Anda di halaman 1dari 3

NAMA : HALZAHIRAH SYAHWANI HASBI

NIM : 220403501038
KELAS : 04 ADMINISTRASI PENDIDIKAN
KAULIFIKASI DAN KOMPETENSI, MENGANALISIS KETERSEDIAAN
KUALIFIKASI, MERANCANG PROGRAM PENINGKATAN AKADEMIK DAN
PENGEMBANGAN KOMPETENSI TENAGA PERPUSTAKAAN
Kualifikasi dan kompetensi tenaga perpustakaan merupakan unsur penting dalam penyelenggaraan,
pengelolaan, dan pengembangan perpustakaan. Standar tenaga perpustakaan mencakup kualifikasi
akademik, kompetensi, dan sertifikasi. Untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan, perlu
kualifikasi kompetensi sumber daya. Namun, masalah kompetensi ini tidak hanya menyangkut
masalah penguasaan ICT dan angka kredit semata, namun ada unsur lain yang wajib dilakukan
pustakawan, misalnya aktif dalam organisasi Kepustakawanan. Untuk menganalisis ketersediaan
kualifikasi, perlu dilakukan evaluasi kualifikasi dan kompetensi pengelola perpustakaan. Dalam
merancang program peningkatan akademik dan pengembangan kompetensi tenaga perpustakaan,
perlu memperhatikan standar kompetensi tenaga perpustakaan yang meliputi kualifikasi akademik,
kompetensi, dan sertifikasi. Program peningkatan kompetensi dan profesionalisme pustakawan dapat
meningkatkan derajatnya sebagai tenaga profesional perpustakaan yang mampu berperan

 Kompetensi Pustakawan

Kompetensi diartikan sebagai tolok ukur guna mengetahui sejauh mana kemampuan seseorang
menggunakan pengetahuan dan kemampuannya. Ada dua jenis kompetensi yang diperlukan oleh
pustakawan yaitu kompetensi profesional dan perorangan (Salmubi, 2005). Kompetisi ini dibagi
menjadi tiga kelompok yaitu Pertama, kompetisi sebagai mekanisme strategi. Kedua, kompetisi
sebagai tindakan yaitu kontrol atas produksi dari pengetahuan produk yang dimiliki. Ketiga,
kompetisi sebagai budaya yaitu cara atau perilaku yang dilakukan untuk merespon pengaruh sistem
pasar.

Sedangkan menurut Wendy Carlin (2001 : 67-68) ada dua cara utama dimana kompetisi
bekerja. Pertama melalui insentif (incentives) harapan kemajuan dalam teknologi, organisasi dan
upaya yang dilakukan perusahaan dengan memberikan tambahan penghasilan atau pengembangan
kapasitas pustakawan. Kedua melalui seleksi (selection), melakukan ujian kompetensi pustakawan
dalam periode tertentu.

 Profesionalisme Pustakawan

Profesionalisme pustakawan mempunyai arti pelaksanaan kegiatan perpustakaan yang didasarkan


pada keahlian dan rasa tanggung jawab sebagai pengelola perpustakaan. Keahlian menjadi faktor
penentu dalam menghasilkan hasil kerja serta memecahkan masalah yang mungkin muncul.
Sedangkan tanggungjawab merupakan proses kerja pustakawan yang tidak semata-mata bersifat
rutinitas, tetapi senantiasa dibarengi dengan upaya kegiatan yang bermutu melalu prosedur kerja yang
benar. Profesionalisme dalam setiap pekerjaan pustakawan saat ini mutlak dibutuhkan , dengan
memiliki cara kerja pelayanan dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna)
dan service excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan
penggunanya. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi oleh banyak kalangan
dan citra lembaganya (perpustakaan) akan menjadi naik.
KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI, MENGANALISIS KETERSEDIAAN
KUALIFIKASI, MERANCANG PROGRAM PENINGKATAN AKADEMIK DAN
PENGEMBANGAN KOMPTENSI TENAGA LABORATORIUM

Tenaga laboratorium memegang peran penting dalam mendukung kegiatan proses pendidikan di
laboratorium fakultas. Oleh karena itu, diperlukan adanya kualifikasi, standar kompetensi, dan
sertifikasi untuk tenaga laboratorium. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualifikasi dan kompetensi tenaga laboratorium:

1. Menganalisis ketersediaan kualifikasi dan kompetensi tenaga laboratorium yang ada saat ini.
2. Merancang program peningkatan akademik dan pengembangan kompetensi tenaga
laboratorium, seperti pelatihan, seminar, dan workshop.
3. Menyusun standar kompetensi dan sertifikasi untuk tenaga laboratorium.
4. Mendorong tenaga laboratorium untuk melanjutkan studi ke tingkat lanjut agar dapat
meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya.
5. Menjalin kerja sama dengan institusi pendidikan dan industri untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan baru.
6. Memberikan penghargaan dan insentif bagi tenaga laboratorium yang telah meningkatkan
kualifikasi dan kompetensinya.

Dalam rangka meningkatkan kualifikasi dan kompetensi tenaga kependidikan, Kemenristekdikti dapat
membuat program pancingan yang mampu memantik perhatian pimpinan perguruan tinggi agar
berlomba-lomba meningkatkan kualifikasi dan kompetensi tenaga kependidikan di institusinya. Selain
itu, perlu dilakukan peningkatan kualifikasi dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan
yang belum memenuhi kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.

KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI, MENGANALISIS KETERSEDIAAN


KUALIFIKASI, MERANCANG PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI
AKADEMIK DAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI TENAGA / GURU BK /
KONSELOR

Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi
pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan
instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk
konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan
konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.
Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi
dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan
yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan
bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling,
terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal.
Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling
senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta
mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari
pelayanan yang diberikan.
Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan profesional sebagai satu
keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan
profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik merupakan landasan bagi
pengembangan kompetensi profesional, yang :
 memahami secara mendalam konseling yang dilayani,
 menguasai landasan dan kerangka teoretik bimbingan dan konseling,
 menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan
 mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara berkelanjutan.
Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat komptensi tersebut yang
dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan
profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional.
Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang strata
satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik
Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi profesional
merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang
ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh
dalam konteks otentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi pada pengalaman dan
kemampuan praktik lapangan, dan tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan dan
konseling dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons.

Anda mungkin juga menyukai