudharabah, yang meliputi modal dan usaha. Dimana pengelola usaha (mudharib)
mengelola usaha dari pemilik modal (shihabul maal) yang dapat berbentuk barang
maupun jasa, dan dari hasil usaha tersebut apabila mendapatkan keuntungan,
maka akan dibagikan sesuai dengan kesepakatan bersama. Menurut Fatwa Dewan
Syariah Nasional (DSN) No. 7 Tahun 2000 tentang Pembiayaan Mudharabah
menyatakan bahwa kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib) sebagai
perimbangan modal yang disediakan oleh penyedia dana harus memperhatikan
hal-hal berikut.
18
c) Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam
tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah dan harus
mematuhi kebiasaan yang berlaku dalam aktivitas itu.
19
Bank Syariah 1. Negosiasi dan Nasabah (Mudharib)
(Shihabul maal) Akad Mudharabah
20
disebabkan oleh nasabah sebagai mudharib, maka kerugian tersebut
ditanggung oleh bank. Namun, apabila kerugian disebabkan oleh
kelalaian pihak nasabah sebagai mudharib, maka kerugian sepenuhnya
menjadi tanggung jawab nasabah.
4) Keempat, bank dan nasabah menerima porsi bagi hasil masing-masing
bedasarkan metode perhitungan dan kesepatan yang sudah dijanjikan.
5) Kelima, bank menerima pengembalian modalnya dari nasabah. Jika
nasabah telah mengembalikan semua modal milik bank, selanjutnya
usaha menjadi milik nasabah sepenuhnya
A) Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah atau (mudharabah saving deposite) adalah
tabungan yang menerapkan akad mudharabah yang mana menerima
simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan (savings
account) untuk keamanan dan kemudahan pemakaian, seperti rekening
giro, tetapi tidak sefleksibel rekening giro, karena nasabah tidak dapat
menarik dananya dengan cek. Berbeda dengan prinsip ALMudharabah
pada umumnya, di produk bank syariah yang menggunakan akad
mudharabah, bank bertindak sebagai Mudharib (pengelola) dan
nasabah bertindak sebagai Shihabul maal (Pemlik modal) dengan
Prinsip yang digunakan adalah wadiah (titipan), qardh (pinjaman
kebajikan), mudhrabah (bagi hasil) (Ascarya, 2017: 117). Berikut ini
adalah tabel mengenai karakteristik tabungan mudharabah, yaitu:
21
3 Insentif Bagi hasil
23
2. Al-Wadiah
Al-wadiah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak
yang mempunyai barang dan pihak yang diberi kepercayaan untuk
penitipan barang tersebut. Wadiah berarti dari satu titipan dari satu pihak
ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan oleh yang penerima titipan, kapan pun si penitip
menghendaki. Prinsip akad wadiah dalam produk bank syariah dapat
dikembangkan menjadi dua jenis berikut (Mia Lasmini Wardiyah, 2019:
176-177):
24
Keterangan:
1. Pihak yang menitipkan menyepakati akad wadiah dengan penerima
titipan.
2. Pihak yang menitipkan barang untuk disimpan oleh penerima titipan.
ketika diminta.
Dalam konteks ini, pada dasarnya pihak penyimpan (custodian)
sebagai penerima kepercayaan (trustee) adalah yad al-amanah „tangan
amanah‟ yang berarti bahwa ia tidak diharuskan bertanggung jawab jika
sewaktu dalam penitipan terjadi kehilangan atau kerusakan pada
barang/aset titipan, selama hal ini bukan berasal dari kecerobohan atau
kelalaian dari yang bersangkutan dalam hal mengelola titipan. Sehingga,
dengan prinsip ini pihak penyimpan tidak boleh menggunakan atau
memanfaatkan barang/aset yang dititipkan, tetapi hanya boleh menjaganya
saja. Selain itu, barang/aset tersebut tidak boleh dicampuradukan atau
bercampur dengan barang/aset lain, melainkan wajib dipisahkan
tergantung barang/aset masing-masing penitip.
25
Prinsip wadiah yad dhmanah (investasi); dengan skema
mudharabah yaitu nasabah menginvestasikan dananya kepada bank
syariah untuk dikelola. Dalam skema ini, BSM berfungsi sebagai manajer
investasi bagi nasabah dana. Nasbah mempercayakan pengelolaan tersebut
keperluan bisnis yang menguntukan (dan sesuai syariah). Hasil keuntungan
dari bisnis tersebut dibagihasilkan antara nasabah dana dan BSM sesuai
nisbah yang telah disepakati. BSM menggunakan skema ini untuk BSM
Deposito, Tabungan BSM, BSM Tabungan Berencana, dan lain-lain.
Menurut Arcaya (2006) dari prinsip yad al-amanah „tangan amanah‟
berkembang prinsip yadhdhamanah „tangan penanggung‟ yang berarti
bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan atau
kehilangan yang terjad pada barang/aset titipan. Hal ini menunjukkan
bahwa pihak penympan costudium adalah trustee yang sejkaligus
guarantoor (Penjamin) keamanan barang/aset yang dititipkan.
4.
Sehingga dengan prinsip ini, penyimpanan boleh mencampur aset
penitip dengan aset penyimpan atau aset penitip yang lain, kemudian
menggunakan aset-aset tersebut untuk tujuan produktif mencari
keuntungan. Pihak penyimpan berhak atas keuntungan yang diperoleh dari
pemanfaatan aset titipan dan bertanggung jawab penuh atas risiko
kerugiaan yang mungkin saja terjadi.
26
Dalam produk bank syariah, akad wadiah digunakan dalam kedua
produk simpann, yaitu:
A) Tabungan Wadiah
Tabungan wadiah adalah produk pendanaan bank syariah berupa
simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan (saving accout)
untuk keamanan dan kemudahan pemakaiannya, seperti giro wadiah, tetapi
tidak sefleksibel giro wadiah, karean nasabah tidak dapat menarik dananya
dengan cek. Karakteristik tabungan wadiah ini juga mirip dengan tabungan
pada bank konvensional ketika nasabah penyimpan diberi garansi untuk
dapat menarik dnanya sewaktu-waktu dengan menggunakan berbagai
fasilitas yang disediakan oleh bank, seperti kartu ATM, dan sebagainya
tanpa biaya. seperti hal yang dengan giro wadiah, bank juga boleh
menggunakan dana nasabah yang terhimpun untuk tujuan mencari
keuntungan dalam kegiatan yang berjangka pendek atau untuk memenuhi
likuiditas bank, selama dana tersebut tidak ditarik, sehingga bisa
disimpulkan bahwa dalam skema ini bank menerapkan prinsip wadiah yad
dhamanah dalam menghimpunan dana titipan milik nasabah. Berikut ini
karakteristik dari tabungan wadiah, diantaranya (Ascarya, 2017: 118):
No Aktivtas Transaksi Tabungan Wadiah
1 Sifat Dana Titipan
2 Penarikan Dana Dapat Dilakukan Setiap saat
3 Insentif Bonus (Jika ada)
4 Pengembalian Modal Dijamin dikembalikan 100%
Sedangkan untuk sumber hukum dan ketentuan dalam skema wadiah untuk
tabungan dan giro wadiah, diapat disimpulkan dalam tabel seperti berikut:
27
B) Giro Wadiah
28
Dalam aplikasinya ada giro wadiah yang memberikan bonus
dan ada giro wadiah yang tidak memberikan bonus. Untuk giro wadiah
yang memberikan bonus karena bank menggunakan dana simpanan
giro ini untuk tujuan produktif dan menghasilkan keuntungan,
ga sehing
bank dapat memberikan bonus
kepada nasabah deposan. Sementara
untuk giro wadiah yang tidak memberikan bonus karena bank hanya
menggunakan dana simpanan giro ini untuk menyeimbangkan
kebutuhan likuiditas bank dan untuk transaksi jangka pendek atas
tanggung jawab bank yang tidak menghasilkan keuntungan rill.
29
4. Indikator penilaian kesehatan bank dan penyesuaian modal
bank Capital Adequacy Ratio (CAR).
5. Indikator Expected Monetary Value (EMV)
.
1. Penentuan Lokasi
Penentuan Lokasi adalah keputusan sebuah bank dalam merancang
dan memikirkan desain dari tata letak, lokasi, layout, bentuk dan rupa
secara wujud bank tersebut secara visual (dapat dilihat). Walaupun
dianggap hal yang sepele, penentuan lokasi justru menjadi hal yang
krusial dalam sebuah operasional sebuah bank terlebih bagi bank yang
baru berdiri atau bank yang baru membuka kantor cabang di tempat
yang baru. Karena alasan pentingnya aspek penentuan lokasi ialah
indikator dari penilaian dari nasabah/pelanggan atau masyarakat
terhadap kesiapan (keseriusan) sebuah bank dalam menjalankan
usahanya, penilaian tentang desain (tampilan) yang dirancang oleh
bank syariah agar membuat nasabah atau masyaarkat menjadi nyaman
dan percaya akan kualitas pelayanan yang prima, upaya untuk
meningkatkan keterjangkauan dan aksesbilitas serta keamanan saat
bertransaksi di bank, dan juga untuk mempertahankan diri dari
ketatnya persaingan antar bank terhadap pemberian layanan dan
produk-produk perbankan. Ada beberapa tujuan bank syariah harus
memiliki keterampilan dalam keputusan penentuan lokasi. Diantaranya
(M. Nur Rianto, 2019: 131-132):
a) Agar bank dapat menentukan lokasi yang tepat serta strategis untuk
lokasi kantor pusat, kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor
kas, lokasi mesin ATM. Dengan tujuannya untuk memberikan
kemudahan bagi nasabah dalam bertransaksi atau cara untuk
berkreativitas bisnis yang terkait dengan pihak perbankan.
b) Agar bank dapat menentukan dan membeli atau menggunakan
teknologi yang paling tepat untuk dapat memberikan kecepatan dan
keakuratan guna melayani nasabahnya.
c) Agar bank dapat menentukan metode antrian yang paling optial
terutama pada hari atau jam-jam sibuk. Sehingga nasabah dapat
terlayani secara cepat, tepat dan akurat. Selain itu, bank harus mampu
30
memberikan kenyamanan agar nasabah tidak merasa bosan dan marah
ketika harus menunggu antrian. Hal ini bisa dilakukan dengan
meletakkan hiburan dalam ruang tunggu.
Agar bank dapat layout yang sesuai dengan standar kemanan,
keindahan dan kenyamanan bagi nasabahnya. Hal ini sebagai upaya
agar nasabah merasa nyaman dalam melakukan transaksi dengan pihak
bank, bahkan bila dapat menjadikan bank sebagai rumah keduanya.
Untuk mengetahui dan lebih intens dalam menerapkan penentuan
lokasi yang diinginkan, bank syariah bisa memilih opsi dari jenis-jenis
penentuan lokasi untuk meletakan kantor cabangnya, berikut ini
diantaranya:
a. Jenis-jenis Kantor
Dalam praktiknya jenis-jenis kantor bank terdiri dari (M. Nur Rianto,
2019: 132-133):
31
4 Kantor Cabang Merupakan kantor cabang yang berada di bawah kantor
Pembantu cabang penuh dengan kegiatan jasa bank yang dilayani
hanya sebagian dari kegiatan cabang penuh. Perubahan
status dari cabang pembantu menjadi cabang penuh
dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah
memenuhi kriteriasebagai kantor cabang penuh.
Setelah menentukan jenis kantor apa yang dibutuhkan, bank syariah juga
harus mengatahui tentang pertimbangan lokasi yang tepat untuk
membangun kantor cabang tersebut. Menurut M. Nur Rianto (2019: 133-
134), ada beberapa pertimbangan lokasi bank yang bisa menjadi acuan
sekaligus referensi, diantaranya:
32
memberikan kemudahan baik kepada perusahaan maupun kepada
karyawan perusahaan tersebut dalam mengakses fasilitas perbankan.
3) Dekat dengan pasar
Keputusan pembukaan kantor cabang atau kas di wilayah yang dekat
dengan pasar dapat dilakukan apabila target pasar yang ingin diraih
adalah para pedagang pasar. Misalkan bank syariah menawarkan
kemudahan dalam proses transaksi bisnis mereka. Ukuran pasar yang
dijadikan pilihan pun biasanya berukuran besar baik secara hitunga,
dalam jumlah transaksi, maupun dalam jumlah pengunjung yang
menggunakannya.
4) Dekat dengan perumahan atau masyarakat
Pilihan ini mungkin merupakan pilihan paling realistis dan mempunyai
peluang paling besar untuk perkembangan bank syariah untuk lebih
pesat dikenal luas oleh publik dan semakin besar untuk memperoleh
calon nasabah-nasabah baru. Bank syarah yang memutuskan membuka
kantor cabang di dekat dengan perumahaan atau permukiman di
tengah-tengah masyarakat, umumnya terfokus kepada sektor ritel. Hal
ini bertujuan untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat,
sehingga masyarakat tidak perlu repot untuk mencari-cari kantor bank
yang jauh apabila ingin melakukan transaksi.
5) Mempertimbangkan jumlah pesaing yang ada di suatu lokasi
Yang kelima adalah menimbang-nimbang jumlah pesaing atau
kompetitor yang dihadapi apabila bank syariah membuka kantor
cabangnya di wilayah tersebut. Meskipun lokasi tersebut dianggap
strategis dan memiliki peluang besar untuk dapat mendapatkan target
pasar yang diincar, namun dengan banyaknya kompetitor yang sepadan
bahkan lebih tinggi atau lebih superior gharus menjadi pertimbangan
bagi bank syariah. Sebab, perhitungan market share yang ingin dicapai
dapat dihitung secaara tepat, apabila terlalu banyak pesaing maka akan
berpengaruh dalam jumlah pendapatan yang didapatkan bank tersebut,
dan jika wilayah tersebut benar-benar sudah padat dengan pesaing,
lebih baik bank syariah tidak membuka kantor cabang di wilayah
tersebut.
34
Kantor kas posisinya berada pada posisi strategis pada posisi strategis
namun tidak garus berada di jalan raya yang besar. Misalkan bank yang
akan memilih target pasar perumahan, mana lokasi kantor kas yang
akan dipilih adalah pada perumahan meskipun tidak berada di jalan
raya yang besar.
6) Mesin ATM
Posisi peletakkan mesin ATM harus berada pada titik-titik strategis
dimana masyarakat sering berkumpul serta bertransaksi. Pada
penentuan lokasi ATM masih bersifat parsial parsial dan belum
memanfaatan unsur spesial secara nyata sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Teori empat pusat Christaller dapat dipakai
sebagai dasar dalam wilayah, dan zona layanan pada penentuan lokasi
ATM. Kelayakan operasional ATM pada suatu zona ditentukan
berdasarkan jumlah dana potensial sentroid pada setiap zona,
sedangkan lokasi penempatan ATM juga diberi informasi fasilitas kota
yang telah terbangun. Adapun untuk penentuan lokasi mesin-mesin
ATM dapat berada pada, didalam masing-masing kantor cabang baik
cabang utama maupun cabang pembantu. Sedangkan untuk kantor kas,
sebaiknya tidak diletakkan mesin ATM mengingat besaran cakupan
kantor kas yang tidak terlalu luas. Seperti: Dipusat perbelanjaan, pusat
hiburan, daerah perkantoran, rumah sakit, lembaga pendidikan,
dipelabuhan udara (bandara), terminal, stasiun, dan pelabuhan laut.
Secara umum ada beberapa pertimbangan dalam memutuskan letak suatu lokasi
oleh perusahaan adalah:
35
j) Hukum yang berlaku.
Secara khusus ada dua faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan
lokasi, diantaranya
Dalam hal ini yang menjadi perhatian bagi bank syariah dalam
keputusannya membuka kantor cabang adalah memnetukan tata letak
(layout) yang harus diperhitungkan terutama layout untuk bentuk
bangunan atau gedung untuk kegiatan operasionalnya, berikut ini hal-hal
yang perlu diperhatikan diantaranya (M. Nur Rianto, 2019:137-138):
a. Bentuk gedung yang harus memberikan kesan elegan dan baik Bank
syariah aharus mampu menampilkan tata ruang yang berbeda dengan
bank konvensional. Harus dihindari tata ruang bank syariah yang
buruk, yang dapat memberikan kesan bank syariah sebagai
36
“bank murahan” atau “bank yang tidak memeiliki estetika, dan
lainlain”. Namun juga harus mampu menjangkau seluruh lapisan
masyarakat dan tidak membeda-bedakan dari ras, golongan, jabatan,
status sosial, pekerjaan, kondisi ekonomi, dan lain-lain.
b. Lokasi parkir yang luas dan aman
Ketersedian ruang parkir kendaraan harus dipertimbangkan oleh bank,
baik itu di kantor pusat maupun kantor-kantor lain yang berada
dibawahnya. Bank syariah juga harus menghindari ruang parkir yang
sempit yang berakibat pada menurunnya minat masayarakat untuk
bertransaksi di kantor bank tersebut.
c. Keamanan di sekitar gedung
Faktor selanjutnya adalah faktor keamanan. Faktor ini merupakan
faktor paling penting dan haru dipertimbangkan secara benar-benar
oleh bank mengingat kondisi keamanan yang riskan atau rawan akan
tindakan kejahatan akan membuat masyarakat atau nasabah takut dan
memilih untuk tidak bertransaksi di lokasi gedung tersebut.
d. Ketersediaan tempat ibadah
Faktor berikutnya adalah ketersediaan tempat ibadah yang nyaman,
aman dan bersih. Sebab menjadi hal yang wajib dan keharusan bag
bank syariah yang mengutamakan aspek syariah dimana ditegaskan
berupa himbauan untuk menghentikan segala aktivitas saat menjelang
waktu shalat untuk kemudian shalat tersebut dapat dilakukan secara
berjamaah. Faktor ini tentunya akan membantu seluruh karyawan bank
maupun masyarakat atau nasabah yang ingin beribada ketika telah
menjalankan aktivitas di bank.
e. Ketersediaan toilet
Pertimbangan selanjurnya adalah ketersediaan kamar mandi atau toilet
yang bersih, nyaman dan aman. Karena ketersediaan ruang toilet yang
bersih dan nyaman akan membuat nasabah akan membuat nyaman
ketika ingin hendak buang air, selain itu juga ketersediaan toilet yang
bersih juga akan bermanfaat bagi seluruh karyawan bank tersebut.
Karena menjadi keharusan bagi bank syariah sebab dalam Islam
kebersihan adalah sebagian daripada iman.
f. Fasilitas penunjang
37
Pertimbangan terakhir adalah failitas penunjang yang bersifat opsional
namun bisa menjadi nilai plus bagi bank syariah agar dapat
meningkatkan pelayanan dan keamanannya baik untuk pihak nasabah
atau masyarakat maupun pegawai yang bekerja di kantor bank
tersebut. Beberapa fasilita penunjang diantaranya:
1) Tata letak ruangan (layout interior) yang terkesan luas dan lega
dengan suasana yang damai, tata letak kursi dan meja yang disusun
secara rapi dan mudah untuk dipindahkan, hiasan atau dekorasi
yang menarik, adanya fasilitas hiburan seperti televisi, Wifi,
tempat charger handphone dan lain-lain.
2) Faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan
layout, seperti: jenis produk yang dihasilkan, kebutuhan ruangan
yang cukup, urutan produksi, jenis dan berat peralatan yang
digunakan, udara yang digunakan, pemeliharaan yang baik dan
terencana, fleksibiltas yang memadai.
3) Penyusuanan dalam layout peralatan yang tersistemik dan
terencana, meliputi jenis-jenis berikut: a) Process layout
(functional layout)
Merupakan layout yang bertujuan untuk menempatkan
mesinmesin atau perlaatan yang sama dalam satu ruangan.
b) Product layout (glow line layout)
Merupakan jenis layout dengan menempatkan mesin-mesin
atau peralatan yang berurutann sesuai dengan fungsinya
masing-masing atau proses yang akan dikerjakan dalam suatu
kelompok atau satu ruangan.
Secara rinci keputusan dan analisis, pemgaruh, fungsi, strategi dan tujuan
dari penentuan layout bagi bank syariah dapat dimuat dalam baganbagan
berikut ini:
38
Selain berperan sebagai penentuan lokasi dari bangunan, memntukan
penataan pada interior maupun eksterior, maupun acuan bagi bank
syariah dalam meningkatkan pelayanannya kepada nasbaah dan
karyawannya. Layout juga berfungsi sebagai arah atau petunjuk sebuah
perusahaan untuk memfokuskan pada bidang yang dijalani dalam
skema operasional perusahaan tersebut, tak terkecuali bank syariah.
Bank syariah yang meurpakan suatu lemabaga keuangan yang
berbentuk perusahaan tentunya membutuhkan sebuah orientasi dalam
penentuan lokai dan tata letaknya, berikut ini orientasi layout yang
sering digunakan oleh berbagai perusahaan dan lembaga atau badan
usaha, diantaranya (Riris Aishah Prasetyowati, 2020: 52-54):
1) Layout yang berorientasi pada proses
Layout ini memprioritaskan perusahan atau badan usaha yang
memiliki prinisp atau pola operasional yang mementingkan tingkat
keefektifitasan (efisiensi) yang cukup tinggi, biasanya layout jenis
ini digunakan untuk perusahaan yang beroerientasi pada jumlah
39
variansi produk yang banyak (beragam) namun hanya
memproduksi barang tersebut dalam jumlah sedikit. Biasanya
perusahaan-perusahaan tersebut identik dengan perusahaan yang
bergerak dalam bidang pelayanan jasa, seperti perbankan, rumah
sakit, dan lain sebagainya.
2) Layout yang berorientasi pada produk
Layout ini memprorientasikan perusahaan atau badan usaha yang
memiliki prinisip atau pola operasional yang mementingkat tingkat
ketersediaan produk dalam jumlah yang besar, umumnya layout
jenis ini digunakan untuk perusahaan yang berorientasi pada
jumlah variansi produk yang sedikit (seragam) namun
memproduksi barang tersebut dalam jumlah banyak atau besar.
Biasanya perusahaan-perusahaan tersebut identik dengan
perusahaan yang bergerak dalam bidang memproduksi
barangbarang yang dibutuhkan seperti pabrik, pengrajin tempe dan
tahu dan lain-lain. Ada beberapa asumsi yang digunakan adalah:
a. Jumlah produksi cukup untuk pemanfaatan yang tinggi atas
peralatan yang ada.
b. Permintaan produk cukup stabil untuk membenarkan investasi
yang besar pada mesin dan peralatan-peralatan khusus.
c. Produknya standar sehingga membenarkan investasi pada
mesin peralatan khusus.
d. Pasokan bahan baku dan komponennya cukup dan mutunya
seragam untuk memastikan bahwa pasokan ini cocok untuk
mesin dan perlatan khusus.
a. Tahap 1
b. Tahap 2
40
c. Tahap 3
d. Tahap 4
e. Tahap 5
Siapkan rencana secara rinci yang mempertimbangkan aspek
ruang gerak, kebutuhan akan departemen-departemen yang
diinginkan. Untuk itu perlunya analisis berupa bentuk gedung,
wilayah yang menjadi target pembangunan serta anggaran yang
harus disiapkan.
3) Layout kantor
Pendekatan Layout yang rasional untuk kantor dalam konteks
dalam memenuhi konteks arus kantor adalah sama dengan kruteria
untuk memproduksi barang maupun jasa (layanan). Artinya,
dengan layout tersebut perusahaan memiliki peluang untuk
mengkoordianasikan setiap divisi atau departemen yang berada
dalam satu kantor tersebut. Misal dalam bank syariah setiap bagian-
bagian seperti Teller, Supervisior, Costumer service, Back office,
dan manajer mengerjakan tugas dan kewajibannya masingmasing
di ruang yang sudah tersedia saat penyusunan layout tersebut.
Keterangan:
n = Jumlah total departemen (pusat kerja)
i.j = masing-masing departemen.
Xij = jumlah muatan yang bergerak
Cij = biaya yang disebabakan bergeraknya muatan dari
departemen i ke departemen
42
d. Fasilitas Beroreintasi Proses
43
e. Dimensi dan Tata Letak Departemen
Contoh 1:
n(X)
Contoh 2:
44
110
15 20
1 3
2
55 60
90 7 7 85
6
4 5
20 15
Keterangan:
Bentuk bangunan lain yang warna sama dengan anak panah = Muatan
Produk (Per buah).
f. Minimsasi Biaya
b) Antara departemen 1 & 3 adalah Rp. 60.000 maka (Rp. 60.000 x 110)
= Rp. 6.600.000
c) Antara departemen 1 & 6 adalah Rp. 50.000 maka (Rp. 50.000 x 90)
= Rp. 4.500.000
45
d) Biaya memindahkan produk untuk departemen (2 & 3), (2 & 5), (4 &
5), (5 & 6) adalah Rp. 10.000
(1&2)+(2&3)+(2&5)+(4&5)+(5&6)+(2&4)+(2&6)+(1&6)+(3&4)+(1&3)
90 85
1 3
2
2 1
15 110 20
6
4 5
55 60
Keterangan:
46
Lingkaran = Tempat/Lokasi Departemen
b) Antara departemen 1 & 3 adalah Rp. 60.000 maka (Rp. 60.000 x 7) = Rp.
420.000
c) Antara departemen 1 & 6 adalah Rp. 50.000 maka (Rp. 50.000 x 15)
= Rp. 750.000
d) Biaya memindahkan produk untuk departemen (2 & 3), (2 & 5), (4 & 5),
(5 & 6) adalah Rp. 10.000
(1&2)+(2&3)+(2&5)+(4&5)+(5&6)+(2&4)+(2&6)+(1&6)+(3&4)+(1&3)
Lokasi merupakan salah satu pemacu biaya begitu signifikan dan sepnuhnya
memiliki kekuatan untuk membuat atau menghancurkan strategi bisnis dalam
47
perusahaan. Tujuan utama dari penentuan lokasi adalah memaksimalkan
keuntungan bagi perusahaan, berikut ini strategi-strateginya:
c) Membuat sebuah skala untuk setiap faktor (1 hingga 10 atau hingga 100).
48
e) Kalikan nilai dengan bobot untuk setiap faktor dan jumlah nilai total untuk
setiaplokasi.
Penyelesaian:
Rekomendasi:
Bobot tertinggi
ada di lokasi
Yogyakarta
49
Merupakan penggunaan analisis biaya volume produksi untuk membuat suatu
perbandingan ekonomis diantara alternatif lokasi yang ada. Perhitungan biaya
produksi setiap lokasi pada prinsipnya, dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
a) Biaya Tetap (Fixed Cost) yaitu jenis biaya ini tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume..
b) Petakan biaya untuk setiap lokasi, dengan biaya pada sumbu vertikal dan
jumlah produksi tahunan pada sumber horizontal.
c) Pilih lokasi yang memiliki biaya total paling rendah untuk jumlah
produksi yang diharapkan.
Contoh soal:
Solusi :
Untuk setiap lokasi, biaya tetap dipetakan (pada jumlah produksi 0 unit) dan
biaya tetap + biaya veriabel) pada jumlah output yang diharapakan:
50
Dengan jumlah produksi sebesar 15.000 unit per tahun, Bekasi memberikan
lokasi paling rendah. Keuntungan yang bisa didapatkan/diharapkan adalah:
Pendapatan – Biaya Total = Rp, 250 (15..000) – Rp.1.570.000 = Rp.
2.180.000/Tahun.
Dalam penentuan lokasi ada beberapa analisis yang bisa digunakan terutama
memperkirakan skema tersebut lewat kurva atau diagram yang diinginkan.
Dengan menggunakan kurva atau diagram tentunya memudahkan pihak bank
syariah untuk menganalisis kriteria-kriteria yang diperlukan dalam penentuan
lokasi untuk membuka kantor cabang.
Biaya
Tahunan
190.00
110.00
70.000
Biaya Terendah
Bekasi
Jumlah
1.000 1.333,33 Produksi
Penjelasan Kurva:
Xa = 1.000
51
110.000 + 140 (X) = 190.000 + 200 (X)
Xb = 1.333,33
Biaya tetap dan biaya variabel untuk tiga lokasi di kantor cabang baru
Bank Syariah Indonesia Jakarta yang memiliki potensial , berikut ini
diataranya:
Lokasi Biaya tetap per tahun (Rp. Biaya Variabel per Unit
Jutaan)
Wonogiri 1.000 950
Bandung 4.500 300
Medan 9.000 150
b) Untuk menghasilkan rekening baru 200 akun, lokasi usaha mana yang
terbaik?
Penyelesaian:
*Permisalan untuk Harga Setiap Kantor Cabang adalah Rp.1500 dan unit
kantor cabang berjumlah 7800 unit.
= 1000 + 7.140.000
= 7.141.000
52
= 4500 + 2.730.000
= 2.734.500
= 1.179.000
= 1500(7800) – 7.341.000
= 11.700.000 – 7.341.000
= Rp. 4.359.000
= 1500(7800) – 2.734.500
= 11.700.000 – 2.734..500
= Rp. 8.965.500
= 1500(7800) – 1.179.000
= 11.700.000 – 1.179..000
= Rp. 10.521.000
53
j. Metode Pusat Gravitasi (Center Of Gravitiy Menthod)
54
Koordinat y pusat gravitasi =
Dimana:
Contoh Kasusnya:
Ciputat 3000
Tambun 2000
Bogor 2000
Depok 3000
Bandung 7000
Grafik:
Depok
55
100 Bandung
Pusat Gravitasi
Ciputat
50
Tambun
Bogor
25
10 20 30
Keterangan TITIK LETAK
Simbol:
= (10,90)
= (15,30)
= (20,20)
= (25,50)
= (30,25)
= (13,235, 55,882)
Persamaan Koordinat pusat gravitasi:
56
Jadi, Asumsi yang paling ideal bedasarkan titik pusat gravitasi (13,235 ;
55,882) adalah “Tambun-Bandung”
4) Daya tahan lantau yang cukup kuat untuk menyangga beban berat
dan apabila mungkin.
5) Mesin-mesin yang mudah digeser atau dipindahka agar departemen
dapat diperluas dengan mudah.
Tugas utama desain fasilitas adalah untuk melindungi operasi-operasi
industri dan pelayanan jasa. Serta melindungi aneka ragam
fasilitasfasilitas pendukung operasi lainnya, yang mungkin mengambil
setengah luas ruang, seperti lorong, tangga, kantor, kantin, ruang
peralatan, gudang persediaan,ruang istirahat, kamar kecil/mandi rak-rak
kartu, dan sebagainya. Desain bangunan hendaknya meliputi dan
mempertimbangkan juga kebutuhan akan listrik, air, telpon, pusat data
dan komputer, ventilasi udara, dan pengaturan suhu ruangan/ udara atau
AC. Berikut ini hal yang dapat membantu fasilitas produktif yang
fleksibel dan menyesuaikan perubahan operasi:
1) Atap cukup tinggi untuk ruang pengendali dari atas, apakah
dibutuhkan sekarang atau tidak.
57
2) Gang-gang lebar.
3) Ruang bagi listrik tegangan tinggi yang mungkin belum
dibutuhkan sekarang.
4) Daya tahan lantau yang cukup kuat untuk menyangga beban
berat dan apabila mungkin.
5) Mesin-mesin yang mudah digeser atau dipindahka agar
departemen dapat diperluas dengan mudah.
b) Jenis-jenis Bangunan
58
Bentuk bangunannya berlantai tunggal merupakan jenis
bangunan paling sederhana. Bangunan ini dapat melebar
atau memanjang sesuai dengan kebutuhan dan mudah
diperluas. Bangunan ini tidak memakai lift, eskalator
, atau
anak tangga sehingga pengangkatan dan
pengoperasionalannya lebih mudah karena tidak harus - naik
turun ke lantai diatasnya dan tidak mahal dalam ongkos
Bangunan berlantai pembuatannya . Perlatan-peralatan berat dapat diletakan di
Tunggal atas pondasi. Tetapi, kelemahan dari model bangunan ini
adalah memerlukan ruang dasar angy luas, dan memerlukan
penerangan secaraartifisialhampir di setiap bangunannya
apabila bentuk atap dan bentuk kaca nya datar.
Biaya-biaya Sistem
59
Biaya ini terdiri dari Para karyawan sering Desain fasilitas perlu fasilitas-
fasilitas baru berkomunikasi antara mempertimbangkan satu dengan lainnya
perlindungan terhadap
yang tergantung dengan untuk memberikan dan desain produk, formula
kebutuhan. Selain itu,
menerima perintah, serta dan rahasia organisasi
luas lantai atau tanah menerima dan mengirim serta kekayaan
untuk mesin, ruang laporan, serta berbagai organisasi, alat seperti
gerak dan kerja bagi
karyawan dan lain-lain pengarahan tertulis. kamera dan CCTV
Contohnya komunikasi dapat mengawasi dan
dengan mempertimbangkan menggunakan alat memonitor
sitausi dan komunikasi seperti kondisi keamanan dan
biaya per meter
komputer, telpon, dan sistem alarm untuk
perseginya. lain-lain tanda bahaya
61
yang juga menjalankan bisnis harusalah menerapkan nilai-nilai tersebut
dengan baik dan terstruktur demi terciptanya loyalitas pelanggan. Untuk
lebih jelasnya digambarkan dalam dua model piramida sebagai berikut:
Manajem PELANGGAN
en
Puncak
Orang-orang di garis
Manajemen depan
menengah
Manajemen
Orang-orang di Menengah
garis depan
Manajeme
PELANGGAN n Puncak
(1) (2)
Keterangan:
62
oleh publik, yang tentunya masyarakat atau konsumen lebih mudah
memantau dan menilai kinerja dari perusahaan tersebut.
63
Nilai yang
dipersepskan
pelanggan
64
3) Total Kepuasan Pelanggan
Kepuasan (statisfaction) adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yag timbul membandingkan kinerja yang dipersepsikan
produk atau hasil terhadap ekspektasi yang mereka inginkan.
Sederhananya apabila kinerja gagal memenuhi ekspektasi, maka
pelanggan tidak akan puas, apabila kinerja sesuai ekspektasi, maka
pelanggan puas, dan apabila kinerja melebihi ekspektasi, maka
pelanggan akan sangat puas. Kepuasan-kepuasan yang dinilai oleh
pelanggan tidak terlepas dari aspek nilai-nilai yang diterapkan dalam
kinerja perusahaan tersebut dalam memproduksi produk-produk dan
jasanya kepada para konsumen. Penilaian yang baik dari perusahaan
juga akan diterima dengan baik oleh konsumen, dan dari penilaian
yang baik inilah yang akan menciptakan kepuasan dari konsumen yang
tentunya membawa sebuah loyalitasnya kepada produk perusahaan
tersebut. Apabila sudah mencapai kepuasan pelanggan, maka
konsumen akan memiliki pandangan yang positif mengenai
produkproduk lian yang diproduksi oleh perusahaan tersebut.
65
5) Profitabilitas Pelanggan
66
konsep CLV juga haru memperhitungkan kegiatan jangka pendek untuk
membangun merek yang membantu meningkatkan loyalitas pelanggan.
8) Hubungan Pelanggan
Beberapa dasar manajemen hubunganpelanggan dikemukkan oleh Don
Poppers dan Marta Morgan (2006) yang menggarisbawahi kerangka kerja
empat langkah yang terdiri dari:
a) Mengidentifikasi prospek dan pelanggan
b) Mendiferensiasikan pelanggan bedasarkan kebutuhan mereka dan nilai
mereka untuk perusahaan
c) Berinteraksi dengan pelanggan perorangan untuk meningkatkan
pengetahuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan perorangan dan
membangun hubungan yang lebih kuat.
d) Memodifikasi produk, layanan, dan pesan kepada setiap pelanggan.
67
Memilih dan melatih karyawan agar berpengetahuan dan ramah
meningkatkan kemungkinan bahwa pertanyaan belanja yang dapat
diperkirakan dari pelanggan akan dijawab dengan memuaskan.
b) Meningkatkan daya tahan hubungan pelanggan
Sebagai yang terlibat dengan perusahaan, semakin besarla
kemungkinannya untuk tetap loyal. Karena beberapa perusahaan
memperlakukan pelanggan mereka sebagai mitra terutama dalam pasar
bisnis ke bisnis meminta bantuan dalam merancang produk baru atau
memperbaiki layanan kepada pelanggan.
c) Meningkatkan potensi pertumbuhan setiap pelanggan melalui “pangsa
dompet (share-of-wallet), “penjualan silang (cross-selling), dan
penjualan ke atas (up selling).
d) Membuat pelanggan berlaba rendah lebih menguntungkan atau
menghilangkan mereka.
e) Memfokuskan usaha yang tidak seimbang untuk pelanggan bernilai
tinggi.
68
konsumen. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi karakter dan
perilaku konsumen, diantaranya: a) Faktor Budaya
Faktor budaya atau Culture adalah faktor yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan yang dilakukan oleh masyarakat di masing-masing
daerah atau wilayah yang menjadi tempat tinggalnya. Mernurut Kotler
& Keller (2009: 166) menjelaskan bahwa faktor budaya (culture)
adalah dasar determinan untuk mencapai keinginan dan perilaku
sesorang. Di Indonesia sendiri yang dikenal beragam suku dan budaya
serta adat-istiadat tentunya setiap daerah mempunyai ciri khas nya
masing-masing dan juga peraturan daerahnya masing-masing (bisa
berupa Perda maupun adat-istiadat berdasarkan suku dan budaya).
Tentunya dengan adanya keberagaman budaya tersebut mempengaruhi
kebijakan dan pola operasional setiap perusahaan termasuk mengenai
pendapatan dan loyalitas pelanggan yang akan mempengaruhi kepada
keputusan suatu perusahaan untuk membuka kantor cabangnya di
wilayah yang diinginkan.
b) Faktor Sosial
Selain faktor budaya, faktor sosial juga mempengaruhi kebijakan,
operasional dan pemasaran suatu perusahaan. Menurut Kotler & Keller
(2009: 170) ada beberapa faktor sosial yang dapat diklasifikasikan,
diantaranya:
(1) Kelompok Referensi (Reference groups) kelompok referensi atau
reference groups adalah semua kelompok yang memiliki pengaruh
langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau
perilaku orang tersebut. Kelompok yang mempunyai pengaruh
langsung disebut dengan Kelompok keanggotaan (membership
groups). Beberapa dari kelompok ini merupakan kelompok primer
(primary group), dengan siapa seseorang berinteraksi dengan siapa
seorang berinteraksi dengan apa adanya secara terus-menerus dan
tidak resmi, seperti keluarga, teman, sahabat, kerabat, dan rekan
kerja. Masyarakat juga bisa menjadi kelompok sekunder
(secondary group) seperti agama, profesional, dan kelompok
persatuan perdagangan yang cenderung resmi dan memerlukan
interaksi yang kurang berkelanjutan.
(2) Keluarga
69
Salah satu yang sangat penting dan selalu berhibungan dengan kita,
adalah faktor keluarga (familiy). Menurut Kotler & Keller (2009:
171) menjelaskan bahwa keluarga adalah organisasi pembelian
konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan anggota
keluarga meintervensikan kelompok referensi utama yang paling
berpengaruh. Ada dua model keluarga yang bisa diklasifikasikan,
yang pertama adalah Keluarga orientasi (familiy of orientation)
terdiiri dari orang tua, dan saudara kandung (kakak atau adik). Dari
orang tua, sesorang mendapatkan orientasi terhadap politik, agama,
sosial, dan ekonomi serta rasa ambisi pribadi, harga diri, dan cinta.
Yang kedua adalah Keluarga prokerasi (familiy of procreation)
adalah pasangan dan anak-anak. Keterlibatan pasangan
(SuamiIsteri) dalam pembelian sangatlah berpengaruh bedasarkan
kategori produk. Biasanya isteri yang bertindak sebagai agen
pembelian utama keluarga, terutama untuk makanan, kebetuhan
sehari-hari, dan barang pakaian pokok. Sekarang, peran pembelian
tradisional itu berubah dan pemasar harus bijaksana melihat pria
dan wanita sebagai sasaran yang setara/sepadan.
(3) Peran dan status
Faktor sosial yang tidak kalah pentingnya adalah tingkat peran dan
status yang dimiliki oleh sesorang, misalnya kelompokkeluarga,
klub, organisasi. Kelompok sering menjadi sumber informasi untuk
mendefinisikan norma perilaku. Menurut Kotler & Keller (2009:
172) Peran (role) adalah kegiatan yang diharapkan oleh seseorang
dalam menjalankan tugas atau yang diemban/ditanggung jawabkan
kepadanya. Sedangkan, Stauus adalah tingkat atau peran yang
sedang dijalankannya, biasanya status erat kaitannya dengan
jabatan atau kondisi dan situasi sosial yang sedang dilakukan atau
dijalankan oleh individu tersebut.
c) Faktor Pribadi
Faktor selanjutnya adalah faktor pribad atau keputusan yang diambil
bedasarkan keyakninan, kepercayaan dan keputusan yang dilakukan
oleh masing-masing individu. Menurut Kotler (2009: 173) faktor
pribadi merupakan salah satu faktor yang memang sulit untuk ditebak,
karena kepercayaan dan kemauan masing-masing individu bisa saja
70
berbeda dan berubah-ubah walaupun ia sudah dipengaruhi oleh
berbagai faktor sosial seperti keluarga. Faktor pribadi lebih dekat
dpengaruhi oleh usia dan tahap sikuls hidup karena kebutuhan dan
keputusan masing-masing individu memang sangat tergantung dari
kedua unsur tersebut. Misalnya keputusaan, keinginan dan kebutuhan
antara anak muda dengan orang tua pasti memiliki perbedaan,
demikian juga dengan tahap siklus hidup nya (biasanya dipengaruhi
situasi, kondisi, dan waktu) misalnya dalam kondisi musim penghujan,
mungkin orang akan mencari-cari produk yang bisa menghindarkannya
dari kehujanan misalnya payung atau jas hujan, namun saat musim
kemarau produk payung atau jas hujan bukan lagi menjadi prioritas
yang dibutuhkan individu tersebut
72
daripada biasanya. Umumnya konsumen pada segmen ini
berekspektasi pada kualitas (quality) dan value yang lebih spesial
dibandingkan konsumen pada pemasaran segmen. Oleh karena itu
tidak banyak perusahaan yang menargetkan pasar nya pada
konsumen di segemen pemasaran ceruk ini. Misalnya perusahaan
mobil mewah seperti Roll Royce yang target pasarnya adalah
msayarakat konglomerat atau mereka yang berpenghasilan tinggi.
(3) Pemasaran Lokal
Pemasaran lokal adalah tingkat pemasaran yang menargetkan pada
konsumen atau masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar
perusahaan tersebut. Biasanya dalam pemasaran lokal karakteristik
dan permintaan atas produk disesuaikan dari kebutuhan mayoritas
masyarakat yang tinggal di wialayah sekitar perusahaan dan tidak
akan sama atau disamakan dengan konsumen di wialayah-wilayah
lain bahkan dengan konsumen pemasaran segmen sekalipun.
Namun, pemasar yang berada di segemen ini umumnya bersfat
usaha kecil dan menengah (UKM) atau pedagang eceran (seperti
warung dan toko kelontong) bukan perusahaan manufaktur.
74
yang dijalankan belum tentu semuanya efektif dan cocok diterapkan
oleh perusahaan kepada konsumen yang menjadi pelanggannya. Maka
dari itu, pemasar atau perusahaan wajib mengetahui penerapan
segmentasi yang efektif gua tercapainya hasil dari analisis segmentasi
pasar yang sesuai dengan harapan. Menurut Kotler & keller (2009:
250), ada beberapa kriteria yang bisa menjadi acuan agar segmentasi
yang dilakukan efektif, diantaranya:
(1) Terukur. Baik dari segi ukuran, daya beli, dan karakteristik segmen
yang dapat diukur.
(2) Substansial. Segmen yang cukup besar dan menguntungkan untuk
dilayani. Dalam hal ini perusahaan bisa mengelompokkan semua
segmen menjadi kelompok homogen terbesar untuk selanjutnya di
lakukan program pemasaran yang intens dan disesuaikan.
(3) Dapat diakses. Segmen dapat dijangkau secara efektif
(4) Dapat dideferensiasi. Dalam hal ini perusahaan mampu
membedakan respons dari masing-masing elemen konsumen dan
program bauran pemasaran. Misal laki-laki yang sudah menikah
dengan laki-laki yang belum menikah mempunyai respons yang
sama terhadap penjualan motor.
(5) Dapat ditindaklanjuti. Program yang dilakukan oleh perusahaan
haruslah diformulasikan untuk menarik dan melayani segmen.
P1
P2
P3
M1 M2 M3
P1
P2
P3
76
Konsentrasi Sepesialisasi selektif
M1 M2 M3
P1
P2
P3
77
M1 M2 M3
P1
P2
P3
M1 M2 M3
P1
P2
P3
78
kebutuhan paling fundamental dari konsumen adalah manfaat dari
produk yang dia gunakan. Sehingga pemasar harus mampu melihat
dirinya sebagai seorang atau perusahaan yang menyediakan manfaat
bagi masyarakat atau konsumen.
(2) Manfaat dasar tambahan (basic product)
Tingkatan selanjutnya adalah manfaat dasar tambahan yang juga harus
dimiliki produk dan jasa, dalam hal in manfaat inti dari produk diubah
menjadi manfaat atau produk dasar, sehingga produk tersebut memiliki
nilai fungsional bagi konsumen.
(3) Harapan produk (expected product)
Artinya serangkaian kondisi yang diharapkan dan akan disenangi,
dimiliki atribut produk tersebut. Kebutuhan konsumen adalah
kelayakan.
(4) Kelebihan yang dimiliki produk (augmented product)
Artinya salah satu manfaat dan pelayanan yang dapat membedakan
produk tersebut dengan produk milik pesaingnya. Bisa dibilang
augemented product adalah penjabaran atau pemaparan nilai-nilai
Point Of Different (POD) yang dimiliki produk tersebut.
(5) Potensi masa depan produk (Potensial Product)
Artinya adalah bagaimana harapan masa depan produk tersebut untuk
tetap mampu melayani kebutuhan dan permintaan konsumen, tentunya
harus dilakukan pengembangan baik secara teknologi atau desain dan
lain-lain dengan tujuan menyeseuaikan permintaan konsumen yang
fleksibel (atau sering berubah-ubah).
79
dari strategi perencanaan produk terutama bagi bank syariah,
diantaranya: (M. Nur Rianto, 2019: 141).
(1) Untuk meningkatkan penjualan
Dalam hal ini produk yang memiliki nilai lebih akan menjadi
pembicaraan antar nasabah (word of mounth). Setiap kelebhan
produk akan diperbandingkan dengan produk pesaing. Sehingga
berpotensi menarik nasabah lain atau nasabah lama untuk
menambah konsumsi atas perbankan.
(2) Menimbulkan rasa bangga
Produk yang memiliki keunggulan dibandingkan para pesaingnya
akan membuat nasabah yang menggunakannya merasa bangga
dikarenakan produk yang digunakan olehnya tidak dimiliki oleh
produk-produk lain yang digunakan oleh nasabah lainnya.
(3) Menimbulkan kepercayaan
Dalam hal ini akan memberikan keyakinan kepada nasabah akan
kebahagiaannya menggunakan fasilitas dan produk serta pelayanan
yang diberikan, sehingga nasbah semakin percaya kepada produk
yang dibelinya.
(4) Menimbulkan kepuasan
Pada akhirnya nasabah akan mendapatkan kepuasan atas jasa dan
produk yang dijual sehinga kecil kemungkinan untuk berpindah ke
produk lain yang ditawarkan oleh pesaing (sudah menjadi
pelanggan yang setia)
(1) Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan seberapa besar modal bank
telah memadai kebutuhannya dan sebagai dasar untuk menilai prospek
kelanjutan usaha bank bersangkutan. Semakin besar Capital Adequacy
Ratio maka akan semakin besar daya tahan bank yang bersangkutan dalam menghadapi
penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta bermasalah.
(2) Pengaruh CAR terhadap Pembiayaan CAR merupakan rasio kinerja bank
untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit
(Dendawijaya, 2003). Dari pengertian tersebut dapat diartikan besarnya
CAR mencerminkan kemampuan bank dalam menanggung risiko yang
mungkin terjadi dalam kegiatan usaha bank, dimana menurut Dendawijaya
(2003) risiko terbesar yang akan dihadapi terdapat dari kredit. Oleh sebab
itu, semakin tingginya nilai CAR membuat kepercayaan diri bank dalam
meningkatkan aktivitas pembiayaannya, dikarenakan bank tersebut
memiliki kemampuan dalam menanggung risiko yang mungkin terjadi dan
bank akan memanfaatkan kondisi tersebut untuk memaksimalkan
keuntungan dari pembiayaan. Maka dari itu CAR memiliki pengaruh
positif terhadap pembiayaan yang disalurkan oleh bank.
(3) CAR berpengaruh positif terhadap pembiayaan Pengaruh NPFt-1 terhadap
Pembiayaan NPF atau dalam konteks bank konvensional yaitu NPL
merupakan rasio yang mencerminkan besarnya rasio kredit suatu bank.
Dimana semakin besarnya rasio ini menandakan semakin besarnya kredit
bermasalah yang dihadapi oleh bank. Menurut Dendawijaya (2003),
besarnya kredit bermasalah menimbulkan hilangnya kesempatan untuk
memperoleh income dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi
perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank. Hal tersebut
merupakan sebuah kerugian yang harus ditanggung oleh bank, karena tidak
82
akan menerima keuntungan dari pembiayaan. Oleh sebab itu, pada periode
selanjutnya bank akan lebih berhati-hati dan cenderung mengurangi
pembiayaannya untuk mengurangi risiko kredit yang mungkin terjadi
kembali pada periode selanjutnya. Dengan demikian, NPF periode
sebelumnya memiliki pengaruh negatif terhadap pembiayaan yang
disalurkan oleh bank.
(4) Pengaruh CAR terhadap Profitabilitas Semakin tinggi CAR mencerminkan
besarnya kemampuan modal bank dalam menanggung risiko dari aktiva
produktif seperti kredit, penyertaan, surat berharga, dan tagihan pada bank
lain, dimana aktiva tersebut berpotensi menghasilkan keuntungan bagi
bank. Maka dari itu tingginya CAR juga akan disertai tingginya
keuntungan bank yang berasal dari besarnya penyaluran aktiva- aktiva
produktif bank.
3) Unsur-unsur CAR
Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002), komponen modal yang
digunakan dalam perhitungan penyediaan modal minimum dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu (Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. Manajemen
Perbankan: Teori dan Aplikasi. BPFE. 2020) :
(1) Modal tier 1, yaitu modal inti, yang terdiri atas modal disetor, premi
saham, laba ditahan, cadangan minimum.
(2) Modal tier 2, yaitu modal tambahan, yang terdiri atas cadangan yang tidak
diungkapkan, revaluasi, provisi umum, dan utang subordinasi yang jatuh
tempo lebih dari lima tahun.
a) Modal Inti
83
dengan goodwill tersebut. Adapun jenis-jenis modal inti adalah sebagai
berikut:
(1) Modal Disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh
pemiliknya.
(2) Agio Saham, yaitu selisih lebih setoran yang diterima oleh bank akibat
harga saham yang melebihi nilai nominal.
(3) Modal Sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dari sumbangan-
sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga
jual apabila saham tersebut dijual.
(4) Cadangan umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau
dari laba bersih setelah dikurangi pajak, dan mendapat persetujuan rapat
anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran masing-masing
bank.
(5) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum
pemegang saham atau rapat anggota.
(6) Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang
oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
(7) Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan
pajak dan belum ditetapkan penggunaannya.
(8) Laba tahun berjalan, yaitu 50 persen dari laba tahun buku berjalan
dikurangi pajak. Apabila tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka
seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
b) Modal Pelengkap
85
3 Teknik mitigasi Termasuk jaminan Termasuk akun
risiko kredit keuangan, turunan ivestasi berbagi
kredit, garansi, syariah (PSIA) atau
netting (dalam dan kas simpanan pada
luar neraca) bank syariah,
garansi, agunan
keuangan, dan aset
yang dijaminkan
87
a) Atas dorongan pencapaian tujuan
Masalah
Penetapan Pengambilan
Tujuan Keputusan
Masalah
Penetapan Tujuan
Pengambilan Keputusan
89
e) Pohon Keputusan
Pohon keputusan adalah sebuah cara yang menggunakan gambar untuk
menganalisis alternatif keputusan dan kondisi alamiah yang ada. Tahapan
membuat keputusan terdiri dari (Riris Aishah Prasetyowati, 2020: 125):
(1) Mendifinisikan masalah
(2) Menggambar pohon keputusan
(3) Menentukan peluang bagi kondisi alamiah
(4) Memperkirakan imbalan bagi setiap kombinasi alternatif keputusan dan
kondisi alamiah yang mungkin
(5) Menyelesaikan masalah dengan metode EMV (Expected Monetary Value)
bagi setiap titik kondisi alamiah. Hak ini dimaksudkan dengan mengerjakan
dari belakang ke depan (backward), yaitu: memulai dari sisi kanan pohon
terus menuju ke titik keputusan di sebelah kirinya.
90
7) Expected Monetary Value (EMV)
EMV adalah sebuah alternatif keputusan yang merupan jumlah semua
keuntungan alternatif, yang masing-masing diberikan bobot kemungkinan
terjadinya:
Misal:
91
dengan pasar nasabah yang banyak akan menghasilkan -2.000, untuk
nasabah rata-rata sebesar 6.000, dan nasabah sedikit 4.000.
92
i dkk, Pelayanan, kualitatif. Untuk Hasil dan kualitatif tidak spessfik
(2018) Produk, dan dari kualitatif meliputi dalam ke produk
Religiusitas Pengaruh Pengetahuan menentukan simapanan
terhadap terhadap minat nasabah, minat bank syarah
Syariah.
dan UMKM.
93
3 Faisal Pengaruh Metode penelitian yang Sama-sama Perbedaan
Umarda Pengetahuan digunakan dengan mendekskrips data dan
ni Masyarakat metode pendekatan ikan secara lokasi yang
Hasibua dan Minat secara kuantitatif. kuantitatif dijadikan
n& Penerapan Dimana hasil penelitian dengan fokus
Rahma Nilai Islam meliputi gambaran umum indikator penelitian
Wahyun Terhadap kota Langsa yang dilihat karaktiristik dan batas
penelitian.
i, (2020) Keputusan dari jenis kelamin, individu
Menggunakan pendidikan, pekerjaan, (bedasarkan
pendapatan Responden. jenis
Tabungan
Perbankan kelamin,
Syariah (Studi pendidikan,
Kasus pekerjaan,
Masyarakat pendapatan
dari
Kota Langsa)
masingmasing
responden.
94
Produk Tabungan BSM Cabang
dalam Menarik Minat Pembantu
Nasabah dengan melihat Dumai
data jumlah nassbah Sukajadi.
tabungan BSM pada PT.
Bank Syariah Mandiri
Kantor Cabang Pembantu
Dumai Sukajadi Periode
2013-2015 dan data
Perkembangan Saldo
Nasabah pada PT. Bank
Syariah Mandiri Kantor
Cabang Pembantu Dumai
Sukajadi periode 2013-
2015. Untuk hasil secara
kualitatif yaitu Strategi
Pemasaran Produk
Tabungan BSM Dalam
Menarik Minat Nasabah.
95
Gharar, dan Maisir. syariah untuk bedasarkan
Dengan hasil penelitian produk- jenis produk
penerapan jenis-jenis produk bank beeserta
akad tersebut pada syariah akad-akad yang
produk-produk bank seperti Giro, digunakan.
96
Ratio (CAR).
97
Sharia bank Sample and data
Toward Non- collection, Respondent
Muslims’ description, Valudation
Decision to testing, Hypothesis
Become a testing, Discussion,
Customer Conclusion, Research
limitations, dan future
research agenda.
98
Survey On korelasi dan koefisien dengan pengambilan
Employees Of lokasi dari PT. variabel X keputusan
PT. Telekomunikasi dan Y dalam bedasarkan
Telokomunkas Indonesia. Hasil menilai penentuan
i Indonesia. penelitian merupakan tingkat lokasi dengan
analissis dari data penentuan Pohon
demographics lokasi Keputusan
ecapitulation Correlation bedasarkan dan Expected
amongst variabel, demographic Monetary
Simultan eous s Value
Correlation Coefficient ecapitulation (EMV).
and Coefficient of dan coefficent
Determination of Cause matrix
99
coefficients and Test the
Influence Cause
Variables to variable Y2,
Strategi Keputusan
Produk-produk
Pembukaan Cabang
Simpanan(X1) (Y)
100
2. H2: Diduga permasalahan pada penjualan produk bank syariah
dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penerapan
akad-akad syariah pada produk simpanan bank syariah.
3. H3: Diduga strategi pemasaran produk simpanan terhadap keputusan
pembukaan kantor cabang baru BSI masih belum optimal.
4. H4: Diduga terdapat permasalahan pada beberapa indikator yang
menjadi syarat dan acuan untuk strategi sebuah bank syariah untuk
membuka kantor cabangnya di daerah lain.
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2004: 72). Populasi adalah seluruh data
yang menjadi perhatian para peneliti dalam ruang lingkup dan
waktu yang telah ditentukan. Populasi ini juga berkaitan dengan
data-data. Apabila manusia memberikan suatu data, maka jumlah
populasi tersebut akan sesuai dengan banyaknya manusia (Mrgono,
2004). Populasi pada penelitian ini adalah para nasabah perbankan
Syariah yang menggunakan Produk Simpanan Bank Syariah
Indonesia di Wilayah Bekasi dan sekitarnya. Populasi dalam
penelitian ini memiliki sifat tidak terbatas dimana jumlah dan
karakteristik dari responden penelitian tidak diketahui secara jelas /
pasti. Sehingga, teknik yang digunakan menggunakan metode
sampling.
2. Sampel
Penggunaan sampel pada penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran dari populasi. Sampel merupakan sebagian
atau sebagai wakil dari msyarakat yang menggunakan
produkproduk simpanan Bank Syariah Indonesia (BSI) di Wilayah
Bekasi dan sekitarnya. Selain ituu, sampel juga dilakukan
102
bedasarkan pemasaran produk, penentuan lokasi (letak dan lokasi
dari kantor cabang tersebut), desain dan layout (denah lokasi) dari
kantor cabang tersebut, rasio kesehatan dan kecukupan modal
(CAR), dan rasio dari minat nasabah bedasarkan hasil pembelian
produk dengan metode EMV.
Keterangan:
n = Sampel N = Populasi
103
B. Jenis Penelitian yang Digunakan
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif, karena data Produk simpanan bank syariah
(X) yang meliputi: Produk Simpanan Bank Syariah (X1) yang terdiri dari
Tabungan Mudharabah, Tabungan Wadiah, Giro Wadiah dan Deposito
Mudharabah dan Keunggulan Produk dan Respon serta penilaian
Konsumen (X2) terhadap Strategi Bank Syariah Terhadap Keputusan
Pembukaan Kantor Cabang (Y) yang meliputi: Penentuan lokasi kantor
cabang, Desain dan Layout Kantor, Analisis strategi Pemasaran Produk
Simpanan, Indikator kesehatan dan kesesuaian modal bank atau Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Indikator bedasarkan Expected Monetary
Value (EMV) bedasarkan nilai banyak dan sedikitnya nasabah (NB), (NR),
(NS)`. Menurut V. Wiratna Sujarweni (2014:39) penelitian kuantitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang
dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik
atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Sedangkan pengertian
Metode Penelitian Kuantitatif, menurut Sugiyono (2017:8) adalah Metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau
statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan. Metode
penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dikarenakan data yang akan
diolah merupakan data rasio dan yang menjadi fokus dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variabel yang diteliti.
104
satu variabel atau lebih (variabel mandiri adalah variabel yang berdiri
sendiri, bukan variabel independen, karena kalau variabel independen
selalu dipasangkan dengan variabel dependen)”. Berdasarkan pengertian
diatas, dapat dikatakan bahwa metode analisis deskriptif merupakan
metode penelitian yang digunakan untuk membuat gambaran mengenai
situasi atau kejadian yang ada, dimana data yang digunakan merupakan
data yang sesuai dengan tujuan penelitian dan data yang digunakan
tersebut akan diproses, kemudian dari proses tersebut akan ditarik suatu
kesimpulan. Metode penelitian ini juga menggunakan metode verifikatif.
Adapun definisi metode verifikatif menurut Umi Narimawati (2010:290)
yang mengatakan bahwa: “Metode verifikatif yaitu memeriksa benar
tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan tanpa
perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi
masalah yang serupa dengan kehidupan”. Sedangkan menurut Sugiyono
(2013:54) mengemukakan bahwa, penelitian verifikatif adalah penelitian
yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Berdasarkan
beberapa penjelasan oleh para ahli diatas, maka dapat dikatakan bahwa
metode penelitian verifikatif digunakan sebagai penguji kebenaran atas
teori-teori dan hipotesis yang telah dikemukakan oleh para ahli mengenai
keterkaitan antara penjualan produk simpanan di Bank Syariah Indonesia
dengan strategi Bank Syariah Indonesia dalam mengambil keputusan
pembukaan kantor cabang.
D. Objek Penelitian
Menurut Husein Umar (2013:60) objek dalam penelitian adalah derajat
dimana pengukuran yang dilakukan bebas dari pendapat dan penilaian
subjektif, bebas dari bias dan perasaan orang-orang yang menggunakan
tes. Sedangkan menurut Sugiyono (2013:38) menjelaskan bahwa Objek
penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu
hal (variabel tertentu). Dari definisi diatas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa objek penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan
kegunaan tertentu guna mendapatkan data spesifik dan mempunyai nilai,
skor atau ukuran yang berbeda. Dalam penelitian ini yang menjadi objek
105
penelitian adalah Penjulan produkproduk simpanan Bank Syariah
Indonesia terhadap keputusan pembukaan kantor cabang.
E. Unit Analisis
Menurut Suharsini Arikunto (2013:187) Unit Analisis adalah
satuan yang diteliti bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar
peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok yang
diperhitungkan sebagai subjek penelitian.. Dari definisi yang dikemukakan
diatas dapat dikatakan bahwa unit analisis adalah tempat dimana peneliti
akan mengumpulkan serta memperoleh data sehingga dapat digunakan
untuk penelitian. Dalam penelitian ini unit analsisis yang digunakan adalah
data penjualan produk-produk simpanan Bank Syariah Indonesia dan
Keputusan nya dalam membuka kantor cabang di Kantor Cabang Pusat
(KCP) di Tambun, Kabupaten Bekasi. Operasional Variabel Menurut
Sugiyono (2015:38) mendefinisikan bahwa operasional variabel adalah
segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya. Sedangkan pengertian Operasional Variabel
Menurut Umi Narimawati (2010:31) didefinisikan sebagai berikut:
“Operasional variabel adalah proses penguraian variabel penelitian
keadaan sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran.
Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar konsep
dan indikator masing-masing varibel sudah jelas, apabila belum jelas
secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor”. Dari definisi yang
sudah disebutkan di atas maka dapat dikatakan bahwa operasional variabel
diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari
variabelvariabel yang terkait dalam suatu penetilian yang kemudian ditarik
menjadi sebuah kesimpulan penelitian.
Terkait dengan penjelasan diatas, maka variabel yang akan
digunakan sebagai operasional variabel dalam penelitian ini adalah
Realisasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai yang dipengaruhi oleh
Pencairan Tunggakan Pajak Atas Penagihan Pajak dan Jumlah Pengusaha
Kena Pajak. Dimana variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1) Variabel Bebas / Independent (Variabel X1 dan
X2) Menurut Sugiyono (2015:39) definisi variabel bebas adalah variabel
yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau simbol
106
variabel terikat (dependent). Sedangkan menurut Nanang Martono
(2015:360) definisi variabel bebas/ Independent adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang
lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi
lebih dulu. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi,
atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu
gejala yang di observasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Produk Simpanan Bank Syariah (X1) dan Keunggulan Produk dan Respon
serta penilaian Konsumen (X2). 2) Variabel Terikat / Dependent (Variabel
Y) Menurut Sugiyono (2015:39) menyatakan bahwa variabel dependen
sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel 34 bebas. Sedangkan menurut Nanang Martono
(2015:360) variabel terikat/ Dependent merupakan variabel yang
diakibatkan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Adapun variabel
terikat pada penelitian ini adalah Strategi Bank Syariah Terhadap
Keputusan Pembukaan Kantor Cabang. Skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Skala Rasio, berikut ini penjelasan mengenai rasio.
Definisi Skala Rasio menurut Nanang Martono (2015:285) adalah sebagai
berikut: “Skala rasio pada dasarnya sama dengan skala interval, bedanya
adalah skara rasio dihasilkan dari proses mengukur (data kontinum)
sehingga memiliki titik 0 (nol) yang sebenarnya, dan rasio atau
perbandingan antar kategori dapat diketahui dengan jelas”. Dari definisi
diatas dapat dikatakan bahwa skala rasio merupakan skala yang
mempunyai arti perbandingan, dimana angka nol tersebut diperlukan
sebagai dasar dalam perhitungan atau pengukuran terhadap objek yang
diteliti. Besaran angka-angka yang timbul tersebut menunjukkan besaran
sesungguhnya dari sifat yang diukur.
1. Data Primer
Data primer biasanya diperoleh melalui wawancara atau kuesioner
(Ferdinand, 2011).Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
tanggapan responden yang diperoleh dari hasil kuesioner tentang pengaruh
Produk Simpanan Bank Syariah tehadap Strategi Bank Syariah Dalam
Keputusan Membuka Kantor Cabang.
Dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data primer adalah
data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian, dalam hal ini peneliti
memperoleh data atau informasi langsung dengan menggunaka
instrumentinstrumen yang telah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh
peneliti untuk menjawab pertanyaan pertanyaan penelitian. Pada penelitian
yang menggunakan survey, pengumpulan data menggunakan pengisian
angket atau yang sering disebut kuesioner
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang tidak didapatkan secara
langsung, seperti melalui pihak ketiga atau dokumen tertentu. Peneliti
mendapatkan data sekunder melalui berbagai sumber, seperti internet,
buku, jurnal, dan berbagai literatur terkait.
H. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data. Instrumen penelitian dapat berupa kuesioner, formulir
observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pengisian angket / kuesioner. Instrumen yang
digunakan untuk menghasilkan hasil yang akurat menggunakan skala Likert.
Skala Likert ialah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,
108
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang suatu gejala
atau fenomena Pendidikan. (Djaali, 2008:28).
1. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi dari seorang narasumber yang dilakukan
dengan cara memberikan beberapa pertanyaan yang terkait dengan
topik atau isu tertentu yang sedang dibahas. Dengan menggunakan
metode wawancara yang bersifat semi terstruktur atau in-dept
interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dalam
menemukan masalah, dan permasalahan tersebut lebih terbuka
dimana pihak yang diajak wawancara dalam hal ini narasumber
diminta untuk mengemukakan argumen, pendapat dan ide-idenya
terkait dengan suatu permasalahan atau bahasan. Secara garis
besar, hal-hal yang akan ditanyakan terkait dengan topik Strategi
Produk Simpanan Bank Syariah Indonesia Terhadap Keputusan
Pembukaan Kantor Cabang. Wawancara ini dilakukan kepada
masyarakat dan Pegawai Bank Syariah Indonesia, terdapat 7
Pertanyaan yang diajukan diantaranya:
1. Menurut pendapat Bapak/Ibu/Kakak, apakah produk simpanan
seperti tabungan, deposito dan giro di bank syariah memiliki
perbedaan dengan produk simpanan bank konvensional?
2. Menurut pendapat Bapak/Ibu/Kakak, apa yang dimaksud
dengan akad-akad syariah seperti Mudharabah dan Wadiah?
3. Bagaimakah pendapat Bapak/Ibu/Kakak, apakah penerapan
akad-akad syraiah seperti Mudharabah dan Wadiah pada
produk simpanan bank syariah seperti tabungan, deposito dan
109
giro memberikan suatu manfaat dan kelebihannya jika
dibandingkan produk simpanan bank konvensional?
4. Menurut pendapat Bapak/Ibu/Kakak, apakah yang menjadi
kendala dari bank syariah dalam memasarkan produk-produk
simpanannya kepada masyarakat yang hingga saat ini masih
belum mampu menyaingi dominasi dari produk simpanan bank
konvensional?.
5. Bagaimakah pendapat Bapak/Ibu, melihat perkembangan Bank
Syariah di Indonesia saat ini? khususnya Bank Syariah
Indonesia yang terbentuk dari hasil merger tiga bank syariah
yaitu BNI Syariah, BRI Syariah dan Mandiri Syariah?.
6. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apakah strategi pembukaan
kantor cabang pusat (KCP) yang dilakukan oleh Banl Syariah
Indonesia (BSI) sudah dirasa efektif untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat, khususnya bagi masyarakat
yang memerlukan produk bank seperti tabungan, deposito dan
giro?.
7. Menurut pendapat Bapak/Ibu, apa harapan dan saran yang
dapat dijadikan sebuah referensi dan evaluasi bagi Bank
Syariah Indonesia (BSI) untuk saat ini dan masa yang akan
datang (khusus bagi masyarakat)?. Dan apa harapan Bank
Syariah Indonesia (BSI) untuk kedepannya dalam melayani
permintaan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan dan
akan produk-produk simpanan bank syariah (seperti Tabungan,
Deposito dan Giro) dan apa harapan kedepannya bagi
perkembangan dunia perbankan syariah di Indonesia secara
umumnya?.
2. Koesioner
Metode pengumpulan data melalui kuesioner adalah suatu teknik
pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari
sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang
utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang
diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Dalam penelitian ini
dikakukan secara online dan offline, Kuesioner yang digunakan
adalah kuesioner tertutup. Kuesioner dengan pertanyaan tertutup ini
mengandung arti bahwa seorang peneliti atau penyusun kuesioner
membatasi pilihan jawaban yang akan diberikan oleh responden.
110
Responden atau informan hanya diperkenankan memilih jawaban
yang tertera pada setiap pertanyaan. Berikut skala yang digunakan:
Indikator Penilaian Artinya
6 Sangat Setuju
5 Setuju
4 Netral/Cukup
3 Kurang Setuju
2 Tidak Setuju
1 Sangat Tidak Setuju
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyedikan
dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat dari
pencatatan sumber-sumber informasi khusus dari karangan/ tulisan,
wasiat, buku, undang-undang, dan sebagainya. Dalam artian umum
dokumentasi merupakan sebuah pencarian, penyelidikan,
pengumpulan, pengawetan, penguasaan, pemakaian dan
penyediaan dokumen. Dokumentasi ini digunakan untuk
mendapatkan keterangan dan penerangan pengetahuan dan bukti.
Dalam hal ini termasuk kegunaan dari arsip perpustakaan dan
kepustakaan. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa Berupa
tangkapan layar serta Rekaman wewancara atau Berupa foto secara
langsung sebagai bukti wawancara dan lain lain.
1. Uji Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh
mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam
fungsi ukurannya (Azwar 1986). Selain itu validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang
benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Cooper dan
Schindler, dalam Zulganef, 2006).
111
Sedangkan menurut Sugiharto dan Sitinjak (2006), validitas
berhubungan dengan suatu peubah mengukur apa yang seharusnya
diukur. Validitas dalam penelitian menyatakan derajat ketepatan alat
ukur penelitian terhadap isi sebenarnya yang diukur. Uji validitas
adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat
ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur.
Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk
mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Dari hasil perhitungan korelasi akan didapat suatu koefisien korelasi
yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item dan
untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak.
Dalam penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan
digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi
pada taraf signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika
berkorelasi signifikan terhadap skor total.
.
Dalam melakukan pengujian validitas, digunakan alat ukur berupa
program komputer yaitu SPSS, dan jika suatu alat ukur mempunyai
korelasi yang signifikan antara skor item terhadap skor totalnya
maka dikatakan alat skor tersebut adalah valid (Ghozali, 2001).
2. Uji Realibilitas
Reliabilitas berasal dari kata “reliability”. Pengertian dari reliability
(rliabilitas) adalah keajegan pengukuran (Walizer, 1987). Sugiharto
dan Situnjak (2006) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada
suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian
untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya
sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi
yang sebenarnya dilapangan. Ghozali (2009) menyatakan bahwa
reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
112
Reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi,
daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas
yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang
reliabel
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh
relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan
kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di
dalam pengukur gejala yang sama.
Uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat pengukur dalam
mengukur suatu gejala/kejadian. Semakin tinggi reliabilitas suatu
alat pengukur, semakin stabil pula alat pengukur tersebut. Dalam
melakukan perhitungan Alpha, digunakan alat bantu program
komputer yaitu SPSS dengan menggunakan model Alpha.
Sedangkan dalam pengambilan keputusan reliabilitas, suatu
instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha lebih besar
dari 0,6 (Ghozali, 2001).
113
memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Denzin dalam Moleong membedakan empat macam triangulasi
sebagai Teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik dan teori.
Penelitian ini menggunakan triangulasi dengan sumber data
dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
cara yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan membandingkan data
hasil pengamatan dan hasil wawancara.
5. Member Check
Member check adalah proses pengecetan data yang diperoleh oleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuan dari member check adalah untuk
mengetahui seberapa jauh data yamg telah diperoleh sesuai apa yang
diberikan oleh pemberi data/informan. Apabila data yang ditemukan
disepakati oleh para pemberi data berarti datanya sudah
kredibel/dipercaya, namun apabila berbeda data yang didapatkan oleh
peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi
data maka peneliti perlu mengadakan diskusi dengan pemberi data.
Jadi, tujuan dari member check adalah agar informasi yang diperoleh
akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai apa yang dimaksud
oleh sumber data/informan. Pelaksanaan member check dapat
dilakukan setelah satu periode (kurun waktu) pengumpulan data
selesai atau setelah mendapat temuan atau kesimpulan. Caranya dapat
dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang kembali ke
114
K. Definisi Operasional Variabel
Adapun variabel penelitian yang menjadi titik suatu perhatian penelitian
adalah :
1. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Produk-produk Simpanan Bank Syariah Indonesia.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian
ini adalah Strategi Bank Syariah Indonesia Dalam Keputusan
Pembukaan Kantor Cabang . Definisi operasional adalah variabel
peneltian dimaksudkan untuk memahami arti setiap variabel
penelitian sebelum dilakukan analisis. Berikut definisi operasional
dalam penelitian ini.
115
produk simpanan tersebut
bagi bank syariah dan
masyarakat (nasabah).
116
dan masyarakar sebagai
nasabahnya.
DAFTAR PUSTAKA
117
Ainun, Mohamad Najib. (2017) .Penguatan Prinsip Syariah pada Produk
Bank Syariah. Universitas Sultang Ageng Tirtayasa Serang Banten.
Candi, Dr. Candi Suhardi, S.E., M.M. (2018). Pengantar Manajemen dan
Aplikasinya. Gava Media Yogyakarta.
Herni, Dr. Ali, H.T., S.E., M.M. dan Dr. Siti Nurhasanah, S.E., M. Pd. (2021).
Studi Kelayakan Bisnis. Edu Pustaka. Jakarta.
Ishak, Khodijah Ida & Afrida Ningsih. (2020) . Analisa Produk Tabungan
BSM Dalam Menarik Minat Nasabah. STIE Syariah Bengkalis.
Kasmir, Dr. (2017) . Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi
2014. RajaGrafnndo Persada.
118
Muhammad. (2000) . Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah Edisi
Revisi. UII Pres Yogyakarta.
Mukti, Abdul Soma, dkk. (2017). Regligiosity And Islamic Banking Product
Decision: Survey On Employees Of PT. Telokomunkasi Indonesia.
Universitas Padjajaran & Institut Teknologi Bandung.
Riris, Dr.Aishah Prasetyowati & Prof. DR. Abdul Hamid. (2020). Manajemen
Operasional Bank Syariah. Literasi Nusantara Abadi Malang.
LAMPIRAN
PETUNJUK PENGISIAN:
119
Isilah data diri Anda kemudian berilah tanda centang/ceklis () pada jawaban
berikut yang menurut Anda paling sesuai dari beberapa pilihan yang tersedia.
Bagian 1
1. Nama : 2. Alamat : 3.
Agama :
4. Identitas Anda sebagai :
1) Nasabah Bank BSI 2) Pegawai Bank/Pihak Internal BSI
5. Jenis Kelamin :
1) Pria 2) Wanita
3) Masyarakat Umum
6. Usia (Tahun) :
7. Pendidikan Terakhir :
1) SMA/ Sederajat 2) S1 3) S2
4) S3
5) Lainnya
8. Jabatan sekarang :
5) Lainnya
1) Ya 2) Tidak
120
Bagian 2
Petunjuk Pengisian:
Mohon tandai jawaban paling tepat untuk tiap pertanyaan berikut ini dengan
memberikan tanda centang (√) pada pilihan jawaban yang tersedia dan yang menurut
Bapak/ Ibu/Kakak paling tepat atau paling sesuai dengan pendapat Bapak/ Ibu/Kakak.
Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban, dengan skala penilaian:
2 S Setuju 5
3 N Netral 4
4 KS Kurang Setuju 3
5 TS Tidak Setuju 2
121
1 Saya
menemukan
bahwa produk
simpanan bank
syariah berguna
dalam
masyarakat
2 Menggunakan
produk-produk
simpanan bank
syariah akan
membantu saya
dalam
pengembangan
bank syariah
dan mematuhi
aturan sesuai
syariat Islam
3 Menggunakan
akad
mudharabah
dan wadiah
dalam produk
simpanan di
Bank Syariah
yang
merupakan
akad yang
menguntungkan
bagi saya
karena
berprinsip bagi
hasil atau
margin profit.
122
4 Dengan
menggunakan
salah satu
produk
simpanan dari
bank syariah
misalnya
Produk
Simpanan Bank
Syariah
Indonesia
(BSI), artinya
saya
mendukung
berkembangnya
perbankan
syariah untuk
lebih maju lagi
karena manfaat
dengan
menggunakan
produk dari
bank syariah
tidak dapat
ditemukan di
produk
simpanan bank
konvensional
123
5 Apabila
penggunaan
produk bank
syariah seperti
produk
simpanan,
maka dalam
jangka waktu
yang akan
datang bank
syariah akan
mampu
membuka
berbagai kantor
cabang pusat
(KCP)
diberbagai
daerah, dengan
tujuan dan
harapan dapat
meningkatkan
pelayanan dan
aksesbilitas
produk-
produknya
kepada
masyarakat,
terutamaa
masyarakat
yang
membutuhkan
dan berada di
wilayah
terpencil atau
susah diakses.
124
No Pertanyaan Penilaian
SS S N KS TS STS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Kakak mengenai pertanyaan berikut :
B. Penilaian Nasabah dan Masyarakat
1 Kinerja dan
kepercayaaan
kepada pelayanan
bank syariah yang
sudah maksimal
2 Produk-produk
simpanan bank
syariah seperti
tabungan, dposito
dan giro memiliki
manfaat lebih
dibandingkan
produk simpanan
bank
konvensional.
3 Penggunaan akad
mudharabah dan
wadiah dalam
produk simpanan
bank syariah,
membawa
manfaat dan
keuntungan
dengan prinsip
revenue sharing
(bagi hasil) dan
lebih aman untuk
terhindar dari riba.
125
4 Pembukaan kantor
cabang pusat
(KCP) atau kantor
cabang lain di
berbagai daerah di
Indonesia
merupakan
keputusan yang
tepat dan akan
membuat bank
syariah dapat
dikenal luas oleh
masyarakat
sekaligus
meningkatkan
pelayanannya
kepada
masyarakat.
No Pertanyaan Penilaian
SS S N KS TS STS
Bagaimana pendapat Bapak/Ibu/Kakak mengenai pertanyaan berikut :
C. Penilaian Kinerja Perbankan Syariah
126
1 Sudah memehami
konsep dan
melaksanakan
tanggung
jawabnya secara
penuh kepada
nasabah dalam hal
pelayanan
terhadap
masyarakat
2 Menyelesaikan
tugas dan
kewajiban
sesuai dengan
amanah dan
permintaan
yang diinginkan
oleh nasabah atau
masyarakat
sebagai pengguna.
3 Siap bertanggung
jawab dan
bersama-sama
mengayomi
masyarakat atau
nasabah dalam
berlaku adil dan
jujur dalam
127
pembagian
keuntungan bagi
hasil (revenue
sharing) maupun
saat terjadinya
kerugian yang
ditanggung
bersama-sama
sesuai porsi yang
sudah disepakati
sebelumnya.
4 Berusaha untuk
mengembangkan
produk simpanan
yang berlandaskan
akad mudharabah
dan akad wadiah
agar menjadi
salah satu produk
yang diminati
selain produk
pembiayaan
murabahah..
5 Berusaha
mengedukasi
masyarakat dan
nasabah dengan
pengetahuan
tentang
penggunaan
produk simpanan
bank syariah yang
128
berasaskan akad
mudharabah dan
wadiah sekaligus
menghapus stigma
atau pandangan
bahwa produk ini
memiliki risiko
tinggi sehingga
merugikan bagi
nasabah dan
rentan terhadap
praktek riba dan
bersifat gharar.
6 Ikut serta
mendukung dan
menerima saran
dari msayarakat
atau nasabah
untuk
meningkatkan
pelayanannya dan
memudahkan
akesbilitas
terhadap
masyarakat atau
nasabah dengan
membuat
keputusan untuk
membuka kantor
cabang pusat
(KCP) atau kantor
cabang jenis di
berbagai wilayah
dan daerah di
Indonesia.
129
130