Bab 1 5 KP
Bab 1 5 KP
PENDAHULUAN
Brand dalam dunia bisnis bukan hanya berdiri sebagai tanda, nama atau
simbol dari sebuah perusahaan saja, melainkan memiliki fungsi sebagai pengingat
untuk masyarakat akan suatu produk atau perusahaan yang memproduksinya dan
juga sebagai tolak ukur kualtias dari produk yang bersangkutan. Dalam
penggunaannya, kata brand dan branding memiliki makna yang berbeda, kata
brand berarti merek, sedangkan pengertian branding adalah berbagai kegiatan
komunikasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan tujuan untuk
membangun dan membesarkan sebuah brand atau merek (Freddy Rangkuti,
2000:14-15).
Brand merupakan sebuah nama atau simbol (seperti logo, merek dagang,
desain kemasan, tulisan dan sebagainya) yang dibuat untuk membedakan satu
produk dari produk pesaing. Selain itu, merek yang telah dipatenkan dapat
membuat produk tersebut menjadi lebih terlindungi dari upaya pemalsuan dan
pembajakan.
Peran brand menjadi sangat penting di era milenium dan globalisasi sekarang,
karena pembedaan satu produk dengan produk lainnya sangatlah tergantung pada
merek yang ditampilkan. Pembuatan brand yang tepat sangat memerlukan riset
pemasaran. Dengan adanya riset pemasaran ini kita dapat mengetahui dan
mengembangkan produk tersebut berdasarkan atribut produk yang unik, nama
yang unik, kemasan yang unik, serta didukung oleh strategi distribusi dan iklan
yang sesuai cenderung lebih cepat berhasil dibandingkan merek yang biasa-biasa
saja. Dasar pemikirannya adalah memposisikan suatu produk ke tingkat yang
lebih tinggi, yaitu dari produk sebagai sekedar komoditi, menjadi produk yang
memiliki brand value yang kuat, sehingga dapat mengurangi ketergantungan
produk tersebut pada pengaruh harga saat pengambilan keputusan pembelian.
Dalam membangun brand baru ini, PT Sinde Budi Sentosa juga harus
menentukan segmentasi target pasar mereka yang akan mereka tuju guna bisa
bersaing dengan kompetitor mereka, maka dari itu segmentasi, targeting dan
positioning (STP) cukup berperan penting dalam proses pembangunan brand baru
ini. Segmenting merupakan pembagian atau pengelompokan kondisi pasar yang
heterogen menjadi homogen dengan berbagai karakteristik. Menurut Griffin
(2006), segmentasi merupakan proses membagi pasar keseluruhan suatu produk
atau jasa kedalam beberapa segmen yang memiliki kesamaan dalam hal minat,
daya beli, geografi, perilaku pembelian maupun gaya hidup. Dengan melakukan
segmentasi pasar, pemasaran akan lebih terarah dan efektif sehingga dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen. Lain halnya dengan targeting,
Targeting adalah mengevaluasi beragam segmen untuk memutuskan segmen
mana yang menjadi target market. Serangkaian program pemasaran yang
dilakukan harus sesuai dengan karakteristik pasar sasaran yang hendak dituju.
PT. Sinde Budi Sentosa merupakan perusahaan farmasi yang bergerak dalam
produksi obat tradisional dan obat modern. Produk utama yang dihasilkan adalah
Larutan Penyegar yang termasuk dalam kategori cairan obat dalam. Perusahaan
ini didirikan pada tahun 1978 di daerah Bekasi dan mendapatkan hak untuk
pemakaian merek dan logo Cap Kaki Tiga dari Wen Ken Drugs Singapore Private
Limited.
Sejak tahun 2000, Wen Ken Drug Co Pte Ltd dan PT Sinde Budi Sentosa
berupaya untuk membahas masalah pembuatan suatu perjanjian lisensi.
Mengingat perundingan tidak mencapai titik temu. Lisensi dari Wen Ken Drug
Singapore tersebut diberikan kepada Kinocare Era Kosmetindo pada tanggal 28
April 2011 dan memberikan kewenangan kepada Kinocare Era Kosmetindo untuk
memproduksi, menjual, memasarkan dan mendistribusikan produk di Indonesia.
Sementara, kerja sama Wen Ken Drug Singapore dengan perusahaan manufaktur
Indonesia yang lama (PT Sinde Budi Sentosa) telah berakhir pada tanggal 4
Februari 2008. Wen ken Drug akhirnya menunjuk pihak lain (PT. Kinocare Era
Kosmetindo) untuk memasarkan larutan penyegar cap Kaki Tiga, Kinocare Era
Kosmetindo mendaftarkan produknya dan menyatakan bahwa lukisan cap kaki
tiga adalah milik mereka, dan hasil pengadilan menyatakan bahwa merek dan
lukisan cap kaki tiga adalah milik Wen Ken Drug Co Pte Ltd, dan PT. Sinde Budi
Sentosa diminta melepaskan lukisan kaki tiga dari produknya, dan diminta
menarik seluruh produknya yang masih terdapat lukisan cap kaki tiga.
Terlepas dari itu maka PT. Sinde Budi Sentosa melakukan perbaikan Brand
produknya, tidak ada lagi brand kaki tiga pada label produk merek dan juga
mengganti nama produk menjadi larutan penyegar cap Badak. Karena telah
mendaftarken lukisan badak ke dirjen HAKI, PT. Sinde Budi Sentosa merasa,
lukisan badak dan tulisan larutan penyegar adalah milik mereka, maka mereka
menggugat ke pengadilan, jadilah mereka "berperang" kembali di pengadilan. dan
tampaknya Kinocare Era Kosmetindo kalah, akhirnya mereka harus
menghilangkan lukisan badak dan tulisan larutan penyegar (dalam huruf arab)
dari produk mereka. Sehingga saat ini di pasaran masyarakat dapat menjumpai
dua jenis kemasan larutan penyegar yaitu pertama larutan penyegar cap Badak
produksi PT Sinde Budi Sentosa dengan gambar lukisan badak pada kemasan dan
kedua larutan penyegar cap Kaki Tiga produksi PT Kinocare Era Kosmetindo
dengan gambar lukisan kaki tiga pada kemasan. Dengan adanya perubahan brand
milik PT. Sinde Budi Sentosa, maka sudah tentu menjadi pekerjaan yang berat
bagi pihak perusahaan untuk membangun brand cap badak di mata konsumennya.
Oleh karena itu penulis ingin melakukan penggalian informasi lebih lanjut
tentang “STRATEGI MEMBANGUN BRAND PRODUK CAP BADAK PT
SINDE BUDI SENTOSA.”
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis buat maka penulis memberikan
identifikasi masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana cara PT Sinde Budi Sentosa dalam membangun brand baru pasca
kasus perubahan merek dagang larutan penyegar cap badak?
2. Langkah apa saja yang dilakukan PT Sinde Budi Sentosa dalam membangun
brand baru pasca kasus perubahan merek dagang larutan penyegar cap badak?
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Strategi PT Sinde Budi
Sentosa dalam membangun brand baru pasca kasus perubahan merek dagang
larutan penyegar cap badak?
Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian yang
peneliti lakukan adalah :
1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
sebagai bahan acuan dan pertimbangan dalam menjalankan strategi
membentuk dan membangun brand baru di bidang perubahan merek produk
perusahaan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi masyarakat umum dan khususnya bagi
mahasiswa program studi ilmu komunikasi untuk mengetahui strategi
membentuk dan membangun brand baru khususnya pada merek produk
perusahaan.
Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih
masukan, pemikiran dan pertimbangan untuk memperkuat yang ada dalam
penelitian ini mengenai membangun brand baru sebuah perusahaan.
BAB II
TINJAUANPUSTAKA
2.3.2 Targeting
Menurut Solomon dan Elnora (2003, p232), target adalah kelompok
yang dipilih oleh perusahaan untuk dijadikan sebagai pelanggan sebagai
hasil dari segmentasi dan penargetan. Perusahaan dapat memilih dari
empat strategi meliputan pasar :
1. Undifferentiated targeting strategy, strategi ini menganggap
suatu pasar sebagai satu pasar besar dengan kebutuhan yang serupa,
sehingga hanya ada satu bauran pemasaran yang digunakan untuk
melayani semua pasar. Perusahaan mengandalkan produksi,
distribusi, dan periklanan massa guna menciptakan citra superior di
mata sebagian besar konsumen.
2. Differentiated targeting strategy, perusahaan menghasilkan beberapa
produk yang memiliki karakteritik yang berbeda. Konsumen
membutuhkan variasi dan perubahan sehingga perusahaan berusaha
untuk menawarkan berbagai macam produk yang bisa memenuhi
variasi kebutuhan tersebut.
3. Concentrated targeting strategy, perusahaan lebih memfokuskan
menawarkan beberapa produk pada satu segmen yang dianggap
paling potensial.
4. Custom targeting strategy, lebih mengarah kepada pendekatan
terhadap konsumen secara individual.
2.3.3 Positioning
Menurut Solomon, dan Elnora (2003, p235), adalah
mengembangkan strategi pemasaran yang bertujuan untuk mempengaruhi
bagaimana sebuah segmen pasar tertentu memandang sebuah barang atau
jasa dibandingkan dengan kompetisi. Penentuan posisi pasar menunjukkan
bagaimana suatu produk dapat dibedakan dari para pesaingnya. Ada
beberapa positioning yang dapat dilakukan :
1. Positioning berdasarkan perbedaan produk.
Pendekatan ini dapat dilakukan jika produk suatu perusahaan
mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan dengan pesaing
dan konsumen harus merasakan benar adanya perbedaan dan
manfaatnya.
2. Positioning berdasarkan atribut produk atau keuntungan dari produk
tersebut.
Pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan atribut apa yang dimiliki
suatu produk dan manfaat yang dirasakan oleh kosumen atas produk
tersebut.
3. Positioning berdasarkan pengguna produk.
Pendekatan ini hampir sama dengan targeting dimana lebih
menekankan pada siapa pengguna produk.
4. Positioning berdasarkan pemakaian produk.
Pendekatan ini digunakan dengan membedakan pada saat apa produk
tersebut dikonsumsi.
5. Positioning berdasarkan pesaing.
Pendekatan ini digunakan dengan membandingkan keunggulan-
keunggulan yang dimiliki oleh pesaing sehingga konsumen dapat
memilih produk mana yang lebih baik.
6. Positioning berdasarkan kategori produk.
Pendekatan ini digunakan untuk bersaing secara langsung dalam
kategori produk, terutama ditujukan untuk pemecahan masalah yang
sering dihadapi oleh pelanggan.
7. Positioning berdasarkan asosiasi.
Pendekatan ini mengasosiasikan produk yang dihasilkan dengan
asosiasi yang dimiliki oleh produk lain. Harapannya adalah sebagian
asosiasi tersebut dapat memberikan kesan positif terhadap produk
yang dihasilkan oleh perusahaan.
8. Positioning berdasarkan masalah.
Pendekatan ini digunakan untuk menunjukkan kepada konsumen
bahwa produk yang ditawarkan memiliki positioning untuk dapat
memecahkan masalah.
2.3 Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dimakudkan adalah untuk menggambarkan
paradigma penelitian sebagai jawaban atas masalah yang peneliti angkat dalam
penelitian ini, yaitu MEMBANGUN BRAND PRODUK PERUSAHAAN PT
SINDE BUDI SENTOSA.
Brand yang diteliti penulis di sini adalah cara membangun brand perusahaan
PT Sinde Budi Sentosa pasca terjadinya kasus perebutan merek Cap Kaki Tiga
dengan PT Kinocare. PT Sinde sendiri terpaksa membangun brand baru yaitu
Cap Badak dikarenakan terjadinya masalah dengan pemegang hak merek
sebelumnya yang telah penulis bahas diatas. Setelah adanya permasalahan
tersebut PT Sinde akhirnya melakukan pembentukan brand image menggunakan
strategi-strategi membentuk brand image untuk mengembalikan kepercayaan
pelanggan dan juga untuk bisa memenangkan persaingan pasar, dan disini
penulis akan meneliti apakah cara PT Sinde Budi Sentosa dalam membangun
brand baru menggunakan teori brand image dan juga bagaimana hambatan yang
terjadi saat PT Sinde Budi Sentosa membangun brand baru perusahaan tersebut.
Dari analisis seperti itulah penulis dapat mengetahui PT Sinde Budi Sentosa
menggunakan strategi atau teori seperti apa dalam membangun brand baru
perusahaan serta hambatan dalam melakukannya melalui evaluasi akhir tersebut.
Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini tergambar dalam bagan di bawah
ini:
Strategi Membangun
Brand Produk Cap
Badak PT Sinde Budi
Sentosa
Cara membangun
citra
merek yang kuat
Evaluasi
3.2 Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau objek
yang memiliki karakter & kualitas tertentu yang ditetapkan oleh seorang peneliti
untuk dipelajari yang kemudian ditarik sebuah kesimpulan. (Sugiyono, 2008).
Adapun populasi dalam peneltian ini adalah karyawan PT Sinde Budi Sentosa dan
masyarakat.
21
3.3 Sampel
Dalam melakukan penelitian, peneliti tidak harus mengamati seluruh objek
yang dijadikan sebagai pengamatan. Peneliti dapat mengamati, mempelajari dan
menjelaskan sifat-sifat dari objek penelitian dengan mengambil hanya sebagian
dari keseluruhan objek. Sebagian dari keseluruhan objek inilah yang disebut
sebagai sampel. Adapun teknik pengabilan sampel disebut dengan teknik
sampling. Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang
jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan digunakan sebagai sumber
data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang represntatif.
Teknik sampling yang digunakan peneliti adalah pusposive sampling yaitu
pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang sesuai dengan
karakteristik populasi. Oleh sebab itu, sampel dalam penelitian ini adalah
manajer marketing Larutan Penyegar Cap Badak.
Wawancara
Suatu cara mengumpulkan data-data atau informasi dengan cara langsung
bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data secara lengkap dan
mendalam. Wawancara yang dilakukan dengan menggunakan wawancara
tak terstruktur. Wawancara tak terstruktur yaitu mengggunakan pertanyaan-
pertanyaan yang muncul secara spontan dan merupakan perkembangan dari
daftar pertanyaan yang ada, sifatnya informal tambahin observasi.
1. Triangulasi sumber
2. Triangulasi waktu
3. Triangulasi teori
Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu. Utuk itu
diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, dana analisi data yang lengkap
suapaya hasilnya komprehensif. Penulis menggunakan berbagai macam
rujukan teori atau konsep yang digunakan dalam tinjauan pustaka untuk
dipadukan dalam penelitian agar mendapatkan hasil yang menyeluruh. Dalam
melakukan penelitian, penulis merancang apa yang diperlukan dalam riset,
seperti mengumpulkan data untuk kemudian dilakukan analisis data.
4. Triangulasi periset
5. Triangulasi metode
Sejak didirikan pada tahun 1978, PT. Sinde Budi Sentosa telah
berkembang dari sebuah farmasi sederhana yang hanya mempunyai sebuah
pabrik di Bekasi, Jawa Barat. Menjadi sebuah perusahaan global dengan
network operasional dan distribusi di Indonesia, Belgia, Brunei Darussalam,
Cina, Hongkong, Malaysia, Nigeria, Saudi Arabia, Singapura, Korea
Selatan dan Timur Tengah.
Produk Utama PT. Sinde Budi Sentosa adalah Larutan Penyegar dalam
kategori minuman penyegar untuk pengobatan panas dalam di pasaran
Indonesia. Nama Larutan Penyegar pun telah menjadi istilah generik di
pasar lokal, dan merupakan jaminan mutu di lingkungan pasar tingkat
nasional. PT. Sinde Budi Sentosa juga merupakan agen dan distributor
tunggal di Indonesia untuk Sirup Obat Batuk Cap Ibu dan Anak (Nin Jiom-
Hongkong), Obat Sakit Perut Pil Chi Kit (Teck Aun-Malaysia), Minyak
Angin dan Inhaler (Siang Pure-Thailand) di Indonesia.
Kesuksesan itu tentu tidak membuat PT. Sinde Budi Sentosa berhenti
berinovasi. PT. Sinde Budi Sentosa tetap melakukan investasi strategis
dalam riset dan proses manufaktur terpadu untuk memastikan
memproduksi produk-produk terbaik bagi konsumen. Dengan menerapkan
proses-proses pengawasan mutu (Quality Control) yang ketat, dan
berpegang teguh pada Goog Manufacturing Practice (GMP) standard lewat
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB), kami menunjukan komitmen kami untuk
menyediakan obat yang aman dan efektif untuk kesehatan konsumen.
Alkisah “Kaki Tiga” menjadi akrab di telinga tak bisa lepas dari peran
PT Sinde Budi Sentosa, sebuah perusahaan farmasi yang berdiri sejak
1978. Melalui produk larutan penyegar dalam botol, perusahaan yang
semula bermarkas di Tambun, Jawa Barat itu, pada tahun 1981 langsung
disukai konsumen. Maklum, larutan tersebut tanpa rasa, tanpa warna, tanpa
bahan pengawet dan murah. Merek “Kaki Tiga” memang hoki, karena
sejak itu PT Sinde Budi Sentosa langsung melakukan pengembangan
produk, di antaranya membuat tujuh rasa berbeda dalam kemasan kaleng
dan juga dalam bentuk kaleng yang beragam sebagai produk baru,
memperluas ragam produk dengan memproduksi versi baru dari Balsem
Pala (Bapala) dan sekaligus memperluas distribusinya dengan penambahan
gudang seluas 6.000 m2.
Tak cuma itu, pada 1995 PT Sinde Budi Sentosa memperoleh lisensi
Sirup Obat Batuk Nin Jiam Pei Pa Koa dari Hong Kong, dan Pil Chi Kit
Teck Aun dari Malaysia dan memindahkan kantor pusat ke Wisma SMR di
Jakarta Utara. Sementara pada tahun 2002, PT Sinde Budi Sentosa
memperkenalkan Ena’O, minuman energi, dan mendiversifikasikannya ke
dalam kemasan botol, kaleng dan sachet bubuk dan sachet cair. Diperoleh
informasi, perjanjian lisensi ternyata sudah dituangkan sejak 1978.
Perjanjian itu ditandatangani oleh Fu Weng Leng, Direktur Sinde Budi kala
itu. Isinya meminta Sinde Budi untuk memproduksi dan memasarkan
produk Cap Kaki Tiga di Indonesia. Sinde Budi juga diminta untuk
mendaftarkan merek dan produk Cap Kaki Tiga ke Direktorat Paten.
Namun, pada Februari 2008 lalu, kehandalan pengelola mengembangkan
menjadi perusahaan farmasi ternama tercoreng. Bahkan, sejak Maret 2008,
saat sejumlah Koran mengumumkan PT Sinde Budi Sentosa bukan
pemegang lisensi merek Cap Kaki Tiga. Sang induk pengumuman, Wen
Ken Drug Co Pte Ltd, perusahaan yang berkedudukan di Singapura,
mengungkapkan bahwa Wen Ken Drug adalah pemilik sah merek dagang
“Cap Kaki Tiga”, termasuk produk larutan penyegar cap Kaki Tiga.
Sejak 2000, menurut penggugat, Wen Ken Drug Co Pte Ltd dan PT
Sinde Budi Sentosa berupaya untuk membahas masalah pembuatan suatu
perjanjian lisensi. Mengingat perundingan tidak mencapai titik temu.
Lisensi dari Wen Ken Drug Singapore tersebut diberikan kepada Kinocare
Era Kosmetindo pada tanggal 28 April 2011 dan memberikan kewenangan
kepada Kinocare Era Kosmetindo untuk memproduksi, menjual,
memasarkan dan mendistribusikan produk di Indonesia. Sementara, kerja
sama Wen Ken Drug Singapore dengan perusahaan manufaktur Indonesia
yang lama (PT Sinde Budi Sentosa) telah berakhir pada tanggal 4 Februari
2008. Wen ken Drug akhirnya menunjuk pihak lain (PT. Kinocare Era
Kosmetindo) untuk memasarkan larutan penyegar cap Kaki Tiga, Kinocare
Era Kosmetindo mendaftarkan produknya dan menyatakan bahwa lukisan
cap kaki tiga adalah milik mereka, dan hasil pengadilan menyatakan bahw
merek dan lukisan cap kaki tiga adalah milik Wen Ken Drug Co Pte Ltd,
danPT. Sinde Budi diminta melepaskan lukisan kaki tiga dari produknya,
dan diminta menarik seluruh produknya yang masih terdapat lukisan cap
kaki tiga. Sehingga PT. Budi Sentosa melakukan perbaikan label
produknya, tidak ada lagi lukisan kaki tiga pada label produk merek dan
juga mengganti nama produk menjadi larutan penyegar cap Badak. Karena
telah mendaftarken lukisan badak ke dirjen HAKI, Sinde Budi merasa,
lukisan badak dan tulisan larutan penyegar adalah milik mereka, maka
mereka menggugat ke pengadilan, jadilah mereka "berperang" kembali di
pengadilan. dan tampaknya Kinocare Era Kosmetindo kalah, akhirnya
mereka harus menghilangkan lukisan badak dan tulisan larutan penyegar
(dalam huruf arab) dari produk mereka.
4.2.1 Membangun brand baru produk larutan penyegar cap badak pada
PT Sinde Budi Sentosa
2. Wen Ken Drugs selaku pemilik merek cap kaki tiga menawarkan
brand nya ke PT Kinocare sehingga keluarlah kompetitor baru yang
sama-sama memproduksi larutan penyegar dengan desain kaleng yang
hampir sama, hanya logo cap kaki tiga dan cap badak saja yang
berbeda, sehingga membuat bingung masyarakat awam mengenai
larutan penyegar ini.
4.3 Pembahasan
PT Sinde Budi Sentosa yang dulunya dikenal sebagai perusahaan pembuat
produk larutan penyegar cap kaki tiga sejak tahun 2011 harus mengganti brand
produknya menjadi cap badak dikarenakan masalah berkepanjangan oleh Wen
Ken Drugs selaku pemegang merek cap kaki tiga. Oleh karena itu maka PT Sinde
Budi Sentosa harus membangun brand baru yaitu Cap Badak. Dalam membangun
brand ini terdapat beberapa cara dalam membangun citra merek yang kuat
menurut Rangkuti dalam Sangadji dan Sopiah (2013:326) yaitu:
4.3.1. Posisi merek
Agar mempunyai pemosisian, merek harus ditempatkan secara spesifik
di benak pelanggan. Membangun pemosisian adalah menempatkan semua
aspek dari nilai merek (brand value) secara konsisten sehingga produk
selalu menjadi nomor satu di benak pelanggan. Dalam hal ini PT Sinde
Budi Sentosa berupaya menempatkan posisi merek mereka di top of
minds masyarakat dengan menyertakan tagline mereka yaitu “yang ada
badaknya” karena badak merupakan salah satu ikon juga di larutan
penyegar buatan sinde dari pertama kali diproduksi pada tahun 1981 selalu
menempatkan gambar badak di kemasan kaleng mereka.
Gambar 4.5 (www.sindebudi.com)
Gambar 4.9
Pada gambar diatas sudah terlihat jelas perbedaan dari konsep kedua
brand tersebut. Pada brand cap badak masih menggunakan konsep dan
formula yang sama sejak 1981, berbeda dengan brand cap kaki tiga yang
menggunakan konsep dan formula baru.
Gambar 4.10 (Youtube: Permana Cuy)
4.3.4. Segmentasi
Menurut Solomon dan Elnora (2003, p221), segmentasi adalah proses
membagi pasar yang lebih besar menjadi potongan-potongan yang lebih
kecil berdasarkan satu atau lebih karakteristik yang bermakna. Dengan
melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan
lebih terarah dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan
secara lebih efektif dan efisien dalam rangka memberikan kepuasan
bagi konsumen. Dari hasil wawancara mengenai segmentasi yang sudah
dijelaskan di atas bahwa segmentasi yang dituju oleh PT Sinde Budi
Sentosa adalah untuk semua masyarakat di Negara maju maupun
berkembang, PT Sinde Budi Sentosa tidak menetapkan wilayah sasaran
geografik secara spesifik karena menurut Bapak Joni Yuwono selaku
wakil presiden direktur PT Sinde Budi Sentosa mereka tidak perlu
menetapkan segmentasi secara spesifik karena larutan penyegar cap badak
sendiri dapat dinikmati oleh semua umur dan kalangan terlebih lagi
dengan adanya produk baru PT Sinde yaitu larutan penyegar buat anak-
anak.
4.3.5. Targeting
Menurut Solomon dan Elnora (2003, p232), target adalah kelompok
yang dipilih oleh perusahaan untuk dijadikan sebagai pelanggan sebagai
hasil dari segmentasi dan penargetan. Dalam hal ini seperti hasil penelitian
yang sudah dijelaskan diatas, bahwa PT Sinde Budi Sentosa menargetkan
sasaran dari produk cap badak ini kepada pria dan wanita dari seluruh
kalangan masyarakat baik itu kalangan bawah, menengah, ataupun atas
karena produk cap badak sendiri tidak mempunya penyebab alergi jadi
aman untuk dikonsumsi untuk semua umur kecuali anak dibawah umur 5
tahun. Kenapa bisa dikonsumsi oleh semua kalangan? Penulis mencoba
menganalisis dari segi harga, Harga Larutan cap badak kemasan
botol plastik 200 ml dan 500 ml dalam negeri berkisar antara Rp
3.500 dan Rp7.500. Harga Larutan penyegar cap badak kemasan kaleng
dalam negeri bekisar antara Rp5.500. dari segi harga masyarakat
menengah kebawah pun dapat membeli produk larutan cap badak ini
karna harga yang ditawarkan masih cukup terjangkau bagi mereka.
meskipun harga yang ditawarkan memang cukup mahal dibandingkan
pesaingnya (Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga), namun harga bukan
sebagai penentu dalam persaingan. Konsumen lah yang menentukan akan
membeli produk yang mana menurut kepercayaan top of minds mereka.
Selain dari segi harga, larutan penyegar cap badak ini banyak ditempatkan
di swalayan, pasar tradisinonal, warung, kantin, pedagang kaki
lima, dan toko kelontong. Hal tersebut dilakukan supaya seluruh kalangan
masyarakat dapat menjangkau produk tersebut.
4.3.6. Positioning
Menurut Solomon, dan Elnora (2003, p235), Positioning adalah
mengembangkan strategi pemasaran yang bertujuan untuk mempengaruhi
bagaimana sebuah segmen pasar tertentu memandang sebuah barang atau
jasa dibandingkan dengan kompetisi. Positioning yang dilakukan oleh PT
Sinde Budi Sentosa sendiri adalah larutan penyegar cap badak ini diproses
dengan menggunakan teknologi canggih dari Jerman untuk menghasilkan
produk yang memiliki banyak khasiat tanpa warna keruh, bau menyengat
dan rasa pahit, serta masih menggunakan formula yang sama sejak tahun
1981. Jadi pihak perusahaan mencoba menanamkan bahwa larutan
penyegar cap badak ini unggul secara kualitas dibanding kompetitor
mereka. Selain mengutamakan kualitas, Larutan penyegar cap badak juga
memposisikan dirinya sebagai produk yang dipilih karena berjiwa sosial
tinggi karena PT Sinde Budi sentosa sudah bekerja sama dengan wwf-
indonesia sebagai badan perlindungan keanekaragaman alam dan hayati di
Indonesia serta kemasannya mencantumkan gambar badak yang diartikan
sebagai bentuk kepedulian terhadap hewan yang hampir punah. Hal ini
membuat produk ini cenderung lebih unggul dibandingkan merek sejenis
pada unsur rasa, kandungan, manfaat, dan kontribusinya terhadap
pelestarian badak sehingga konsumen merespon secara positif dan tergiur
mengkonsumsi produk. Konsumen beranggapan bahwa dengan
mengkonsumsi produk Lasegar dapat menyembuhkan panas dalam dan
dengan mengkonsumsi produk tersebut sama saja melestarikan badak.
Dari data top brand index tersebut, cukup berbandig terbalik dengan
wawancara yang penulis lakukan dengan 2 pedagang larutan penyegar cap
badak maupun cap kaki tiga yang berada di tambun selatan, berikut adalah
petikan wawancaranya
Dari dua wawancara itu menghasilkan bahwa mereka lebih percaya dan
mengkonsumsi larutan penyegar cap badak karena mereka mempercayai
larutan yang ada gambar badak nya karena sejak dahulu larutan penyegar
selalu bergambar badak dan juga ditambah dengan melalui tagline dari
iklan di televisi maupun media cetak yaitu “yang ada badaknya” yang
dikatakan oleh brand ambassador PT Sinde Budi Sentosa yaitu Deddy
Mizwar dan Desy Ratnasari. Terlepas dari itu, wawancara terakhir yang
penulis lakukan dengan masyarakat menghasilkan bahwa dia lebih percaya
dan mengkonsumsi larutan penyegar cap kaki tiga.
Dari hasil wawancara akhir ini, bahwa dia lebih mempercayai larutan
cap kaki tiga karena beliau merasa sejak dulu selalu mengkonsumsi larutan
penyegar cap kaki tiga buatan PT Sinde Budi Sentosa, beliau tidak
mengetahui bahwa nyatanya PT Sinde Budi Sentosa tidak lagi
memproduksi larutan penyegar cap kaki tiga, hanya memproduksi Larutan
penyegar cap badak saja.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan PT
Sinde Budi Sentosa membangun brand kembali yaitu Cap Badak adalah yang
pertama terjadinya masalah penggunaan merek Cap Kaki Tiga dengan Wen Ken
Drugs selaku pemegang Merek tersebut. Yang kedua adalah setelah Cap Kaki
Tiga lepas dari PT Sinde Budi Sentosa maka Wen Ken Drugs menawarkan merek
tersebut ke PT Kinocare untuk menjadi kompetitor baru dalam dunia minuman
larutan penyegar.
5.2 Saran
Dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka
saran dan yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut:
5.2.1 Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukan
bahwa strategi perusahaan dalam mebangun brand baru ini
dapati ditingkatkan kembali, Mengingat sudah semakin
banyaknya kompetitor-kompetitor baru maka PT Sinde Budi
Sentosa harus lebih gencar dalam mengedukasi masyarakat
tentang brand Cap Badak. Dalam mengedukasi masyarakat
pihak perusahaan dapat menggunakan social media dalam
memperkenalkan dan mempromosikan brand cap badak ini
baik itu dari Youtube, Instagram, maupun twitter karena dari
yang penulis perhatikan di sosial media pihak perusahaan
masih kurang gencar dalam melakukan hal tersebut dan
hanya aktif di website resmi PT Sinde Budi Sentosa saja. PT
Sinde Budi Sentosa juga dapat melakukan kegiatan-kegiatan
yang secara langsung dapat berinteraksi dengan masyarakat
seperti seminar dan kegiatan lainnya.
5.2.2 Untuk penelitian yang akan datang diharapkan dapat
menambah variasi penelitian dengan mengembangkan
penelitian terhadap strategi
membangun brand perusahaan. Penelitian selanjutnya dapat
menambah faktor lain seperti brand ekuitas dan pengaruh
dari strategi komunikasi pemasaran dalam membangun
brand baru di media sosial, selain itu penelitian selanjutnya
dapat meneliti perusahaan lain yang melakukan
pembangunan brand baru tetapi dengan faktor yang lebih
menarik seperti terjadinya permasalahan yang memicu
pembangunan brand ulang.