Bahasa Indonesia
Dosen pengampu
Disusun oleh :
F1081231020
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Saya meminta maaf jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, untuk menyempurnakan dan memperbaiki jika ada kekurangan dalam
penulisan makalah ini, saran dan kritik dari pembaca sangatlah diharapkan.
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan bagi setiap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
A. Pengertian Pendidikan ............................................................................................ 3
B. Jenjang dan Jenis-Jenis Pendidikan di Indonesia .................................................... 4
1. Jenjang pendidikan yang ada di Indonesia .......................................................... 5
2. Jenis Pendidikan di Indonesia ............................................................................. 6
C. Kurikulum Pendidikan di Indonesia ........................................................................ 7
1. Kurikulum Pendidikan Pada Masa Orde Lama ................................................... 8
2. Kurikulum Pendidikan Pada Masa Orde Baru .................................................... 9
3. Kurikulum Pendidikan Pada Masa Reformasi .................................................. 11
D. Permasalahan Pendidikan di Indonesia .................................................................... 14
BAB III ................................................................................................................................ 16
PENUTUP ........................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 16
B. Saran ..................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem merupakan suatu istilah yang diartikan sebagai susunan yang saling
berkaitan secara teratur satu sama lain, sehingga terbentuk suatu unsur kesatuan,
yang biasanya disebut sebagai sebuah metode. Suatu sistem terdiri dari beberapa
unsur dengan fungsi yang berbeda-beda sesuai tujuan dari setiap unsurnya. Begitu
pun dengan bidang pendidikan yang ada di Indonesia yang juga memiliki sistem
pendidikan yang telah ditentukan dan diberlakukan secara nasional atau seluruh
wilayah negara.
1
Oleh karena itu, penulis dapat membuat rumusan masalah dari hasil analisis
yang berkaitan dengan jenjang, kurikulum, hingga permasalahan pendidkan di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan?
2. Bagaimana jenjang pendidikan di Indonesia?
3. Bagaimana kurikulum pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana permasalahan pendidikan di Indonesia?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian pendidikan
2. Menjelaskan jenjang dan jenis pendidikan di Indonesia
3. Menjelaskan kurikulum pendidikan di Indonesia
4. Memaparkan permasalahan pendidikan di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan
Secara etimologi, pendidikan berasal dari kata “paedagogie” dari bahasa
Yunani, terdiri dari kata “paes” artinya anak dan “agogos” artinya
membimbing. Jadi paedagogie berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Dalam bahasa Romawi pendidikan berasal dari kata “educate” yang berarti
mengeluarkan sesuatu yang berada dari dalam. Sedangkan dalam bahasa
Inggris pendidikan diistilahkan dengan kata “to educate” yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual. Bangsa Jerman melihat
pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni:
membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan atau potensi
anak. Dalam bahasa Jawa, pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan),
mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran, kemauan dan
watak, mengubah kepribadian sang anak.
3
Abdurrahman Saleh Abdullah (2007: 15) menjelaskan pendidikan sebagai
proses yang dibangun masyarakat untuk membawa generasi-generasi baru
kearah kemajuan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan kemampuan yang
berguna untuk mencapai tingkat kemajuan paling tinggi. Hamalik Oemar
(2001: 79) menjelaskan bahwa “Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka
mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya
yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan
masyarakat”.
4
1. Jenjang pendidikan yang ada di Indonesia
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan ini merupakan jenjang pendidikan yang dijadikan patokan peserta
didik untuk melanjutkan pendidikan ke pendidikan tingkat menengah. Pendidikan
dasar di Indonesia terdiri dari sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI),
atau pendidikan dasar lainnya yang sederajat, yakni program Paket A. Selain itu,
pendidikan dasar juga terdapat dalam bentuk sekolah menengah pertama (SMP)
dan madrasah tsanawiyahh (MTs) atau bentuk pendidikan dasar lainnya
yanggsederajat, seperti program Paket B.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar yang
terbagi menjadi pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan.
Di Indonesia membagi pendidikan menengah menjadi beberapa bentuk, yang
terdiri atas Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk
pendidikan menengah lainnya yang sederajat, seperti program Paket C.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan di Indonesia yang ditempuh
setelah menyelesaikan pendidikan menengah. Pendidikan yang diselenggarakan
oleh pendidikan tinggi terdiri dari beberapa program yang mencakup pendidikaN
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan program pendidikan doktor. Jenjang
perguruan tinggi pada pendidikan tinggi dapat berbentuk pendidikan akademi,
sekolah tinggi, politeknik, institute, ataupun berbentuk universitas, yang mana
pendidikan tinggi ini tidak hanya memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan
pendidikan, tetapi juga berkewajiban untuk menyelenggarakan penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Selain itu, perguruan tinggi juga memiliki hak
untuk menyelenggarakan beberapa program pendidikan, seperti program akademi,
profesi, dan program vokasi. Perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
5
tersebut dapat memberikan gelar yang sesuai dengan program pendidikan yang
ditempuh oleh para mahasiswanya.
a. Pendidikan umum
Pendidikan umum adalah jenis pendidikan yang terbagi menjadi
pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang dalam pelaksanaannya
memiliki fokus utama pada perluasan ilmu pengetahuan yang diperlukan
oleh peserta didik sebagai bahan pertimbangan untuk melanjutkan
pendidikan,ke jenjang yang lebih tinggi, yakni perguruan tinggi.
b. Pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah jenis pendidikan tingkat menengah
yang pelaksanaan memiliki tujuan untuk mempersiapkan peserta didik
sebelum terjun ke dunia kerja setelah menempuh pendidikan tersebut.
c. Pendidikan akademik
Pendidikan akademik adalah jenis pendidikan tingkat tinggi pada
program sarjana dan program pascasarjana yang pelaksanaan
mengutamakan penguasaan pada disiplin ilmu tertentu.
d. Pendidikan profesi
Pendidikan profesi adalah jenis pendidikan tinggi yang ada di
Indonesia. Pendidikan profesi ini akan ditempuh oleh seseorang setelah ia
menyelesaikan program sarjananya. Tujuan dari pelaksanaan pendidikan
profesi ini ialah untuk,mempersiapkan peserta didik agar mendapatkan dan
memiliki pekerjaan yang sesuai dengan persyaratan keahlian khusus.
e. Pendidikan vokasi
Pendidikan vokasi adalah jenis pendidikan tinggi yang bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik agar mendapatkan dan memiliki
6
pekerjaan yang sesuai dengan keahlian terapan tertentu, yang ditargetkan
agar setara dengan program sarjana.
f. Pendidikan keagamaan
Pendidikan keagamaan merupakan jenis pendidikan yang terbagi
menjadi beberapa tingkatan, yakni pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Diselenggarakannya pendidikan
keagamaan ini bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik dalam
menjalankan semua peranannya yang dituntut pada penguasaan
pengetahuannya tentang ilmu agama, bahkan bisa menjadi sosok yang ahli
dalam ilmu agama atau seorang ustadz.
g. Pendidikan khusus
Pendidikan khusus adalah jenis pendidikan di Indonesia yang
diselenggarakan untuk anak-anak yang memiliki kelainan atau anak-anak
yang berbutuhan khusus dan anak-anak yang memiliki kecerdasan luar
biasa. Pendidikan khusus ini diselenggarakan secara inklusif, yang mana
satuan pendidikannya dipisah secara khusus pada tingkat pendidikan dasar
dan pendidikan menengah.
7
negara tetangga dan banyak generasi muda yang dikirim belajar ke luar negeri
dengan tujuan nantinya bisa pulang kampung untuk mengaplikasikan ilmu yang
didapat. hal ini menghalangi seseorang untuk bersekolah karena segregasi
dianggap sebagai tindakan kolonialisme.
8
Kurikulum mata pelajaran sangat jelas dan hanya ada satu guru yang
mengajar setiap mata pelajaran. Saat ini, kebutuhan pengetahuan siswa
lebih diperhatikan dan satuan mata pelajaran lebih rinci. Namun dalam
program ini siswa tetap dianggap sebagai subjek karena guru merupakan
subjek sentral transmisi ilmu pengetahuan. Guru menentukan apa yang
akan dicapai siswa di kelas dan juga menentukan standar keberhasilan
siswa dalam proses pendidikan.
c. Kurikulum 1964
Kurikulum 1964 menitikberatkan pada pengembangan kreativitas,
minat, karsa, kerja, dan etika (Panca Wardana). Topik diklasifikasikan
menjadi lima kelompok bidang penelitian: moral, intelektual,
emosional/artistik, terampil dan fisik. Pendidikan dasar lebih menekankan
pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis. Pada Kurikulum 1964,
fokus pendidikan mulai diperluas ke ranah praktik. Dalam arti setiap
pelajaran yang diajarkan di sekolah dapat mempunyai korelasi positif
dengan praktik fungsional siswa di masyarakat.
9
a. Kurikulum tahun 1968
Program tahun 1968 menekankan pendekatan organisasi terhadap
subjek tim pengembang Pancasila, pengetahuan dasar dan keterampilan
khusus. Saat ini siswa hanya berperan sebagai individu besar, hanya
menghafal teori-teori yang ada tanpa menerapkan teori-teori tersebut.
Aspek emosional dan psikomotorik tidak ditonjolkan dalam program ini.
Faktanya, program ini berfokus pada pelatihan siswa dari sudut pandang
intelektual saja.
b. Kurikulum 1975
Program tahun 1975 menekankan tujuan menjadikan pendidikan
lebih efektif berdasarkan MBO (Management By Objective). Metode,
materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam ProsedurPengembangan
Sistem Instruksional (PPSI) yang didalamnya disebut "satuan
pembelajaran", yaitu rencana pembelajaran untuk setiap unit diskusi.
Setiap unit kursus dibagi menjadi tujuaninstruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi. Dalam program ini peran guru menjadi
lebih penting karena setiap guru harus menetapkan secara rinci tujuan
yang ingin dicapai. Selama proses pembelajaran, pengajaran berlangsung.
Setiap guru perlu membuat rencana rinci dalam melaksanakan program
belajar mengajar. Setiap pertemuan tatap muka diatur dan dijadwalkan
sejak awal. Dengan program ini, seluruh proses belajar mengajar menjadi
sistematis dan progresif.
c. Kurikulum 1984
Termasuk program tahun 1984 “Pendekatan keterampilan proses”.
Proses ini menjadi lebih penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Peran
siswa dalam program ini adalah mengamati sesuatu, mengelompokkannya,
berdiskusi dan melaporkannya. . Model ini disebut Cara Belajar Siswa
Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA menempatkan
guru sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan mengajar seperti itu
10
tidak lagi ditemukan dalam program ini. Dalam program ini, siswa
diidentifikasi sebagai subjek dalam proses belajar mengajar. Siswa juga
berperan dalam membentuk pengetahuan dengan memberikan kesempatan
mengemukakan pendapat, bertanya, dan berdiskusi.
d. Kurikulum 1994
Program tahun 1994 merupakan hasil upaya penggabungan
program program sebelumnya khususnya program tahun 1975 dan tahun
1984. Pada program ini mulai terlihat bentuk-bentuk beban terhadap
pelajar dengan beban belajar yang berat bagi siswa, mulai dari muatan
nasional hingga muatan lokal. Muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan
masing-masing daerah, seperti bahasa, kesenian, ketrampilan daerah, dan
lain-lain. Berbagai keprihatinan kelompok masyarakat juga mendorong
dimasukkannya isu-isu tertentu dalam kurikulum sekolah. Pada akhirnya,
jadwal tahun 1994 diubah menjadi jadwal yang sangat padat. Mahasiswa
dihadapkan pada beban akademik berat yang harus diselesaikannya, dan
mereka tidak mempunyai pilihan apakah akan menerima beban akademik
berat yang dihadapinya atau tidak.
11
ilmu. Siswa memang harus proaktif dalam menerima informasi. Sekali lagi, peran
guru dipandang sebagai fasilitator dalam mengumpulkan informasi.
12
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pengajar (KTSP) 2006
Oleh karena itu, dalam program ini sekolah sebagai satuan pendidikan
berhak mengembangkan dan menciptakan program pendidikan yang sesuai
dengan minat siswa dan lingkungan. KTSP memajukan pendidikan lokal.
Karena KTSP didasarkan pada pelaksanaan KBK, maka siswa juga
mempunyai kesempatan untuk memperoleh ilmu pengetahuan secara
terbuka berdasarkan sistem atau program yang ditentukan oleh sekolah
masing-masing. Dalam program ini unsur pendidikan dikembalikan pada
kedudukannya semula, yaitu unsur teoritis dan unsur praktis. Namun
dalam program ini, unsur praktiknya lebih ditekankan dibandingkan unsur
teorinya. Setiap kebijakan yang diambil oleh satuan pendidikan terkecil
untuk menentukan metode pembelajaran dan jenis mata pelajaran
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan lingkungan.
c. Kurikulum K13
13
d. Kurikulum merdeka
14
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga
daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi
antara pemerintah pusat dengan daerah. Pada sisi ini, sepintas dapat dipahami
bahwa selama ini belum semua masyarakat bangsa Indonesia dapat merasakan
manisnya pendidikan. Jika hendak dicermati, maka persoalan pemerataan
pendidikan setidaknya disebabkan oleh (1) Perbedaan tingkat sosial ekonomi
masyarakat; (2) Perbedaan fasilitas pendidikan; (3) Sebaran sekolah tidak
merata; (4) Nilai masuk sebuah sekolah dengan standart tinggi; (5)
Rayonisasi. (Idrus, 2016). Yang paling utama permasalahannya di Indonesia
adalah tingkat ekonomi. Semakin rendah tingkat ekonomi masyarakat, maka
peluang untuk mendapatkan pendidikan yang tenaga pengajarnya berkualitas
semakin kecil. Serta fasilitas dalam pendidikan juga dapat diukur dengan
uang. Semakin mahal sekolah, biasanya akan semakin memadai fasilitas yang
ada.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa pendidikan adalah pemberian ajaran mengenai akhlak dan
kecerdasan dengan usaha yang sadar dan terencana untuk membawa
generasi-generasi baru kearah kemajuan dengan cara-cara tertentu untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
B. Saran
Dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan kurikulum yang matang dan
fasilitas yang memadai guna memajukan dunia pendidikan di Indonesia.
Untuk melakukan peningkatan kualitas pendidikan di negara, perlu disertai
16
dengan kerja sama seluruh warga negara dan pemerintah agar tujuan
pendidikan tercapai, yakni mencerdaskan seluruh bangsa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2007. Teori-Teori Pendidikan
Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta; Rineka Cipta.
18