Anda di halaman 1dari 9

STUDI PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA INDUSTRI JASA KONSTRUKSI

Wulfram I. Ervianto1
1

Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No.44 Yogyakarta 55281, Telp 0274-487711, email:ervianto@mail.uajy.ac.id Manusia adalah bagian integral dari lingkungan. Lingkungan menyediakan berbagai sumberdaya yang dibutuhkan manusia seperti sinar matahari, udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan, bahan bakar fosil dan lain-lain. Selama berabad-abad sebagian manusia berasumsi seolah-olah mempunyai kebebasan dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan semaksimal mungkin. Anggapan antroposentris tersebut ternyata telah menimbulkan permasalahan berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kompleksitas bekerjanya antara alam dengan berbagai faktor lingkungannya menjadi sesuatu yang sangat penting jika manusia akan terus memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup tanpa merusaknya. Pada saat ini kondisi alam dan lingkungan telah banyak mengalami berbagai perubahan, yang ditengerai sebagian besar penyebabnya adalah akibat ulah manusia. Hal ini dikuatkan dengan adanya informasi meningkatnya suhu permukaan bumi. Beberapa penyebab timbulnya berbagai masalah lingkungan diantaranya adalah: overpopulasi; overkonsumsi; distribusi penduduk; keyakinan bahwa teknologi akan dapat menyelesaikan semua masalah; kemiskinan; pandangan dan perilaku antroposentris (human centered), bukan pandangan biosentri (bio centered). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang penerapan konsep green building di industri jasa konstruksi dan berbagai aspek yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan menggunakan instrumen pengumpul data berupa kuisioner dengan cakupan wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis data yang digunakan adalah analisis diskriptif. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut: (a) Alasan penerapan green building adalah harapan dicapainya kehidupan dan kesehatan lebih baik; (b) Faktor pendukung penerapan green building adalah: keunggulan kompetitif bagi proyek hijau; mengurangi biaya energi; meningkatkan pendidikan tentang bangunan ramah lingkungan/green building; ketersediaan dan terjangkaunya teknologi green building; (c) Faktor penghambat penerapan green building adalah: kekurangan pemahaman konsep green building; tidak dikenalnya produk dan bahan bangunan yang berlabel ramah lingkungan; kurangnya studi dan penelitian; (d) Dampak positif dari green building adalah: mengurangi biaya energi; kehidupan dan kesehatan yang lebih baik; melindungi lingkungan; mengurangi perubahan iklim dan emisi karbon; (e) Dampak negatif dari green building adalah: anggaran biaya proyek menjadi lebih besar; titik balik investasi produk green akan lebih lama dibanding produk konvensional. Kata kunci : pemanasan global, green building, industri jasa konstruksi

1. LATAR BELAKANG
Manusia adalah bagian integral dari lingkungan. Lingkungan menyediakan berbagai sumberdaya yang dibutuhkan manusia seperti sinar matahari, udara, air, tanah, tumbuh-tumbuhan, hewan, bahan bakar fosil dan lain-lain. Selama berabad-abad sebagian manusia berasumsi seolah-olah mempunyai kebebasan dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan semaksimal mungkin. Anggapan antroposentris tersebut ternyata telah menimbulkan permasalahan berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pada saatnya nanti manusia harus menghadapi dampak dari pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kompleksitas bekerjanya antara alam dengan berbagai faktor lingkungannya menjadi sesuatu yang sangat penting jika manusia akan terus memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan hidup tanpa merusaknya. Hal ini akan menjadi lebih rumit mengingat manusia mempunyai berbagai kepentingan yang harus dijalaninya, diantaranya adalah aktifitas sosial, ekonomi, budaya, politik dan lain-lain. Dengan demikian pemecahan berbagai masalah lingkungan dibutuhkan keterlibatan dan peran dari berbagai disiplin

Wulfram I. Ervianto

ilmu yang bertujuan agar supaya manusia semakin bijaksana dalam mengelola dan melaksanakan kegiatannya. Pada saat ini kondisi alam dan lingkungan telah banyak mengalami berbagai perubahan, yang ditengerai sebagian besar penyebabnya adalah akibat ulah manusia. Hal ini dikuatkan dengan adanya informasi meningkatnya suhu permukaan bumi seperti pada gambar 1. Beberapa penyebab timbulnya berbagai masalah lingkungan diantaranya adalah: overpopulasi; overkonsumsi; distribusi penduduk; keyakinan bahwa teknologi akan dapat menyelesaikan semua masalah; kemiskinan; pandangan dan perilaku antroposentris (human centered), bukan pandangan biosentri (bio centered).

Gambar 1: Proyeksi suhu bumi Berbagai masalah yang diduga memberikan kontribusi dalam perusakan lingkungan adalah: pencemaran udara; pencemaran air; produksi limbah; penurunan ketersediaan sumberdaya alam; penurunan ketersediaan pangan dan penurunan keanekaragaman hayati seperti pada gambar 2, sedangkan keterkaitan antara populasi manusia, sumberdaya alam dan pencemaran dan kerusakan lingkungan seperti pada gambar 3. 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan paparan dalam latar belakang tersebut diatas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah mendapatkan informasi tentang implementasi konsep green building dalam proyek konstruksi. 2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat yang diharapkan adalah pertama, untuk mendapatkan gambaran awal tentang green building dan kemudian dapat digunakan sebagai acuan untuk menggali potensi lebih lanjut. Kedua, sebagai informasi bagi pengelola proyek konstruksi tentang implementasi green building.

Please leave the footers empty

Srudi Penerapan Konsep Green Building Pada Industri Jasa Konstruksi

PENURUNAN KEANEKARAGAMAN HAYATI 1. Perusakan habitat 2. Kepunahan spesies PENCEMARAN UDARA 1. Perubahan cuaca global 2. Perusakan lapisan ozon 3. Hujan asam 4. Pencemaran udara daerah urban dll

MASALAH UTAMA LINGKUNGAN


PENCEMARAN AIR 1. Pengendapan 2. Bahan kimia beracun 3. Bahan bbiologis 4. Tum[pukan minyak dll PRODUKSI LIMBAH 1. Limbah padat 2. Bahan berbahaya dan beracun

PENURUNAN KETERSEDIAAN PANGAN 1. Perusakan dan pengurangan luas lahan pertanian 2. Penurunan air tanah 3. Erosi tanah 4. Pemiskinan zat hara 5. Penangkapan ikan berlebihan dll

PENURUNAN KETERSEDIAAN SUMBERDAYA ALAM LAINNYA 1. Energi/bahan bakar 2. Mineral tidak terbaharui

Gambar 2: Masalah utama lingkungan

POPULASI MANUSIA 1. Overpopulasi 2. Overkonsumsi 3. Penyebaran penduduk 4. Krisis politik-ekonomi-sosial

SUMBERDAYA ALAM 1. Keterbatasan dan kualitas 2. Pemborosan 3. Anggapan bahwa teknologi dapat memecahkan semua masalah

PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

Gambar 3: Keterkaitan masalah lingkungan

2. KAJIAN PUSTAKA
1. Sejarah Kepedulian Dunia Terhadap Lingkungan Hidup Kepedulian umat manusia terhadap lingkungan sudah dimulai sejak tahun 1962 ditandai dengan menyadarkan masyarakat Amerika Serikat akan dampak penggunaan pestisida terhadap lingkungan, dengan diterbitkannya buku Silent Spring oleh Rachel Carson. Pada tahun 1972, konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Stockholm yang mengagendakan tentang lingkungan manusia, dengan isu antara lain: bidang pendidikan; ilmu pengetahuan; pembangunan ekonomi dan sosial; sumberdaya dan pencemaran. Tahun 1982, Dibentuknya Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan yang diketuai oleh Gro Harlem Brundtland yang menyatakan bahwa manusia di muka bumi ini memerlukan suatu etika baru yang holistik, yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi dan perlindungan/pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam harus selaras di seluruh muka bumi. Pada tahun 1987, Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan membuat laporan Masa Depan Kita Bersama yang mendefinisakan istilah Pembangunan Berkelanjutan. Tahun 1992, Konferensi Lingkungan dan Pembangunan yang dilanjutkan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi yang dihadiri oleh 179 Negara (termasuk Indonesia) diselenggarakan

Jangan menulis apapun pada footer

Wulfram I. Ervianto

sebagai tanggapan terhadap masalah kondisi Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam yang memprihatinkan, antara lain pencemaran, perusakan Lingkungan Hidup serta pemborosan Sumber Daya Alam yang berlangsung secara global. Dalam pertemuan ini disepakati melaksanakan suatu pola pembangunan baru yang diterapkan secara global yang dikenal dengan Environmentally Sound and Sustainable Development (ESSD), dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan (PBBL). Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Global dapat didefiniskan sebagai berikut: Pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Konsep ini mempertimbangankan keseimbangan antara kepentingan ekonomi, ekologi dan sosial budaya dalam setiap pengambilan keputusan.

EKONOMI 1. Pertumbuhan 2. Pemerataan 3. Eko-efisiensi 4. Stabilitas

SOSIAL BUDAYA 1. Pengentasan kemiskinan 2. Pemberdayaan masyarakat 3. Peran serta masyarakat 4. Pembinaan kelembagaan

LINGKUNGAN HIDUP DAN SUMBER DAYA ALAM 1. Pengelolaan LH /SDA 2. Pelestarian LH/SDA 3. Pencegahan pencemaran dan perusakan LH/SDA

Gambar 4: Konsep Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Global 2. Regulasi Yang Mengatur Lingkungan Hidup Undang-undang yang dapat digunakan untuk pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan yaitu: UU No.4 Th. 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; UU No.24 Th. 1992 tentang Penataan Ruang; UU No.23 Th. 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah yang dapat digunakan untuk mengenai pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan yaitu: PP. No. 82 Th. 2001 tentang Pengendalian Pencemaran Air; PP. No. 19 Th. 1994 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun; PP. No. 12 Th. 1995 tentang Perubahan PP No. 19 Th. 1994; PP. No. 27 Th. 1999 tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan. Keputusan Presiden yang mengatur pengelolaan lingkungan hidup adalah Kep. Pres No.196 Th. 1998 tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup diantaranya adalah pedoman-pedoman umum, baku mutu. 3. Pengertian Green Building Pemahaman tentang green building dapat didefinisikan sebagai berikut:

Please leave the footers empty

Srudi Penerapan Konsep Green Building Pada Industri Jasa Konstruksi

Green building adalah ruang untuk hidup dan kerja yang sehat dan nyaman sekaligus merupakan bangunan yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan, dan penggunaan yang dampak terhadap lingkungannya sangat minim. www.indonesian.cri.cn Pemahaman masyarakat tentang green building adalah bangunan yang: (a) Terintegrasi dengan alam; (b) Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka panjang; (c) Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial (Bulan Mutu Nasional dan Hari Standar Dunia, 2008). Dalam penerapan konsep Green building dalam sebuah proyek adalah perancangan secara keseluruhan dalam sebuah bangunan pada setiap tahapan proyek untuk mengurangi dampak lingkungan pada kesehatan manusia dengan cara: (a) Efisien dalam menggunakan energi, air, dan sumber daya lainnya; (b) Melindungi kesehatan karyawan dan meningkatkan produktivitas kerja; (c) Mengurangi limbah, polusi dan degradasi lingkungan ( http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building) Manfaat dari kepemilikan green building: (a) Rendahnya biaya operasional, sebagai akibat efisiensi dalam pemanfaatan energi dan air; (b) Lebih nyaman, dikarenakan suhu dan kelembaban ruang terjaga; (c) Pembangunan wajib memberikan perhatian dalam hal pemilihan material yang relatif sedikit mengandung bahan kimia; (d) Sistem sirkulasi udara yang mampu menciptakan lingkungan dalam ruang yang sehat; (e) Mudah dan murah dalam penggantian berbagai komponen bangunan; (f) Biaya perawatannya yang relatif rendah. 4. Konsep Green Building Dengan mengimplementaasikan konsep green building diharapkan mampu mengurangi penggunaan energi serta dampak polusi sekaligus desain bangunan menjadi ramah lingkungan. Dalam Bulan Mutu Nasional dan Hari Standar Dunia, 2008 dijelaskan bahwa dalam merancang dan mendesain Intelligent and Green building harus memperhatikan: (a) Pemanfaatan material yang berkelanjutan; (b) Keterkaitan dengan ekologi lokal; (c) Konservasi energi; (d) Efisiensi penggunaan air; (e) Penanganan limbah; (f) Memperkuat keterkaitan dengan alam; (g) Pemakaian kembali/renovasi bangunan. 4.1. Pemanfaatan Material yang Berkelanjutan Penggunaan material bangunan yang tepat cukup berperan dalam menghasilkan bangunan berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa produsen telah membuat produk dengan inovasi baru dengan meminimalkan terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian sumber daya alam tak terbarukan dengan cara optimalisasi bahan baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi secara keseluruhan. 4.2. Keterkaitan dengan Ekologi Lokal Indonesia merupakan daerah yang beriklim tropis dan mempunyai kelembaban yang cukup tinggi. Kondisi ini mendorong penggunaan peralatan elektronik, misalnya:
Jangan menulis apapun pada footer

Wulfram I. Ervianto

pendingin ruangan pada hunian. Sadar atau tidak sadar penggunaan pendingin ruangan ini mengkonsumsi energi relatif besar dan berdampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan freon (Aris, M., 2009). 4.3. Konservasi Energi Untuk menggunakan konsep green building tidak perlu mengorbankan kenyamanan dan produktivitas akibat penggunaan produk hemat energi. Green building mengedepankan pemakaian energi menjadi efisien, suasana lingkungan lebih sehat, melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan kualitas udara. 4.4. Efisiensi Penggunaan Air Fokus dari pemanfaatan air untuk mengembangkan sistem pengurangan pemakaian air (reduce), penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus (reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle), dan pengisian kembali air tanah (recharge). 4.5. Penanganan Limbah Konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah merambah ke dunia sanitasi. dijelaskan bahwa septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, anti bocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus. Pengembangan sistem pengolahan air limbah terus dilakukan, yang mendaur ulang air buangan sehari-hari (cuci tangan, piring, kendaraan, bersuci diri) maupun air limbah (air buangan dari kamar mandi) yang dapat digunakan kembali untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, dan menyirami taman, serta membuat sumur resapan air (100x100x200 cm) dan lubang biopori (10x100 cm) sesuai kebutuhan. 4.6. Memperkuat Keterkaitan dengan Alam Konsep green building adalah mendekatkan kembali antara tata cara pembangunan dengan alam sekitarnya sehingga terjadi kesesuaian antara infrastruktur yang dihasilkan oleh rekayasa teknik dengan kondisi alamiah lingkungan sekitar. Penggunaan bahan-bahan alami tanpa merusak lingkungan lebih dikedepankan. 4.7. Pemakaian Kembali/Renovasi Bangunan Penerapan konsep green building untuk menggunakan kembali bangunan yang ada dengan sedikit melakukan renovasi untuk mencapai tujuan fungssionalnya lebih dianjurkan dibandingkan membanguan bangunan baru. Hal ini disebabkan karena dengan membangun kembali sebuah bangunan akan mengkonsumsi energi lebih banyak, pemanfaatan air, pembuangan zat-zat ke udara selama proses pembangunan, pemanfaatan lahan dari kawasan hijau menjadi lahan terbangun.

Please leave the footers empty

Srudi Penerapan Konsep Green Building Pada Industri Jasa Konstruksi

5. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam usaha untuk mendapatkan apa yang ada dalam tujuan penelitian maka tahap awal adalah mendapatkan sejumlah data yang berasal dari berbagai pihak yang terkait dengan pengelola proyek dan pihak lain yang berkompeten dalam green building. Data yang telah terkumpul dipilah-pilah dan kemudian dianalisis secara deskriptif.

6. ANALISIS
Responden dalam penelitian ini adalah konsultan dan kontraktor. Dalam analisis ini terdapat tiga tujuan yang hendak dicapai yaitu: (a) Pasar green building; (b) Informasi dan pemain pasar green building; (c) Klasifikasi produk-produk green building. 1. Profil Responden Dalam penelitian ini, yang menjadi responden adalah kontraktor dan konsultan perencana yang berdomisili di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 30 responden.
P rofes i res ponden
60 50 50 40

Kelompok umur responden


50
Prosentase

46.67 36.67

P ros entas e

40 30 20 10 0 6.66

40 30 20 10 0 K ontraktor K ons ultan K ontraktorkons ultan 10

10

Kurang dari 20 th

Antara 20-30 th

Antara 31-40 th

Lebih dari 40 th

Latar belakang pendidikan terakhir responden


80 70 60 50 40 30 20 10 0 23.33 10

Pengalaman bekerja responden


60 53.33

66.67

50

Prosentase

Prosentase

40 30 20 10 0 3.33 Kurang dari 1 th

30 13.33

Setingkat SMA

Setingkat D3

Setingkat S1 / lebih

Antara 1-3 th

Antara 3-5 th

Lebih dari 5 th

Gambar 5: Profil Responden

2. Pasar green building Dari hasil pengolahan data menunjukkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Sebagian besar responden (53%) pernah terlibat green building. 2. Sebagian responden mengatakan signifikan (33%) bahwa implementasi green building dianggap mampu menaikkan laju pertumbuhan penjualan. 3. Sebagian besar responden menyatakan cukup tinggi (53.33%) tingkatan komitmen masyarakat terhadap green building. 4. 50% responden menyatakan signifikan bahwa dampak yang diharapkan dari green building terhadap keuntungan di masa datang. 5. Sebagian besar responden (17 responden) menjadikan alasan untuk terlibat dalam green building adalah menjadi bagian industri yang bermanfaat bagi lingkungan.
Jangan menulis apapun pada footer

Wulfram I. Ervianto

17

Jumlah responden yang menjawab

11

Penghargaan green building

Gambar 6: Alasan untuk Terlibat dalam Green Building 6. Sebanyak 14 responden beranggapan bahwa faktor yang dirasakan mampu memajukan konsep green building adalah keunggulan kompetitif bagi bangunan yang menerepkannya.
Ketersediaan dan terjangkaunya teknologi green building
Meningkatkan pendidikan tentang bangunan ramah lingkungan / green building Kepuasan dan produktifitas penghuni yang lebih tinggi pada bangunan hijau

6
8

Memperluas bisnis dengan klienklien green building

8
14 8

Keunggulan kompetitif bagi proyek hijau


Biaya operasional gedung yang lebih rendah, memburuknya kondisi lingkungan

Peraturan pemerintahan / Undang-Undang Bangunan Gedung


Permintaan pelanggan (client) Hasil yang lebih baik dari green building 4 4

Mengurangi biaya energi


0 2 4 6 8 10

11 12 14 16

Gambar 7: Faktor-faktor dalam Memajukan Green Building 7. Sebanyak 16 responden beranggapan bahwa faktor penghambat penerapan konsep green building adalah kurangnya pemahaman tentang bangunan yang green.
Jumlah responden yang menjawab
Kurangnya studi-studi kasus dan penelitian Tidak ada insentif fiskal dari pemerintah Tidak dikenal produk dan bahan bangunan yang berlabel ramah lingkungan (ecolabeling) Tidak ada koordinasi dan konsistensi dalam pemeringkatan perangkat dan standar Metode-metode perhitungan yang berbeda seperti modal vs biaya operasi Kekurangan pemahaman Kekurangan pendidikan Anggaran bahwa biayanya mahal 0 2 4 6 7 8 10 12 14 16 18 20 8 4 18 6 6 12 10

Gambar 8: Faktor-faktor Penghambat Penerapan Konsep Green Building

Please leave the footers empty

Mendapatkan biaya pemeliharaan yang lebih murah seperti efisiensi energi dan peningkatan produktifitas

Menjadi bagian industri yang bermanfaat bagi lingkungan

Penyaluran minat dan bakat

Triple buttom line reporting

Return on investment (ROI) yang lebih tinggi dalam penjualan

Keuntungan dari publikasi

Persyaratan kontrak

10

15

20

Srudi Penerapan Konsep Green Building Pada Industri Jasa Konstruksi

7. KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari tulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Alasan penerapan green building adalah: (a) kehidupan dan kesehatan yang lebih baik; (b)mendukung ekonomi lokal; (c) biaya operasional yang rendah; (d) kewajiban moral; (e) kepedulian lingkungan. 2. Faktor Pendukung Penerapan Green Building adalah: (a) Keunggulan kompetitif bagi proyek green; (b) Mengurangi biaya energi; (c) Meningkatkan pendidikan tentang bangunan ramah lingkungan/green building, kepuasan dan produktifitas bangunan yang lebih tinggi pada green building, biaya operasional gedung yang lebih rendah, memburuknya kondisi lingkungan. 3. Faktor Penghambat Penerapan Green Building adalah: (a) Kurangnya pemahaman tentang green building; (b) Tidak dikenal produk dan bahan bangunan yang berlabel ramah lingkungan (ecolabeling); (c) Kurangnya studi-studi kasus dan penelitian tentang green building. 4. Dampak positif dari green building adalah: (a)Mengurangi biaya energi; (b) Kehidupan dan kesehatan yang lebih baik; (c) Melindungi lingkungan; (d) Mengurangi perubahan iklim dan emisi karbon.; (e) Meminimalisir dampak negatif ekologis bangunan gedung; (f) Memaksimalkan penggunaan cahaya matahari untuk interior; (g) Menggunakan kembali bahan bangunan habis pakai; (h) Biaya operasional bangunan relatif lebih rendah. 5. Dampak negatif dari green building adalah: (a) Anggaran biayanya menjadi lebih tinggi; (b) Break even point bangunan green akan lebih lama.

8. DAFTAR PUSTAKA
1. Glavinich T.E.(2008) Contractors Guide to Green Building Construction : Management, Project Delivery, Documentation, and Risk Reduction, John Wiley. 2. Kibert C.J. (2008) Sustainable Construction John Wiley & Sons, Inc.Hoboken, New Jersey.

Jangan menulis apapun pada footer

Anda mungkin juga menyukai