Sekarang ini, kita semua dihadapkan oleh masalah keterbatasan lahan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan dan menata ruang yang ada secara efisien. Karena keterbatasan lahan tersebut, semakin banyak pembangunan yang mulai merambah ke daerah yang seharusnya diperuntukkan sebagai lahan hijau. Apalagi, Indonesia merupakan suatu negara yang sedang dalam tahap perkembangan, sehingga banyak pembangunan yang masih direncanakan. Akibatnya lahan hijau semakin berkurang. Mengapa kita membutuhkan lahan hijau? Karena dalam beberapa tahun terakhir, pemanasan global semakin dapat kita rasakan. Peningkatan suhu yang ekstrem pada atmosfer bumi, meningkatnya risiko kanker kulit karena efek rumah kaca, serta berbagai dampak lainnya. Namun, dampak-dampak dari pemanasan global tersebut dapat diminimalisir. Penghijauan merupakan salah satu pencegahan yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Dengan penghijauan, kadar karbondioksida di udara akan berkurang dan kadar oksigen akan meningkat. Salah satu alternatif penghijauan yang dapat diterapkan di lahan terbatas yaitu hidroponik (budidaya tanaman tanpa tanah). Hidroponik bahkan dapat dilakukan dengan menyusun rak-rak secara vertikal, sehingga dapat memaksimalkan pemanfaatan ruang yang ada. Selain itu metode budidaya tanaman secara hidroponik juga lebih hemat tenaga dan air. Hidroponik juga dapat membantu solusi atas masalah pangan yang sering kita hadapi, karena dapat diterapkan untuk membudidayakan sayur-sayuran. Sayur-sayuran yang dihasilkan juga memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih, serta lebih mudah dipanen. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis terdorong untuk mengkaji mengenai kelebihan dan kekurangan menanam tanaman secara hidroponik.