Anda di halaman 1dari 2

NAMA : ABDUL WAFI

PRODI : PAI EXSTENSI 2020

NIM : 202044012683

PENGERTIAN FIQH

A. FIQH

Fiqh (bahasa Arab: ‫فقه‬, translit. fiqh) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang
secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan
manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Allah,
Tuhannya.[1] Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih sebagai
pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah. [2

Fiqh membahas tentang cara beribadah dan muamalah, sesuai yang tersurat dalam Al-
Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat empat mazhab dari Sunni yang mempelajari
tentang fikih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fikih disebut Fakih. Sebagian ahli fikih
membagi 4 pembahasan utama, yakni; rubu' ibadat, rubu' mu'amalat, ru'bu
munakahat, dan ru'bu djinajat. Namun sebagian ahli fikih lainnya membagi pembahasan fikih
pada dua aspek saja, yaitu ru'bu ibadat dan ru'bu mu'amalat.[3]

Fiqh ‫ فقه‬secara bahasa artinya pemahaman yang benar tentang apa yang diharapkan.
[4] Hadis berikut menggunakan kata fikih sesuai makna bahasanya.

“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap
agama. Aku hanyalah yang membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan
senantiasa umat ini akan tegak di atas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena
adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang keputusan Allah.”[5]

Fiqh adalah mashdar dari bab ‫ فِق َه يفَق ُه‬faqiha - yafqahu, yang berarti
"paham". ‫ فُق َه‬faquha (dengan qaf berharakat dhammah) artinya fiqh menjadi sifat
alaminya. ‫ فَقَه‬faqaha (dengan fathah) artinya lebih dulu paham dari yang lain. [6]

Fiqh Secara istilah, fikih artinya ‫يلية‬-‫ا التفص‬--‫ة بأدلته‬--‫رعية العملي‬-‫ام الش‬--‫ة باألحك‬--‫“ معرف‬pengetahuan
tentang hukum-hukum syariat praktis berdasarkan dalil-dalil rincinya.” Yang
dimaksud ‫ة‬--‫“ معرف‬pengetahuan” mencakup ilmu pasti dan dugaan. Hukum-hukum
syariat ada yang diketahui secara pasti dari dalil yang meyakinkan dan ada yang
diketahui secara dugaan. Masalah-masalah ijtihad yang menjadi bahan perbedaan
pendapat di kalangan ulama adalah masalah dugaan karena jika diketahui secara
yakin, maka pasti tidak ada perbedaan pendapat. [7]

Yang dimaksud ‫“ األحكام الشرعية‬hukum-hukum syariat” adalah seperti wajib dan haram.
Fikih tidak membahas hukum-hukum logika, seperti "semua itu lebih besar dari
sebagian," maupun hukum-hukum alam, seperti turunnya embun di akhir malam
yang cerah musim panas.[8]
Yang dimaksud dengan ‫(“ العملية‬hukum) praktis,” fikih tidak membahas permasalahan
keyakinan. Ajaran tentang keyakinan dibahas dalam ilmu aqidah. Para ulama
menyebutnya ‫بر‬--‫ه األك‬--‫ الفق‬al-fiqh al-akbar “Fikih agung.” Oleh karena itu, hadis Nabi
“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap
agama” mencakup ilmu fikih dan ilmu aqidah. [9]

Yang dimaksud dengan ‫يلية‬--‫ا التفص‬--‫“ بأدلته‬berdasarkan dalil-dalil rincinya” adalah dalil
yang langsung berhubungan dengan suatu praktek. Misal, dalil firman Allah, ‫ِإَذا ُقْم ُتْم‬
‫“ ِإَلى الَّص الِة َفاْغ ِس ُلْو ا‬... apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka
basuhlah ...”[Qur'an Al-Ma’idah:6] berhubungan dengan disyaratkannya niat untuk wudu.
Dengan begitu, dalil yang dibawakan langsung berhubungan dengan masalah
praktek tertentu. Berbeda dengan, misal, dalil dari hadis: ‫و‬--‫من عمل عمال ليس عليه أمرنا فه‬
‫“ رد‬Barangsiapa mengamalkan suatu perkara yang tidak kami perintahkan, maka ia
tertolak,”[10] ini tidak termasuk fikih karena berhubungan dengan masalah umum
yang menjadi satu di antara kaidah-kaidah fikih. [11]

Anda mungkin juga menyukai