Anda di halaman 1dari 10

PENCEGAHAN POLUSI

1. PROTOCOL OF 1973 RELATING MARPOL (1973/1978)


Konvensi Internasional untuk Pencegahan Polusi dari Kapal atau dikenal juga sebagai
MARPOL 73/78 (akronim dari maritime pollution, angka 73 sebagai tahun penandatanganan
konvensi tersebut, dan angka 78 sebagai tahun konvensi tersebut diamendemen dengan
Protokol tahun 1978) merupakan konvensi internasional tentang pencegahan polusi di laut
dari kapal akibat dari aktivitas operasional di kapal ataupun kecelakaan kapal. Konvensi ini,
yang berfokus pada penetapan regulasi untuk pencegahan pencemaran lingkungan laut dari
berbagai polutan tertentu yang berhubungan dengan kapal, digelar oleh Organisasi Maritim
Internasional.
2. ANNEX I – VI MARPOL
LAMPIRAN JUDUL TANGGAL TUJUAN
PEMBERLAKUA
N
ANNEX I Regulasi untuk Mewajibkan kapal tanker baru untuk
pencegahan polusi memiliki double hull (lambung ganda)
2 Oktober 1983
akibat minyak dan
air berminyak
ANNEX II Regulasi untuk Larangan pembuangan berbagai jenis
pengendalian polusi zat berbahaya kurang dari 12 mill dari
akibat zat cair 2 Oktober 1983 daratan terdekat
berbahaya dalam
bentuk curah
ANNEX III Regulasi untuk Berisi persyaratan untuk penerbitan
pencegahan polusi standar tentang pengepakan,
akibat zat penandaan, dokumen, penyimpanan
berbahaya yang 1 Juli 1992 zat berbahaya pada hal ini tercantum
dibawa melalui laut dalam IMO 6
dalam bentuk
kemasan
ANNEX IV Regulasi untuk Berisi persyaratan untuk
pencegahan polusi mengendalikan pencemaran laut oleh
27 September 2003
akibat pembuangan limbah (12 mill laut dari daratan
limbah dari kapal terdekat)
ANNEX V Regulasi untuk Berkaitan tentang berbagai jenis
pencegahan polusi sampah & menentukan jarak dari
31 Desember 1988
akibat sampah dari daratan & cara pembuangan
kapal
ANNEX VI Regulasi untuk Menetapkan emisi sulfur oksida &
pencegahan polusi 19 Mei 2005 nitrogen oksidan dari cerobong kapal
udara dari kapal

3. LONDON DUMPING CONVENT


Konvensi tentang Pencegahan Polusi Laut melalui Pembuangan Limbah dan Materi-Materi
Lainnya 1972, yang lebih umum disebut "Konvensi London" atau "LC '72", adalah sebuah
perjanjian yang mengkontrol polusi laut dengan pembuangan limbah dan mendorong
perjanjian-perjanjian regional yang selaras dengan Konvensi tersebut. Konvensi tersebut
menyoroti pembuangan limbah atau materi lainnya ke laut dari kapal, pesawat, dan platform
4. INTERNATIONAL CONVENTION RELATING TO INTERVENTION ON THE HIGH
SEAS IN CASES OF OIL POLLUTION
adalah konvensi maritim internasional yang menegaskan hak suatu Negara pantai untuk
"mengambil tindakan di laut lepas yang mungkin diperlukan untuk mencegah, mengurangi
atau menghilangkan bahaya besar yang mengancam garis pantai mereka atau kepentingan
terkait dari pencemaran atau ancaman pencemaran laut oleh minyak , menyusul korban laut
atau tindakan yang terkait dengan korban tersebut
Konvensi berlaku untuk semua kapal laut kecuali kapal perang atau kapal lain yang dimiliki
atau dioperasikan oleh suatu Negara dan digunakan pada layanan non-komersial Pemerintah.
Dalam melaksanakan hak untuk mengambil tindakan-tindakan "yang diperlukan untuk
mencegah, mengurangi atau menghilangkan bahaya yang serius dan mengancam bagi garis
pantai mereka atau kepentingan terkait" dari pencemaran minyak
5. CLC 1969 (CIVIL LIABILITY CERTIFICATE)
The Konvensi Internasional tentang Kewajiban Sipil untuk Kerusakan Polusi Minyak, 1969 ,
baru pada tahun 1992 dan sering disebut sebagai Konvensi CLC , adalah perjanjian maritim
internasional admistered oleh Organisasi Maritim Internasional yang diadopsi untuk
memastikan bahwa kompensasi yang memadai akan tersedia di mana pencemaran minyak
Kerusakan disebabkan oleh korban laut yang melibatkan kapal tanker minyak (yaitu kapal
yang membawa minyak sebagai kargo).
6. REGULATION 26 ANNEX I MARPOL 73/78 PREVENTION POLLUTION EQUIPMENT
Regulation 26 - Limitations of size and arrangement of cargo tanks
(Batasan ukuran dan pengaturan tangki kargo)
Kecuali sebagaimana ditentukan dalam paragraf 7 di bawah ini:
- setiap kapal tanker minyak seberat 150 tonase kotor ke atas yang dikirim setelah 31
Desember 1979, sebagaimana ditentukan dalam regulasi 1.28.2 , dan
- setiap kapal tanker minyak seberat 150 tonase kotor atau lebih yang dikirim pada atau
sebelum 31 Desember 1979, sebagaimana ditentukan dalam regulasi 1.28.1
7. PRINSIP KERJA DARI PEMISAHAN MINYAK DENGAN AIR SECARA GRAVITY
Pemisah minyak dan air yang menggunakan gravity settling salah satunya adalah CPI
(Corrogurated plate interceptor), pada sistem ini, tangki dilengkapi dengan internal part
berupa interceptor plate, saat oily water (campuran air dan minyak) masuk melalui bagian
bawah tangki secara pelan akan dipaksa melalui plate interceptor, pada plate ini sedikit demi
sedikit, minyak dan air akan memisah akibat perbedaan masa jenis, gravitasi dan tegangan
permukaan.
HUKUM MARITIM
1. INTRODUCTION TO MARITIME LAW (HUKUM MARITIM)
Badan hukum yang mengatur perdagangan dan navigasi laut, pengangkutan orang dan
properti di laut, dan urusan kelautan secara umum; aturan yang mengatur kontrak,
wanprestasi, dan klaim kompensasi pekerja atau terkait dengan perdagangan di atas atau
di atas air. - Juga disebut admiralty , admiralty law , sea law .
2. UNCLOS 1982 (UNITED NATION CONVENTION ON LAW OF THE SEA)
Perjanjian Internasional yang dihasilkan dari konferensi PBB tentang hukum laut.
Konvensi ini mendefinisikan hak dan tanggung jawab negara dalam penggunaan lautan di
dunia serta menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya
alam laut. 158 negara tergabung dalam konvensi ini
3. SOLAS (SAFETY OF LIFE AT SEA)
Konferensi SOLAS di tahun 1974 diadakan di markas IMO di London sejak 21 Oktober
hingga 1 November, dan dihadiri oleh 71 negara. Menghasilkan konvensi SOLAS 1974
yang formatnya berlaku hingga saat ini.
Selain berisi tentang persyaratan keselamatan, SOLAS 1974 juga menetapkan prosedur
penerimaan terhadap sebuah perubahan (amandemen) atau disebut the tacit acceptance.
Prosedur ini dirancang untuk memberi kepastian bahwa perubahan terhadap konvensi
dapat dilakukan dan diterima dalam jangka waktu yang ditentukan.
Format SOLAS 1974 mengatur standar keselamatan pelayaran pada tiga aspek:
konstruksi kapal, peralatan, dan operasional, yang tersebar dalam 14 bab (chapter), plus
code yang menjadi derivasinya. Isi dari SOLAS 1974 cetakan tahun 2014 (Consolidated
Edition 2014), adalah sebagai berikut:

LAMPIRAN ISI
Bab I Ketentuan Umum, berisi tentang peraturan-
peraturan survei berbagai jenis kapal, dan
ketentuan pemeriksaan kapal oleh negara
lain.
Bab II-1 Konstruksi, berisi persyaratan konstruksi
kapal, sekat-sekat kedap air, stabilitas
kapal, permesinan kapal dan kelistrikan.
Bab II-2 Perlindungan dari kebakaran, deteksi
kebakaran dan pemadam kebakaran. Berisi
tentang ketentuan tentang sekat kedap api,
sistim deteksi kebakaran, dan peralatan,
jenis dan jumlah pemadam kebakaran
diberbagai jenis kapal. Detail bab ini dapat
dilihat di FP Code.
Bab III Alat-alat keselamatan dan penempatannya.
Dari Bab ini kemudian diberlakukan LSA
Code.
Bab IV Komunikasi Radio (Radio
Communications), berisi ketentuan
pembagian wilayah laut, jenis dan jumlah
alat komunikasi yang harus ada di kapal
serta peroperasiannya. Derivasi dari bab ini
adalah GMDSS.
Bab V Keselamatan Navigasi (Safety of
Navigation), berisi ketentuan tentang
peralatan navigasi yang harus ada di kapal,
termasuk Radar, AIS, VDR dan mesin serta
kemudi kapal.
Bab VI Pengangkutan muatan (Carriage of
Cargoes), berisi ketentuan tentang
bagaimana menyiapkan dan penanganan
ruang muat dan muatan, pengaturan muatan
termasuk lashing. Derivasinya adalah IG
(International Grain) Code.

Bab VII Pengangkutan muatan berbahaya (Carriage


of dangerous goods), berisi ketentuan
tentang bagaimana menyiapkan dan
menangani muatan berbahaya yang dimuat
di kapal. Turunan dari bab ini kita kenal
dengan nama IMDG Code.
Bab VIII Kapal nuklir (Nuclear ships), berisi
ketentuan yang harus dipenuhi oleh kapal
yang menggunakan tenaga nuklir, termasuk
bahaya-bahaya radiasi yang ditimbulkan.
Bab IX Manajemen keselamatan dalam
mengoperasikan kapal (Management for the
Safe Operation of Ships), berisi ketentuan
tentang manajemen pengoperasian kapal
untuk menjamin keselamatan pelayaran.
Bab ini hadir karena peralatan canggih tidak
menjamin keselamatan tanpa manajemen
pengoperasian yang benar. Dari Bab inilah
lahir ISM Code.
Bab X Keselamatan untuk kapal berkecepatan
tinggi (Safety measures for high-speed
craft), berisi ketentuan pengoperasian kapal
yang berkecepatan tinggi. Dari sini
kemudian diberlakukan HSC Code.
Bab XI-1 Langkah khusus untuk meningkatkan
keselamatan maritim (Special measures to
enhance maritime safety), berisi ketentuan
tentang RO (Recognized Organization),
yaitu badan yang ditunjuk pemerintah
sebagai pelaksana survey kapal atas nama
pemerintah, nomor identitas kapal dan Port
State Control (Pemeriksaan kapal
berbendera asing oleh suatu negara).
Bab XI-2 Langkah khusus untuk meningkatkan
keamanan maritim (Special measures to
enhance maritime security), berisi ketentuan
bagaimana meningkatkan keamanan
maritim, oleh kapal, syahbandar dan
pengelola pelabuhan. Dari Bab ini
kemudian diberlakukan ISPS Code.
Bab XII Langkah keselamatan tambahan untuk
kapal pengangkut muatan curah (Additional
safety measures for bulk carriers), berisi
ketentuan tambahan tentang konstruksi
untuk kapal pengangkut curah yang
memiliki panjang lebih dari 150 meter.
Bab XIII Verifikasi kesesuaian (Verification of
compliance), berisi ketentuan tentang
implementasi SOLAS 1974 di negara-
negara yang telah meratifikasi. Penambahan
Bab ini untuk mendukung pemberlakuan
Triple I Code (IMO Instrument
Implementation Code).
Bab XIV Langkah keselamatan untuk kapal yang
beroperasi di perairan kutub (Safety
measures for ships operating in polar
waters), berisi ketentuan yang harus
dipenuhi oleh kapal yang berlayar di
wilayah kutub dan sekitarnya. Derivasi bab
ini adalah Polar Code.
4. STCW 1995 (Standards Of Training Certification & Watchkeeping)
Mengatur standar pendidikan dan pelatihan sertifikasi awak kapal,dan tugas jaga.
 Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Dinas-jaga untuk
Personil Kapal Perikanan, 1995 (STCW-F 1995) mulai berlaku pada tanggal 29
September 2012.
Konvensi STCW-F menetapkan persyaratan minimum pelatihan dan sertifikasi untuk
awak kapal penangkap ikan yang berlayar di laut lepas dengan panjang 24 meter atau
lebih. Konvensi ini terdiri dari 15 pasal (Article) dan lampiran yang berisi peraturan-
peraturan teknis.
5. BIRO KLASIFIKASI
adalah sebuah Badan Hukum dalam bidang jasa yang berusaha dalam pengelasan ( class )
kapal – kapal yang sedang dibangun, sudah dibangun atau yang sedang beroperasi dalam
hal yang berkaitan dengan konstruksi badan kapal, mesin kapal, termasuk pesawat bantu (
auxileary engine )
6. PERSYARATAN GENERAL AVERAGE (SUATU KERUGIAN DIKATAKAN
SEBAGAI KERUGIAN UMUM)
- Harus ada bahaya
- Bahaya tersebut mengancam keselamatan semua pihak
- Harus ada pengorbanan yang sengaja dilakukan
- Pengorbanan tersebut dilakukan untuk kepentingan seluruh pihak
- Pengorbanan yang dilakukan harus wajar dan dapat dipertanggung-jawabkan.
- Usaha penyelamatan yang dilakukan dengan adanya pengorbanan atau pengeluaran
biaya tersebut haruslah berhasil.
- Kerugian yang terjadi haruslah sebagai akibat langsung dari tindakan General
Average.
LIFE SAVING APPLIANCE (LSA)
1. PEMAHAMAN TENTANG ALAT
adalah benda yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan kita sehari-hari atau jika diatas
kapal alat dapat menyelamatkan hidup kita.
2. JENIS ALAT ALAT KESELAMATAN YANG ADA DIATAS KAPAL
Sekoci penyelamat (life boat)
Pelampung Penolong Bentuk Cincin (Ring Life Buoys)
Jaket Penolong (Life Jackets)
Rakit Penolong Tiup (Inflatable Liferaft)
Pelempar Tali Penolong (Line Throwing Apparatus)
Survival suit dan Immersion suit
Media pelindung panas (Thermal Protective Aid)
Isyarat Asap (Pyrotechnis)
3. PEMAHAMAN CARA MENGGUNAKAN ALAT-ALAT KESELAMATAN
 PROSEDUR PENURUNAN SEKOCI
o Painternya masih terikat dengan benar di sekoci dari railing kapal, dan tidak
kencang atau tegang tertambat di railing agar penurunan sekoci nantinya tidak
tertahan
o Lepaskan pengunci Hand Brake pada Boat Winch dengan cara mencabut
Toggle Pinnya
o Semua awak kapal naik dan masuk ke dalam sekoci kecuali orang yang
memiliki tugas untuk menurunkan sekoci
o Berdiri dengan benar pada Stage untuk melepaskan Cradle Stopper Handle dari
penahannya dengan cara mencabut Toggle Pin
o Lepaskan Trigger Line dan Lashing Line dari Release Hook terhadap badan
sekoci agar tidak tersangkut
o Orang yang bertugas menurunkan sekoci selanjutnya naik dan masuk ke dalam
sekoci, kemudian menutup semua pintu sekoci
o Tarik tali Remote Control Wire dari dalam sekoci untuk memutar keluar dan
menurunkan sekoci. Dalam penarikan tali Remote Control Wire harus dilakukan
dengan hati-hati dengan menariknya secara perlahan karena hal ini akan
menyebabkan terjadi oleng pada sekoci. Akibatnya dapat membahayakan orang
yang berada dalam sekoci tersebut
o Ketika sekoci hampir mencapai permukaan laut, orang yang bertugas menarik
tali Remote Control Wire harus mengurangi kecepatan penurunan dengan cara
sedikit mengendurkan tarikan terhadap tali Remote Control Wire hingga sekoci
bersentuhan langsung dengan permukaan laut secara perlahan
o Setelah sekoci sudah berada di atas permukaan laut segera lepaskan tali
Remote Control Wire dari dalam sekoci
o Lepaskan sekoci dari kedua Boat Hooknya dan lepaskan juga sekoci dari
Painternya
 CARA PENGGUNAAN SART
o Lepaskan SART dari bracket (tempat SART terpasang).
o Untuk menghidupkan (switch-on) tekan tombol hitam dan ini berarti SART
akan berada pada posisi stanby mode.
o Ketika SART berhasil diinterogasi oleh RADAR, maka lampu SART akan
hidup dan bersuara (beep).
4. PEMAHAMAN TENTANG CARA PERAWATAN ALAT ALAT KESELAMATAN
Perawatan SEKOCI :
- Dewi-dewi yang digunakan perlu diinspeksi secara periodik dengan perhatian khusus
pda area yang sering bergesekan
- Pengecekan secara periodik terhadap peralatan SEKOCI
- Penurunan SEKOCI untuk memungkinkan pemeriksaan menyeluruh
Perawatan LIFE RAFT
- Pengecekan secara periodik terhadap life raft
- Pengecekan peralatan life raft seperti HRU dan tali rilis life raft
Perawatan LIFE JACKET
- Pengecekan secara periodik terhadap peralatan life jacket seperti lampu yang ada
pada life jacket dan tersedianya peluit
Perawatan SART
- Pengecekan periodik terhadap baterai SART
- Pengetesan SART secara periodik
Perawatan EPIRB
- Pengecekan periodik terhadap baterai dan HRU yang ada pada EPIRB
- Pengetesan EPIRB secara periodik
MEDICAL AIDS
1. PEMAHAMAN P3K
P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah upaya pertolongan dan perawatan
sementara yang harus dilakukan dengan segera yang diberikan oleh orang yang bukan ahlinya
terhadap korban kecelakaan atau menderita suatu penyakit secara mendadak sebelum
mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari seorang ahli (dokter, petugas kesehatan di
Puskesmas/Rumah Sakit atau paramedik).
2. KOTAK P3K
Adalah sarana yang harus diletakan ditempat dimana tempat tersebut terdapat resiko
kecelakaan dan harus mendapatkan pertolongan pertama secepatnya.
Isi dari kotak P3K seperti :
- Perban
- Kain kasa gulung dan steril
- Peniti
- Sarung tangan lateks
- Pinset
- Gunting
- Larutan povidone-iodine untuk disinfektan luka
- Tisu pembersih bebas alkohol.
- Cairan untuk membersihkan benda asing pada luka, seperti larutan garam atau air steril.
- Krim atau salep antiseptik.
- Salep luka bakar.
- Plester luka.
- Obat pereda gatal akibat gigitan serangga atau alergi.
- Obat antinyeri, seperti paracetamol. Obat ini juga bisa digunakan sebagai pereda demam.
- Obat flu dan batuk.
- Obat tetes mata.
- Obat darurat jika anggota keluarga ada yang menderita penyakit tertentu, misalnya inhaler
untuk penderita.
- Termometer.
3. PERTOLONGAN PADA KORBAN
- Memberi ruang terbuka untuk korban itu penting. Mintalah orang lain tidak mengerumuni
korban agar ia mendapatkan oksigen yang cukup untuk bernafas.
- Jika ada cedera dalam seperti luka patah tulang, jangan memindahkan posisinya, karena
itu berpotensi memperparah cedera.
- Korban berpotensi mengalami shock pascakecelakaan yang biasanya ditunjukkan dengan
wajah yang memucat. Untuk menanganinya, berilah korban kenyamanan agar tubuhnya
kembali hangat. Lalu, longgarkan ikat pinggang dan kancing kerah baju agar peredaran
darah kembali lancar.
- Berlututlah di samping korban untuk memeriksa jika ada pendarahan, lalu tekan dan tutup
bagian luka agar korban tidak kehabisan darah. Apabila darah masih mengalir, ikat bagian
atas luka dekat jantung dengan sehelai kain
APLICATION TEAM WORK SKILL
1. PELAKSANAAN DRILL
Pelanaan drill dilakukan secara periodik karena untuk menjamin semua awak kapal dapat
melakukan tugasnya pada saat terjadi keadaan darurat dan mengurangi kematian pada saat
keadaan darutat.
Salah satu contoh pengaplikasian pelaksanaan boat dril saat saya sebagai cadet adalah
membawa SART
Macam macam drill diatas kapal :
- boat drill peran sekoci
- fire drill peran kebakaran
- emergency steering drill peran kemudi daruat
- man overboard drill peran orang jatuh ke laut
- oil spill drill peran penanggulan tumpahan minyak
- engine failure drill peran kerusakan mesin
2. PELAKSANAAN TUGAS JAGA
Jaga adalah bertugas menjaga keselamatan dan keamanan lingkungan sekitar. Dari definisi di
atas pengertian dinas jaga adalah suatu pekerjaan jaga yang dilakukan di kapal atau di
pelabuhan untuk menciptakan situasi dan kondisi agar aman dan terkendali.
Salah satu contoh pengaplikasian tugas jaga adalah ketika saya cadet saya iku serta tugas jaga
di anjungan bersama perwira dek pada saat kapal berlayar.
3. PELAKSANAAN KERJA HARIAN
Adalah sebuah pekerjaan yang menjadi tanggung jawab setiap abk seperti perawatan kapal
(main dek,lambung kapal,dll) merupakan tanggung jawab C/O dan dikerjakan oleh Bosun
serta bawahanya, perawatan alat navigasi kapal (tanggung jawab 2/O), perawatan LSA
(perwira yang bertanggung jawab di kapal saya 3/O)
Salah satu contoh pengaplikasian kerja harian ketika saya cadet adalah mengikuti bosun, serta
membantu pekerjaan 3/O
ENGLISH MARITIM
1. EXPLAIN ABOUT ANNEX I
Annex I : Prevention of pollution by oil is a necessity for all ships at sea. The main
objective of MARPOL Annex I is to protect the marine environment. All ships must
follow this rule.
Should have - Oil filtering equipment
- 15 ppm alarm arrangements
For tanker - OWS/ODM
- Crude Oil washing system
- Cargo & ballast pumping piping
2. HOW TO MAINTANCE LSA
As an example i take treatment about the fire extinguisher
a. Check the presence or absence of leaks, either from the bottle or hose.
b. Check the operating mechanism periodically, which is usually done every 3 months.
c. Check the hose holes, and make sure there are no blockages.
d. Ensure that all extinguishers are ready for use. This task is carried out by the ship's
officers, who can immediately report to the captain if there is a problem.
e. Make sure the markings on the extinguisher are in good condition.
f. When refilling the extinguisher, follow the manufacturer's instructions.
g. Especially for dry chemical powder (DCP), make sure to shake it often so it doesn't
harden.
h. Once every 10 years, perform a hydraulic test on the extinguisher bottle
3. EXPLAIN ABOUT USE LIFE BOAT
- The painter was still securely attached to the lifeboat of the railing of the
ship, and not tight or strained to the railing to prevent the lowering of the
lifeboat later
- Release the Hand Brake lock on the Boat Winch by pulling out the Toggle
Pin
- All the crew boarded and got into the lifeboats except for the person who had
the task of lowering the lifeboat
- Stand properly on the Stage to release the Cradle Stopper Handle from its
supports by pulling out the Toggle Pin
- Remove the Trigger Line and Lashing Line from the Release Hook against
the body of the lifeboat to prevent it from snagging
- The person in charge of lowering the lifeboat then got on and got into the
lifeboat, then closed all the doors of the lifeboat
- Pull the Remote Control Wire rope from inside the lifeboat to twist out and
lower the lifeboat. When pulling the Remote Control Wire rope care must be
taken by pulling gently as this will cause the boat to tilt. As a result, it could
endanger the people in the lifeboat
- When the lifeboat almost reaches sea level, the person in charge of pulling
the Remote Control Wire rope must reduce the descent speed by slightly
loosening the pull on the Remote Control Wire rope until the lifeboat is in
direct contact with the sea level slowly.
- After the lifeboat is above sea level, immediately remove the Remote Control
Wire rope from the lifeboat
- Remove the lifeboats from the two boat hooks and also remove the lifeboats
from the painter

Anda mungkin juga menyukai