Anda di halaman 1dari 7

TUGAS DEMOSNTRASI KONTEKSTUAL

MODUL 3.1 PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS


NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

A. WAWANCARA 1 DENGAN KEPALA SEKOLAH SD NEGERI 21 OKU


Pada wawancara pertama, CGP melakukan wawancara dengan kepala sekolah
SMP NEGERI 21 OKU, Pak Hazar, S.Pd. Sekolah tersebut merupakan tempat tugas Calon
Guru Penggerak Angkatan 9, Putri Dian Mayangsari, S.Pd. Beliau telah menjabat sebagai
kepala sekolah selama 4 tahun. Berikut hasil wawancara dengan kepala sekolah tersebut:
CGP : Selamat siang, Pak. Maaf mengganggu waktu bapak. Begini pak, Saya
mempunyai tugas wawancara dari kegiatan PGP pada modul 3.1 tentang
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan. Jika bapak
bersedia untuk diwawancarai maka saya akan mengajukan beberapa
pertanyaan mengenai permasalahan tentang cara pengambilan
keputusan?
Kepala : Selamat siang juga Ibu. Saya sangat mendukung kegiatan Ibu untuk
Sekolah mengikuti PGP maka dengan itu saya bersedia untuk diwawancarai.
CGP : Baiklah pak. Selama ini, bagaimana cara bapak dapat mengidentifikasi
kasus-kasus yang menimbulkan dilemma etika atau bujukan moral?
KEPALA : Sebagaimana kita ketahui bahwa kasus yang termasuk dilemma etika
SEKOLAH akan terdapat pertentangan nilai-nilai kebajikan universal pada
keputusan, maka jika hal tersebut muncul akan dikategorikan sebagai
kasus dilema etika, akan tetapi jika kasus tersebut tidak memiliki
pertentangan kebajikan universal maka akan dikategorikan sebagai
bujukan moral. Sebagai contoh ketika seorang guru yang tidak masuk
karena anak sakit, maka akan muncul pertentangan kebajikan yaitu
kepedulian dan tanggung jawab, peduli terhadap keluarga tetapi guru
tersebut memiliki tanggung jawab terhadap kelas yang diajar. Jika saya
mengizinkan guru tersebut adalah keputusan yang tepat karena peduli
terhadap keluarga guru, dan jika saya tidak mengizinkan juga betul
karena guru tersebut memiliki tanggung jawab. Berbeda jika kasusnya
seorang guru meminta izin untuk jalan-jalan dengan iming-iming oleh-oleh
yang mahal pada saat jam belajar maka hal tersebut adalah bujukan
moral.
CGP : Selama ini, bagaimana Bapak menjalankan pengambilan keputusan di
sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua kepentingan
yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
KEPALA : Untuk menjalankan pengambilan keputusan pada kategori dilema etika,
SEKOLAH saya biasanya menentukan terlebih dahulu nilai apa yang bertentangan,
kemudian nilai mana yang paling dibutuhkan untuk mengambil keputusan
tersebut. selain itu, saya juga berkonsultasi dengan berbagai pihak yang
kompeten dan terpercaya dalam membantu saya mengambil keputusan.
Informasi yang diperoleh dari kedua hal tersebut kemudian saya olah
untuk mempelajari konsekuensi yang ditimbulkan akibat keputusan
tersebut. Keputusan yang mengandung konsekuensi minimum biasanya
saya gunakan sebagai pilihan terbaik.
CGP : Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan
selama ini?
KEPALA : Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, bahwa langkah pertama yaitu
SEKOLAH menentukan nilai mana yang paling dibutuhkan pada kasus tersebut,
kemudian meminta pertimbangan pihak yang berkompeten serta
menentukan konsekuensi minimum sebagai bahan pertimbangan
pengambilan keputusan
CGP : Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam pengambilan
keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
KEPALA : Hal yang paling efektif adalah menimbang nilai yang paling dibutuhkan
SEKOLAH pada kasus yang akan diputuskan. Menimbang nilai tersebut memang
memerlukan intiusi yang kuat berdasarkan pengalaman, atau bahkan
bertanya langsung kepada orang bermasalah keinginan apa yang
dibutuhkan.
CGP : Hal-hal apa saja yang selama ini meruIbuan tantangan dalam
pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
KEPALA : Tantangan yang selama ini saya temui dalam mengambil keputusan
SEKOLAH adalah jika kasus tersebut melibatkan uji legal, karena perlu kehati-hatian
agar keputusan yang diambil tidak menjadi momok bagi diri sendiri hingga
menjerumuskan saya kedalam proses peradilan.
CGP : Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah
penyelesaian kasus dilema etika, aIbuah Anda langsung menyelesaikan di
tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk
atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
KEPALA : Jika kasus tersebut tidak bersingungan dengan hukum, maka saya akan
SEKOLAH memutuskan kasus tersebut sesegera mungkin, akan tetapi jika kasus
tersebut masuk pada kategori melawan undang-undang maka saya
memerlukan waktu beberapa hari. Hal tersebut perlu kehati-hati serta
berkonsultasi dengan orang yang mengerti hukum.
CGP : Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah
atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus
dilema etika?
KEPALA : Untuk mengambil keputusan saya akan sangat terbantu jika melibatkan
SEKOLAH seseorang yang telah berpengalaman dalam bidangnya sebagai acuan
tertentu. Selain itu, hal yang memudahkan jika kita telah memahami
secara mendalam nilai-nilai kebajikan universal yang paling mendesak
terhadap kasus tersebut.
CGP : Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat
Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika
Kepala : Sebagai seorang manusia, saya memahami bahwa keputusan yang
sekolah diambil memerlukan kesadaran diri yang penuh dan mengerti akan
konsekuensi yang diambil. Serta yang paling utama adalah tanggung
jawab terhadap keputusan tersebut.
CGP : Baiklah terima kasih Bapak, banyak sekali ilmu yang saya peroleh dari
kegiatan wawancara ini, semoga kebijaksanaan yang bapak sampaikan
dapat kami contoh dikemudian hari.
Kepala : Sama-sama Ibu, semoga usaha kita dalam memajukan pendidikan dapat
Sekolah berhasil.
B. WAWANCARA KE-2 DENGAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 5 OKU
Pada wawancara kedua, CGP melakukan wawancara dengan kepala sekolah SMP
Negeri 5 OKU, Ibu Tukirin, S.Pd. Sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah terdekat
pada lingkungan Calon Guru Penggerak Angkatan 9, Putri Dian Mayangsari,S.Pd. Beliau
telah menjabat sebagai kepala sekolah selama 2 tahun. Berikut hasil wawancara dengan
kepala sekolah tersebut:
CGP : Selamat pagi bapak, maaf mengganggu waktunya sebentar. Saya ke
sini dalam rangka memenuhi tugas saya sebagai Calon Guru
Penggerak. Pada kesempatan ini saya ingin melakukan wawancara
berkaitan dengan cara pengambilan keputusan. Jika Ibu bersedia
diwawancarai maka saya akan mengajukan beberapa pertanyaan
Kepala Sekolah : Selamat pagi juga Ibu Putri. Saya bersedia untuk melakukan
wawancara.
CGP : Baiklah pak. Saya meyakini bahwa selama ibu menjabat sebagai
kepala sekolah tentu pernah mengeluarkan kebijakan yang berkaitan
dengan permasalahan pada ketegori dilema etika maupun kasus yang
terkategori bujukan moral. Selama ini, bagaimana Anda dapat
mengidentifikasi kasus-kasus yang merupakan dilema etika atau
bujukan moral?
KEPALA : Berdasarkan keilmuan saya, bahwa dilema etika adalah sebuah
SEKOLAH permasalahan yang terjadi apabila terdapat pertentangan antara dua
buah nilai kebajikan, sedangkan bujukan moral dapat dikatakan
sebuah kasus yang terjadi karena menghadapi sebuah “kejahatan”
yang ada didepan mata yang apabila kita lakukan maka akan menjadi
sebuah kesalahan. Berbeda dengan dilema etika keputusan yang kita
ambil biasanya ada perlawanan dari sebuah nilai kebajikan. Biasanya
kasus yang pada kategori dilema etika membutuhkan “felling” atau
hati nurani untuk menyelesaikannya sedangkan bujukan moral hanya
membutuhkan acuan hukum yang berlaku.
CGP : Selama ini, bagaimana Anda menjalankan pengambilan keputusan di
sekolah Anda, terutama untuk kasus-kasus di mana ada dua
kepentingan yang sama-sama benar atau sama-sama mengandung
nilai kebajikan?
KEPALA : Seperti yang sampaikan sebelumnya, bahwa kasus pada kategori
SEKOLAH dilema etika membutuhkan felling atau perasaan, sehingga saya
biasanya mengambil keputusan berdasarkan hati nurani dengan
berbagai pertimbangan-pertimbangan. Hal tersebut saya lakukan
untuk mencari solusi yang terbaik untuk memecahkan masalah
tersebut. kadang saya juga melakukan komunikasi dengan orang yang
telah berpengalaman terhadap sebuah kasus, atau meminta petunjuk
kepada seseorang, sehingga pengalaman tersebut dapat menjadi
acuan saya.
CGP : Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Anda lakukan
selama ini?
KEPALA : Saya tidak pernah mengambil keputusan yang berkaitan dengan
SEKOLAH dilema etika secara prosedural, karena kasus tersebut saya selesaikan
secara situasional atau tergantung kasusnya. Tetapi, ada beberapa
kriteria yang biasa saya lakukan, seperti tadi yaitu menggunakan hati
nurani, bertanya kepada yang berpengalaman. Atau bahkan saya
berkonsultasi dengan atasan agar keputusan tersebut baku atau tidak
menyalahi prosedur yang ada.
CGP : Hal-hal apa saja yang selama ini Anda anggap efektif dalam
pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
KEPALA : Berdasarkan pengalaman saya, pengambilan keputusan pada kasus
SEKOLAH dilema etika paling efektif jika kita melakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan pihak yang bermasalah. Mendengarkan alasan,
mencari tahu apa yang diinginkan kemudian menimbang keinginan
apa yang akan diraih. Karena keputusan tersebut saya usahakan agar
tidak merugikan pihak tertentu, jika ada dua pihak yang saling
berhadapkan maka penyelesaianya harus dihadapkan bersama agar
seluruh pihak tersebut mampu menerima dengan baik keputusan
tersebut.
CGP : Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam
pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
KEPALA : Tantangan terberat pada kasus dilema etika, jika terdapat dua pihak
SEKOLAH yang sama-sama benar dengan alasan yang logis, kemudian kedua
pihak tersebut menginginkan keberpihakan dari saya. Nah, berkaitan
dengan pertanyaan sebelumnya, maka saya akan merunding atau
berembug terlebih dahulu agar kedua pihak tersebut menyampaikan
keinginan. Dan keputusan yang saya ambil saya usahakan seadil-
adilnya. Bahkan saya menawarkan solusi sebagai jalan tengah.
Seingat saya, solusi tersebut sebagai trilema, artinya mengambil
keputusan bukan dari salah satu pihak agar tidak menimbulkan
cemburu sosial.
CGP : Apakah Anda memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam
sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung
menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk
menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda
jalankan?
KEPALA : Berkenaan dengan jadwal, saya berprinsip setiap permasalahan harus
SEKOLAH diselesaikan secepat mungkin agar tidak menimbulkan permasalahan
baru, tentu saja dengan prinsip cepat, tepat, dan selamat. Artinya
harus cepat dan keputusan harus tepat, dan semua pihak menerima.
CGP : Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini
mempermudah atau membantu Anda dalam pengambilan keputusan
dalam kasus-kasus dilema etika?
KEPALA : Seseorang yang membantu biasanya orang yang lebih
SEKOLAH berpengalaman pada bidang tertensu, artinya situasional. Jika kasus
yang berkaitan dengan hukum, maka saya akan meminta bantuan
orang yang mengerti hukum, jika berkaitan dengan kebijakan sekolah
biasanya saya berkonsultasi dengan atasan setingkat lebih tinggi dari
saya. Tetapi, jika kasusnya dapat saya selesaikan sendiri maka saya
selesaikan sendiri. Kemudian, faktor yang mempermudah adalah
keterbukaan orang yang “berkasus” dengan komunikasi yang terbuka
atau jujur akan mempermudah saya menyelesaikan kasus tersebut.
Karena kita mengerti keinginan, mengerti kemampuan, bahkan
mengerti kebutuhan apa yang dipenuhi.
CGP : Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat
Anda petik dari pengalaman Anda mengambil keputusan dilema etika
Kepala sekolah : Pembelajaran yang selama ini saya peroleh dalam menyelesaikan
kasus, tentu saja kesabaran dan hati nurani. Sebaik apapun kondisi
kita, keilmuan kita, kehebatan kita, kita memerlukan sebuah kesabaran
yang matang agar terjalin komunikasi dari pemangku kepentingan
terhadap kasus yang dihadapi. Begitu juga dengan hati nurani, kita
bisa saja memenangkan suatu pihak, tetapi hati kecil kita tetap saja
atau nurani kita tidak dapat dibohongi jika kita tidak berlaku adil, maka
dengan itu sebagai seorang pemimpin memerlukan kesabaran yang
tanpa batas dan hati nurani yang bersih.
CGP : Baiklah terima kasih ibu, menarik sekali wawancara kita hari ini, tetapi
saya tahu bahwa banyak sekali hal yang harus ibu kerjakan, maka
dengan itu saya ucapkan terima kasih atas waktu dan berbagi
pengalaman ini.
Kepala Sekolah : Sama-sama Ibu, saya juga berharap suatu saat kita semua mampu
menghadapi setiap permasalahan dengan baik.

Refleksi Wawancara:
1. Hal yang menarik dari kedua wawancara tersebut adalah kedua kepala sekolah
melaksakan pengujian keputusan walaupun tidak secara menyeluruh atau parsial
seperti uji intuisi dan uji idola.
2. Setiap kepala sekolah sebagai pemangku kepentingan memiliki persepsi yang sama
mengenai pemahaman tentang dilema etika dan bujukan moral, serta memiliki
persepsi yang sama dalam menyelesaikan kasus dilema etika yaitu menggunakan
pendekatan hati nurani (care-based thinking)
3. Dalam wawancara tersebut tidak tergambar rencana kedepan dalam menjalani
pengambilan keputusan yang mengandung dilema etika
4. Rencana yang saya rancang dalam penerapan pengambilan keputusan adalah
melakukan pembelajaran dengan berbagai pihak yang telah berpengalaman seperti
kepala sekolah, melakukan simulasi, melakukan refleksi diri sendiri dan meminta
penilaian dari orang lain. Hal tersebut saya lakukan sesuai lingkup saya sebagai guru
kepada murid, dan dilakukan dalam jangka waktu terdekat.
5. Format yang saya gunakan yaitu berbentuk tulisan narasi, dengan berulang kali
melakukan review dan kutipan langsung sehingga tidak tercampur dengan opini
pribadi sehingga terjaga orisinalitas hasil wawancara.
6. Panjang tulisan telah di review sehingga intisari materi tersampaikan langsung
berdasarkan hasil wawancara.

Anda mungkin juga menyukai