Anda di halaman 1dari 7

___________________________________________________________

___________________
KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI BESI
DENGAN TEKNOLOGI MINI BLAST FURNACE
UNTUK EFISENSI ENERGI BAGI PENAMBANG
KECIL DAN MENENGAH
Rudy Surya Sitorus
Pusat Teknologi Industri Sumber Daya Energi Dan Industri Kimia
(PTSEIK), TIEM
Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi
Komplek PUSPITEK, Ged Energi 625 Klaster V
Tel (021) 75791354; Fax (021) 75791355
e-mail: rudy.sitorus@rocketmail.com
rudy.surya@bppt.go.id

Intisari

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam,


diantaranya bijih besi yang tersebar dibeberapa kepulauan di
Indonesia. Namun dengan kondisi seperti ini, belum dapat
membuat Indonesia mampu menghasilkan bahan baku yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan industri baja nasionalnya.
Kajian ini bertujuan untuk mengenalkan teknologi mini blast
furnace yang diharapkan dapat memberikan solusi terhadap
persoalan penambang bijih besi skala kecil dan menengah di
Indonesia untuk mengolah lebih lanjut bijih besinya menjadi
bahan baku industri baja. Mini blast furnace merupakan teknologi
yang dapat dikembangkan dengan prinsip mini production
sehingga diharapkan akan sesuai dengan kondisi penambang
bijih besi skala kecil dan menengah di Indonesia. Hal ini terkait
dengan penerapan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
tentang minerba, yaitu larangan ekspor hasil tambang mineral
dan batubara.

Kata kunci: bijih besi, mini blast furnace, iron making

Abstract
Indonesia is a country with rich in natural resources, including iron
ore which are scattered in several islands in Indonesia. However,
these conditions have not been able to make Indonesia to
produce enough raw materials to meet the needs of its domestic
steel industry. This study aims to introduce a mini blast furnace
technology which is expected to provide a solution to the
problems of small- and medium scale miners of iron ore in
Indonesia for further processing iron ore into steel industrial raw
materials. Mini blast furnace is a technology that can be
developed with a mini production principle which is expected to be
appropriate with the conditions of small- and medium scale iron
ore miners in Indonesia. This is related to the application of Law
and Government Regulation of mineral and coal, which ban the
export of minerals and coal mines.

Key word : iron ore, mini blast furnace, iron making


______________________________________________________________________________
PENDAHULUAN

Konsumsi akan besi dan baja terus menunjukan


peningkatan setiap tahunnya di berbagai negara
di dunia. Di kawasan ASEAN pun menunjukkan
hal yang sama, termasuk juga di Indonesia.

Tabel 1.
Tabel Produksi dan Konsumsi Baja
Negara ASEAN (Pusat Studi Geologi, 2006)

Gambar 2.
Proyeksi Konsumsi Baja Nasional (BKPM, 2011)

Dari Tabel 1 diatas terlihat bahwa pada tahun Pemerintah telah membuat proyeksi konsumsi
2006 produksi baja Indonesia telah tertinggal baja Indonesia hingga tahun 2020, dimana pada
dibandingkan Malaysia dan Thailand, padahal tahun tersebut konsumsi baja Indonesia
sebelumnya (1998) Indonesia merupakan negara diperkirakan sebanyak 17,5 juta ton. Untuk
penghasil baja terbesar di kawasan ASEAN. mencapai kebutuhan tersebut selain melakukan
impor, Indonesia juga harus meningkatkan
Selain itu jika dilihat dari sisi konsumsi baja per
produksi baja di dalam negeri yang tentunya akan
kapita Indonesia pun tertinggal dari negara-negara membutuhkan bahan baku yang cukup banyak.
ASEAN lainnya, seperti terlihat pada Gambar 1. Diharapkan bahan baku ini sebagian besar dapat
di pasok dari industri dalam negeri agar sejalan
dengan penerapan Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah tentang Minerba.
Permasalahan yang ada terkait pasokan bahan
baku untuk industri baja yang akan dikembangkan
di Indonesia, sesuai proyeksi pemerintah tersebut
diatas, adalah kurangnya pasokan bahan baku
(pig iron / sponge iron) karena belum
berkembangnya industri penghasil bahan baku
baja di dalam negeri. Kendala yang ada selama ini
adalah karena banyak penambang bijih besi
mengekspor langsung bijih besinya keluar negeri
tanpa proses pengolahan lebih lanjut. Selain itu
banyak penambang yang memiliki skala usaha
kecil dan menengah sehingga mengalami
kesulitan untuk mengolah bijih besinya untuk
Gambar 1. menjadi bahan baku industri baja (pig iron /
Konsumsi Baja Per Orang Kawasan ASEAN dan sponge iron) baik karena alasan skala ekonomis
Asia Pasifik (World Bank, 2003) maupun penguasaan teknologi smelter-nya.
Tabel 2. Karakterisitik Bijih Besi Dengan
Cadangan Yang Telah Terbukti Di Indonesia dan
Penyebarannya (Yusuf dan Edi Herianto, 2009)
______________________________________________________________________________
Tabel 3 adalah sebagian contoh perusahaan
tambang bijih besi kecil dan menengah yang
belum memiliki smelter.
Dengan pemanfaatan teknologi mini blast furnace,
diharapkan perusahaan penambang skala kecil
dan menengah mampu membangun smelter dan
dapat membantu pemerintah dalam memproduksi
bahan baku industri baja (pig iron / sponge iron)
karena lebih efisiensi enegi yang digunakan.

BAHAN & METODE

Metode kajian yang digunakan dalam penulisan ini


adalah sebagai berikut:

Dengan diterapkannya Undang-Undang (UU) No.


4 tahun 2009 tentang mineral dan batubara
(minerba), dan dikeluarkannya dua peraturan
pemerintah (PP) yaitu PP No. 1 tahun 2014 dan
PerMen ESDM No 1 tahun 2014 tentang kriteria
peningkatan nilai tambah dari hasil tambang
mineral dan batubara, maka secara tidak
langsung mengharuskan hasil tambang bijih besi
harus diolah lebih lanjut sebelum diekspor atau
digunakan untuk bahan baku besi baja di dalam
negeri.

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengenalkan


teknologi mini blast furnace yang diharapkan
dapat memberikan solusi terhadap persoalan Gambar 3. Metode Penulisan
penambang bijih besi skala kecil dan menengah
terkait penerapan UU No.4/2009, PP No 1/2014 Studi ini diawali dari identifikasi masalah yang
tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan terjadi saat ini. Selanjutnya dilakukan
Permen ESDM No.1/2014. pengumpulan studi pustaka dan pengumpulan
data yang mendukung penyelesaian suatu
masalah tersebut. Pengkajian ini bersifat desk
Tabel 3. research, dilakukan dengan cara mencari literatur
Daftar Perusahaan Tambang Di Kabupaten Solok dari berbagai buku, media internet, jurnal dan
Selatan, Sumatera Barat (dikutip dari berbagai penelitian-penelitian yang telah di lakukan.
sumber)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bahan Baku yang Digunakan dalam Mini Blast


Furnace

1. Bijih besi (Iron Ore)


Bijih besi merupakan bahan pokok dari mini
blast furnace. Ukuran bijih besi yang diizinkan
untuk masuk ke dalam blast furnace adalah
10-50 mm2. Dimana awalnya masih berupa
______________________________________________________________________________
bongkahan bebatuan. Dengan menggunakan
grinder mill seperti ball mill atau road mill,
bongkahan bijih besi dibuat menjadi lebih
kecil dengan ukuran tertentu. Dengan syarat
komposisi bijih besi tersebut harus lebih besar
dari 60%.

Gambar 6. Kokas (Erlina Yustanti, 2012)

4. Udara Panas
Udara panas dapat digunakan untuk
mengadakan pembakaran dengan bahan
bakar menjadi CO2 dan gas CO guna
Gambar 4. menimbulkan panas, juga untuk mereduksi
Bongkahan bijih besi dan ukuran bijih-bijih besi. Udara panas dihembuskan
kecil bijih besi (Harinto, 2007) dengan maksud agar terjadi pembakaran
sempurna, hingga kebutuhan kokas
2. Batu Kapur berkurang. Pemanasan udara dilakukan pada
Fungsi dari batu kapur adalah untuk mengikat dapur pemanas.
bahan-bahan yang ikut campur dalam cairan
besi untuk menjadikan terak. Dengan adanya Tabel 4:
terak yang terletak di permukaan cairan besi Spesifikasi Bahan Asupan Dalam Blast Furnace
ini, terjadinya oksidasi oleh udara dapat (ratubilqiis, 2009)
dihindari. Sebagai bahan tambahan biasanya Bahan Baku Spesifikasi
digunakan batu kapur (CaCO 3) murni, kadang Bijih besi:
Pula dolomit yang merupakan campuran dari Lup Ore Fe > 65%, 5-16 mm
CaCO3 dan MgCO3. Sinter Fe > 60%, 5-50 mm
Pellet Fe > 65%, 8-16 mm
Kokas: C > 82%, 5 – 60 mm
Flux:
Batu kapur CaO + MgO > 45%
SiO2 +Al2O3 < 3%
Dolomite CaO + MgO > 45%
SiO2 +Al2O3 < 3%
Gambar 5. Batu Kapur (@geology.com)
3. Kokas
Tahapan Proses Produksi Di dalam Mini Blast
Kokas merupakan batuan yang berasal dari
Furnace
batubara yang telah di proses, didestilasikan
secara kering dan mengandung belerang
Proses produksi di dalam mini blast furnace
yang sangat rendah sekali. Kokas dapat
meliputi 4 tahap, yaitu:
digunakan dalam proses blast furnace
1) Proses Pemasukan Muatan (Charging)
sebagai bahan bakar, atau dapat juga
Proses pemasukan muatan terdiri atas bahan
digunakan arang kayu atau antrasit. Kokas
bakar seperti kokas, bijih besi (bahan baku)
digunakan sebagai bahan bakar, menurut
dan bahan tambah yaitu berupa batu kapur.
reaksi berikut:
2) Proses Reduksi
C + O2 → CO2 (1)
Proses reduksi yang terjadi yaitu Oksida
CO2 +O2 → 2CO (2)
arang C(O) dan kokas serta zat arang C
mereduksi oksida besi. Proses ini terjadi
Dimana gas CO dan CO2 tersebut akan
sangat cepat. Pada proses reduksi terbagi
mereduksi bijih besi.
menjadi 3 daerah, yaitu:
a. Daerah pengeringan
Daerah pengeringan adalah daerah paling
atas yang terdapat gas CO2.
b. Daerah Reduksi
Daerah reduksi adalah daerah dimana
______________________________________________________________________________
muatan dari masukan akan mulai melebur sifatnya, besi kasar dibagi menjadi dua
dan bergerak kebawah mendekati daerah golongan, yaitu:
pencairan. b. Besi kasar putih
c.Daerah Pencairan Mengandung 5-30% Mangan (Mn) dan 3-5%
Daerah pencairan adalah daerah dimana karbon (C). Dan titik cairnya pada suhu
besi telah tereduksi secara sempurna. 1000-1300oC.
3) Proses Pencairan b. Besi kasar kelabu
Proses pencairan di dalam blast furnace adalah Mengandung 1-3% Si dan karbon (C) 3%.
berasal dari muatan yang berisi kokas atau Adanya Si ini akan mengakibatkan warna
batubara, biji besi dan batu kapur setelah kelabu. Dan titik cairnya pada suhu 1300 oC.
mengalami pemanasan akan bergerak Pada produk akhir proses ini diperoleh besi
kebawah. Dalam perjalanan dari atas ke bawah dalam bentuk pig iron atau molten iron
mengalami proses reduksi sebelum mengalami dengan kadar Fe + 96%.
pencairan. 2. Kotoran Pembakaran
4) Hasil Produksi Blast Furnace Pada waktu besi kasar mencair, diatas
Hasil produksi dari blast furnace adalah besi permukaan besi kasar itu terapung kotoran
kasar sebagai bahan dasar pembuatan baja, pembakar / terak (BD 2,5 – 3 kg/dm 3). Kotoran
kotoran pembakaran (ash, dll), Gas buang itu dibuang melalui saluran terak yang berada
(CO2). 0,5 m dibawah pipa peniup. Terak warnanya
putih, abu–abu, putih kebiruan atau hijau
Jika kandungan Fe di dalam bijih besi tidak menunjukkan adanya persenyawaan besi.
memenuhi persyaratan yang ada, maka 3. Gas
diperlukan suatu proses benefisiasi untuk Adapun gas-gas yang mungkin dihasilkan dari
meningkatkan kadar Fe di dalam bijih besi. proses blast furnace adalah sebagai berikut:
Adapun alur proses benefisiasi tersebut dapat a. 55-60% volume zat arang (C)
dilihat dari Gambar 7. b. 24-30% volume oksida arang (CO)
c. 8-12% volume dioksida arang (CO2)
Gas-gas tersebut juga dapat dimanfaatkan
sebagai pemanas dan penggerak motor sehingga
dapat meningkatkan efisiensi energi yang
dihasilkan.
Mekanisme yang terjadi dengan menggunakan
teknologi blast furnace ini adalah indirect
reduction (reduksi tidak langsung). Pada sistem
blast furnace juga yang terjadi adalah semi
continues. Dimana proses charging yang terjadi
secara kontinyu sedangkan proses pemisahaan
pig iron dengan slag terjadi secara batch.
Mini blast furnace memiliki keunggulan dari sisi
produk akhir dengan kadar Fe yang tinggi dan
produksi yang kecil, yang dapat dimanfaatkan
untuk penambang kecil dan menengah. Kapasitas
mini blast furnace yaitu 50.000 – 300.000 ton per
tahun. Teknologi ini cocok untuk daerah yang
melimpah akan sumber bahan bakunya. Mini Blast
Gambar 7. furnace adalah teknologi pertama untuk
Diagram alir Proses peningkatan Kadar Fe pengolahan biji besi di dalam tungku atau tanur
dengan bijih low grade (Edi Heriyanto, 2008) tempat proses pembakaran bijih besi (iron ore)
menjadi besi kasar melalui proses ekstraksi dari
Produk Akhir Keluaran dari Mini Blast Furnace logam-logam dan zat lain yang ikut melebur
bersama pada suhu 300- 1800 oC, seperti Karbon
Terdapat tiga macam produk hasil keluaran dari (C), Mangan (Mn), Silicon (Si), Nikel (Ni), Fosfor
mini blast furnace, yaitu: (P), dan Belerang (S), dengan menggunakan gas
1. Besi kasar cair CO dari bahan bakar (kokas) yang akan
Biasanya dikeluarkan setiap 4-6 jam, mengalir mereduksi ion oksida besi.
ke dalam cetakan-cetakan. Berdasarkan
______________________________________________________________________________
1. Jumlah produksi dan konsumsi besi dan baja di
Indonesia masih jauh tertinggal dari beberapa
negara di kawasan ASEAN.
2. Dalam pengolahan bijih besi menjadi bahan
baku baja, teknologi mini blast furnace dapat
menjadi solusi untuk meningkatkan kapasitas
produksi, khususnya para penambang kecil
dan menengah.
3. Proses teknologi dengan mini blast furnace
terdiri dari empat tahapan proses, yaitu Proses
Pemasukan Muatan (Charging), Proses
Reduksi, Proses Pencairan, dan Hasil Produksi
Blast Furnace.
4. Teknologi mini blast furnace termasuk proses
indirect reduction dengan kapasitas produksi
cukup kecil antara 50000-300000 pig iron per
Gambar 8. Penampilan Unit Blast Furnace (JFE tahun dan diperoleh kadar Fe dengan kadar
21st century foundation) tinggi yaitu + 96%.
Menurut Satya Graha Somantri, anggota Dewan 5. Kebutuhan investasi untuk mini blast furnace
PERHAPI dalam Majalah Tambang yang terbit dengan kapasitas 100.000 – 300.000 ton per
tanggal 3 Agustus 2009, saat ini sudah banyak tahun diperkirakan sekitar US$ 20 – 30 juta.
ditemukan dan dikembangkan teknologi yang
murah dan fleksibel untuk industri pengolahan dan
pemurnian hasil pertambangan. Sebagai contoh SARAN
adalah teknologi mini blast furnace untuk
peleburan dan pengolahan nikel dan bijih besi. Untuk mendorong realisasi investasi smelter di
Mini blast furnace ini telah banyak dibangun di Indonesia dengan teknologi mini blast furnace,
China. Biaya investasi yang dibutuhkan sekitar diharapkan pemerintah dapat memberikan
US$20 – 30 juta, dengan kapasitas mencapai kemudahan dalam pemberian kredit murah dan
100.000 – 300.000 ton per tahun. Dari informasi perizinan untuk mendirikan smelter tersebut.
ini dapat dikatakan bahwa teknologi ini sangat Sedangkan untuk para penambang kecil dan
besar peluangnya untuk dapat diadopsi dan menengah, bila investasi sekitar US$20-30 juta
diterapkan pada penambang skala kecil dan masih dianggap terlalu mahal, maka disarankan
menengah di Indonesia. Jika investasi tersebut untuk membangun smelter secara bersama
masih dianggap relatif mahal bila dibangun oleh (beberapa penambang dengan lokasi berdekatan)
satu perusahaan penambang kecil dan menengah agar lebih efisien pemanfaatan ennerginya dan
saja, maka beberapa diantara mereka yang lebih menguntungkan.
memiliki lokasi penambangan relatif berdekatan
dapat melakukan investasi bersama untuk UCAPAN TERIMA KASIH
membangun mini smelter ini. Dalam hal ini
pemerintah juga diharapkan dapat memberikan Makalah ini bisa terselesaikan atas kerjasama
bantuan berupa kredit murah untuk realisasi rekan-rekan dari unit Pusat Sumber Daya Energi
investasi ini, sehingga bijih besi dapat diolah lebih Dan Industri Kimia (PTSEIK).
lanjut untuk meningkatkan nilai tambah di dalam
negeri sesuai yang diamanatkan dalam UU dan DAFTAR PUSTAKA
PP / PerMen terkait Minerba yang telah
disebutkan diatas, dan juga pengolahan lebih 1. Ahmed Wafiq Abdel & Mohsen Abolnasr.
lanjut ini akan menciptakan lapangan kerja serta (2011).Literature Review on Iron Production
terciptanya pendalaman struktur industri baja di Technologies and COREX Process
Indonesia. Mathematical Models. Cairo: Cairo University.
2. Antonio Bario Santo . Mini Blast Furnace. Mini
SIMPULAN Technologias Ltda. (2009). Divinopolis, Brazil.
3. Biswas Anil K. Principles of Blast Furnace lron
Dari penulisan makalah ini dapat disimpulkan Making. (1984). Brisbane: University of
sebagai berikut: Queensland.
______________________________________________________________________________
4. Bambang Pardiarto. Pusat Studi Geologi. (2
Agustus 2011). Peluang Bijih Besi Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Komoditas Mineral
Strategis Nasional. Buletin Sumber Daya
Geologi Volume 6 Nomor :70.
5. Bogdandy, L.Varid H.J. Engel. (1971). The
Reduction of Iron Ores. Springer-Stahleiseri.
6. Farah. Studi Pengaruh Temperatur Didalam
Blast Furnace. (2008). Jakarta: Universitas
Indonesia.
7. Firmansyah Wahyu. (2009). Telusuran
Eksperimental Proses Reduksi Langsung
pellet Pasir Menjadi Ingot Besi.
Jakarta :Universitas Indonesia
8. Hamilton. Blast Furnace Iron Making. (1999).
Ontarion: McMaster University.
9. Harinto. (2009). Catatan Harinto Metalurgi 07,
from http://brownharinto.blogspot.com
10. Geoscience News and Information, from
http://geology.com/rocks
11. Majalah Tambang, edisi 3 Agustus 2009;
http://tambang.co.id/detail_berita.php?
category=18&newsnr=1814
12. Professor Mirajudin Abdullah, from
http://www.profmikra.org/artikel/potensi
konsumsi-baja-nasional.html
13. Ratubilqiis. (2009). Proses Pembuatan Besi
Baja . from,
http://ratubilqiis.files.wordpress.com
14. Pengembangan Industri Logam Dasar.
(2011). Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM).
15. Prof. Dr.-Ing. Bambang Suharno. Teknologi
Blast Furnace. (2009). Depok: Departemen
Teknik Metalurgi dan Material.
16. Teuku Ishlah. Pusat Sumber Daya Geologi.
(2008).Potensi Bijih Besi Indonesia Dalam
Kerangka Pengembangan Klaster Industri
Baja.1-12.
17. The AISE Steel Foundation, Pittsburgh, PA.
(1999). Chapter 10: The Manufacture of Pig
Iron in the Blast Furnace
18. Wardhana. (2007). Kajian Pengolahan Bijih
Besi Dengan Blast Furnace.Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai