Anda di halaman 1dari 22

Kajian Bentuk dan Perkembangan Topeng Pada

Tarian Hudoq Dayak Modang Kalimantan Timur

Nadya Pradita Hosensyah

1
Program Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya
E-mail: *1nadyapradita13@student.ub.ac.id
Abstrak
Penelitian ini membahas salah satu warisan budaya suku Dayak yakni topeng
tarian Hudoq dari komunitas suku Dayak Modang. Topeng Hudoq Dayak Modang
memiliki latar belakang yang diangkat dari peristiwa kesejarahan kehidupan komunitas
Modang pada masa lalu dimana tokoh sentral Helaeng Hebeung menjadi titik awal histori.
Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada potensi perkembangan dan perubahan
topeng Hudoq Dayak Modang Kalimantan Timur yang dilihat dari nilai kesejarahan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian jenis kualitatif deskriptif. Dengan objek
penelitian adalah topeng Hudoq Dayak Modang. Untuk menunjang penelitian, ada
beberapa informasi tambahan melalui buku dan penelitian terdahulu. Sedangkan teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah berupa tulisan dan lisan yang terdiri
dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa
setiap topeng Hudoq memiliki perbedaan karakter bentuk yang dibedakan pada bagian
mata, hidung, mulut dan warna. Bentuk topeng Hudoq didasari oleh pembagian asal roh
yakni dasar sungai, hutan belantara, gunung-gunung, alam baka, perwakilan manusia dan
penguasa alam serta air yang dimana perkembangan bentuk disesuaikan pada
penyempurnaan bentuk topeng. Melihat bentuk dan perkembangan topeng Hudoq, ada
beberapa potensi penambahan beberapa element yang dilihat oleh peneliti guna
menyempurnakan bentuk dan menambah nilai keindahan topeng.
Kata kunci: Bentuk, Perkembangan, Dayak Modang, Topeng Hudoq
Abstract
This research will discuss one of the Dayak tribe’s cultural heritage, the Hudoq
dance mask from the Dayak Modang community. The Hudoq Dayak Modang mask has a
background raised from the historical life of the satisfying community life in the past where
the central figure Helaeng Hebeung became the starting point of history. In this study, the
authors focus on the potential development and changes in the Hudoq Dayak Modang East
Kalimantan Mask which is seen from the historical value.
This study uses descriptive qualitative research methods. The object of research is
the Mask Hudoq Dayak Modang. To support research, there is some additional
information through books and previous research. While the data collection techniques
used by researchers are in the form of writing and oral consisting of observations,
interviews, and documentation studies. The results of the study found that each Hudoq
mask has a different shape character that is distinguished in the eyes, nose, mouth and
color. The shape of the Hudoq mask is based on the division of the origin of the spirit,
namely the bottom of the river, wilderness, mountains, the afterlife, representatives of
humans and the rulers of nature and water where the development of the shape is adjusted
to the perfection of the shape of the mask. Seeing the shape and development of the Hudoq
mask, there are several potential additions to several elements seen by researchers in order
to perfect the shape and add value to the beauty of the mask.
Keywords: Dayak Modang, Innovation, Hudoq Mask, Shape

PENDAHULUAN
Bicara tentang budaya tak akan ada habisnya. Apalagi berbicara mengenai Indonesia
yang dikenal sebagai negara adidaya dibidang kebudayaan. Keanekaragaman suku bangsa,
budaya, bahasa, adat dan kebiasaan kemudian lahir hingga terus berkembang menjadi
bagian identitas dari suatu negara. Kebudayaan Indonesia tentunya tidak datang dari satu
penjuru daerah saja melainkan dari berbagai daerah yang sampai saat ini masih tetap
dilestarikan oleh masyarakat asli dari masing-masing daerah. Setiap daerah di Indonesia
tentunya memiliki kebiasaan hidup, tradisi dan ciri khas tersendiri yang sudah mendarah
daging. Selain itu Indonesia juga kaya akan berbagai jenis pakaian adat, rumah adat
maupun kesenian berupa lagu, tari-tarian dan kerajinan tangan yang menarik untuk
dibahas.
Mengacu pada pemaparan mengenai kebudayaan Indonesia yang beragam maka
dalam penelitian ini, peneliti ingin mengangkat salah satu kebudayaan yang lahir dari suku
Dayak Kalimantan Timur. Masyarakat Dayak dari zaman dulu sampai saat ini dikenal
memiliki tradisi-tradisi unik yang terus dilestarikan hingga saat ini. Mereka memiliki
berbagai upacara adat yang dilakukan pada momen-momen istimewa, salah satunya adalah
tari Hudoq. Tari Hudoq merupakan tarian topeng suku Dayak yang bermakna ungkapan
rasa syukur dan biasa dilakukan saat upacara adat pembukaan lahan pertanian. Pada
penelitian ini penulis memilih mengangkat topeng Hudoq dari komunitas suku Dayak
Modang sebagai objek dalam penelitian. Bagi masyarakat komunitas Dayak Suku Modang,
Hudoq dan upacara adat adalah salah satu dari sekian upacara adat yang diadakan setiap
tahun pada musim penanaman padi dan menjelang padi akan berbuah. Hudoq merupakan
jelmaan kekuatan gaib untuk menolong manusia pada usaha perladangan dan suasana
kehidupan sosial manusia (Luay, F.Jiu, 2014).
Masyarakat komunitas suku Dayak Modang menggambarkan Hudoq dalam wujud
yang didasari atas kepercayaan mereka yang diurutkan dari tingkat tertinggi hingga
terendah. Kepercayaan lama yang dianut dan mendasari kehidupan komunitas suku Dayak
Modang disebut Dieng Selieng Dea (dunia nyata) dan semua yang tersedia tentu ada yang
menciptakan yakni Metea (Yang Maha Kuasa). Dasar kepercayaan (religi) Dayak Modang,
bahwa selain kehidupan di dunia nyata, ada pula suatu kehidupan setelah peralihan pada
kematian bagi setiap manusia. Salah satu keunikan dari topeng Hudoq adalah bentuk dan
aksesoris yang dikenakan. Tampilan visual Hudoq memiliki makna yang mempengaruhi
bentuk rupa topeng yakni memelihara, melestarikan hubungan manusia dengan alam
lingkungan hidup saling berdampingan, selaras dan saling membutuhkan.
Pada penelitian ini, peneliti mengangkat topeng Hudoq Dayak Modang sebagai
pembahasan tema utama. Hudoq Dayak Modang memiliki ciri yang melekat dalam tradisi
adat dan seakan-akan telah menjadi bagian kehidupan bagi komunitas. Tarian Hudoq bagi
suku Dayak Modang selain memiliki muatan seni tari, Hudoq juga memberi kekuatan
dalam hal spirit kehidupan bagi komunitas. Warna dan tradisi adat Hudoq Modang
merupakan gambaran kekayaan dan karya yang dibanggakan. Hudoq yang memiliki ciri
khusus yang identik sebagai mana tokoh-tokoh yang ada dalam kepercayaan adat dan
tradisi Dayak Modang. Selain itu, karakter khusus tokoh dalam topeng Hudoq Dayak
Modang memiliki hubungan erat kaitannya dengan peristiwa kehidupan masa lalu yang
dialami oleh komunitas dimana tokoh sentral Helaeng Hebeung menjadi titik awal histori
(Luay, F.Jiu, 2014).
Topeng tarian Hudoq bagi peneliti memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi
suatu artefak yang memiliki nilai artistik tinggi karena nilai tradisi yang sangat melekat
dengan masyarakat suku Dayak Modang. Potensi perkembangan topeng dalam penelitian
ini dilihat melalui sudut pandang seni rupa (visual) tanpa menghilangkan nilai tradisi yang
sudah melekat masyarakat suku Dayak Modang. Maka dari itu berangkat dari latar
belakang dan histori dari Hudoq, peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yang
berfokus pada bentuk dan perkembangan visual yang terdapat pada topeng tarian Hudoq
Dayak Modang secara mendalam. Perkembangan dengan menggunakan pendekatan teori
Transformasi Tradition dengan metode ATUMICS yang dibahas secara mendetail. Maka
berpijak pada teori Transformasi Tradition dengan metode ATUMICS, masalah dari kajian
ini dapat dirumuskan sebagai : 1) Bagaimana bentuk topeng pada tarian Hudoq Dayak
Modang bedasarkan karakteristiknya?, serta 2) Bagaimana perkembangan bentuk topeng
pada tarian Hudoq Dayak Modang?

METODE
Penelitian ini memfokuskan pada Bentuk dan Perkembangan Topeng pada Tarian
Hudoq Dayak Kalimantan Timur. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan
menggunakan analisis Transforming Tradition dengan metode ATUMICS dari teori Adi
Nugraha. Obyek formal dalam kajian ini ialah bentuk dan perkembangan, sedangkan obyek
material kajian adalah kebudayaan dan kesenian tradisi, sehingga topik kajian ini adalah
Bentuk dan Perkembangan Topeng pada Tarian Hudoq Dayak Kalimantan Timur. Sampel
penelitian ini menggambil 11 (sebelas) tokoh topeng utama, yakni 1) Tong Gaep 2) Delay
3) Lejie 4) Pen Leih 5) Wah Jaeg 6) Telea Metae 7) Nyehae 8) Ewoae 9) Sehuen 10) Yoq
11) Hedoq Menliu. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Observasi yang dilakukan dalam penelitian menitik
beratkan pada aspek: (1) Nilai histori masyarakat komunitas Suku Dayak Modang, (2)
bentuk topeng pada tarian Hudoq Dayak Modang dan (3) Perkembangan topeng. Dalam
proses observasi peneliti, menggunakan beberapa sumber dasar untuk menganalisa yakni
dari buku tradisi adat Dayak dan mencari sumber tertulis tentang topeng Hudoq Dayak
Modang melalui internet seperti google dan youtube dengan tujuan memperoleh data-data
yang tidak didapat melalui wawancara. Wawancara dalam penelitian ini merupakan
sumber tepenting karena dilakukan dengan narasumber secara langsung melalui ketua adat
Dayak Modang sekaligus sebagai budayawan. Studi dokumentasi didapat dari arsip
kebudayaan yang ada di perpustakaan daerah, Kota Samarinda yaitu mengenai topeng pada
tarian Hudoq Modang. Data-data tersebut berupa data-data penelitian mengenai
keberadaan dan naskah-naskah yang berkaitan dengan topeng pada tarian Hudoq Modang.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles and Huberman
(1984) dalam Sugiyono (2014, hal.91) menyatakan bahwa analisis data dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas melalui data reduction
(reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing atau vertification
(kesimpulan atau vertifikasi data). Reduksi data dilakukan saat proses penelitian dan
proses laporan akhir penelitian. Reduksi data meliputi, meringkas hasil data menjadi
sebuah tema, konsep dan pengkategorian topeng Hudoq Dayak Modang. Proses pemilihan
salah satunya yaitu mencari sampel topeng dari kesebelas karakter yang ada melalui data
yang sudah dikumpulkan. Kemudian data yang telah diperoleh kemudian diseleksi agar
memperoleh data penting dan dilanjutkan dalam proses penyajian data. Penyajian data
dilakukan denganmenyajikan hasil reduktif data penelitian dalam bentuk teks yang bersifat
naratif dan data tertulis yang diperoleh dari berbagai sumber lain. Dari data karakteristik
topeng Hudoq yang didapat dapat ditarik kesimpulan bahwa topeng yang ada berpotensi
untuk mengalami proses perkembangan dan perubahan yang berpengaruh terhadap
eskistensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. KARAKTERISTIK BENTUK TOPENG TARIAN HUDOQ DAYAK MODANG
Karakteristik bentuk topeng tarian Hudoq Dayak Modang, sangat didasari oleh latar
belakang historis masyarakat suku Dayak Modang mengenai Helaeng Hebeung. Peranan
hubungan manusia dengan dunia gaib telah berlangsung dan terjalin melalui tokoh Helaeng
Hebung dan Selae Sen Yaeng yang bertemu dan hidup menjadi suami atau istri. Helaeng
Hebeung anak seorang raja bernama Hejaeng, warga Lahan Kejien, mencari mandaunya
yang terjatuh ke dalam sungai di tempat yang disebut Leleing Boae Meash (air pusaran) di
sungai Kejien di Apo Kayaan. Helaeng Hebeung anak seorang raja bernama Hejaeng,
warga Lahan Kejien, mencari mandaunya yang terjatuh ke dalam sungai di tempat yang
disebut Leleing Boae Meash (air pusaran) di sungai Kejien di Apo Kayaan. Disini awal
perjumpaan sengan Selae Sen Yaeng (makhluk dari dasar sungai) yang kemudian
menjadikan mereka hidup sebagai suami istri dan mempunyai seorang anak yang bernama
Buaq Selo. Pada saat Helaeng Hebeung tinggal bersama Selae Sen Yaeng dan anaknya
Buaq Selo, Selae Sen Yaeng mengadakan hiburan tontonan dengan mengumpulkan
makhluk-makhluk gaib dari dasar sungai Kejien di Leleng Boae Meash ketika itu.
Tontonan yang mengerikan serta unik, membuat Helaeng Hebeung lari ketakutan
dan membawa anaknya bersembunyi di lubang padi. Ketika itulah ia menyadari alam
lingkungannya kini sangat berbeda, membuatnya tidak betah dan akhirnya ia merasa harus
kembali ke alam kehidupan semula dimana keluarganya berada yakni di kampung Laham
Kejien, daerah Apo Kayaan (Epau Kejien). Keluarga Hejaeng adalah orangtua dari
Helaeng Hebeung, mengira Helaeng Hebeung telah mati tenggelam sewaktu menyelam
mengambil mandaunya yang terjatuh di Leleing Boae Meash (air pusaran). Tidak mereka
sangka, Helaeng Hebeung ternyata masih hidup dan kembali pulang ke keluarganya
(komunitas).
Kendati Helaeng Hebeung kini kembali ke sanak keluarganya namun hubungan
dengan makhluk gaib di dasar sungai (Selae Sen Yaeng) tetap berlangsung melalui ritual
adat Hudoq. Ikatan yang telah terjalin diperkuat dengan upacara Hudoq sekaligus ikatan
batin dalam rangka tetap memelihara dan bertahan hidup menjadi tradisi adat komunitas.
Topeng tarian Hudoq Dayak Modang pada dasarnya memiliki karakter tokoh yang
disesuaikan dengan peristiwa kehidupan dari komunitas suku Dayak Modang pada masa
lalu, dimana tokoh sentral Helaeng Hebeung menjadi titik awal histori (Luay, F. Jiu, 2014).
PEMBAGIAN BENTUK TOPENG
Dalam upacara Hudoq, topeng yang mencerminkan tokoh Hudoq pada awal bentuk
yang ditampilkan masih sederhana, baik bahan dan perlengkapan yang digunakan.
Perkembangan visual pada topeng Hudoq dimulai dari imajinasi dari pembuat topeng yang
ingin mengekspresikan kehadiran roh-roh yang membantu dalam kehidupan manusia.
Untuk melihat jenis-jenis topeng Hudoq Dayak Modang, masyarakat suku Dayak Modang
membagi sesuai dengan kebutuhan wakil dari roh-roh kepercayaan mereka dan dibagi
menurut asal roh yang dipanggil saat acara upacara ritual adat.
Roh Dasar Sungai

Gambar 1. Roh Gelong Naga (Roh Naga), Wah Jaeg (Roh Buaya), dan Telea Metae (Roh Belut)
Asal roh dasar sungai meliputi tokoh Gelong Naga (Roh Naga), Wah Jaeg (Buaya)
dan Telea Metae (Belut). Dimana perwujudan dari tokoh ini adalah roh hewan yang dapat
hidup di air dan dipercaya sebagai hewan peliharaan sekaligus penjaga dari Selaen Sen
Yaeng. Tokoh Gelong Naga, memiliki karakteristik alis tidak terlalu tebal dan garis
lengkung, mata cekung kedalam dan ada penambahan kaca, Hidung mancung dan Mulut:
agak menonjol kedepan, memiliki taring-taring dan jenggot. Sedangkan Warna dominan
pada topeng, bagian telinga (merah), wajah (putih), ornament (hitam). Tokoh Wah Jaeg
memuliki bentuk alis yang melengkung dan tersusun dari ornament Dayak Modang, Mata
bulat kecil dan menonjol, Hidung dan mulut yang panjang dan mengerucut. Sedangkan
warna dominan pada topeng, bagian Telinga (merah), wajah (putih) dan dahi (merah muda)
dan ornament (emas dan hitam). Tokoh Telea Metae memiliki bentuk mata yang oval sipit
dan menonjol, Hidung berbentuk seperti cula naik keatas, Mulut memanjang kedepan dan
terdapat gigi-gigi. Sedangkan warna dominan pada topeng, bagian telinga (merah,hitam ,
dan putih), wajah (merah muda), hidung (kuning), mulut (merah muda) dan ornament
(putih dan hitam).

Roh Hutan Belantara


Gambar 2. Roh Lejie (harimau), Ewoae (babi), Yoq (kera), Meneq Nyehae (burung Elang)
Asal roh dasar sungai meliputi tokoh Lejie (harimau), Ewoae (babi), Yoq (kera),
Meneq Nyehae (burung Elang). Dimana perwujudan dari tokoh ini adalah roh hewan yang
dapat hidup hutan dan dipercaya sebagai hewan penjaga saat masyarakat suku Dayak
Modang saat proses bertani. Tokoh Lejie memiliki bentuk alis agak tebal, melengkung dan
tegas, mata bulat cembung dan menonjol, Hidung dan mulut berbentuk moncong, panjang
kedepan. Sedangkan warna dominan pada topeng, bagian telinga (merah), wajah (putih),
hidung dan mulut (merah dan sedikit kecoklatan), ornament (hitam dan merah). Tokoh
Ewoae memiliki bentuk alis tidak terlalu tebal, melengkung kebawah, Mata bulat, cekung
kedalam, Hidung dan mulut: berbentuk moncong, panjang kedepan. Sedangkan warna
dominan pada topeng, bagian telinga (putih), wajah (putih), hidung dan mulut (putih),
ornament (hitam, merah dan putih). Tokoh Yoq memiliki bentuk mata sipit, kecil dan
menonjol keluar, Hidung: pesek dan terdapat lobang hidung, Mulut: terdapat taring, gigi
kecil dan rapih. Sedangkan warna dominan pada topeng, bagian wajah (putih) dan telinga
(merah). Tokoh Meneq Nyehae memiliki bentuk mata: bulat dan besar, mulut berbentuk
paruh, memanjang kedepan dan besar. Sedangkan warna dominan pada topeng, bagian
dasar wajah (putih), mulut (kuning), telinga (merah), dan ornament (merah muda, hitam
dan merah)
Roh Gunung-Gunung

Gambar 3. Roh Delay (Dewa Guntur)


Asal roh gunung-gunung adalah Delay, dimana tokoh ini memiliki perwujudan
sebagai tokoh manusia (dewa guntur) yang menghuni tempat alam tertinggi (Epau Legean).
Tokoh Delay memiliki bentuk mata bulat, menonjol, Mulut terdapat gigi tajam dan taring
melengkung keluar. Sedangkan warna dominan pada topeng, bagian wajah (merah tua),
mulut biru dan gigi emas , telinga (putih), ornament (putih, hitam, pink dan biru).
Roh Alam Baka

Gambar 4. Roh Pen Leih (Alam baka)

Asal roh alam baka adalah Pen Leih, dimana tokoh ini memiliki perwujudan
sebagai tokoh manusia yang dipercaya sebagai roh penghubung antara alam manusia dan
leluhur. Tokoh Pen Leih memiliki bentuk alis melengkung kebawah dan tebal, Mata bulat,
menonjol, Mulut menonjol, gigi rapih, dan ada taring melengkung keluar. Sedangkan
warna dominan pada topeng, bagian wajah (putih), telinga (merah), mata (kuning) dan
ornament (hitam, merah dan kuning).
Perwakilan Manusia

Gambar 5. Roh Sehuen (Perwakilan manusia)


Asal roh perwakilan manusia adalah Sehuen, dimana tokoh ini memiliki
perwujudan manusia dan berfungsi sebagai perwakilan wujud roh raja atau ratu. Tokoh
Sehuen memiliki bentuk alis tipis, melengkung, Mata garis melengkung tipis, Mulut: gigi
rapih. Sedangkan warna dominan pada topeng, bagian wajah (putih), telinga (merah) dan
ornament (hitam dan merah).
Penguasa Alam dan Air

Gambar 6. Roh Tong Gaep (Penguasa alam dan air)


Asal roh penguasa alam dan air adalah Tong Gaep, dimana tokoh ini memiliki
perwujudan manusia dan berfungsi sebagai perwakilan roh penguasa dan biasanya selalu
berada paling depan pada barisan dan waktu adat mentaq Hudoq maka wajib menjawab
pertanyaan saat dialog. Tokoh tong gaep memiliki bentuk alis tipis dan melengkung, Mata
cekung kedalam, Mulut: menonjol dan gigi taring tajam. Sedangkan warna dominan pada
topeng, bagian wajah (putih), telinga (merah) dan ornament (hitam, merah dan putih).
Topeng Hudoq Dayak Modang dalam ATUMICS

Melestarikan budaya tradisi dapat dilakukan dengan mentransformasikan budaya


tradisi ke dalam budaya modern (Nugraha, 2012). Salah satunya adalah dengan metode
ATUMICS. Prinsip utama metode ATUMICS adalah tentang pengaturan, kombinasi,
integrasi, atau campuran antara unsur-unsur dasar tradisi dengan moderenitas. Analisa
metode ATUMICS penulis secara menyeluruh pada topeng tarian Hudoq Dayak Modang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Variable Parameter Keterangan
Artefact Topeng pada Hudoq Topeng pada tarian Hudoq Dayak Modang
Dayak Modang merupakan hasil dari penjiwaan karakter
terhadap nilai religiusitas masyarakat
komunitas Dayak Modang.

Technique a. Teknik Pembuatan a. Teknik utama yang digunakan dalam


pembuatan topeng Hudoq adalah teknik
memahat.
b. Kemampuan dalam pembuatan adalah
Craftmanship (pengerajin)
b. Kemampuan

Utility Fungsi Sebagai properti utama dalam tarian ritual adat


(pengambaran watak tokoh)
Material Bahan Bahan utama yang digunakan untuk membuat
topeng Hudoq adalah kayu jeluntung, pelepah
pisang dan daun kelapa.

Icon a. Warna a. Warna Filosofis kepercayaan masyarakat


b. Ornament Modang teridiri dari :
- Hitam: bagaimana manusia dapat menerima
kehidupan dunia harus berani menghadapi
suka dan duka (tantangan kehidupan)
- Merah: spirit kehidupan dan perjuangan
- Putih: ketulusan, kejujuran dan kemurnian
dalam menjalankan hidup
*warna hitam, merah dan putih berperan
sebagai warna dominan
- Kuning: yakin bahwa hidup mempunyai
kekuatan dari Yang Maha Kuasa (warna
tambahan)
b. Ornamen:
- Ornamen khas pada topeng adalah ornament
burit siput yang bebentuk seperti lingkaran
atau pusaran (burit siput). Maknanya adalah
menggambarkan dari sisi kehidupan,
lingkaran hidup selalu ada awal dan akhir.
Concept Kerajinan Tradisional Konsep topeng Hudoq dapat dilihat dari
tampilan visualnya yang memiliki latar
belakang atau histori tradisi, latar belakang
tokoh peristiwa awal (Helaeng Hebeung dan
Selae Sen Yaeng), tema yang diangkat memiliki
makna sosial dan lingkungan, tokoh peran yang
dilihat berbagai jenis topeng, ada lakon atau
adegan masing-masing tokoh yang dimainkan
(peran penolong dan pengganggu kehidupan
manusia), memiliki makna ; memelihara,
melestarikan hubungan manusia dengan alam
lingkungan hidup saling berdampingan, selaras
dan saling membutuhkan. Pesan sosial dan
tujuan (tetap menjaga keseimbangan hidup,
saling menguntungkan, berjalan seirama
kodrat, kaidah yang telah ada sejak dahulu yang
telah mengatur manusia dan alam semesta.
Shape Bentuk Pola dasar topeng Hudoq memiliki dasar
berbentuk “U” dan memanjang kebawah.
Untuk panjang topeng lebih kurang 30-34 cm
dengan lebar posisi mata sejajar 18-20 cm.
untuk ukuran tidak mutlak karena di sesuaikan
dengan ukuran wajah pemakai agar nyaman
digunakan saat menari.

Tabel 1. Penggunaan metode ATUMICS


Sebagian besar elemen dalam struktur topeng Hudoq pada tarian Dayak Modang
memiliki konsistensi pada bentuk, komposisi, ukuran serta jarak ornament yang terukur
secara proposional agar mendapatkan nilai keindahan. Keseimbangan topeng Hudoq
Dayak Modang dapat dilihat pada setiap tokoh disesuaikan dengan proporsi wajah manusia
serta pengguna yang akan memakai topeng. Keseimbangan dicapai dengan topeng yang
memiliki bentuk simetris dan elemen-elemen memiliki identitas visual yang sama pada
jarak.
B. PERKEMBANGAN BENTUK PADA TOPENG HUDOQ
Perkembangan bentuk topeng pada Hudoq Dayak modang sejatinya tidak terlepas
dari perubahan sosial. Penurunan nilai kepedulian membuat dampak bagi perkembangan
bentuk topeng Hudoq karena mulai lesu dan semangat warga komunitas yang menurun
pada nilai tradisi adat. Sehingga lambat laun topeng Hudoq akan mengalami penurunan
nilai dan makna rasa seni dalam aspek kehidupan serta kehilangan nilai norma dan nilai
estetik yang sangat berharga. Sesuai dengan teori perubahan internal dan eksternal yang
dikemukakan oleh Alvin Boskoff bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
bentuk topeng pada tarian Hudoq Dayak modang di pengaruhi oleh faktor internal dan
esternal (Boskoff,1964:147-158). Faktor internal bentuk topeng dititik beratkan pada: (1)
Kepercayaan, berhubungan dengan nilai keimanan atau ritual yang dianut komunitas.
Dasar kepercayaan Dayak Modang, mengatakan bahwa selain kehidupan di dunia nyata,
ada pula suatu kehidupan setelah peralihan pada kematian bagi setiap manusia dan (2)
Kekuatan Gaib, kepercayaan pada kekuatan yang ada di dunia dapat mempengaruhi
manusia atau menolong manusia dalam hal-hal tertentu. Faktor eksternal bentuk topeng
sangat dipengaruhi oleh pandangan audience (publik) mengenai tampilan hudoq mengenai
keindahan, kemenarikan dan keunikan dari nilai seni pada topeng hudoq Dayak Modang.
Maka dilihat dari perkembangan topeng pada tarian Hudoq Dayak Modang dipengaruhi
oleh aktivitas masyarakat komunitas dan kreativitas seniman atau craftman (pengrajin).
Hal ini berarti kekuatan dari dalam maupun eksternal menjadi faktor yang dominan
sebagai penyebab perubahan bentuk topeng Hudoq yang disesuaikan dengan kebutuhan
masa kini agar tidak punah.
Penampilan bentuk topeng hudoq yang digunakan pada saat ritual upacara adat panen
pembukaan lahan dan syukur mengalami perubahan seiring bergesernya waktu yang
dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat secara sosial. Perkembangan bentuk topeng
tidak dipengaruhi oleh periodesasi dari masa ke masa sehingga perubahan bentuk dan
penampilan dikembangkan sesuai kebutuhan penyempurnaan bentuk visual agar dapat
menambah nilai artistik yang dapat membangun minat masyarakat untuk menontonnya.
Berdasarkan pembahasan karakteristik bentuk topeng Hudoq yang telah dijabarkan
pada poin pembahasan sebelumnya, peneliti melihat topeng Hudoq sebagai salah satu aset
kearifan lokal tradisi masyarakat suku Dayak Modang. Menurut peneliti, topeng Hudoq
menyimpan kekayaan tradisi yang didalamnya banyak berisi kearifan lokal yang wajib
dijadikan sebagai aset berharga karena adanya prinsip-prinsip keseimbangan harmonis
antara fungsi maupun nilai estetik yang telah berlangsung dari masa lalu hingga saat ini.
Bentuk perkembangan pada topeng Hudoq menurut peneliti setelah Analisa menggunakan
metode ATUMICS menghasilkan beberapa potensi dalam mempertahankan bentuk yang
ada agar tetap lestari yaitu :
a. Elemen yang dapat dipertahankan: (1) Menggunakan bahan kayu Jeluntung; (2)
konsep topeng yang mempertahankan nilai religiusitas dan histori masyarakat suku
Dayak Modang.
b. Elemen yang dapat di ubah: (1) Bentuk dapat disempurnakan agar karakter penokohan
semakin terlihat jelas; (2) Penempatan atau penambahan ornament agar topeng terlihat
lebih memiliki nilai jual seni yang tinggi; (3) Pewarnaan topeng yang dapat diberikan
sentuhan perbedaan warna tapi tetap mempertahankan warna filosofis yang ada.
Berdasarkan analisis metode ATUMICS maka peneliti ingin memberikan saran
tambahan beberapa elemen untuk menambah nilai artistik dari sudut pandang seni rupa
pada bentuk topeng tanpa mengilangkan nilai tradisi maupun filosofis masyarakat suku
Dayak Modang. Berikut hasil analisa yang di dapatkan oleh peneliti, yaitu :
Perkembangan Topeng Tong Gaep

Gambar 7. Perkembangan Topeng Tong Gaep

Topeng Tong Gaep merupakan karakter tokoh utama (komandan perang), topeng
ini secara umum memiliki penggambaran karaktersitik sebagai tokoh yang maskulin dan
galak. Hal ini jika dilihat dari segi potensi pengembangan, desain topeng Hudoq dapat
dikembangkan dari elemen “Ikon” (metode ATUMICS). Penambahan aksen warna
kontras seperti warna emas (suci dan setia) guna menambahkan nilai kekuasaan. Selain itu
potensi penambahan ornament motif Dayak modang dapat ditambahkan sedikit pada
bagian dahi atau alis guna mempertegas kesan karakter utama (antagonis) dan
menyimbolkan aspek-aspek serta nilai yang terkandung dalam budaya masyarakat Dayak
Modang.
PerkembanganTopeng Delay

Gambar 8. Perkembangan Topeng Delay


Topeng Delay merupakan karakter tokoh dewa Guntur, topeng ini secara umum
memiliki dua sisi karakter yakni sisi penolong (ramah) dan karakter galak (terlihat dari
siluet karakter tajam dan kuat). Jika melihat potensi pengembangan topeng, maka desain
topeng Hudoq dapat dikembangkan dari elemen “Ikon” (metode ATUMICS). Penambahan
aksen garis yang tajam dibagian pipi menambah kesan tajam selain itu pewarnaan dasar
topeng dapat diberikan warna biru (navy) agar kesan roh guntur semakin terlihat jelas.
Perkembangan Topeng Lejie

Gambar 9. Perkembangan Topeng Lejie


Topeng Lejie merupakan karakter tokoh yang menggambarkan sosok yang
bersahabat dengan manusia jika dilihat dari situasi dan kondisi yang ada. Jika melihat
potensi pengembangan topeng, maka desain topeng Hudoq dapat dikembangkan dari
elemen “Shape” dan “Ikon” (metode ATUMICS). Pengembangan potensi pada bentuk
moncong dapat dibuat tidak terlalu runcing karena memberikan kesan terlihat seperti
seekor sapi. Pada bagian mata dapat diberikan garis pupil supaya mempertajam karakter
dan bentuk mata lebih dipertajam. Bagian hidung dapat diberikan garis loreng agar
menambah kesan garang dengan warna hitam atau jingga.
Perkembangan Topeng Pen Leih

Gambar 10. Perkembangan Topeng Pen Leih


Topeng Pen Leih merupakan karakter tokoh yang menggambarkan roh gaib
perantara dan penolong manusia menuju ke alam baka. Karakter visual mata sangat
mencolok dan besar karena menunjukksn untuk melihat dua sisi yang berbeda. Jika melihat
potensi pengembangan topeng, maka desain topeng Hudoq dapat dikembangkan dari
elemen “Ikon” (metode ATUMICS). Pengembangan dapat dilakukan dengan
menambahkan unsur warna biru di bagian ornament atau dahi agar terkesan karakter
bijaksana.
Perkembangan Topeng Wah Jaeg

Gambar 11. Perkembangan Topeng Wah Jaeg

Topeng Wah Jaeg merupakan karakter tokoh yang menggambarkan roh buaya
(kekuatan dari dalam sungai). Karakter topeng ini dapat terlihat baik tapi juga terlihat
galak. Jika melihat pengembangan potensi topeng, maka desain topeng Hudoq dapat
dikembangkan dari elemen “Shape” dan “Ikon” (Metode ATUMICS). Pada bagian telinga
dapat diperkecil agar fokus pengelihatan audience di tekankan pada bentuk moncong.
Sedangkan garis yang terletak pada bagian alis dapat dipertebal supaya memberikan kesan
kuat. Bagian pupil mata dapat di berikan garis hitam vertikal guna memperkuat karakter
buaya.
Perkembangan Topeng Telea Metae

Gambar 12. Perkembangan Topeng Telea Metae

Topeng Telea Metae merupakan karakter roh belut (kekuatan dari sungai), secara
visual terlihat ganas (antagonis). Jika melihat potensi pengembangan topeng dapat
dikembangan melalui elemen “Shape” dan “Ikon” (Metode ATUMICS). Pada bagian
moncong dapat dibuat lebih tumpul agar lebih mengesankan karakter belut. Selain itu
ornament pada sekitaran mulut dapat dibuat lebih dinamis dan tidak kaku agar karakter
belut dapat lebih terlihat.

Perkembangan Topeng Nyehae

Gambar 13. Perkembangan Topeng Nyehae


Topeng Nyehae merupakan karakter burung Elang yang memiliki kekuatan
dimensi dua alam, secara visual terlihat tidak berbahaya (protagonis). Jika melihat potensi
pengembangan topeng dapat dikembangan melalui elemen “Shape” dan “Ikon” (Metode
ATUMICS). Pada bagian bentuk mata topeng, lebih baik diruncingkan. Pada bagian alis
dapat ditambahkan garis lengkung yang menukik agar mata terkesan tajam dan seolah oleh
akan mengintai mangsa. Bagian bentuk paruh dapat di runcingkan dan sedikit melengkung
dibagian ujung karena sekilas terlihat seperti paruh bebek. Penambahan ornamen Dayak
Modang pada bagian pipi kiri dan kanan topeng dapat memberikan kesan perkasa.

Perkembangan Topeng Ewoae

Gambar 14. Perkembangan Topeng Ewoae


Topeng Ewoae merupakan karakter roh babi, dimana secara visual memiliki siluet
yang tajam, seram, seperti melotot. Jika melihat potensi pengembangan topeng dapat
dikembangan melalui elemen “Ikon” (Metode ATUMICS). Pada bagian pipi dapat
diberikan motif Dayak modang agar menambah kesan sangar dan pada bagian alis dapat
dipertegas dan garis dipertebal agar kesan galak lebih terlihat.
Perkembangan Topeng Sehuen

Gambar 15. Perkembangan Topeng Sehuen

Topeng Sehuen merupakan jelmaan roh raja atau ratu manusia, secara visual
karakter ditampilkan lucu, baik, tenang, harmonis, senyum tanpa rasa membunuh. Jika
melihat potensi pengembangan topeng dapat dikembangan melalui elemen “Ikon”
(Metode ATUMICS). Pada bagian dahi dapat diberikan garis atau titik berwarna emas agar
menunjukkan karakter raja atau ratu yang berkuasa. Pada bagian mulut, ornament dapat
dibuat lebih tipis agar terkesan lebih lembut.
Perkembangan Topeng Yoq

Gambar 16. Perkembangan Topeng Yoq


Topeng Yoq merupakan penggambaran karakter kera, dimana kesan visual yang
ditampilkan secara keseluruhan polos dengan ekspresi bimbang dan lugu. Jika melihat
potensi pengembangan topeng hal yang dapat dikembangkan melalui elemen “Shape” dan
“Ikon” (Metode ATUMICS). Pada bagian mata bentuk terlihat kurang tajam sehingga
dapat dipertajam ada bagian bentuk serta dapat ditambahkan garis mata berwarna hitam.
Pada bagian wajah dapat diberikan ornament garis atau motif Dayak Modang pada bagian
pipi atau bagian kanan agar tidak terlihat kosong.
Perkembangan Topeng Hedoq Menliu

Gambar 17. Perkembangan Topeng Hedoq Menliu

Topeng Hedoq Menliu merupakan penggambaran karakter pengganggu kehidupan,


sehingga penggambaran visual topeng adalah penghibur (kocak), karakter sindiran dan
abstrak. Jika melihat potensi pengembangan topeng ini tidak harus diberikan penambahan,
karena bentuk topeng yang sangat beragam sehingga tidak ada acuan khusus dalam bentuk.
Yang terpenting dalam karakter topeng ini, dapat memberikan kesan yang tidak beraturan,
menyindir ataupun mengolok.
KESIMPULAN
Hudoq merupakan bagian dari siklus upacara adat yang telah lama ada dalam
lingkungan komunitas Dayak Modang atau Long Gelaat yang diwarisi secara turun
temurun dalam tatanan adat komunitas suku Dayak Modang. Potensi dan perkembangan
budaya dari seni tradisi menjadi salah satu kekayaan masyarakat adat yang memiliki nilai
keunikan dan kebanggaan tersendiri bagi komunitas tradisi pewarisnya. Keunikan tarian
Hudoq dapat dilihat dari adanya aneka ragam topeng yang dipakai penari. Karakter topeng
Hudoq rata-rata secara kasat mata memiliki daya tarik karakteristik yang menakutkan
(seram).
Menurut peneliti dari hasil penelitian, secara keseluruhan bentuk topeng pada tarian
Hudoq Dayak Modang memiliki karakteristik yang kuat pada bagian mata, hidung, mulut,
telinga dan pewarnaan (didasari oleh nilai filosofis). Selain itu bentuk topeng pada tarian
Hudoq memiliki bentuk yang memiliki keterkaitan dengan 1) nilai histori dan latar
belakang tokoh peristiwa awal (Helaeng Hebeung dan Selae Sen Yaeng) 2) tema makna
sosial dan lingkungan 3) lakon tokoh yang dimainkan sesuai dengan peran penolong dan
peran pengganggu 4) nilai tontonan atau hiburan dan 5) nilai kekerabatan dan kebersamaan.
Kemudian perkembangan bentuk topeng pada tarian hudoq Dayak Modang didasari oleh
kebutuhan penyempurnaan bentuk bukan bedasarkan periodesasi waktu dari waktu
kewaktu. Hal ini dapat dikatakan perkembangan yang dialami topeng hudoq pada tarian
Dayak Modang didasari pada nilai artistik yang disesuaikan oleh pemenuhan kebutuhan
akan sesuatu yang indah dan menyenangkan penikmat (audience)

DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, S. 2016. Implementasi Metode Penelitian Studi Kasus dengan Pendekatan
Kualitatif. Yogyakarta: Pressindo.

Afrillia, D. 2021. Tari Hudoq, Tradisi Suku Dayak Meminta dan Mensyukuri Hasil Panen
Melimpah. URL : https://www.goodnewsfromindonesia.id /2021/07/26/tari-Hudoq-
tradisi-suku-dayak-meminta-dan-mensyukuri-hasil-panen-melimpah. Diakses pada
tanggal 16 September 2021.
Alfian, T. Ibrahim “Tentang Metode Sejarah”, dalam T.Ibrahim Alfian ed.1992. Dari
Babad dan Hikayat sampai Sejarah Kritis. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Herjayanti, R. 2014. Makna Simbolik Tari Hudoq Pada Upacara Panen Bagi Masyarakat
Suku Dayak Ga’Ay Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.

Kurniadi, Bayu Dardias. 2011. Praktek Penelitian Kualitatif: Pengalaman Dari UGM.
Yogyakarta: Research Centre for Politics and Government (PolGov) UGM.

Latif, F. 2013. Tarian dan Topeng Hudoq Kalimantan Timur: Suatu Kajian Filsafat Seni.
Jurnal Humaniora. 4 (1): 712-722.

Luay, F. Jiu. 2002. Hudoq Sebuah Legenda Upacara (Tarian) Hudoq Pada Adat Dayak
Modang / Long Gelaat. Kutai Barat: Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat.

Luay, F. Jiu. 2012. Artistik dan Karakteristik Hudoq Tradisi Adat Dayak Modang dan Kilas
Balik Peristiwa Helaeng Hebeung. Samarinda: Perpustakaan Daerah Kalimantan
Timur.

Melany, Nirwana, A. 2015. Kajian Estetik Topeng Malangan (Studi Kasus di Sanggar
Asmirobangun, Desa Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang).
Jurnal Imaji. Vol. 13, No.2, hh 21- 40.

Moses, Robertus. 2017. Estetika dalam Pemikiran Immanuel Kant. Jurnal Studia
Philosophica et Theologica. Vol. 17, No.1.

Muktar. 2013. Metode Praktis Penelitian Desktiptif Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada
Press Group.

Nugraha, A. 2019. Perkembangan Pengetahuan dan Metodologi Seni dan Desain Berbasis
Kenusantaraan: Aplikasi Metoda ATUMICS dalam Pengembangan Kekayaan Seni
dan Desain Nusantara. Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya
Visual Nusantara”. 19 September 2019, Surabaya, Indonesia. Hh. 25 – 33.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

Suryajaya, Martin. 2016. Sejarah Estetika. Jakarta: Penerbit Gang Kabel dan Indie Book
Corner.

Yanti, N.H. 2019. Makna Simbolik Topeng Tarian Hudoq Pada Upacara Panen Masyarakat
Suku Dayak. Jurnal Imaji. 17 (1): 13-26.

Pambudi, F. B. S., Iswidayati,S., Supriyanto, T., 2015. Perkembangan Bentuk Topeng


Barongan Dalam Ritual Murwakala Di Kabupaten Blora. Jurnal Chatarsis. 4 (2): 83-91.

Anda mungkin juga menyukai