Anda di halaman 1dari 2

Musyabbihat Bi Mar’ah

Semua di sini pasti sudah tahu atau pernah mendengarlah -minimal, tentang musyabbihat bi
mar’ah. Atau yang kerap kali kita panggil dengan Meryl. Bagi kalian yang tidak mengerti
tentang apa itu Meryl, kalian sebaiknya memang tidak tahu tentang itu. MUEHEHEHEHE....
Musyabbihat Bi Mar’ah atau Meryl ini, menjadi sebuah istilah yang sudah maklum di
pondok pesantren. Terlebih pondok pesantren yang masih berkedok salafiyah. Sebenarnya,
mengapa istilah seperti ini dapat timbul di kawasan yang biasanya terdominan oleh santri-
santri yang tiap hari menganut ilmu agama?. Kalau ditinjau lebih lanjut, akan ada banyak
sekali pertanyaan yang ditimbulkan oleh Meryl sendiri.
Oke, pertama-tama mari kita ketahui pengertian Meryl. Membahas Musybbihat Bi
Mar’ah dahulu. Kalam itu sendiri berasal dari beberapa susunan dalam bahasa Arab. Dan
apabila kalam tadi kita terjemah ke bahasa kita, akan muncul makna yakni; ‘menyerupai
wanita’.
Sekarang kembali ke Meryl. Ucapan Musyabbihat Bi Mar’ah tadi bisa disebut sebagai
bahasa halus untuk pengucapan Meryl. Sedangkan Meryl menurut kita adalah tren bahasa
yang muncul dalam kehidupan kita sehari-hari. Meski begitu, Meryl sudah memilik istilah
sendiri dalam bahasa Ibrahimiyyah -yakni bahasa Arab.
Di bahasa Ibrahimiyyah, Meryl dapat diambil arti sebagai Amrod. Pengertian Amrod
mungkin tidak terlalu persis dengan Meryl. Tetapi kecocokan makna di antara keduanya
begitu besar sehingga dapat diartikan Amrod itu ialah Meryl.
Kembali ke pengertian Amrod. Amrod ialah seorang laki-laki tidak berjanggut, tampan
dan berkulit bersih, dan apabila ada seorang yang melihatnya, orang tersebut akan merasa
nyaman dan senang ‘tuk terus melihat orang itu.
Jika dilihat-lihat, memang, pengertian Amrod sendiri tidak terlalu mencerminkan akan
apa itu Meryl. Dan Meryl yang ada dalam dunia pesantren lebih cocok mengalami tafsiran ke
Musyabbihat Bi Mar’ah atau menyerupai perempuan.
Sedikit tambahan. Kalau mendengar istilah yang telah kita bahas barusan, beberapa dari
kita akan berpotensi mengeluarkan pertanyaan seperti ini; ‘kok bisa ada istilah Meryl sih?,
terus, kok bisa Meryl ini muncul di kalangan pondok pesantren?’.
Begini, dalam pondok pesantren, santri putra dan santri putri dipisah dalam area yang
berbeda. Dari itu saja, kita dapat mengambil beberapa prasangka kesimpulan. Sebelum itu
mari kita bahas tentang santri putra dan santri putri yang dipisah dalam 2 lingkup area yang
berbeda.
Alasan mengapa para santri dipisah ke dalam 2 area berbeda tentu saja mengambil
beberapa alasan. Salah satunya untuk menghindari adanya hubungan perzinahan antara
santriwan dan santriwati. Dikarenakan alasan seperti itulah yang menyebabkan kurangnya
asupan santriwan ke sosok perempuan, dan santriwati ke sosok lelaki.
Oke, kita lanjut ke efek dari pemisahan area tersebut. Yang namanya pondok pesantren
pastinya tidak akan memperbolehkan para santri mengakses peralatan digital. Disebabkan
oleh hal itu, para santri makin tidak mendapat akses pengetahuan ke dunia luar.
Didukung oleh hal itu juga, membuat para santri tidak akan menerima asupan
‘perempuan’. Padahal, dulu sebelum masuk ke pondok pesantren, anak-anak sudah biasa
dengan yang namanya perempuan dan sering berinteraksi dengan teman-teman lawan
jenisnya.
Kini, dapat dimunculkan 2 kemungkinan. Pertama, karena tidak adanya interaksi dan
asupan perempuan untuk para santri, mereka melanpiaskan perasaan yang mereka pada
temannya yang dianggap Musyabbihat Bi Mar’ah. Kemungkinan kedua, masih dikarenakan
tidak adanya asupan perempuan bagi mereka, akhirnya mereka tidak terlalu tertarik dengan
yang namanya perempuan. Kemudian memilih lebih tertarik pada teman mereka yang juga
sama dianggap Musyabbihat Bi Mar’ah atau istilah kerennya Meryl.
Mungkin sekian tentang pembahasan Musyabbihat Bi Mar’ah ini. Dan semoga saja,
pembahasan ini dapat menjawab pertanyaan yang akn muncul kedepannya.Sekian~.

Anda mungkin juga menyukai