Anda di halaman 1dari 15

EVALUASI KINERJA GURU DAN

UPAYA PENJAMINAN MUTU SEKOLAH


Oleh:
Cepi Triatna

Abstrak
Pencapaian kinerja sekolah salah satunya ditentukan oleh kinerja
guru dalam melakukan peran, tugas, dan tanggungjawabnya
sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen khususnya pasal 20 poin a dan b. lebih jauh dari itu,
evaluasi kinerja guru dapat dijadikan sebagau upaya untuk penjaminan
mutu sekolah, yang dilakukan dengan mengembangkan suatu
instrumen yang valid dan reliable terkait dengan aspek (1)
pengembangan pribadi, (2) pemelajaran, (3) peningkatan kemampuan
profesional, dan (4) interaksi sosial dengan stakeholder. Namun alat
dan hasil yang didapat tidak akan menambah percepatan dan
perbaikan kinerja sekolah, manakala tidak ditindaklanjuti dengan
program capacity building bagi guru.

Kata KuncL* Evaluasi kinerja guru, penjaminan mutu sekolah,


capacity bulding.

A. Pendahuluan kontekstual, mutu pembelaja­


Peningkatan mutu pembe­ ran merupakan salah satu
lajaran sebagai ujung tombak indikator penting bagi
pencapaian tujuan pendidikan keberhasilan sekolah dan
nasional, merupakan salah keberhasilan pendidikan di
satu faktor yang menyebabkan sekolah, kabupaten/kota atau
sekolah dicitrakan baik atau propinsi, bahkan nasional.
buruk; pavorit atau tidak Mengingat hal tersebut,
favorit oleh masyarakat di pengelola sekolah yang di­
sekitarnya. Dalam konteks pimpin oleh kepala sekolah
messo (kabupaten/kota), ca­ memiliki peranan yang pen­
paian nilai Ujian Nasional ting dan mendesak untuk
(UN) saat ini masih dipandang mengkondisikan dan menga­
sebagai salah satu indikator rahkan pengelolaan komponen
keberhasilan pendidikan pada sekolah untuk mendapatkan
level kab./kota dan propinsi. layanan pembelajaran yang
Kondisi ini menunjukan bermutu. Hal ini dapat dilihat
bahwa secara tekstual dan pada gambar berikut:
Gambar 1 di atas menun- lingkungannya. Keberhasilan
jukan bahwa ’bisnis utama’ layanan pemelajaran ini sangat
atau 'core bussm es’ bagi ditentukan oleh kemampuan
sekolah adalah pembelajaran. guru dalam memfasilitasi dan
Dengan demikian dapat di­ mengembangkan proses inter­
katakan bahwasanya apapun aksi ‘educative\ Dalam hal ini
yang dilakukan oleh personil siswa sebagai pelanggan dari
sekolah yakni kepala sekolah, layanan jasa yang ditawarkan
guru, tenaga TU, penjaga oleh guru harus diidentifikasi
sekolah semuanya berorientasi dan dilayani berdasarkan ka­
pada upaya untuk memberikan rakteristiknya masing-masing.
layanan pembelajaran yang Untuk mencapai keberha­
bermutu. silan dalam layanan pembela­
Pembelajaran merupakan jaran ini, kepala sekolah
interaksi sosial antara guru dituntut untuk memberikan
dan peserta didik untuk teladan, membina, mengarah­
mendapatkan, menguasai, dan kan, membimbing, dan me­
mengembangkan potensi diri­ ngembangkan para guru untuk
nya supaya dapat bermanfaat dapat melakukan tugasnya
bagi diri, keluarga, dan dengan baik (profesional). Ini
menunjukkan bahwa kepala untuk menggunakan, mengo­
sekolah harus memiliki teknik lah, dan menindaklanjutinya.
dan alat untuk mengidentifik­
asi sejauhmana guru-guru di B. Kerangka Evaluasi
sekolah dapat melaksanakan Kinerja Guru
tugasnya dengan baik atau
Evaluasi kineija guru
tidak.
merupakan upaya pemotretan
Output/hasil teknik dan
pelaksanaan keija guru, khu­
alat yang digunakan adalah
susnya dalam memberikan
informasi (berupa gambaran/
layanan pembelajaran yang
deskripsi) mengenai se­
bermutu dan upaya-upayanya
jauhmana guru di sekolah
untuk mendukung hal ter­
dapat menjalankan tugasnya.
sebut. Hasil evaluasi kineija
Berdasarkan informasi inilah
guru menjadi bahan untuk
kepala sekolah meihberikan
membimbing, mengarahkan,
bimbingan, arahan, pembina­
keperluan administratif, pro­
an, dan pengembangan ke­
mosi, dan mengelola guru
mampuan profesional guru.
lebih lanjut.
Gambaran mengenai ting­
Substansi yang dianalisis
kat pencapaian pelaksanaan
dalam evaluasi kineija guru
pemelajaran oleh guru dalam
merujuk pada tugas dan peran
mewujudkan tujuan pembela­
sebagai seorang guru. Berda­
jaran ini sering disebut seba­
sarkan Undang-undang No. 14
gai kinerja guru. Dengan
tahun 2005 tentang Guru dan
demikian kepala sekolah
Dosen khususnya pasal 20
memerlukan instrumen untuk
poin a dan b yang berbunyi:
menilai (evaluasi) kineija guru
di sekolah dan kemampuan

a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses


pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi
hasil pembelajaran;
b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

Berdasarkan UU No. 14 kerangka kineija guru yang


tahun 2005 tersebut di atas, berorientasi pada pemenuhan
dapat dikembangkan suatu layanan pembelajaran yang

JURNAL Administrasi Pendidikan Vol.V Nomor II April 2007: (51-66) 53


bermutu. Kineija ini dapat peserta didik, sekolah,
dilihat dalam empat hal dan masyarakat serta
berikut: (1) pengembangan menunjukkan keterbuka­
pribadi, (2) pembelajaran, (3) an dalam berpikir dan
peningkatan kemampuan bertindak.
profesional, dan (4) interaksi
4) Kepribadian yang berwi­
sosial dengan stakeholder.
Kinerja pengembangan pri­ bawa, dengan indikator
badi guru merujuk pada esensialnya: memiliki
sejauhmana guru mengem­ perilaku yang berpe­
bangkan dirinya agar memiliki ngaruh positif terhadap
kepribadian yang mantap, peserta didik dan
stabil, dewasa, arif, dan memiliki perilaku yang
berwibawa, menjadi teladan disegani.
bagi peserta didik, dan 5) Sub-kompetensi akhlak
berakhlak mulia. Secara rinci mulia dan dapat menjadi
pengembangan pribadi ini
teladan, dengan indikator
diarahkan pada:
1) Kepribadian yang man­ esensialnya: bertindak
tap dan stabil, dengan in­ sesuai dengan norma
dikator esensialnya: ber­ religius (iman dan taqwa,
tindak sesuai dengan jujur, ikhlas, suka meno­
norma hukum; bertindak long), dan memiliki
sesuai dengan norma so­ perilaku yang diteladani
sial; bangga sebagai gu­ peserta didik.
ru; dan memiliki konsis­
Kinerja pemelajaran me­
tensi dalam bertindak
nunjukkan sejauhmana seo­
sesuai dengan norma. rang guru dapat memberikan
2) Kepribadian yang dewa­ layanan yang bermutu dalam
sa, dengan indikator pembelajaran terhadap peserta
esensialnya: menampil­ didik, baik di dalam maupun
kan kemandirian dalam di luar kelas. Kineija ini
bertindak sebagai pen­ mengarah pada upaya guru
didik dan memiliki etos dalam merencanakan, me­
keija sebagai guru. laksanakan, dan mengevaluasi
3) Kepribadian yang arif, layanan pembelajaran. Secara
rinci kineija pemelajaran ini
dengan indikator esen­
dapat diidentifikasi pada
sialnya: menampilkan
kemampuan guru dalam:
tindakan yang didasarkan 1) memahami peserta didik
pada kemanfaatan secara mendalam,
dengan indikator esen­ belajaran, dengan indi­
sialnya: memahami pe­ kator esensialnya: me­
serta didik dengan rancang dan melaksana­
memanfaatkan prinsip- kan evaluasi (assess­
prinsip perkembangan ment) proses dan hasil
kognitif; memahami belajar secara berke­
peserta didik dengan sinambungan dengan
memanfaatkan prinsip- berbagai metode; menga­
prinsip kepribadian; dan nalisis hasil evaluasi
mengidentifikasi bekal- proses dan hasil belajar
ajar awal peserta didik. untuk menentukan ting­
2) merancang pembelaja­ kat ketuntasan belajar
ran, termasuk memahami (mastery learning)', dan
landasan pendidikan un­ memanfaatkan hasil
tuk kepentingan pembe­ penilaian pembelajaran
lajaran. Indikator esen­ untuk perbaikan kualitas
sialnya: memahami lan­ program pembelajaran
dasan kependidikan; me­ secara umum.
nerapkan teori belajar 5) mengembangkan peserta
dan pembelajaran; me­ didik untuk mengaktuali­
nentukan strategi pem­ sasikan berbagai poten­
belajaran berdasarkan sinya, dengan indikator
karakteristik peserta di­ esensialnya: memfasili­
dik, kompetensi yang tasi peserta didik untuk
ingin dicapai, dan materi pengembangan berbagai
ajar; serta menyusun potensi akademik; dan
rancangan pembelajaran memfasilitasi peserta
berdasarkan strategi yang didik untuk mengem­
dipilih. bangkan berbagai po­
3) melaksanakan pembela­ tensi non-akademik.
jaran, dengan indikator
esensialnya: menata latar Kinerja peningkatan profe­
(setting) pembelajaran; sional guru merujuk pada
dan melaksanakan pem­ sejauhmana dia melakukan
belajaran yang kondusif. pengembangan diri, terkait
4) merancang dan melak­ dengan kemampuan untuk me­
lakukan tugas dan perannya
sanakan evaluasi pem­
sebagai seorang pendidik
profesional. Secara rinci, masyarakat sekitar dan lain
kinerja guru dalam sebagainya. Secara rinci,
peningkatan profesional ini kinerja ini dapat dilihat dari
mencakup peningkat-an sejauhmana seorang guru
kemampuan dalam : memiliki memampuan dalam :
1) menguasai substansi keil­ 1) berkomunikasi dan ber­
muan yang terkait dengan gaul secara efektif de­
bidang studi dengan in­ ngan peserta didik. Indi­
dikator esensialnya: me­ kator esensialnya: berko­
mahami materi ajar yang munikasi secara efektif
ada dalam kurikulum dengan peserta didik.
sekolah; memahami struk­ 2) berkomunikasi dan ber­
tur, konsep dan metode gaul secara efektif de­
keilmuan yang menaungi ngan sesama pendidik
atau koheren dengan ma­ dan tenaga kependidikan.
teri ajar; memahami hubu­ 3) berkomunikasi dan ber­
ngan konsep antar mata gaul secara efektif
pelajaran terkait; dan me­ dengan orang tua/wali
nerapkan konsep-konsep peserta didik dan
keilmuan dalam kehidu­ masyarakat sekitar.
pan sehari-hari.
2) menguasai struktur dan Pemilahan empat kompo­
metode keilmuan dengan nen kinerja ini dilakukan
indikator esensialnya me­ untuk memudahkan dalam
nguasai langkah-langkah memahaminya. Dalam proses
nyata/prakteknya di lapangan,
penelitian dan kajiah kritis
keempat komponen kinerja itu
untuk memperdalam pe­ akan menjadi satu. Misalkan:
ngetahuan/ materi bidang guru sedang mengajar di
studi. kelas, maka keempat kom­
ponen kinerja ini akan dapat
Kinerja interaksi sosial terlihat dalam satu fenomena
guru dengan stakeholder me­ tersebut.
rujuk pada sejauhmana guru Keterkaitan dan keterpa­
mampu berkomunikasi dan duan empat komponen
bergaul dengan seluruh stake­ tersebut dapat digambarkan
holder sekolah, khususnya sebagai berikut:
peserta didik, orang tua siswa,
Melihat pada pentingnya Dalam konteks saat ini,
empat komponen/aspek ter­ dimana sekolah-sekolah di­
sebut untuk mencapai prestasi hadapkan pada berbagai tun­
sekolah sebagaimana diharap­ tutan, diantaranya: implemen­
kan, maka kepala sekolah tasi KTSP, pencapaian mutu
dituntut untuk dapat mengem­ hasil belajar, sertifikasi profesi
bangkan kineija tersebut guru/kepalasekolah/ penga­
sebagaimana mestinya, se­ was, dan lain sebagainya,
hingga prestasi sekolah bukan berbagai kondisi tersebut telah
lagi impian, tetapi menjadi menghantarkan personil seko­
harapan semua pihak yang lah untuk menguasai dan
realistik dapat dicapai salah mampu merespon berbagai
satunya melalui kineija guru. tuntutan tersebut dengan pe­
Dalam hal ini, kepala sekolah rubahan diri dan lingkungan­
akan sangat membutuhkan nya. Paparan selanjutnya akan
informasi mengenai kineija mengkaji suatu model untuk
aktual guru dalam melaksa­ mengetahui sejauhmana ki­
nakan berbagai tugasnya di neija guru dan personil se­
sekolah. Dari situ, kepala kolah lainnya dalam merespon
sekolah akan memiliki gam­ berbagai perubahan untuk
baran mengenai apa dan mampu menjalankan tugas
bagaimana yang harus dila­ dan perannya.
kukan terhadap guru yang
bersangkutan.
C. Suatu Model Mengenai yang paling kentara terkait
Evaluasi Kinerja Guru dengan tuntutan kesiapan
guru, kepala sekolah, tenaga
Peningkatan kinerja guru
tata usaha, dan pengawas
berawal dari upaya untuk
adalah program sertifikasi
membangun kapasitas orga­
bagi tenaga pendidik dan
nisasi melalui SDM sekolah.
kependidikan. Dan (4) peru­
Sistem kinerja seseorang,
bahan gap (kesenjangan) an­
termasuk kinerja seorang gu­
tara kemampuan aktual yang
ru, dipengaruhi oleh berbagai
dimiliki oleh personil sekolah
aspek, yakni apsek sejauh-
dengan tuntutan pelaksanaan
mana guru belajar, individu,
tugas sebagai tenaga pendidik
struktur organisasi sekolah,
dan kependidikan. Para guru
manajemen sekolah, kebijakan
saat ini dituntut untuk dapat
dan strategi sekolah, lingku­
melakukan pembelajaran yang
ngan eksternal sekolah.
berbasis informational tecno-
Pencapaian kinerja harus
logy (IT), memahami bagai­
dan mendesak untuk dicapai
mana caranya menjabarkan
oleh institusi sekolah, hal ini
standar kompetensi lulusan
dikarenakan terjadinya berba­
(SKL) dan kompetensi dasar
gai perubahan, yakni (1)
(KD) menjadi indikator dan
perubahan tujuan persekola­
materi pem-belajaran, dan
han, dari menyiapkan lulusan
berbagai hal lainnya. Padahal
yang memiliki nilai (angka)
sebelumnya guru belum me­
bagus kepada lulusan yang
miliki kemampuan hal
memiliki kompetensi yang
tersebut. Ini menunjukkan
bermanfaat bagi diri dan
akan adanya kesenjangan
lingkungannya. (2) tuntutan
antara kemampuan aktual guru
dari stakeholder sekolah,
dengan perkembangan tuntu­
khususnya orang tua dan
tan profesi seiring dengan
dunia kerja, dimana para
perkembangan IPTEK.
orang tua akan semakin
Banyak pendapat yang
selektif memilih sekolah bagi
mengemuka mengenai bagai­
putera/inya yang dikaitkan
mana kondisi kineija seseo­
dengan kebermutuan sekolah
rang menjadi baik atau buruk.
tersebut. Semakin bermutu
Sebagiannya memandang ki­
suatu sekolah, semakin ia di­
neija rendah karena faktor
buru oleh orang tua siswa. (3)
insentif yang kurang, yang
perubahan kesiapan personil
lain menyebutkan faktor
sekolah dalam merespon
utamanya karena rendahnya
berbagai tuntutan internal dan
efektifitas kepemimpinan or­
eksternal sekolah. Saat ini,
ganisasi, yang lain ada yang
selain 2 point sebelumnya, hal
mengatakan karena orang dari sudut mana ia
yang bersangkutan tidak memandang.
memiliki dasar pendidikan Satu kerangka keija kom-
yang memadai, dan 1ain perehensif yang dapat dija­
sebagainya. Asumsi-asumsi dikan alat untuk mengevaluasi
tersebut muncul dan berbeda kinerja guru dan personil
antara satu orang/ahli dengan sekolah lainnya dapat dilihat
orang /ahli lainnya, tergantung pada gambar berikut:

Visi + Keterampilan + Insentif + Sumberdaya + Rencana kerja = Perubaf

Keterampilan + Insentif + Sumberdaya + Rencana kerja 5S Kebingur


L ' 1

Visi + Insentif + Sumberdaya + Rencana kerja = Kehawat


i f e ,.
Visi + | Keterampilan + Sumberdaya + Rencana kerja = Penolak

Visi + j Keterampilan + Insentif + Rencana kerja ss Prusta


Usk*,,,.

| Visi Keterampilan + Insentif + Sumberdaya + Jalan di t


+ =
Gambar 3 kerangka kerja komprehensif untuk mengevaluasi kondisi aktual kinerja gur

Gambar di atas memberi­ mana terjadi. Namun apabila


kan pemahaman bahwa kiner­ terjadi kekurang salah . satu
ja seseorang akan terwujud komponen dari lima kompo­
dengan baik manakala terin- nen di atas, maka personil
tegrasi lima komponen, yakni akan sulit mencapai kinerja
visi, keterampilan, insentif, yang diharapkan.
sumber daya, dan rencana Apabila personil tidak
kerja. Apabila kelima kompo­ memiliki visi, tetapi memiliki
nen tersebut, maka kinerja empat komponen lainnya,
yang diharapkan akan dapat maka ia akan kebingunan da­
diwujudkan. Dengan kata lain lam hal apa yang harus
personil organisasi (termasuk dilakukan dan kemana arah
guru) akan dapat merespon dari pelaksanaan tugas yang
tuntutan perubahan sebagai­ dilakukannya. Bagi seorang
guru hal ini memungkinkan berupa materi maupun non
teijadi, misal guru tidak materi.
mengetahui untuk apa ia Apabila guru tidak
mengajar Matematikan di memiliki sumberdaya yang
kelas VIII. Artinya guru dalam dibutuhkan untuk pelaksanaan
kondisi kebingungan. dan penyelesaian tugas, tetapi
Apabila guru tidak memi­ ia memiliki empat komponen
liki keterampilan, tetapi ia lainnya, maka ia akan prustasi.
memiliki empat komponen Guru yang diberikan tugas dan
lainnya, maka ia akan berada harus mengeluarkan sumber-
dalam kondisi kekhawatiran. dayanya sendiri, bukan dari
Kekhawatiran muncul karena sumberdaya sekolah akan
ia dibayang-bayangi oleh merasa prustasi. Karena di
ketidakmampuannya untuk satu sisi ia harus memenuhi
menyelesaikan tugas dengan tuntutan, dan sisi lain ia tidak
baik. Guru yang tidak memi­ memiliki sumberdaya untuk
liki kemampuan mendidik memenuhinya atau ia harus
akan selalu di bayang-bayangi menggunakan sumber daya
kekhawatiran. Khawatir salah pribadinya.
dalam berinteraksi dengan Apabila guru tidak memi­
siswa, khawatir salam dalam liki rencana aksi, tetapi
memberikan tugas, khawatir memiliki empat komponen
salah dalam menjawab per­ lainnya, maka ia akan ber­
tanyaan dari siswa, dan lain jalan di tempat. Apa yang ia
sebagainya. Dampak dari hal lakukan tidak akan terarah
ter-sebut, para guru/personil kepada pencapaian tujuan,
biasanya menjadi pemarah karena kegiatan yang dilaku­
atau sering sekali “pundung”. kannya tidak difokuskan pada
Apabila guru tidak memi­ hal yang jelas dan terarah.
liki insentif yang memadai, Inilah yang menyebabkan ia
tetapi memiliki empat kompo­ menjadi “jalan di tempat.” Hal
nen yang lainnya, maka ia ini akan mengakibatkan
akan menolak apa yang prestasi sekolah tidak beranjak
dituntut oleh stakeholder dari tahun ke tahun. Bahkan
termasuk apa yang dituntut cenderung menurun.
oleh kepala sekolah. Guru Model evaluasi ini
akan mencari insentif dari menunjukan bahwa apabila
sumber lain untuk memenuhi kekurang salah satu dari lima
kebutuhannya apabila ia komponen tersebut saja akan
merasakan insentif yang ia menghasilkan kondisi yang ti­
terima tidak dapat memuaskan dak diharapkan, apalagi jika
dirinya. Insentif ini dapat dua, tiga atau banyak kom­
ponen yang tidak dimiliki oleh hal ini akan menuntut kepala
guru dan personil sekolah sekolah menguasai berbagai
lainnya, maka ia akan berada keterampilan sebagai kepala
dalam kondisi yang tidak sekolah, yakni keterampilan
menentu. sebagai pendidik, manajer, ad­
Model inipun dapat ministrator, supervisor, pe­
digunakan untuk menganalisis mimpin, inovator dan moti­
penyebab mengapa seorang vator.
guru atau personil sekolah
berada dalam kondisi yang ti­ D. Strategi Pengembangan
dak diharapkan. Misal: jika Kapasitas (Kemam­
seorang guru menolak untuk puan) Sekolah
bekeija rajin, maka dapat
Berdasarkan model eva­
diprediksi bahwasanya ia
luasi kineija di atas, sekolah
mendapatkan insentif yang
dituntut untuk mengembang­
kurang atau rendah atau sama
kan kemampuan sekolah da­
sekali tidak mendapatkan
lam merespon berbagai peru­
insentif.
bahan sebagaimana dijelaskan
Model evaluasi kineija
pada paragraf kedua point c
tersebut hanyalah salah satu
dalam artikel ini.
alat untuk mengetahui bagai­
Pengembangan kapasitas
mana kondisi seorang guru
sekolah akan merujuk pada
apabila dalam pelaksanaan
pengembangan kemampuan
kesehariannya ia menjadi
personil sekolah. Untuk itu
orang yang bingung, khawatir,
yang menjadi sasaran pe­
menolak bekeija, prustasi,
ngembangan kemampuan
atau jalan di tempat (tidak
sekolah adalah kepala sekolah,
maju-maju). Artinya banyak
para guru, para tenaga TU,
alat lain yang dapat
penjaga sekolah, siswa, dan
digunakan.
pengurus komite sekolah.
Pemenuhan komponen
Pembahasan poin^ ini akan
yang kosong menjadi jengkap
mengulas strategi untuk apa
merupakan upaya untuk me­
yang harus dilakukan oleh
mecahkan permasalahan ki­
kepala sekolah dalam
neija ini. Misal: jika guru
mengembangkan kapasitas
dalam kondisi bingung, maka
sekolah.
apa yang harus dilakukan oleh
Dalam suatu gambar
kepala sekolah adalah me­
kerangka pikir pengembangan
ngembangkan visi guru dalam
kapasitas ini dapat dilihat di
bekeija sebagai tenaga pendi­
bawah ini.
dikan profesional. Tentu saja
D ia d o p si d ari T e rre n c e M o rriso n , 2001, actionable learning - U N E S C O .

Gambar 4 Kerangka pikir pengembangan kapasitas skolah

Kerangka pikir di atas dan (5) Kapasitas: dapat


menunjukkan bahwa untuk melakukan.
merespon berbagai perubahan Konseptualisasi adalah
yang dihadapi oleh sekolah, hal mendasar untuk pengem­
ada lima langkah yang dapat bangan kapasitas organisasi
dikembangkan oleh pimpinan atau individu yaitu suatu
sekolah, yaitu: (1) Konsep­ proses untuk mengetahui
tualisasi: mengetahui tentang tentang apa (sesuatu). Misal,
apa, (2) Konsiderasi: menge­ terjadi tuntutan untuk
tahui tengtang mengapa, (3) mengimplementasikan KTSP
kapabilitas: mengetahui ba­ di suatu sekolah. Berdasarkan
gaimana melakukannya, (4) tahapan ini, maka guru dan
konsem: mengetahui dirinya, kepala sekolah harus
mengetahui terlebih dahulu
apa itu KTSP. Tanpa simulasi, eksperimentasi,
mengetahui apa itu KTSP, mentoring, dan lain-lain.
maka guru dan kepala se­ Konsem (mengetahui di­
kolah tidak akan mau dan rinya) merujuk pada urusan
mampu melaksanakan KTSP. kedirian personil, karena
Hal ini dapat dilakukan oranglah yang menjadi objek,
melalui belajar yang siste­ pembuat, dan penggerak per­
matis, pelatihan, dan lain-lain. ubahan. dalam bahasan Daniel
Konsiderasi merujuk pada Goleman, disebut sebagai
alasan mengapa suatu konsep emotional intelegent. Sese­
dan atau/praktek penting dan orang perlu memiliki kemam­
bemilai/berharga bagi mereka. puan personal dan sosial.
Apabila individu tidak me­ Kemampuan personal meru­
ngetahui mengapa suatu hal pakan kemampuan diri dalam
atau suatu praktek harus mengelola dirinya sendiri,
dilakukan, maka yang terjadi meliputi: kepedulian diri dan
adalah pelaksanaan kegiatan motivasi (tendensi emosi yang
yang menjadi formalitas/ membimbing atau memfasili­
ritualistik, bukan upaya tasi pencapaian tujuan).
pencapaian tujuan atau Kemampuan sosial meru­
merespon terhadap perubahan. pakan kemampuan dalam
Misal, sekolah membuat berhubungan dengan orang
dokumen KTSP, tetapi tidak lain. Meliputi: emphati (kepe­
menyelenggarakan pembela­ dulian, kebutuhan, dan me­
jaran berbasis KTSP, karena rasakan apa yang dirasakan
guru tidak mengetahui alasan orang lain), keterampilan
mengapa KTSP harus dilaku­ sosial (adaptasi seseorang
kan oleh mereka. ketika berinteraksi dengan
Kapabilitas merujuk pada orang lain).
mengetahui mengenai bagai-., Kapasitas merujuk pada.,
mana. Intinya kemampuan kesempatan seseorang untuk.
untuk mengaplikasikan dan melakukan suatu hal. Yakni
menyesuaikan pengetahuan sejauhmana seorang personil
dan keterampilan yang organisasi dapat meng­
dimiliki untuk melaksanakan aktualisasikan dirinya untuk
tugas, merespon perubahan melakukan suatu perubahan.
dan mengembangkan peran­ Untuk hal tersebut pimpinan
nya dalam berbagai konteks. organisasi harus memberikan
Hal ini dapat dilakukan berbagai peluang kepada per­
dengan praktek langsung, sonil organisasi untuk berkrea­
tivitas dalam melaksanakan
tugas-tugasnya sepanjang hal Educational Adm i­
tersebut tidak menyalahi nistration, Theory,
aturan dan norma yang Research and Practice,
berlaku bagi organisasi. Mc.Graw Hill.

Ibrahim B, (2003). Penilain


E. Penutup Kinerja, Jurnal Pendi­
dikan, FIP-UNM.
Demikian kajian menge­
nai evaluasi kinerja guru dan
Jacqueta, Megarry & J. Dean,
strategi untuk mengembang­
(1999). Professional De­
kan kinerjanya melalui pe­
velopment in School De-
ngembangan kapasitas seko­
velopingTeachers and
lah. Secangggih apapun alat
Teaching, New York:
yang digunakan untuk
Addison-Wesley
mengkaji kinerja guru atau
Publishng co.
personil sekolah lainnya,
semuanya menjadi tidak
Moh. Uzer Usman, (2005).
bermanfaat bagi peningkatan
Menjadi Guru Profesio­
kinerja sekolah, manakala
nal, Bandung: Remaja
tidak ditindaklanjuti dengan
Rosdakarya.
program capacity building
secara terus menerus.
Morrison, Terrence. (2001).
Actionable Learning: A
Handbook fo r Capacity
Building Through Case
DAftar Referensi: Based Learning. Tokyo-
Japan: Asian Development
Ani M. Hasan, (2003). Pe­ Bank Institute.
ngembangan Profesiona­
lisme Guru di Abad Pe­ Oteng Sutisna (1989).
ngetahuan, Tersedia [On­ Administrasi Pendidikan:
line]: Dasar Teoritis Untuk
httpi/Avww.jurnal^pendidi Praktek Profesional
kan.com. Bandung: Angkasa

Gibson, et.al (1985). Orga­ Peraturan Pemerintah No 38


nisasi (terjemahan) Edisi Tahun 1992 tentang
kelima, Jakarta: Erlangga. Tenaga Kependidikan.

Hoy, K. Wayne & Miskel, Philip Suprastowo,(1997).


G. Cecil, (1990). Motivasi Menjadi Guru
Dalam Kaitannya Penulis:
Dengan Profil
Cepi Triatna, M .Pd, salah
Kinerjanya, Jakarta:
satu sta f dosen di Jurusan
Balitbang Depdiknas.
Administrasi Pendidikan FIP
UPI.
Soetjipto dan Raflis Kosasi,
(1999). Profesi Kegu­
ruan, Jakarta: Rineka
Cipta.

Surya Dharma, (2005).


M anajem en Kinerja,
Jakarta: ' Pustaka Pelajar.

Sweeney, P.D & Mc.Farlin,


Dean.B. (2002). Organiza-
tional Behavior; Solution
fo r Management,
McGraw-jHUll Compa-
nics,Inc.

Undang-undang No 20 Tahun
2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Undang-undang No. 14 Tahun


2005 tentang Guru dan
Dosen.

Wahjosumidjo .(1994). .
Kepemimpinan. d q n v .
Motivasi, Jakarta: ,GhaIia
Indonesia.' ' ‘

Zainal Aqib, (2005).


Profesionalism e Guru
dalam Pembelajaran,
Jakarta: Insan
Cendekia.

Anda mungkin juga menyukai