Anda di halaman 1dari 15

Mimin

Kisahku
Dunia Tanpa Prolog

Wajahnya mulus. putih , bersih tanpa noda setitik pun. Andai semut berani
mendaki , pasti dia tergelincir, saking licinya wajah mulus itu. Sebahu
rambutnya terurai lurus. Legam warnanya seakan mengkilat di bawah lampu
cahaya. Sebentuk tangan yang gemulai, terduduk penuh gairah di atas meja.
Jemarinya menari nari , mengetik abjad demi abjad dalam bahasa yang tidak
saya tahu artinya. Mata bening berbola pekat, sekali waktu mengintip dari
sisi layar. Suaranya lembut mengayun hati . Sejuk terasa . Adem di
pendengaran. Mengingatkanku pada kicauan di kala mentari menjelang
tugasnya.

” Min… Nitip barang dulu yah , Saya ke toilet bentar” . Gemulai tubuhnya ,
tersangga di 170-an cm. Berdiri bersama ”bebek”nya yang bulat mungil.
Semampai melenggang, membawa betis ramping beralaskan hak tinggi.
Langkahnya seirama kucing yang tengah jatuh cinta.

”Permisis mbak, Apa mbak melihat istri saya ?” . Suaranya berat saat
bertanya. Lampu terang yang menanugi ruang istirahat tak sanggup
memberikan sedikit cahaya ke hitam legam kulitnya. Sepasang mata buatan
nangkring menghias wajahnya. Berdiri di atas hidung yang lebih besar dari
hidung Saya. Rambutnya melingkar lingkar bak kecambah gagal, bertahta di
ketinggian 160 an cm. Berjaket coklat tua , dasarkan kemeja biru. tanpa dasi.
Jari jemarinya yang kelihatan kokoh menarik kursi di samping kursi sang
wanita yang tengah ke toilet. Lalu meletakkan pantat gemuknya , seraya
matanya melirik gelang kuning yang melingkar ke emasan di pergelangan
kirinya. Aku pun jadi ikutan melakukan hal yang sama, melirik jam dinding ,
Ah … masih pukul 8.40pm.

” Hai sayang , sudah lama ? ” Suara renyah si wanita membuat lirikanku


berpindah ke arahnya.

” Kenalkan , ini Suamiku, kami baru menikah 8 bulan yang lalu, gi mana
ganteng gak Suamiku ? ”. Si wanita bertanya tanpa memandangku, seraya
jemari mulusnya merapikan jaket si lelaki yang di katakan Suaminya. Aku
hanya tersenyum dan mengangguk angguk , mengikuti senyuman dan
anggukan lelaki tersebut.
” Dari mana kalian saling kenal ? ”. Sebuah pertanyaan bodoh yang terlontar
di jaman teknologi begini , tentu saja mereka saling kenal lewat internet.
Tautan dari dunia maya yang menjadi nyata. Ternyata dunia memang ajaib
dan jodoh tidak bisa di tebak. Berjalan bersama Maut dan Rejeki.

Tamat.

********************************************

Emang Enaaakkkkkk....

15 Tahun kemudian Nana kembali menjejakkan kakinya di bandara


International Juanda. Matanya menyapu para penjemput. Satu persatu di
perhatikanya kesibukan para penjemput yang lalu lalang. Bola matanya
berputar putar , mencari cari , barangkali ada yang mengenali dirinya , atau
dia yang mengenali salah satu dari sekian puluh penjemput. Buru buru ia
mendorong trolinya ke luar arena. Tak hendak melepas kaca mata hitamnya ,
Nana menuju ke arah parkir taxi.

” Kota C pak. Berapa saja nanti saya bayar .”

” Rejeki nomplok nih. ” Ujar sang Bapak sopir taxi yang kelihatan masih muda
itu. Melintasi kota porong Sidoarjo taxi terus melaju ke arah selatan . Nana
merapatkan tubuhnya dengan selimut yang di ambilnya dari bagasi sebelum
masuk ke dalam taxi. Kilatan cahaya demi cahaya dari arah berlawanan
sesekali menyambar wajah Nana. Malam semakin merangkak , meninggalkan
pk.20:00 wib.

********

‘ ’ Ricel, Mommy kan sudah bilang. Kamu jangan deket deket nenek, bau!!!
Sudah sana mandi , Dady mau ajak kamu keliling kota sore ini. ” Bangkit dari
keasikanya membaca , Nana berjalan ke arah lemari kecil di samping tempat
tidurnya. Di siapkanya baju bagus buat Ricel dan Michel suaminya.
”Maaakkkkkk…….. Bantu Ricel mandi makkk.. keramas hari ini .

” Teriakan Nana membuat Emak Sarni kaget dan terbangun dari tidur
siangnya. Mata tuanya mencari cari sesuatu . mencari cucunya yang tadi tidur
di pelukanya. Di kumpulkanya rambut tuanya yang sudah memutih. lalu di
ikatnya dengan gelang karet yang melingkar di tangan kirinya.

Nana meninggalkan tanah pekuburan yang masih basah itu . Tanpa hendak
menoleh ke belakang kembali, Nana buru buru masuk ke dalam mobil
mewahnya di susul suaminya Michel. Ke duanya menjemput Ricel yang masih
menangis di rumah , lalu membawanya pindah menginap di hotel. Sanak
keluarga yang melihat sikap Nana hanya bisa memandang tanpa bisa
menasehati. Tanpa pamit kembali dengan saudara saudaranya yang lain
Nana kembali terbang ke luar negri mengikuti suaminya. Di luar Ngeri Nana
bisa mendapatkan segalanya . Mobil mewah, Kehidupan yang glamour.
Suami yang melimpahinya dengan harta. Tak heran bila Nana pulang
kampung banyak teman atau sodaranya yang iri dan hendak ikutan menikah
dengan WNA.

Ketika 12 tahun lalu Nana di pinang oleh seekor bulkam eh..salah ..seorang
bulit ding ..( bule elit ) Nana dengan bangganya memamerkan bulitnya ke
setiap teman atau saudaranya. Setelah Nana di karuniai putra , sifat Nana
seperti telah berubah. Di awal awal tahun Nana untuk pertama kalinya hidup
di luar negri , Nana mulai terlihat arogan. Perlahan namun pasti Nana mulai
melupakan keluarganya . Baru 4 Tahun lalu Nana berkunjung kembali ke
kampungnya.

Terakhir kali Nana bertemu dengan Emak sarni, Ibunya. Saat Emak sarni
berusaha memandikan Ricel, tanpa sengaja air sabun itu membuat pedih
mata Ricel. Lelaki kecil itupun kemudian mendorong Neneknya sampai jatuh
membentur dinding kamar mandi . Kaki tuanya tidak sanggup menyangga
tubuhnya di atas lantai yang licin , basah air dan sabun.

2 Tahun setelahnya Nana harus menerima kenyataan. Seluruh aset atas


nama suaminya di sita oleh Bank untuk di lelang. Melunasi tagihan tagihan
utang suaminya. Suami dan anaknya meninggal karena kecelakaan. Yang
namanya insiden datang tanpa bisa di rencana, Michel tidak sempat
meninggalkan warisan apapun buat Nana. Nana hanya boleh membawa
pulang baju dan pasport atas namanya. ( Sak no ne reekkk )

******

cccccccccciiiiiiiitttttttttttttttttttt……………….. ” Jian**********k , Nyopir karo


turu .” Sementara yang di umpat pak sopir hanya cengar cengir. Tancap gas
melaju menerobos lampu merah di depanya.

Nana yang tersentak dari lamunan buru buru mengusap airmatanya yang
sempat menetes. (pembaca ada yang nangis gakk )
hahahaahahhahaaaha…..** Iseng banget penulisnya :)

Tamat.

**********************************************

Balada si Dudul dan Mumet

Siang panas di sebuah gubuk tengah sawah

” pokoknya nanti sore kamu harus datang yah met ” .

” ke mana ? ” mumet ganti bertanya , seraya mengalihkan pandang ke


hamparan padi yang menguning.

” ke acara ulang tahunku ” teriak dudul sambil melempar kerikil ke tengah


padi .

” kalau nanti malam hujan? ” mumet berdiri tanpa menunggu jawaban,


berlari lari kecil sambil berteriak teriak mengusir burung yang tengah asyik
memetik padi…. ” hush ….hush… hus…. sahh…saaaaahhh… saaahh… ”.
tangan mungil mumet sibuk menabuh kentongan di tangan .
” bawa payung meeeeetttttttttt ………………. ” dudul berteriak menyaingi
suara teriakan mumet. sesekali tangan mungilnya sibuk menarik narik tali
yang terukat ke tengah tiang di tengah hamparan padi. sawah orang orangan
atau orang orangan sawah . ^_^

Rumah dudul

” mana seh si mumet , dari tadi belom muncul juga ” berjalan bolak balik
sambil bertanya ke emaknya.

” hujan di luar deras sekali , mungkin si mumet sudah terlelap di balik


jaritnya ” seraya menuntun bocah manis yang di lahirkanya ke dapur .

” ayo , lebih baik di makan dulu sayur labu siamnya dengan nasi putih. dari
siang kamu belom makan. ” si emak terus merayu putri kecilnya, agar mau
makan masakan yang sudah di pesanya tadi pagi .

” mak, nasi kuning dan sebutir telurnya di simpan saja dulu , nanti kalau si
mumet datang baru emak belah jadi dua. buat mumet dan dudul ”. emaknya
hanya tersenyum mendengar, ucapan bocah cilik yang tengah berusaha
menyendok sayur labu siamnya. Di belainya rambur si dudul. rambut yang
baru saja di beri minyak sisa menggoreng telur bulat sore tadi.

500 meter dari rumah dudul

” mak, mumet berangkat dulu yah mak ” sambil mencium tangan emaknya.
Berjalan ke depan rumah , mengambil selembar daun pisang yang robek
ujungnya. di dekapnya erat erat kado untuk si dudul. ” semoga dudul senang
melihat kado ini ” seraya di elusnya , tubuh kado yang lonjong.

” hati hati met , nanti biar pulangnya di jemput ama bapakmu dari mesjid ”
entah dengar entah tidak si mumet akan seruan emaknya. dia keburu berlari
menerobos lebatnya hujan.

Rumah dudul , 7 sore


” duuuulll…… dudullllll…… ” teriak si emak, nih mumet sudah datang .

” met, kenapa bajumu sebagian basah ” tanya si dudul, yang keheranan


melihat si mumet justru menggunakan daun pisang , sebagai payung dan
mendekap payungnya. mumet sibuk membersihkan titik titik air yang
membasahi warna biru payungnya.

” he he he … payung ini hadiahku buat kamu dul, kan tadi di sawah katanya
kamu minta di bawain payung. ” - mumet menerangkan. tak lupa matanya
melirik sebutir telor yang telah di belah jadi dua oleh emaknya si dudul.
piring beling yang bagian pinggirnya telah rompal, bertengger nasi kuning,
dan gorengan serondeng ( parutan kelapa yang di goreng ).

Dudul menggandeng tangan mumet, mengajaknya duduk di kursi. di samping


meja kecil. sebuah meja yang terletak di sudut dapur. meja yang di atasnya
telah ada dua iris telor goreng. Bertiga bersama emaknya, dudul merayakan
ulang tahunnya yang ke 8. tanpa pernah bertanya ” mak, kapan makan pizza
?”

Tamat.

****************************************************

Atas Nama Cinta

Sebut saja namanya ratih , warga negara Indonesia . Entah dari bagian
Indonesia yang mana. Anak nomor tiga dari lima bersaudara. Hidup secara
pas pasan , di kaki bukit nun jauh menghijau di sana. Selepas sekolah
menegah pertama di desanya Ratih kemudian mendaftarkan diri sebagai
calon tenaga kerja Indonesia (TKW), yang saat itu sedang mewabah di
desanya. Tidak sulit bagi ratih untuk masuk menjadi satu dari ribuan
pendaftar calon tenaga kerja Indonesia. Rumah berlantai tanah pun di
tinggalkanya dengan membawa segudang harapan. Bapak – Emaknya pun
melepaskan Ratih dengan semilyun (kalau sejuta kekecilan^_^) doa doa.
Negri tetangga Malaysia menjadi pusat tujuan Ratih menggapai harapan.

5 Tahun kemudian

Ratih telah kembali lagi ke daerah asalnya. rambut yang dulunya legam
panjang , kini telah berubah warna. Sendal jepit yang pernah di pakainya
saat meninggalkan desa kini telah menjadi hak tinggi, menyangga betisnya
yang tetap kehitaman. kontras dengan warna merah maron sepatunya.
Rumah Ratih pun kini telah berubah . Dapur berlantai tanah yang dulu di buat
memasak Emaknya dengan luweng (gak tau bahasa Indonesianya luweng
apa yah ? ) , Kini telah di sulapnya lebih mewah dari dapur majikanya di
malaysia.

Ke dua adik Ratihpun kini bisa melanjutkan ke jenjang sekolah menengah


atas. Bahkan , yang kecil mendapat bea siswa masuk UI karena
kecerdasanya.

” Apakah dia muslim nak ?”. Emaknya bertanya saat Ratih meminta ijin untuk
menikah dengan lelaki Bule yang mendampingi Ratih pulang kampung kali
ini. Kehadiran lelaki bule itu telah menyedot perhatian warga kampung,
banyak tetangga yang berdatangan hanya untuk melihat dari dekat seperti
apa si bule yang katanya calon suami Ratih tersebut.

1 Bulan kemudian

Surati adalah nama asli Ratih . kini dia telah menjadi Nyonya Ratih bul bul .
telah di tanggalkanya marga ayahnya. Pernikahan ke duanya telah
berlangsung seminggu yang lalu di dalam sebuah masjid, di saksikan para
penghulu dan segenap warga kampung, si pria bul bul telah mengucap dua
kalimat syahadat, sebagai awal masuknya ia menjadi seorang muslim.
Namanya pun tertera sebagai ”Ahmat” di sertifikat keislamanya.

” Biasalah Islam dadakan. Dari pada kumpul kebo terus , liat saja perutnya si
Ratih sudah mulai buncit ”. Kata seorang warga kepada warga lainya yang
bertanya , kenapa dia mau masuk Islam ? ”

9 Bulan kemudian
” Ajari terus anak dan suamimu sholat dan mengaji yah Rat ” . Ratih
mengangguk di ujung telepon. Anggukan yang hanya bisa di saksikan oleh
deretan mobil mobil mewah di pelatarn parkir sebuah Gereja. Kali ini Ratih
datang bersama si kecil , dan mertua untuk menyaksikan pembaptisan si
kecil.

Terlihat gagah dengan jubahnya seorang pendeta /(pastor yah ? ), yang


bulan kemarin memberikan pemberkatan perkawinanya dengan si bul bul, di
sebuah Gereja yang sama. Kini bertindak sebagai pembaptis putri kecilnya .

Tamat.

***************************************************

Urap si Iyem

Peringatan hari pernikahan bukanlah hal yang wajib untuk di lakukan . Juga
bukan sunnah hukumnya. lalu apa hukumnya? Mari kita bertanya , pada
rumput yang bergoyang … **Ebit mode on ** ^_^

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

”Kang, ntar pulang lebih awal yah kang . gak usah lama lama ngaritnya. lah
wong cuman ngasih makan seekor sapi ajah , kalau ngarit kok bisa seharian
penuh. apa gak panas di sawah terus. lihat tuh , kulitmu makin hari makin
item wae kang kang. mbok yah, kalau ngarit itu inget waktu. **

Sembari menyiapkan peralatan ngarit suaminya , di lipatnya 10 karung , lalu


di ikatnya dengan tali rafia menjadi satu. Di ambilnya arit yang terletak di
dinding bambu rumah mereka. Di letakkanya pedang rumput yang sudah
mulai pudar warna putihnya tersebut di atas karung. kembali Iyem berjalan
ke dapur, di bagian belakang rumah bambu mereka.

” Ini ada satu telur dadar, Kang, tak taruh di atas urapan daun Pepaya.
Nasinya ada di rantang paling bawah yah Kang. yo maaf , Kang. Urapanya
gak terasa pedes hari ini. lah wong cabe mahal. Alhamdulillah, kita masih
selamet Kang, urusan Kelapa tidak usah beli. masih ada peninggalan si Mbok.
Jadinya bisa ngirit Kang. Coba kalau Kelapa ikutan beli dan harganya ikutan
naik. Lah lah lah…..Duit dari mana buat beli cabe dan kelapa Kang. Mudah
mudahan Kang, kalau Negara kita jadi Import Garam. Harganya gak akan
ikutan naik. Wes, sing penting masih ada rasa asin dan pahitnya. Kan seger
to Kang . Lak io to Kang ?”

Iyem menoleh, menunggu jawaban suaminya, yang tengah sibuk mengaitkan


tali kolor celananya. meletakkan susunan rantang di samping ikatan karung.
Sembari geleng geleng di dekatinya suaminya.

”Kang , sampean ini bagaimana toh , wong pakai kolor ajah lamanya hampir
sejam. begitu kok mau jadi menteri Kang Kang. Nah, begini baru bener Kang
, Ikatkan ujung talinya di depan Kang , jangan di pinggir. Begini kan kelihatan
ganteng Kang , kalau tali kolornya di depan . Ikat yang kuat begini. jangan
sampai lepas. ntar terbang lagi….. ”

Iyem terus berbicara. berbicara dan berbicara , memancing agar suaminya


juga mau berbicara. Pendi , suaminya Iyem, melangkah menuju peralatan
ngaritnya. Mengambilnya dan memasukkanya satu per satu ke keranjang,
yang di ikatkan pada sepeda bututnya. Meletakkan rantangan makan
siangnya di atas tumpukan karung. Langkahnya tegap, penuh percaya diri,
bahwa hari ini dia akan mendapat rumput yang banyak dan hijau. Langkah
pendi kembali tertuju ke arah teras. Iyem yang bersandar di bibir pintu sudah
deg deg an , mata Iyem terpejam, menunggu.

”Aku pergi dulu dek”

Kata kata pendi membuat Iyem membuka mata. Di lihatnya Pendi kembali
hanya untuk mengambil pompa ban sepeda, yang memang terletak di bawah
kolong kursi teras. Lalu berbalik arah menuju tempat sepedanya menunggu.
Tanganya melambai seraya mengayuh sepedanya ke luar halaman. Menuju
jalan yang membentang . Yang akhirnya membawa Pendi ke sawah.

”Jangan lupa di makan Kang, cepat pulang , kasian Sapimu gak ada ynag
urusin kalau kamu lama lama di sawah”

Iyem berteriak , seraya bergegas berlari lari kecil mengejar laju sepeda
suaminya. dan Iyem teringat , hari ini tepat tanggal pernikahanku!!!

***********

”Kang , ini hadiah buat Iyem yah Kang?? ”

Tanpa menunggu jawaban Pendi , Iyem tak sabar membuka bungkusan


plastik hitam. di robeknya plastik tersebut dan terlihat sebuah bungkusan
kecil .

”Hallah , Kang … pakai bungkus banyak banget apaaan seh Kang ?”

SSreeeettttttt….. kertas koran usang itupun terobek di bagian tengahnya dan

” Hah……………!!!!!! TegOOooo…… banget Kaaangggg !!! ”

Iyem bergegas ke kamar mandi, di hampirinya si Pendi seraya, di tentengnya


kado dari Pendi . Pendi yang bersembunyi di kamar mandi , hanya tersenyum
kecut melihat Istrinya kalang kabut menerima hadiah terindahnya . Masker
berwarna biru!!!

Tamat.

**************************************************

Memory yang Tertinggal

gg : Buzz

mm :apa

gg : Kamu cantik

mm :Dari mana tau ?


gg : ppmu

mm has signed out.

****

” Min…..seperti apa kriteria pria yang kamu sukai ”

” Susah di uraikan , emang kenapa? ”

” Si Ilham nanyain kamu terus tuh. Jauh jauh dateng dari korea masak kamu
cuekin gitu terus terusan . Kesian Min…”

” Hallah… Bilang ajah kalo kamu juga suka ma dia. Samperin ajah deh ke
hotel, Mumpung belom balik ke korea dia. lumayanlah dari pada lu manyun…
ahhahahahaahah ”

Sebuah tinju gemes mendarat di bahuku. Seraut wajah persegi empat


nampang tepat di depan mukaku. Antara marah dan gemes. lalu kami
tertawa bersama .

*****

” Ini hari terakhir kita bertemu, Min. ”

” Tentu ini sangat tidak aku harapkan. Percayalah , Bila Tuhan berkenan ,
kita bertemu kembali di tanah air nanti. Di pelaminan , seperti yang engkau
impikan. ”

Suara panggilan bagi penumpang untuk segera masuk ke dalam pesawat


menggema, memecah hangatnya pelukan Ilham. Sekilas senyum Ilham
terasa menyayat hatiku. Maafkan aku Ilham.

*****
gg : Buzzz

mm : apa

gg : Aku mau menikah

mm : silahkan

mm : Selamat

gg has signed out.

****

” Kenapa kamu telepon aku ge, kok nomer lokal? Memang kamu di mana
sekarang ? ”

” Aku sudah berada di bandara Juanda menunggumu menjemputku. Aku


datang bersama keluargaku untuk melamarmu hari ini ”

” Apaa ????? ”

Tiba tiba kepalaku pusing.

Tamat.
Publication Date: April 26th 2011

https://www.bookrix.com/-minmut

Anda mungkin juga menyukai