Bentuk Dan Perkembangan Topeng Pada Tarian Hudoq Dayak Modang Kalimantan Timur - Artikel
Bentuk Dan Perkembangan Topeng Pada Tarian Hudoq Dayak Modang Kalimantan Timur - Artikel
1
Program Studi Seni Rupa Murni, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya
E-mail: *1nadyapradita13@student.ub.ac.id
Abstrak
Penelitian ini membahas salah satu warisan budaya suku Dayak yakni topeng
tarian Hudoq dari komunitas suku Dayak Modang. Topeng Hudoq Dayak Modang
memiliki latar belakang yang diangkat dari peristiwa kesejarahan kehidupan komunitas
Modang pada masa lalu dimana tokoh sentral Helaeng Hebeung menjadi titik awal histori.
Pada penelitian ini penulis memfokuskan pada potensi perkembangan dan perubahan
topeng Hudoq Dayak Modang Kalimantan Timur yang dilihat dari nilai kesejarahan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian jenis kualitatif deskriptif. Dengan objek
penelitian adalah topeng Hudoq Dayak Modang. Untuk menunjang penelitian, ada
beberapa informasi tambahan melalui buku dan penelitian terdahulu. Sedangkan teknik
pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah berupa tulisan dan lisan yang terdiri
dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa
setiap topeng Hudoq memiliki perbedaan karakter bentuk yang dibedakan pada bagian
mata, hidung, mulut dan warna. Bentuk topeng Hudoq didasari oleh pembagian asal roh
yakni dasar sungai, hutan belantara, gunung-gunung, alam baka, perwakilan manusia dan
penguasa alam serta air yang dimana perkembangan bentuk disesuaikan pada
penyempurnaan bentuk topeng. Melihat bentuk dan perkembangan topeng Hudoq, ada
beberapa potensi penambahan beberapa element yang dilihat oleh peneliti guna
menyempurnakan bentuk dan menambah nilai keindahan topeng.
Kata kunci: Bentuk, Perkembangan, Dayak Modang, Topeng Hudoq
Abstract
This research will discuss one of the Dayak tribe’s cultural heritage, the Hudoq
dance mask from the Dayak Modang community. The Hudoq Dayak Modang mask has a
background raised from the historical life of the satisfying community life in the past where
the central figure Helaeng Hebeung became the starting point of history. In this study, the
authors focus on the potential development and changes in the Hudoq Dayak Modang East
Kalimantan Mask which is seen from the historical value.
This study uses descriptive qualitative research methods. The object of research is
the Mask Hudoq Dayak Modang. To support research, there is some additional
information through books and previous research. While the data collection techniques
used by researchers are in the form of writing and oral consisting of observations,
interviews, and documentation studies. The results of the study found that each Hudoq
mask has a different shape character that is distinguished in the eyes, nose, mouth and
color. The shape of the Hudoq mask is based on the division of the origin of the spirit,
namely the bottom of the river, wilderness, mountains, the afterlife, representatives of
humans and the rulers of nature and water where the development of the shape is adjusted
to the perfection of the shape of the mask. Seeing the shape and development of the Hudoq
mask, there are several potential additions to several elements seen by researchers in order
to perfect the shape and add value to the beauty of the mask.
Keywords: Dayak Modang, Innovation, Hudoq Mask, Shape
PENDAHULUAN
Bicara tentang budaya tak akan ada habisnya. Apalagi berbicara mengenai Indonesia
yang dikenal sebagai negara adidaya dibidang kebudayaan. Keanekaragaman suku bangsa,
budaya, bahasa, adat dan kebiasaan kemudian lahir hingga terus berkembang menjadi
bagian identitas dari suatu negara. Kebudayaan Indonesia tentunya tidak datang dari satu
penjuru daerah saja melainkan dari berbagai daerah yang sampai saat ini masih tetap
dilestarikan oleh masyarakat asli dari masing-masing daerah. Setiap daerah di Indonesia
tentunya memiliki kebiasaan hidup, tradisi dan ciri khas tersendiri yang sudah mendarah
daging. Selain itu Indonesia juga kaya akan berbagai jenis pakaian adat, rumah adat
maupun kesenian berupa lagu, tari-tarian dan kerajinan tangan yang menarik untuk
dibahas.
Mengacu pada pemaparan mengenai kebudayaan Indonesia yang beragam maka
dalam penelitian ini, peneliti ingin mengangkat salah satu kebudayaan yang lahir dari suku
Dayak Kalimantan Timur. Masyarakat Dayak dari zaman dulu sampai saat ini dikenal
memiliki tradisi-tradisi unik yang terus dilestarikan hingga saat ini. Mereka memiliki
berbagai upacara adat yang dilakukan pada momen-momen istimewa, salah satunya adalah
tari Hudoq. Tari Hudoq merupakan tarian topeng suku Dayak yang bermakna ungkapan
rasa syukur dan biasa dilakukan saat upacara adat pembukaan lahan pertanian. Pada
penelitian ini penulis memilih mengangkat topeng Hudoq dari komunitas suku Dayak
Modang sebagai objek dalam penelitian. Bagi masyarakat komunitas Dayak Suku Modang,
Hudoq dan upacara adat adalah salah satu dari sekian upacara adat yang diadakan setiap
tahun pada musim penanaman padi dan menjelang padi akan berbuah. Hudoq merupakan
jelmaan kekuatan gaib untuk menolong manusia pada usaha perladangan dan suasana
kehidupan sosial manusia (Luay, F.Jiu, 2014).
Masyarakat komunitas suku Dayak Modang menggambarkan Hudoq dalam wujud
yang didasari atas kepercayaan mereka yang diurutkan dari tingkat tertinggi hingga
terendah. Kepercayaan lama yang dianut dan mendasari kehidupan komunitas suku Dayak
Modang disebut Dieng Selieng Dea (dunia nyata) dan semua yang tersedia tentu ada yang
menciptakan yakni Metea (Yang Maha Kuasa). Dasar kepercayaan (religi) Dayak Modang,
bahwa selain kehidupan di dunia nyata, ada pula suatu kehidupan setelah peralihan pada
kematian bagi setiap manusia. Salah satu keunikan dari topeng Hudoq adalah bentuk dan
aksesoris yang dikenakan. Tampilan visual Hudoq memiliki makna yang mempengaruhi
bentuk rupa topeng yakni memelihara, melestarikan hubungan manusia dengan alam
lingkungan hidup saling berdampingan, selaras dan saling membutuhkan.
Pada penelitian ini, peneliti mengangkat topeng Hudoq Dayak Modang sebagai
pembahasan tema utama. Hudoq Dayak Modang memiliki ciri yang melekat dalam tradisi
adat dan seakan-akan telah menjadi bagian kehidupan bagi komunitas. Tarian Hudoq bagi
suku Dayak Modang selain memiliki muatan seni tari, Hudoq juga memberi kekuatan
dalam hal spirit kehidupan bagi komunitas. Warna dan tradisi adat Hudoq Modang
merupakan gambaran kekayaan dan karya yang dibanggakan. Hudoq yang memiliki ciri
khusus yang identik sebagai mana tokoh-tokoh yang ada dalam kepercayaan adat dan
tradisi Dayak Modang. Selain itu, karakter khusus tokoh dalam topeng Hudoq Dayak
Modang memiliki hubungan erat kaitannya dengan peristiwa kehidupan masa lalu yang
dialami oleh komunitas dimana tokoh sentral Helaeng Hebeung menjadi titik awal histori
(Luay, F.Jiu, 2014).
Topeng tarian Hudoq bagi peneliti memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi
suatu artefak yang memiliki nilai artistik tinggi karena nilai tradisi yang sangat melekat
dengan masyarakat suku Dayak Modang. Potensi perkembangan topeng dalam penelitian
ini dilihat melalui sudut pandang seni rupa (visual) tanpa menghilangkan nilai tradisi yang
sudah melekat masyarakat suku Dayak Modang. Maka dari itu berangkat dari latar
belakang dan histori dari Hudoq, peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yang
berfokus pada bentuk dan perkembangan visual yang terdapat pada topeng tarian Hudoq
Dayak Modang secara mendalam. Perkembangan dengan menggunakan pendekatan teori
Transformasi Tradition dengan metode ATUMICS yang dibahas secara mendetail. Maka
berpijak pada teori Transformasi Tradition dengan metode ATUMICS, masalah dari kajian
ini dapat dirumuskan sebagai : 1) Bagaimana bentuk topeng pada tarian Hudoq Dayak
Modang bedasarkan karakteristiknya?, serta 2) Bagaimana perkembangan bentuk topeng
pada tarian Hudoq Dayak Modang?
METODE
Penelitian ini memfokuskan pada Bentuk dan Perkembangan Topeng pada Tarian
Hudoq Dayak Kalimantan Timur. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan
menggunakan analisis Transforming Tradition dengan metode ATUMICS dari teori Adi
Nugraha. Obyek formal dalam kajian ini ialah bentuk dan perkembangan, sedangkan obyek
material kajian adalah kebudayaan dan kesenian tradisi, sehingga topik kajian ini adalah
Bentuk dan Perkembangan Topeng pada Tarian Hudoq Dayak Kalimantan Timur. Sampel
penelitian ini menggambil 11 (sebelas) tokoh topeng utama, yakni 1) Tong Gaep 2) Delay
3) Lejie 4) Pen Leih 5) Wah Jaeg 6) Telea Metae 7) Nyehae 8) Ewoae 9) Sehuen 10) Yoq
11) Hedoq Menliu. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Observasi yang dilakukan dalam penelitian menitik
beratkan pada aspek: (1) Nilai histori masyarakat komunitas Suku Dayak Modang, (2)
bentuk topeng pada tarian Hudoq Dayak Modang dan (3) Perkembangan topeng. Dalam
proses observasi peneliti, menggunakan beberapa sumber dasar untuk menganalisa yakni
dari buku tradisi adat Dayak dan mencari sumber tertulis tentang topeng Hudoq Dayak
Modang melalui internet seperti google dan youtube dengan tujuan memperoleh data-data
yang tidak didapat melalui wawancara. Wawancara dalam penelitian ini merupakan
sumber tepenting karena dilakukan dengan narasumber secara langsung melalui ketua adat
Dayak Modang sekaligus sebagai budayawan. Studi dokumentasi didapat dari arsip
kebudayaan yang ada di perpustakaan daerah, Kota Samarinda yaitu mengenai topeng pada
tarian Hudoq Modang. Data-data tersebut berupa data-data penelitian mengenai
keberadaan dan naskah-naskah yang berkaitan dengan topeng pada tarian Hudoq Modang.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles and Huberman
(1984) dalam Sugiyono (2014, hal.91) menyatakan bahwa analisis data dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas melalui data reduction
(reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing atau vertification
(kesimpulan atau vertifikasi data). Reduksi data dilakukan saat proses penelitian dan
proses laporan akhir penelitian. Reduksi data meliputi, meringkas hasil data menjadi
sebuah tema, konsep dan pengkategorian topeng Hudoq Dayak Modang. Proses pemilihan
salah satunya yaitu mencari sampel topeng dari kesebelas karakter yang ada melalui data
yang sudah dikumpulkan. Kemudian data yang telah diperoleh kemudian diseleksi agar
memperoleh data penting dan dilanjutkan dalam proses penyajian data. Penyajian data
dilakukan denganmenyajikan hasil reduktif data penelitian dalam bentuk teks yang bersifat
naratif dan data tertulis yang diperoleh dari berbagai sumber lain. Dari data karakteristik
topeng Hudoq yang didapat dapat ditarik kesimpulan bahwa topeng yang ada berpotensi
untuk mengalami proses perkembangan dan perubahan yang berpengaruh terhadap
eskistensi.
Gambar 1. Roh Gelong Naga (Roh Naga), Wah Jaeg (Roh Buaya), dan Telea Metae (Roh Belut)
Asal roh dasar sungai meliputi tokoh Gelong Naga (Roh Naga), Wah Jaeg (Buaya)
dan Telea Metae (Belut). Dimana perwujudan dari tokoh ini adalah roh hewan yang dapat
hidup di air dan dipercaya sebagai hewan peliharaan sekaligus penjaga dari Selaen Sen
Yaeng. Tokoh Gelong Naga, memiliki karakteristik alis tidak terlalu tebal dan garis
lengkung, mata cekung kedalam dan ada penambahan kaca, Hidung mancung dan Mulut:
agak menonjol kedepan, memiliki taring-taring dan jenggot. Sedangkan Warna dominan
pada topeng, bagian telinga (merah), wajah (putih), ornament (hitam). Tokoh Wah Jaeg
memuliki bentuk alis yang melengkung dan tersusun dari ornament Dayak Modang, Mata
bulat kecil dan menonjol, Hidung dan mulut yang panjang dan mengerucut. Sedangkan
warna dominan pada topeng, bagian Telinga (merah), wajah (putih) dan dahi (merah muda)
dan ornament (emas dan hitam). Tokoh Telea Metae memiliki bentuk mata yang oval sipit
dan menonjol, Hidung berbentuk seperti cula naik keatas, Mulut memanjang kedepan dan
terdapat gigi-gigi. Sedangkan warna dominan pada topeng, bagian telinga (merah,hitam ,
dan putih), wajah (merah muda), hidung (kuning), mulut (merah muda) dan ornament
(putih dan hitam).
Asal roh alam baka adalah Pen Leih, dimana tokoh ini memiliki perwujudan
sebagai tokoh manusia yang dipercaya sebagai roh penghubung antara alam manusia dan
leluhur. Tokoh Pen Leih memiliki bentuk alis melengkung kebawah dan tebal, Mata bulat,
menonjol, Mulut menonjol, gigi rapih, dan ada taring melengkung keluar. Sedangkan
warna dominan pada topeng, bagian wajah (putih), telinga (merah), mata (kuning) dan
ornament (hitam, merah dan kuning).
Perwakilan Manusia
Topeng Tong Gaep merupakan karakter tokoh utama (komandan perang), topeng
ini secara umum memiliki penggambaran karaktersitik sebagai tokoh yang maskulin dan
galak. Hal ini jika dilihat dari segi potensi pengembangan, desain topeng Hudoq dapat
dikembangkan dari elemen “Ikon” (metode ATUMICS). Penambahan aksen warna
kontras seperti warna emas (suci dan setia) guna menambahkan nilai kekuasaan. Selain itu
potensi penambahan ornament motif Dayak modang dapat ditambahkan sedikit pada
bagian dahi atau alis guna mempertegas kesan karakter utama (antagonis) dan
menyimbolkan aspek-aspek serta nilai yang terkandung dalam budaya masyarakat Dayak
Modang.
PerkembanganTopeng Delay
Topeng Wah Jaeg merupakan karakter tokoh yang menggambarkan roh buaya
(kekuatan dari dalam sungai). Karakter topeng ini dapat terlihat baik tapi juga terlihat
galak. Jika melihat pengembangan potensi topeng, maka desain topeng Hudoq dapat
dikembangkan dari elemen “Shape” dan “Ikon” (Metode ATUMICS). Pada bagian telinga
dapat diperkecil agar fokus pengelihatan audience di tekankan pada bentuk moncong.
Sedangkan garis yang terletak pada bagian alis dapat dipertebal supaya memberikan kesan
kuat. Bagian pupil mata dapat di berikan garis hitam vertikal guna memperkuat karakter
buaya.
Perkembangan Topeng Telea Metae
Topeng Telea Metae merupakan karakter roh belut (kekuatan dari sungai), secara
visual terlihat ganas (antagonis). Jika melihat potensi pengembangan topeng dapat
dikembangan melalui elemen “Shape” dan “Ikon” (Metode ATUMICS). Pada bagian
moncong dapat dibuat lebih tumpul agar lebih mengesankan karakter belut. Selain itu
ornament pada sekitaran mulut dapat dibuat lebih dinamis dan tidak kaku agar karakter
belut dapat lebih terlihat.
Topeng Sehuen merupakan jelmaan roh raja atau ratu manusia, secara visual
karakter ditampilkan lucu, baik, tenang, harmonis, senyum tanpa rasa membunuh. Jika
melihat potensi pengembangan topeng dapat dikembangan melalui elemen “Ikon”
(Metode ATUMICS). Pada bagian dahi dapat diberikan garis atau titik berwarna emas agar
menunjukkan karakter raja atau ratu yang berkuasa. Pada bagian mulut, ornament dapat
dibuat lebih tipis agar terkesan lebih lembut.
Perkembangan Topeng Yoq
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, S. 2016. Implementasi Metode Penelitian Studi Kasus dengan Pendekatan
Kualitatif. Yogyakarta: Pressindo.
Afrillia, D. 2021. Tari Hudoq, Tradisi Suku Dayak Meminta dan Mensyukuri Hasil Panen
Melimpah. URL : https://www.goodnewsfromindonesia.id /2021/07/26/tari-Hudoq-
tradisi-suku-dayak-meminta-dan-mensyukuri-hasil-panen-melimpah. Diakses pada
tanggal 16 September 2021.
Alfian, T. Ibrahim “Tentang Metode Sejarah”, dalam T.Ibrahim Alfian ed.1992. Dari
Babad dan Hikayat sampai Sejarah Kritis. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Herjayanti, R. 2014. Makna Simbolik Tari Hudoq Pada Upacara Panen Bagi Masyarakat
Suku Dayak Ga’Ay Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta.
Kurniadi, Bayu Dardias. 2011. Praktek Penelitian Kualitatif: Pengalaman Dari UGM.
Yogyakarta: Research Centre for Politics and Government (PolGov) UGM.
Latif, F. 2013. Tarian dan Topeng Hudoq Kalimantan Timur: Suatu Kajian Filsafat Seni.
Jurnal Humaniora. 4 (1): 712-722.
Luay, F. Jiu. 2002. Hudoq Sebuah Legenda Upacara (Tarian) Hudoq Pada Adat Dayak
Modang / Long Gelaat. Kutai Barat: Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat.
Luay, F. Jiu. 2012. Artistik dan Karakteristik Hudoq Tradisi Adat Dayak Modang dan Kilas
Balik Peristiwa Helaeng Hebeung. Samarinda: Perpustakaan Daerah Kalimantan
Timur.
Melany, Nirwana, A. 2015. Kajian Estetik Topeng Malangan (Studi Kasus di Sanggar
Asmirobangun, Desa Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang).
Jurnal Imaji. Vol. 13, No.2, hh 21- 40.
Moses, Robertus. 2017. Estetika dalam Pemikiran Immanuel Kant. Jurnal Studia
Philosophica et Theologica. Vol. 17, No.1.
Muktar. 2013. Metode Praktis Penelitian Desktiptif Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada
Press Group.
Nugraha, A. 2019. Perkembangan Pengetahuan dan Metodologi Seni dan Desain Berbasis
Kenusantaraan: Aplikasi Metoda ATUMICS dalam Pengembangan Kekayaan Seni
dan Desain Nusantara. Seminar Nasional Seni dan Desain: “Reinvensi Budaya
Visual Nusantara”. 19 September 2019, Surabaya, Indonesia. Hh. 25 – 33.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryajaya, Martin. 2016. Sejarah Estetika. Jakarta: Penerbit Gang Kabel dan Indie Book
Corner.
Yanti, N.H. 2019. Makna Simbolik Topeng Tarian Hudoq Pada Upacara Panen Masyarakat
Suku Dayak. Jurnal Imaji. 17 (1): 13-26.