Fenomena hijrah menjadi hal yang sudah tidak asing saat ini. Derasnya
gelombang hijrah dan kencangnya seruan untuk mengajak menuju kebaikan
layaknya gulungan ombak di tepi pantai, menyapu tak hanya di kalangan milenial
tetapi hingga mencapai kalangan artis dan influencer. Ini menjadi sebuah hal yang
patut kita syukuri karena semakin banyak yang bergerak menuju kebaikan,
dakwah islam semakin tersebar luas, dan InsyaAllah cahaya islam juga akan
semakin menerangi berbagai sisi kehidupan. Tetapi perjuangan untuk berubah
menuju kebaikan tentu tak semudah yang terlihat. Banyak rintangan dan lika-liku
yang menggores hati dan pikiran dalam menghadapi sebuah perubahan. Ujian
datang dari berbagai sisi, baik itu dari diri sendiri, teman-teman, dan lingkungan
pekerjaan. Insecure seperti rasa minder atau tidak percaya diri yang muncul akibat
cemoohan dan ejekan orang lain membuat langkah hijrah menjadi penuh
keraguan, ‘Apakah langkah hijrah ini tetap dilanjutkan atau kembali ke posisi
awal?’. Pada akhirnya, ketika ujian datang bertubi-tubi hingga sudah sampai pada
titik lelah hati, banyak yang memutuskan untuk kembali ke posisi awal. Padahal
sesungguhnya Allah tidak akan menguji suatu hamba melebihi batas
kemampuannya. Sesungguhnya Allah tengah melihat kesungguhan hati kita dalam
mempertahankan keimanan, sejauh mana kesabaran dan keteguhan kita dalam
berhijrah.
1
malu, bersalah, kekurangan, atau bahkan tidak mampu. Insecure bukan menjadi
suatu hal yang asing, mungkin jika kita membuat sebuah penelitian, 8 dari 10
orang pasti pernah mengalami rasa insecure, termasuk mereka yang hendak
berhijrah atau sedang menjalani proses hijrah.
2
bergantung pada keindahan akhlaknya. Yang menjadi pembeda setiap hamba di
sisi Allah adalah ketakwaan, bukan kecantikan. Jadi, abaikan penilaian manusia.
Jika kita terus menjalankan hidup mengikuti standar manusia maka kita akan
dibuat lelah oleh itu semua. Tiada usai bila kita mendengarkan manusia tentang
apa yang harus kita lakukan pada diri kita. Ucapan yang paling sesuai bagi kita
tentu dari Sang Pencipta (Siauw, F). Yang terbaik adalah menutup telinga dari
manusia atas protes mereka tentang apa yang sudah ditentukan Allah dan
Rasulnya (Siauw, F). Bukankah telah dikatakan dalam sebuah hadits riwayat
Muslim bahwa sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah, bukan wanita
dengan hidung mancung, berbadan tinggi, dan ramping. Bahkan bidadari surga
pun sebagai sosok yang cantik jelita, baik, dan suci cemburu pada wanita dunia.
Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari karena shalat, puasa, dan
ibadah mereka kepada Allah SWT (Lubis, 2016).
3
Dalam perjalanan hijrah, tidak hanya mempertimbangkan lingkungan
pertemanan lama, tetapi kita juga harus menemukan lingkungan baru atau sahabat
taat yang akan menjadi support system dalam jalan hijrah ini. Tetapi lagi-lagi rasa
insecure juga muncul ketika diri ini yang baru berhijrah dan fakir ilmu
berkumpul dengan sahabat-sahabat taat yang sudah memiliki banyak ilmu,
lantunan Qurannya indah, dan hafalannya pun tak sedikit. Bayang-bayang akan
masa lalu selalu menghantui. Kita menganggap diri sendiri paling kotor, banyak
dosa, dan merasa minder untuk berkumpul bersama mereka yang ketaatannya jauh
lebih tinggi daripada kita. Rasa minder ini cukup berbahaya. Jangan sampai
karena kita merasa minder dan malu akan masa lalu membuat kita enggan untuk
membuka lembaran baru dan melangkah menuju kebaikan. Malu dalam berbuat
baik adalah bentuk malu yang salah, termasuk saat ingin kembali ke jalan Allah
tetapi malu akan dosa-dosa yang pernah dilakukan (Kyu, 2017). Malu seperti ini
tidak boleh ada dalam diri kita. Kita tidak perlu malu untuk kembali kepada-Nya.
Allah itu Maha Baik dan akan senantiasa mengampuni semua dosa yang pernah
hamba-Nya lakukan. Sebanyak apapun dosa yang pernah kita lakukan dan seluas
apapun kesalahan yang kita kerjakan, ketahuilah bahwa ampunan Allah jauh lebih
banyak dan luas dari dosa dan kesalahan kita semua. Allah telah mengabadikan
janji-Nya di dalam Alquran, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Qs. Az-Zumar: 53).
Jika hendak menghilangkan rasa insecure pada lingkungan baru, maka kita
harus menghilangkan kebiasaan membanding-bandingkan orang lain dengan diri
kita. Setiap orang berhak untuk berproses menjadi lebih baik tanpa melihat latar
belakangnya baik atau buruk. Justru kita semua berjalan bersama-sama, yang kita
perlu lakukan adalah menjadikan rasa insecure tersebut sebagai motivasi untuk
menggali banyak ilmu dari mereka. Karena dalam hijrah sangat penting memiliki
guru dan support system. Semua rasa insecure yang muncul itu hanyalah was-was
setan yang ingin menghalangi kita untuk tidak bersegera berbuat baik. Setan
senantiasa membisikkan keraguan dalam diri kita hingga kita pun enggan untuk
bersegera dalam kebaikan (Aziz, 2019).
Terkadang ujian karena hijrah juga datang dari lingkungan kerja. Misalnya
ketika seseorang berhijrah dan meninggalkan pekerjaannya lamanya yang
berkutik dengan riba, membuka aurat, dan sebagainya. Hal tersebut awalnya
mungkin terasa berat untuk ditinggalkan. Mencari pekerjaan baru mungkin tak
mudah bagi sebagian orang. Rasa insecure kemudian muncul ketika belum
mendapatkan pekerjaan pengganti atau ketika gaji pekerjaan baru lebih rendah
dari pekerjaan sebelumnya. Kesabaran juga semakin diuji ketika gejolak ekonomi
dan perubahan finansial menimpa. Rasa insecure semakin menjadi-jadi ketika
mendapat cibiran dari rekan kerja. Tetapi ketahui dan yakinilah bahwa setiap
4
keburukan yang kita tinggalkan semata-mata karena Allah, maka Allah akan
mengganti semua itu dengan yang jauh lebih baik, “Sesungguhnya tidaklah
engkau meninggalkan sesuatu karena Alllah SWT melainkan Allah akan
menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik” (HR. Ahmad). Selain itu kita juga
harus selalu bersyukur dalam berbagai kondisi baik itu ketika susah maupun
ketika senang, sebab Allah berjanji akan menambahkan nikmat-Nya pada mereka
yang senantiasa bersyukur, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim:7). Allah juga telah berjanji
kepada siapa saja yang berhijrah di jalan Allah, niscaya akan mendapatkan
kehidupan dan rezeki yang banyak (Aziz, 2019), “Barang siapa yang berhijrah di
jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas
dan rezeki yang banyak.” (QS. An-Nisa: 100).
Hijrah tidak sepi dari ujian, sebaik apapun niat kita dalam berproses
menjadi lebih baik, pasti Allah akan mendatangkan ujian, baik itu dari lingkungan
pertemanan hingga lingkungan kerja. Setan pun tidak diam dan ingin terus
mengggoda, menarik ulur keimanan, keteguhan hati, dan kesungguhan kita. Kita
tidak perlu merasa insecure karena penampilan fisik yang kurang atau berubah,
karena sesungguhnya kita semua adalah ciptaan sempurna dari Sang Pencipta,
standar cantik bagi-Nya adalah mereka yang menghiasi diri dengan akhlak yang
baik, menutup aurat, dan senantiasa menjaga diri dari perbuatan maksiat. Buang
jauh rasa insecure yang muncul karena cacian, cemoohaan, dan komentar yang
membuat sedih, takut, gelisah, cemas, dan rasa percaya diri hilang. Perbanyak
bersyukur, mencintai diri sendiri, gali potensi dan kelebihan dalam diri, dan
jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Berhijrahlah untuk
mengharapkan ridha Allah, bukan karena ingin dinilai baik oleh manusia. Abaikan
penilaian manusia, adapun yang menilai adalah Allah SWT. Tetapi tidak semua
rasa insecure harus dibuang, jadikan rasa insecure yang muncul karena melihat
mereka yang taat dalam kebaikan dan istiqamah dalam beribadah, menjadi
stimulus disaat iman kita sedang futur dan menjadi dorongan kita untuk fastabiqul
khairat. Jangan ragu untuk terus melangkah maju dalam perjalanan hijrah ini.
Sesungguhnya kita semua akan mati, pulang kembali menghadap Allah SWT, jadi
mari kita persiapkan bekal kita dengan melangkah menempuh jalan kebaikan yang
diridhoi-Nya.