Anda di halaman 1dari 1

AKSARA

Jutaan peluh, puluhan lembar manuskrip dalam keluh


Angkara berjalan angkuh dalam ricuh desa sore itu
Diantara garis masa, disisi sana ilmu bagai ranjau bergemuruh
Saya berdiri resapi tiap jengkal kalimatnya
Hidup dalam bahasa batin tanpa garis gahara

Satu kursi, puluhan perampoknya


Pencuri masa tentang bagaimana tata keadilan sebuah negara
Hancur lebur tiap generasi pembangkang dirinya
Rusak berserakan anala muda padanya
Tak bernestapakah Tuan pada kisah yang sama dibergilirnga Sang Warsa?

Asa itu berdiri agung nan batu


Pada titian tetap yang semoga selalu tegap
Wahai Tuan, tak mawas dirikah pada insinuasi berkepanjangan?
Tolong, tolong sudahi penjatuhan untuk kami yang berjuang sendirian

Bukan tinta hitam untuknya pena


Hanyalah kapur pada putih kertas kata
Bungkam sidang di atas coretan merdeka
Runtuh sudah harapan bangsa satu-satunya

Pembagi wiyata itu terseok gundah


Pada sudut ruang bilik ketiga, dirinya berkeluh kesah
Gulita malam dan temeramnya lampu gundam,
Menemani juita mukia menatap kata dan angka dari rimpuh kota
Lelah dirasa pada pundak,
Namun kalah bukanlah akhir untuk aksara

Saya sudahi penghantar tidur kisah sendu sekuntum ilmu


Harap juangnya tak menghabur kan dibebaskan selalu
Sampai bertemu para pendekar kecil sore itu
Semoga patahmu terselamatkan oleh waktu

Oleh: Mei Rifa Nur Zahra Jihan

Anda mungkin juga menyukai