Naskah Drama Jalan Salib HKBP
Naskah Drama Jalan Salib HKBP
Diam dan merasa tidak mampu, mengikut arus dan tunduk pada mereka yang berkuasa, atau
berpaling dari keadilan dan kebenaran demi janji dan imbalan sesaat. Itulah sikap yang kita
warisi dari orang Yahudi dan para murid ketika Yesus memikul Salib. Sikap inipun masih kita
anut ditengah masyarakat bahkan dalam hidup bergereja. Kita takut menanggung konsekuensinya
jika kita setia pada kebenaran. Kita takut memikul salib.
Menolong orang lain sering kita terima sebagai beban. Kita lakukan karena terpaksa. Kita
berbuat baik hanya pada mereka yang baik kepada kita. Hanya kepada mereka yang kita kenal.
Hanya kepada orang yang segolongan dengan kita, orang yang satu suku, dan warna kulit dengan
kita. Kita berbuat baik hanya agar kita dikenal, dipandang, disegani, dihormati bahkan demi upah
dan imbalan, demi simpati dan penghargaan. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-
sungut dan tidak terbantah-bantah supaya kamu tiada ber-aib dan tiada bernoda sebagai anak-
anak Allah.
Prajurit A : Cambuk Dia!!
Prajurit B : Cepat cambuk dia!!
Prajurit C : Jalan lebih cepat! Orang ini sudah membantumu!
Suatu hal yang kecil, namun karena ketulusan hatinya yang begitu besar membuat Yesus sangat
menghargai Wanita tersebut. Kita pun diajak untuk meneladani sikap Wanita tersebut. Melakukan
hal yang kecil sekalipun sebagai bentuk kesatuhatian kita terhadap orang lain, juga terhadap
keluarga.
Bangun dari keterjatuhan dan kelemahan membutihkan keberanian dan kesungguhan. Namun
menolong orang yang jatuh membutuhkan keberanian serta ketulusan. Seringkali kita menolong
dan berkarya bukan karena ketulusan, melainkan karena tidak ingin kalah saing dengan orang
lain. Kita membangun benteng-benteng persaingan antar kelompok, antar suku demi kebanggaan
sesaat. Gereja dan masyarakat kita akhirnya dipenuhi oleh kelompok yang saling mengalahkan.
Apakah memuji Tuhan menjadi sarana persaingan antara kelompok dan pribadi? Apakah
menjatuhkan orang, suku, dan kelompok lain adalah cara baru kita berdoa?
Melihat penderitaan yang dialami oleh orang yang kita kasihi, tetapi kita tidqk dapat berbuat apa-
apa. Kita hanya dapat menemani dan mendaraskan doa seraya berharap penderitaan itu segera
berlalu. Bunda Maria yang berani menghadapi kengerian jalan salib putranya. Sesuatu yang tidak
menyenangkan, tetapi harus dilalui. Karena jalan penderitaan ini termasuk bagian dari misteri
rencana Tuhan.
ADEGAN 7 – YESUS TERJATUH UNTUK KETIGA KALINYA
Prajurit A : Sudah hampir sampai, cepat jalan!
Prajurit B : Hei, Yesus apa kau sudah Lelah? Orang ini sudah membantumu!
Prajurit A : Hei, cepat cambuk dia!
Prajurit C : ARRGHH…!!! JALANMU TERLALU LAMBAN! (Yesus terjatuh)
Simon Kirene : Yesus, Aku akan menemani memikul Salib hingga akhir perjalanan ini.
Yesus kembali jatuh, namun ia kembali bangkit. Kita semakin diajak untuk peduli kepada orang
lain dan berusaha untuk membantu yang jatuh untuk kembali berdiri. Yesus memberikan pada kita
kekuatan untuk bangkit dan ia juga mengajak kita untuk peduli pada sesame dan menjadi
penopang bagi orang lain. Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu sebab dengan demikian
kamu telah memenuhi hukum Kristus.
(Yesus melihat ibu-Nya Maria bersama dengan murid-Nya di dekat salibnya sambil menangis)
Yesus : Ibu, inilah anakmu
(Yesus menoleh pula pada murid-Nya yang menemani Ibunya)
Yesus : Inilah ibumu
(Kemudian jam 3 sore langit menjadi gelap, lalu Tuhan Yesus berteriak…)
Yesus : Eli…Eli…Lama Sabakhtani…!!!
Warga : Hei, apakah dia memanggil Elia?
(Setelah mendengar perkataan salah seorang warga, Yesus berbicara dalam rasa sakitnya)
Yesus : Aku…Haus
(Kemudian dengan kasar salah seorang prajurit datang memberikan anggur asam pada Yesus
hingga terasa perih disekujur tubuh yang terkena luka)
Yesus : Sudah….Selesai
Yesus : Ya Bapa…kedalam tanganmu, kuserahkan nyawaku.