Anda di halaman 1dari 5

NASKAH DRAMA JALAN SALIB

SEKOLAH MINGGU HKBP LUMBAN LOBU


Kebenaran….Kemanakah engkau pergi? Keadilan…. Berapa lama lagi engkau bersembunyi?
Mengapa orang benar dihukum mati? Mengapa yang adil dihancurkan? Tuhan, ,masih berapa
lama lagi kami harus menunggu? Telah habiskah kasih yang engkau berikan kepada manusia?
Telah pudarkah cinta dan kasih sayang yang engkau titipkan bagi kaum keluarga kami?
Dia yang tak berdosa, menanggung maut karena kesalahan kita. Ia yang benar dan adil dibawa
ketempat pembantaian untuk kita yang hina ini. Ia telah menderita dan mati, lalu untuk dia, apa
yang telah kita berikan?
ADEGAN 1
Yesus dibawa menghadap Pontius Pilatus beserta warga yang membenci Yesus
Pilatus : Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini? Aku telah menyelidiki kesalahan apa
yang telah ia perbuat, tetapi aku tidak menemukan kesalahan apapun. Apa yang kalian ingin aku
lakukan terhadap orang ini?
Warga : SALIBKAN DIA!! (Bersorak sambil mengepalkan tangan keatas)
Warga 1 : Dia telah mengatakan bahwa dia adalah Raja orang Yahudi. Padahal kami tidak
memiliki raja selain kaisar.
(Semua menganggukkan kepala setuju)
Warga : Ya benar! SALIBKAN DIA! SALIBKAN DIA!
Pilatus : (Memasang pose berpikir dan angguk kepala mengerti) Aku tahu engkau tidak
bersalah . Tetapi jika engkau kubebaskan, maka jabatanku, karirku…..(Berpikir
sejenak). Ahh…Maaf. SALIBKAN DIA!!
(Para prajurit memasang mahkota berduri pada Yesus dan mulai mencambuknya)
Nama baik, kedudukan dan jabatan terkadang membuat kita tidak berani mengikuti suara hati dan
melepaskan tanggung jawab. Kita telah menjadi Pilatus dan imam-imam kepala masa kini demi
status, kedudukan dan jabatan. Manusia, berapapun mulianya, tak akan bertahan melawan
Hasrat duniawinya.
Warga : SALIBKAN DIA!! SALIBKAN DIA!!
Prajurit A : Hei, cambuk lebih kuat!
Prajurit C : Jalan lebih cepat!
(Prajurit B datang membawa salib)
Prajurit B : Pikul salib ini!
Prajurit A : Tetap cambuk dia!

ADEGAN 2 - YESUS MEMIKUL SALIB (Tanah Ponggol)


(3 Orang berjubah menghadap Yesus)
Ket: OH (Orang Jubah Hitam); OP (Orang Jubah Putih)
OH 1 : Maaf Yesus, kami tidak dapat berbuat apa-apa. Kemarin, kami memang masih
mengelu-elukanmu.
OH 2 : Tapi para imam ini telah menjanjikan sesuatu pada kami dan itu lebih berharga
daripada mendengarkan khotbahmu
OH 3 : Lagipula mereka tidak mungkin keliru karena mereka pemimpin umat. Yah,
mungkin Salib memang layak kau dapatkan.
(Ketiga orang itu pergi, kemudian datang pula 3 orang berjubah putih )
OP 1 : Guru, mereka terlalu banyak dan berkuasa, sedangkan kami tidak bisa berbuat
apa-apa. Kami takut guru, maafkan kami.
(Kemudian ketiga orang berjubah putih tersebut pergi dan Yesus beserta para prajurit dan orang-
orang yang membenci Yesus berjalan menuju tempat penyaliban)

Diam dan merasa tidak mampu, mengikut arus dan tunduk pada mereka yang berkuasa, atau
berpaling dari keadilan dan kebenaran demi janji dan imbalan sesaat. Itulah sikap yang kita
warisi dari orang Yahudi dan para murid ketika Yesus memikul Salib. Sikap inipun masih kita
anut ditengah masyarakat bahkan dalam hidup bergereja. Kita takut menanggung konsekuensinya
jika kita setia pada kebenaran. Kita takut memikul salib.

ADEGAN 3 – YESUS DAN SIMON DARI KIRENE (Simpang Gereja)


(Yesus yang kelelahan terjatuh ke tanah. Kemudian salah seorang prajurit melihat seseorang
lewat )
Prajurit A : Hei, Kau! Siapa kamu?
Simon : Simon dari Kirene
Prajurit A : Cepat bantu dia!
Simon : Orang ini dalam susahnya masih saja merepotkan orang lain. Yesus, kenapa kau
tidak pinggul sendiri salibmu? Seandainya bukan karena serdadu ini yang
memaksaku, aku tidak akan membantumu!

Menolong orang lain sering kita terima sebagai beban. Kita lakukan karena terpaksa. Kita
berbuat baik hanya pada mereka yang baik kepada kita. Hanya kepada mereka yang kita kenal.
Hanya kepada orang yang segolongan dengan kita, orang yang satu suku, dan warna kulit dengan
kita. Kita berbuat baik hanya agar kita dikenal, dipandang, disegani, dihormati bahkan demi upah
dan imbalan, demi simpati dan penghargaan. Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-
sungut dan tidak terbantah-bantah supaya kamu tiada ber-aib dan tiada bernoda sebagai anak-
anak Allah.
Prajurit A : Cambuk Dia!!
Prajurit B : Cepat cambuk dia!!
Prajurit C : Jalan lebih cepat! Orang ini sudah membantumu!

ADEGAN 4 – SEORANG WANITA MENGUSAP WAJAH YESUS (Simpang SD)


Warga : SALIBKAN DIA! SALIBKAN DIA!
Prajurit A : Cambuk dia!!
Prajurit B : Cepat Jalan!!
(Datanglah seorang Wanita dengan kain ditangannya)
Prajurit C : Hei, minggir kamu!
Wanita : (Membasuh wajah Yesus) Tuhan, hanya ini yang mampu aku lakukan.
Prajurit A : Minggir! Apa yang kau lakukan ini?! (Mendorong Wanita tersebut)

Suatu hal yang kecil, namun karena ketulusan hatinya yang begitu besar membuat Yesus sangat
menghargai Wanita tersebut. Kita pun diajak untuk meneladani sikap Wanita tersebut. Melakukan
hal yang kecil sekalipun sebagai bentuk kesatuhatian kita terhadap orang lain, juga terhadap
keluarga.

ADEGAN 5 – YESUS TERJATUH UNTUK KEDUA KALINYA


Warga : HUKUM DIA! SALIBKAN DIA! SIKSA DIA! Yesus tanggalkan saja
mahkotamu HAHAHA…!!!
Prajurit A : Hei, jalan lebih cepat! (Sambil mencambuk)
Prajurit B : Tidak cukupkah orang ini membantumu. Hah?!!
Prajurit C : Kita sudah hampir sampai, Jangan memperberat tugas kami! (Mendorong Yesus)
(Yesus terjatuh kemudian datanglah seorang Wanita)
Wanita : Tidakkah engkau lihat ia kelelahan? Setidaknya berikan ia sedikit waktu untuk
beristirahat
Prajurit A : Diam kamu!
Prajurit B : Tetap pikul salibnya dan cepat berjalan!

Bangun dari keterjatuhan dan kelemahan membutihkan keberanian dan kesungguhan. Namun
menolong orang yang jatuh membutuhkan keberanian serta ketulusan. Seringkali kita menolong
dan berkarya bukan karena ketulusan, melainkan karena tidak ingin kalah saing dengan orang
lain. Kita membangun benteng-benteng persaingan antar kelompok, antar suku demi kebanggaan
sesaat. Gereja dan masyarakat kita akhirnya dipenuhi oleh kelompok yang saling mengalahkan.
Apakah memuji Tuhan menjadi sarana persaingan antara kelompok dan pribadi? Apakah
menjatuhkan orang, suku, dan kelompok lain adalah cara baru kita berdoa?

ADEGAN 6 - BUNDA MARIA DAN YESUS MENGHIBUR PUTRI YERUSALEM


(Yesus berjalan tertatih-tatih dengan prajurit yang mencambuk dirinya. Kemudian datanglah
putri-putri Yerusalem beserta Maria, ibu Yesus diantaranya)
Maria : Minumlah (Memberikan kendi berisi air kepada Yesus)
Pti Yerusalem : Yesus, ampunilah kesalahan kami, kami tidak dapat berbuat apa-apa, kami tidak
sanggup melihat penderitaanmu.
(Para putri Yerusalem menangis)
Yesus : Hai putri-putri Yerusalem, janganlah engkau menangisi aku. Melainkan tangisilah
dirimu dan anak-anakmu.

Melihat penderitaan yang dialami oleh orang yang kita kasihi, tetapi kita tidqk dapat berbuat apa-
apa. Kita hanya dapat menemani dan mendaraskan doa seraya berharap penderitaan itu segera
berlalu. Bunda Maria yang berani menghadapi kengerian jalan salib putranya. Sesuatu yang tidak
menyenangkan, tetapi harus dilalui. Karena jalan penderitaan ini termasuk bagian dari misteri
rencana Tuhan.
ADEGAN 7 – YESUS TERJATUH UNTUK KETIGA KALINYA
Prajurit A : Sudah hampir sampai, cepat jalan!
Prajurit B : Hei, Yesus apa kau sudah Lelah? Orang ini sudah membantumu!
Prajurit A : Hei, cepat cambuk dia!
Prajurit C : ARRGHH…!!! JALANMU TERLALU LAMBAN! (Yesus terjatuh)
Simon Kirene : Yesus, Aku akan menemani memikul Salib hingga akhir perjalanan ini.

Yesus kembali jatuh, namun ia kembali bangkit. Kita semakin diajak untuk peduli kepada orang
lain dan berusaha untuk membantu yang jatuh untuk kembali berdiri. Yesus memberikan pada kita
kekuatan untuk bangkit dan ia juga mengajak kita untuk peduli pada sesame dan menjadi
penopang bagi orang lain. Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu sebab dengan demikian
kamu telah memenuhi hukum Kristus.

ADEGAN 9 – PAKAIAN YESUS DITANGGALKAN


(Yesys kembali berjalan, tiba ditempat penyaliban, salib diletakkan, para serdadu dengan kasar
menanggalkan pakaian Yesus)
Prajurit A : Aku mau jubah ini!
Prajurit B : Aku juga mau jubah itu!
Prajurit C : Bagaimana kalau kita bagi jubah ini?
Prajurit A : Saya punya koin, bagaimana kalau kita undi saja?
(Prajurit A melempar koin)
Prajurit B : Aku yang mendapatkannya. HAHAHAHA…!!!

Yesus dipermalukan. Pakaiannya ditanggalkan didepan umum. Tanpa ditanggalkanpun, pakaian


seringkali menjadi sarana untuk mempermalukan orang. Lihatlah sekelilingmu! Lihatlah pakaian
orang disekitarmu! Berapa kali kah kita mengukur orang lain dari penampilan dan pakaiannya?
Betapa sering kita menjadikan pakaian sebagai alat untuk menonjolkan diri dan menyepelekan
orang?. Di hadapan Allah, pakaian dan penampilan kita tidak berarti apa-apa. Kepantasan hati
dan perilaku jauh lebih bernilai, daripada keelokan busana dan penampilan.

ADEGAN 9 – YESUS DISALIBKAN


(Yesus dipaku…Yesus disalibkan….menderita sendirian….tidak ada yang menolongnya.
Dimanakah para murid-Nya? Dimanakah mereka yang pernah disembuhkannya? Dimanakah
mereka yang sebelumnya bersorak “Hosana Putera Daud”?. Semuanya menghilang, semuanya
meninggalkan Dia.
Mengetahui orang lain menderita namun tidak peduli, sama artinya ikut menyebabkan dia
menderita. Keadilan menuntut kita untuk ikut meringankan beban orang lain. Ketidakpedulian
membawa kita mengabaikan dan memperberat kesusahan sesame.
Yesus menawarkan salib-Nya menjadi tempat kita memakukan segala ketidakpedulian kita. Ia
menawarkan tangannya yang berlubang menjadi tempat kita menancapkan paku-paku dos akita.
Adakah kita menawarkan diri kita menjadi tempat kita meletakkan bebanNya?
(Salib ditegakkan. Para Imam mengawasi hingga salib ditegakkan, lalu menjauh. Para Wanita
mendekat, para murid melihat dari tempat yang agak jauh. Maria dan Yohanes berdiri di kaki
salib)
Yesus : Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat
Warga A : Hei, engkau yang mau merubuhkan bait suci Allah dan membangunnya kembali
dalam 3 hari. Selamatkanlah dirimu!
Warga B : Orang lain dia selamatkan, sedangkan dirinya sendiri tidak bisa dia selamatkan
Penjahat Kiri : Bukankah engkau Kristus? Selamatkanlah dirimu dan kami
Penjahat Kanan : Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau mendapat
hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima
balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat
salah. Yesus ingatlah akan aku, apabila engkau datang sebagai raja.
Yesus : Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama
sama dengan aku di dalam Firdaus.

(Yesus melihat ibu-Nya Maria bersama dengan murid-Nya di dekat salibnya sambil menangis)
Yesus : Ibu, inilah anakmu
(Yesus menoleh pula pada murid-Nya yang menemani Ibunya)
Yesus : Inilah ibumu
(Kemudian jam 3 sore langit menjadi gelap, lalu Tuhan Yesus berteriak…)
Yesus : Eli…Eli…Lama Sabakhtani…!!!
Warga : Hei, apakah dia memanggil Elia?
(Setelah mendengar perkataan salah seorang warga, Yesus berbicara dalam rasa sakitnya)
Yesus : Aku…Haus
(Kemudian dengan kasar salah seorang prajurit datang memberikan anggur asam pada Yesus
hingga terasa perih disekujur tubuh yang terkena luka)
Yesus : Sudah….Selesai
Yesus : Ya Bapa…kedalam tanganmu, kuserahkan nyawaku.

Anda mungkin juga menyukai