Anda di halaman 1dari 3

Wawancara Kepala Sekolah dalam Pengambilan

Keputusan oleh Guru Penggerak

Dengan melakukan wawancara Kepala Sekolah, diharapkan seorang CGP mendapatkan


penguatan dari materi modul 3.1 yang sudah dipelajari secara teoritis. Sehingga dari hasil
wawancara didapatkan berbagai pengalaman dari kepala sekolah dalam praktik
pengambilan keputusan yang selama ini di jalankan. Baik untuk kasus-kasus yang bernilai
kebajikan dan kasus-kasus dilema etika yang sama-sama benar. Dan juga berkenaan
dengan bujukan moral. Ada tiga Kepala Sekolah yang saya wawancarai. Pertama, Bapak M.
Aini selaku Kepala Sekolah SD Negeri 005 Sungai Kunjang yang merupakan pimpinan
sekolah tempat penulis bertugas. Selanjutnya Bapak H.Atim Wahyudi sebagai Kepala
Sekolah SD Negeri 026 Sungai Kunjang dan Bapak H. Sudarmi selaku Kepala Sekolah SD
Negeri 016 Sungai Kunjang. Di artikel ini saya hanya menuliskan hasil wawancara dengan
bapak Aini sebagai Kepala Sekolah SD Negeri 005 Sungai Kunjang. Karena pada video
wawancara Kepala Sekolah yang penulis sematkan hanya dua Kepala Sekolah yang berada
dilingkungan kecamatan penulis bertugas. Riduannor (CGP) : " Selama ini bagaimana bapak
dapat mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau bujukan moral?."

M.Aini (Kepala Sekolah) : " Sebagai Kepala sekolah dalam mengambil sebuah keputusan
saya mempertimbangkan berbagai masukan, berupa informasi faktual. Dan segala
keputusan yang saya ambil mengacu berdasarkan aturan dari pemerintah, dan aturan yang
dibuat oleh sekolah yang bersinergis untuk menciptakan suasana sekolah yang nyaman,
aman dan sesuai dengan visi sekolah." Riduannor (CGP) : " Selama ini, bagaimana Bapak
menjalankan pengambilan keputusan di sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus dimana
ada dua kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai
kebaikan?." M.Aini (Kepala Sekolah) : " Saya dalam membuat sebuah keputusan, selalu
mempertimbangkan masukan dari teman sejawat yang bisa dikatakan di tuakan di sekolah.
Misalnya guru yang dianggap senior atau wakil Kepala sekolah. Walaupun di SD itu tidak
ada istilah wakepsek, tapi biasa Kepala sekolah menunjuk untuk membantu tugas-tugas
seorang Kepala Sekolah. Pada kondisi tertentu, yang saya tidak bisa memecahkan suatu
masalah, meminta pendapat dan masukan dari Pengawas Sekolah untuk mencari solusi
yang terbaik." Riduannor (CGP) : " Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa
Bapak lakukan selama ini?." M. Aini (Kepala Sekolah) : " Biasa saya mencari informasi dulu
dari berbagai pihak. Baik dari teman sejawat, komite sekolah, orang tua siswa bergantung
permasalahannya berkenaan dengan apa. Lalu setelah didapatkan berbagai informasi
tersebut, saya melakukan analisis dalam mengambil keputusan yang terbaik."
Riduannor (CGP) : " Langkah-langkah apa saja yang selama ini Bapak anggap efektif dalam
pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?" M. Aini (Kepala Sekolah) : "
Sebuah keputusan yang diambil bisa saya anggap efektif, bila masalah yang di selesaikan
bisa berjalan secara objektif, tidak memihak, dan dapat diselesaikan secara bijaksana tanpa
menyakiti perasaan di salah satu pihak yang sedang bermasalah. Baik itu guru dengan
teman sejawat atau guru dengan orang tua siswa. Dan juga guru dengan siswa itu sendiri."
Riduannor (CGP) : " Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam
pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?." M.Aini (Kepala Sekolah) : "
Tantangannya, sebuah keputusan yang diambil oleh seorang Kepala Sekolah terkadang
tidak memuaskan semua pihak, atau sebagian pihak. Tentunya saya bisa memberikan
pengertian kepada sebagian pihak lainnya yang bermasalah atau sebuah keputusan
bersama yang diambil. Misalnya dalam rapat musyawarah guru saat pembagian kelas. Ada
guru A ingin dikelas 3, sedangkan guru B ingin juga disana. Atau guru C ingin dikelas 4
tidak mau ditaruh dikelas 6. Perbedaan pendapat biasa terjadi. Namun bagaimana
keputusan yang saya ambil bisa dinilai bijaksana oleh semua pihak dan dirasakan adil."

Riduannor (CGP) : " Apakah Bapak memiliki sebuah tatkala atau jadwal tertentu dalam
sebuah penyelesaian kasus dilema etika. Apakah Anda langsung menyelesaikan ditempat,
atau memiliki jadwal untuk menyelesaikannya. Bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?." M.Aini (Kepala Sekolah) : " Biasa saya melakukan penjadwalan dalam
menyelesaikan kasus dilema etika. Dengan memanggil secara bergantian yang
bersangkutan. Setelah didapatkan jalan penyelesaiannya, saya akan menemukan kedua
pihak yang bermasalah dan menyelesaikan permasalahan tersebut secara baik dan
bijaksana." Riduannor (CGP) : " Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini
mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus
dilema etika?.

Riduannor (CGP) : " Apakah Bapak memiliki sebuah tatkala atau jadwal tertentu dalam
sebuah penyelesaian kasus dilema etika. Apakah Anda langsung menyelesaikan ditempat,
atau memiliki jadwal untuk menyelesaikannya. Bentuk atau prosedur seperti apa yang
Anda jalankan?." M.Aini (Kepala Sekolah) : " Biasa saya melakukan penjadwalan dalam
menyelesaikan kasus dilema etika. Dengan memanggil secara bergantian yang
bersangkutan. Setelah didapatkan jalan penyelesaiannya, saya akan menemukan kedua
pihak yang bermasalah dan menyelesaikan permasalahan tersebut secara baik dan
bijaksana." Riduannor (CGP) : " Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini
mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus
dilema etika?.

Dari beberapa pertanyaan yang digali selama wawancara oleh penulis, pada tiga kepala
sekolah yang di wawancarai mempunyai pengalaman berbeda dari berbagai kasus yang
mereka selesaikan.
Dari sana saya sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) dapat mengetahui maupun belajar
sebagai penguatan dalam pengambilan keputusan yang mereka lakukan pada kasus dilema
etika dan bujukan moral.

Anda mungkin juga menyukai