Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat rahmat dan hidayah
nya kami telah meyelesaikan makah ini dan Alhamdulillah,segala puji bagi ALLAH yang telah
menolong kami menyelesaikan kegiatan ni dengan penuh kemudahan. Tanpa ada
pertolonganNya mugkin tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shlawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi Muhammad SAW.

Karya makalah ini disusun aga pembaca dapat memperluas tentang manusia senantiasa
berbuat salah dan khiaf. dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas keada pembaca dan
semoga bermanfaat

1
Daftar isi

Kata Pengantar..........................................................................................................................................1
Daftar isi.....................................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1 latar belakang.....................................................................................................................................3
1.2 Persumusan masalah..........................................................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................4
Manusia berbuat salah.............................................................................................................................4
Manusia senantiasa khilaf........................................................................................................................9
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................14
Kesimpulan............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................15

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Semua orang pernah salah. Tidak ada orang yang tidak pernah berbuat salah. Selagi
masih disebut manusia, disengaja atau tidak, kecil atau pun besar pastilah pernah melakukan
kesalahan. Semua diantara kita tentu mempunyai kesalahan.Karena setiap manusia tentu pernah
berbuat suatu kekhilafan ataupun dosa,sekecil apapun itu.Tidak ada seorang manusiapun yang
terbebas dan luput dari dosa. “Manusia tidak luput dari salah, tidak ada manusia yang
sempurna”, atau “manusia tempat salah dan khilaf”,

Itulah kiranya dua ungkapan atau istilah yang sering terucap dalam menggambarkan betapa
sosok manusia adalah sosok yang lemah, punya kecenderungan yang besar untuk berbuat salah
dan khilaf.

1.2 Persumusan masalah


Mengapa manusia senantiasa berbuat salah dan khilaf?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui mengapa manusisa senantiasa berbuat salah dan khilaf dan cara
menghindarinya

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Mengapa manusia senantiasa berbuat salah dan khilaf?

Manusia berbuat salah


Allah,disamping menciptakan manusia dengan kesempurnaannya,juga menciptakan
kelemahannya Dengan kelemahan kelemahan yang dimiliki manusia itu,tentu sangat berpotensi
melakukan kesalahan kesalahan.Orang yang baik kata Rasul,bukan orang yang tidak pernah
berbuat kesalahan,tapi orang yang baik itu adalah orang yang menyadari kesalahannya,lalu
menyesali, lantas memohon ampun dan bertaubat kepada Allah seraya berjanji tidak akan
mengulanginya lagi.

Manusia adalah tempatnya salah dan lupa (‫ )االنسان محل الخطاء‬Maka pantas predikat itu
selalu melekat pada diri manusia.Seorang ahli etimologi bahasa mengatakan bahwa terbentuknya
kata manusia dalam bahasa indonesia,erat hubungannya dengan "qaidah lughatil Arobiyyah",(‫)ما‬
berarti :sesuatu,hal,perkara,apa - apa.Sedangkan (‫يان‬--‫ )نس‬berarti lupa.Ketika manusia berbuat
salah maka sesungguhnya ia telah berjalan kearah yang salah manjauhi jalan yang telah
ditentukan.Nah untuk bisa berjalan lagi di jalur yang benar maka ia harus
"kembali",itulah taubat.Kalau kita mau pergi ke Jakarta tapi berjalan ke arah Surabaya,maka satu
satunya jalan yaitu kita berbalik arah kembali "Setiap Bani Adam itu bersalah,dan sebaik-
baik orang yg bersalah yaitu bertaubat.

Allah sangat mencintai orang-orang yang kembali/bertaubat ini.Ketika seseorang diberi


umur yang panjang oleh Allah,hakikatnya Allah sayang kepada orang itu.Karena Dia memberi
kesempatan ia jika ia berbuat dosa untuk bertaubat.Maka nggak usah heran,kalau ada orang yang
kita anggap banyak dosa dan maksiat yang ia lakukan,tapi umurnya justru panjang.Itulah bentuk
kasih sayang Allah

‫وهللا يحب التوابين ويحبب المتطهرين‬


“Dan Allah mencintai orang orang yang bertaubat,dan orang-orang yang mensucikan dirinya”

Suatu dosa dan kemaksiatan apabila dilakukan berulang-ulang akan mengikis habis
keimanan.Sebagaimana sabda Nabi bahwa keimanan akan terlepas ketika seseorang berbuat dosa

4
atau kemungkaran.Sebagai contoh,seseorang yang membunuh untuk pertama kalinya,akan
merasa tidak nyaman,tak tentram hidupnya dan senantiasa dihantui oleh rasa bersalah serta
ketakutan yang luar biasa ketika ia melakukan pembunuhan pertama kali.Lalu ketika dia
membunuh untuk kali yang kedua,maka lambat laun rasa itu akan sedikit demi sedikit
menghilang.Dan manakala ia melakukan pembunuhan yang ketiga,empat dan seterusnya,maka ia
akan ia akan merasa terbiasa dan seakan "enjoy" dalam melakukannya.Itulah dosa,yang apabila
kita terus lakukan tanpa upaya kita untuk pertaubatan,maka kita tidak pernah merasa bahwa itu
adalah suatu kesalahan,tanpa penyesalan sedikitpun.

Beruntunglah orang yang selalu menjaga kesucian dirinya dengan senantiasa memperbaharui
keimanannya dengan beristighfar dan bertaubat dari dosa dan kesalahannya.Rasul bersabda :

‫والنظر الى‬--‫درى اقبلت ام رد ت‬--‫ية والي‬--‫نسيان الذنوب الماضية وهي عندهللا المحفوظة وذكرالحسناةالماض‬: ‫علمة سقاوة اربعة‬
‫من فوقه فى الد نيا والى من دونه فى الدين‬

“Ciri-ciri kecelakaan(kerugian )itu ada empat : Melupakan dosa-dosa yang telah lalu,padahal
ia masih tersimpan disisi Allah(belum pernah ditaubati),Menyebut-nyebut kebaikan yang telah
dilakukan,padahal ia tidak tahu apakah (amalan)kebaikannya itu diterima atau ditolak,Melihat
kepada yang lebih unggul(tinggi/sukses)dalam hal dunia,dan melihat kepada orang yang lebih
rendah dalam urusan Agamanya(akhiratnya)". (Al Hadits)

Pelajaran dari hadits

Saya dan anda pasti pernah dan bahkan sering berbuat dosa dan berbuat salah, kurang dalam
ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya dan anda adalah bagian dari manusia dan
bagian dari anak cucu Adam, dan tentu kita pun masuk ke dalam hadits tersebut yaitu banyak
berbuat salah. Kita tidaklah hidup dalam kondisi yang terjaga dan bersih dari dosa, hal itu
sebagaimana dinyatakan dalam hadits shahih:

( ‫ص>>حيح ) لو لم تذنبوا لذهب هللا بكم ولجاء بقوم يذنبون فيس>>تغفرون فيغف>>ر هللا لهم‬
] 4936 [ ‫مسلم‬.

5
“Seandainya kalian tidak berbuat dosa, niscaya Allah benar-benar akan menghilangkan kamu,
dan pasti akan mendatangkan suatu kaum yang mereka akan berbuat dosa, lalu mereka akan
memohon ampun kepada Allah, lalu Dia akan mengampuni mereka”.(Shahih Muslim)

Maka wahai saudara sekalian apa solusinya? Bagaimana jalan keluarnya? Wahai saudara
sekalian apa obat dari kelemahan kita, dan kelalaian kita?

Sesungguhnya solusi dan obatnya ada dalam beberapa hal, di antaranya:

1. Tidak berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bergembiralah
denganmaghfirah(ampunan Allah). Dia berfirman:

(( ‫ُقْل َيا ِع َباِدَي اَّلِذ يَن َأْس َر ُفوا َع َلى َأْنُفِس ِهْم ال َتْقَنُطوا ِم ْن َر ْح َم ِة ِهَّللا ِإَّن َهَّللا َيْغ ِفُر ال>>ُّذ ُنوَب‬
‫[)) َج ِم يًعا‬53:‫]الزمر‬.
“Katakanlah (Ya Muhammad):”Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(QS. Az-Zumar: 53)

2. Tengadahkan tanganmu kepada Dzat Yang Maha Pengampun, dan ketahuilah bahwa Dia
mengampuni seluruh dosa. Dia berfirman:

(( ‫[)) ِإَّن َر َّبَك َو اِس ُع اْلَم ْغ ِفَر ِة‬32:‫]النجم‬.


“Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunan-Nya.”(QS. An-Najm: 32)

3. Jauhilah segala sebab yang menjerumuskanmu ke dalam dosa, supaya tidak terulang olehmu
dosa yang sama.

4. Bersedihlah akan dosamu, dan menangislah terhadap kesalahan-kesalahanmu, semoga


AllahSubhanahu wa Ta’ala melihat air matamu yang jujur, sehingga dia merahmatimu dengan
rahmat-Nya yang luas.

6
5. Jadikan dosamu di hadapanmu, dan jadikan amalan-amalan kebaikanmu di belakang
punggungmu (maksudnya ingat-ingat selalu dosamu dan lupakan amal kebaikanmu), supaya
engkau tetap bersemangat untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, dan bersegera dalam
kebajikan.

6. Janganlah menyepelekan kemaksiatan sekalipun itu adalah ash-shaghaa’ir (dosa kecil), karena
bisa saja hal itu menjadi al-kabaa’ir (dosa besar) di sisi Allah. Dia berfirman:

(( ‫[)) َو َتْح َس ُبوَنُه َهِّيًنا َو ُهَو ِع ْنَد ِهَّللا َع ِظ يٌم‬15:‫]النور‬.


“Dan mereka menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal ia di sisi Allah adalah
besar.”(QS. An-Nur: 15)

7. Duduklah seorang diri, introspeksi dirilah dan celalah dirimu (karena dosa-dosamu), semoga
saja engkau bisa mengambil pelajaran dan takut. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai
‘Umar bin al-Khaththabradhiyallahu ‘anhu ketika beliau berkata:

” ‫“ حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا‬.


“Hisablah (introspeksi) diri kalian, sebelum kalian di hisab (di akhirat).”

8. Jadilah orang yang seimbang dalam khauf (rasa takut) dan raja’ (berharap), dan jadikan rasa
takutmu di dalam kehidupan ini lebih besar dari rasa berharapmu sebagaimana perkataan para
Salaf (ulama terdahulu), supaya engkau bersungguh-sungguh dalam berbuat ketaatan dan
meninggalkan dosa-dosa dan keburukan.

9. Waspadalah terhadap perilku ishraar (terus-menerus) dalam berbuat dosa. Karena terus-
menerus dalam berbuat dosa membuatnya menjadi al-kabaa’ir (dosa-dosa besar), sekalipun dosa
itu pada awalnya adalahshaghaa’ir (dosa kecil). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang
hamba-hamba-Nya yang bertakwa:

((‫[)) َو َلْم ُيِص ُّر وا َع َلى َم ا َفَع ُلوا‬135:‫]آل عمران‬


“Dan mereka tidak terus-menerus melakukan perbuatannya (perbuatan kejinya).”(QS. Ali-
Imran: 135)

7
10. Jadikanlah dosamu seperti gunung di atas kepalamu yang engkau takut ia akan menimpamu
dan janganlah kau jadikan dosamu seperti lalat yang hinggap di hidungmu kemudian ia pergi.

11. Bacalah sejarah kehidupan para Salaf rahimahullah (ulama terdahulu), dan bagaimana
kehati-hatian dan kewaspadaan mereka terhadap dosa.

12. Bergembiralah dengan rahmat (kasih sayang) dan maghfirah (ampunan) Allah kepadamu.
Dan wajib bagimu untuk senantiasa beristighfar dan engkau akan mendapatkan taubat dan
pengampunan dari AllahSubhanahu wa Ta’ala:

(( ‫[)) َو ُهَو اَّلِذ ي َيْقَبُل الَّتْو َبَة َع ْن ِعَباِدِه‬25:‫]الشورى‬


“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya.”(QS. Asy-Syuraa: 25)

(( ‫[)) َو ِإِّني َلَغ َّفاٌر ِلَم ْن َتاَب َو آَم َن َو َع ِمَل َص اِلًحا ُثَّم اْهَتَد ى‬82:‫]طه‬.
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh,
kemudian tetap di jalan yang benar.”(QS. Thaha: 82)

Maka Dia Subhanahu wa Ta’ala mengampuni kesalahan (dosa) sekalipun banyak, dan
menerima amalan shalih sekalipun sedikit. Mahasuci Allah, betapa penyayangnya Dia terhadap
hamba-hamba-Nya, betapa lembutnya Dia terhadap orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya
dan betapa dekatnya Dia dengan orang-orang yang berdo’a kepada-Nya.

Hendaklah dosa-dosa itu menjadi sarana untuk memberitahumu tentang hakekat dirimu
yang kurang (dalam menjalankan perintah). Dan hendaklah ia menjadi pelajaran bagimu, bahwa
engkau faqir (membutuhkan) kepada Rabbmu, tidak bisa lepas dari pengawasan, penjagaan dan
bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’alakepadamu.

(( ‫ِهَّللا‬ ‫[)) َيا َأُّيَها الَّناُس َأْنُتُم اْلُفَقَر اُء ِإَلى‬15:‫]فاطر‬


” Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah dan Allah Dialah Yang Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji ” ( QS. Faathir : 15 )

Maka engkau (kita semua) adalah lemah, dan tak berdaya, dan engkau tidak memiliki daya dan
upaya melainkan dengan kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pujian-Nya.

8
‫اللهم ارحم ضعفنا وتب علينا فإنا تائبون ومعترفون بذنوبنا (( َر َّبَنا َظَلْم َن ا َأنُفَس َنا َو ِإْن‬
2:‫َلْم َتْغ ِفْر َلَنا َو َتْر َح ْم َنا َلَنُك وَنَّن ِم َن اْلَخ اِس ِر يَن ))[األعراف‬

Ya Allah rahmatilah orang lemah di antara kami, dan terimalah taubat kami, karena
sesungguhnya kami bertaubat kepada-Mu dan kami mengakui dosa-dosa kami. “Ya Tuhan kami,
kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”(QS. Al-
A’raaf: 23)

Manusia senantiasa khilaf


A. Pengertian Khilaf

Menurut beberapa bahasa khilaf dapat diartikan sebagai berikut :

1. Khilaf Kamus Besar Bahasa Indonesia ; keliru; salah (yg tidak disengaja); kekhilafan ;
kekeliruan; kesalahan yg tidak disengaja: dapat saja terjadi dl pergaulan sehari hari.

2. Khilaf Kamus Seasite : salah; tidak benar; keliru. Definisi Inggris : error, mistake. Contoh :
Maaf, saya telah membuat KEKHILAFAN yang besar : “Sorry, I have made a big MISTAKE”.

3. Khilaf didalam bahasa Ibrani, kata khilaf adalah “sh@gagah” (baca: sheg-aw-gaw’) .Pakar
bahasa Indonesia menterjemahkan kata tersebut sebagai khilaf, tidak disengaja, tidak sengaja,
tidak deketahui dan sesat.

Khilaf perbuatan salah yang tidak disengaja, Bukan perbuatan yang melalui proses
pemikiran apalagi direncanakan sebelumnya dan bukan yang dilakukan berulang-ulang. khilaf
haruslah diikuti dengan rasa penyesalan yang mendalam dan janji tidak akan mengulanginya
lagi. Misalnya : ketika seseorang sedang menjalankan ibadah puasa tidak sengaja makan dan
minum dan lupa kalau dia sedang berpuasa (dia melakukannya tanpa sadar dan tak direncanakan
sebelumnya), ketika dia ingat kalau dirinya sedang berpuasa maka timbullah rasa penyesalan dan
janji tidak mengulanginya lagi. Didalam kasus ini puasa orang tersebut tidak batal, seperti sabda
Rosulullah :

9
َ ‫ َقاَل َر ُسوُل ِهَّللَا صلى هللا عليه وسلم ( َم ْن َنِس َي‬: ‫َو َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة رضي هللا عنه َقاَل‬
‫ َفِإَّنَم ا َأْطَع َم ُه ُهَّللَا َو َس َقاُه ) ُم َّتَفٌق َع َلْيِه‬,‫ َفْلُيِتَّم َص ْو َم ُه‬, ‫ َفَأَك َل َأْو َش ِرَب‬, ‫َو ُهَو َص اِئٌم‬
Artinya : Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Barangsiapa lupa bahwa ia sedang shaum, lalu ia makan dan minum,
hendaknya ia meneruskan puasanya, karena sesungguhnya ia telah diberi makan dan minum oleh
Allah." Muttafaq Alaihi

B. Khilaf Dalam Konsep Akhlak

Tiga pakar di bidang akhlak yaitu Ibnu Miskawaih, Al Gazali, dan Ahmad Amin
menyatakan bahwa akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat
memunculkan perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Dari
pembahasan diatas maka timbul pertanyaan, Apakah khilaf termasuk dalam akhlak ?

Di dalam kitab “Ihya’ Ulumaldin”, karya Imam al Ghozali diungkapkan bahwa:

‫الخلق اراة عن هيئة في الفغس وامخه عنه>ا بصدر االنفعال سهوله ويس>ر من غ>ير‬
‫حاجة الفقر ورؤية‬
“Al-khulk ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan perimbangan” (Al-Ghazali, Ihya’
Ulumaldin, Vol, III:56)

Jadi pada hakekatnya akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa
dan telah menjadi kepribadian, hingga dari situ timbul berbagai macam perbuatan dengan cara
mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi

10
timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia
dinamakan budi pekerti yang mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk,
maka disebutlah budi pekerti yang tercela.

Selain itu juga disyari’atkan, bahwa suatu perbuatan dapat dinilai baik jika timbulnya perbuatan
itu dengan mudah sebagai suatu kebiasaan tanpa memerlukan pemikiran. Mengenai syari’at
tersebut, Asmara AS menegaskan bahwa dalam menetapkan suatu perbuatan, itu lahir dalam
kehendak dan disengaja sehingga dapat nilai baik atau buruk ada dua syarat yang perlu
diperhatikan (Asmara,1994:11).

a. Situasi memungkinkan adanya pilihan (bukan karena paksaan) adanya kemauan bebas,
sehingga tidak dilakukan dengan sengaja.

b. Tahu apa yang dilakukan yakni mengenai nilai baik buruknya.

Suatu perbuatan dapat dikatakan baik atau buruk manakala memenuhi syarat-syarat di
atas. Dalam Islam, faktor kesengajaan merupakan penentu tingkah laku dalam penetapan nilai
tingkah laku/tindakan seseorang. Seorang muslim tidak berdosa karena melanggar syari’at, jika
ia tidak tahu bahwa ia berbuat salah menurut hukum Islam. Dalam hubungan ini Rasulullah
SAW pernah bersabda seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abi Zar sebagai berikut:

‫ ثنا أبو بين سويد ثنا أبو بكر الهد لى اعن‬,‫حدثنا إبراهيم بن محمد بن يوسف الغريانى‬
‫ (إن هللا تج>>اور عن‬.‫م‬.‫ قال لرسول هللا ص‬:‫ قال‬,‫سهربن حوشب عن ابي در الغف>>ار‬
)‫ وما أستكر هوا عليه‬,‫امتى الخطأ والنسيان‬
“Sesungguhnya Allah memberi maaf bagiku dari umatku yang bersalah, lupa dan terpaksa”
(Baqi, Sunan Ibnu Majah:658).

11
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Ahmad Abu Daud dan Hakim dari Umar bahwa Rasulullah
SAW pernah bersabda :

‫ ومحمد‬,‫ ح وحدثنا محمد خالد بن خ>>داس‬.‫ قنا يريد بن هارون‬,‫حدثنا ابو بكر بن شيبة‬
‫ عن اب>>راهيم‬,‫ ثنا حمال بن سلمة عن حماد‬,‫ ثنا عبد الرحمن بن محمدي‬: ‫بن يحير قال‬
‫ عن النائم حتى‬,‫ قال (رفع القلم عن ثالثة‬.‫م‬.‫ عن عاس أن رسول هللا ص‬.‫عن االسود‬
‫يستيقظ عن الصغير حتى يكبر ومن الحون حتى بعفل أو يفيق‬.
Artinya : “Tidak berdosa seorang muslim karena tiga perkara :1. Seorang yang tidur hingga
terbangun. 2. Seorang anak hingga ia dewasa. 3. Seorang yang gila hingga ia sembuh dari
gilanya (Baqi, Sunan Ibnu Majah:659).

Menurut firman Allah SWT. pada surat Al-Baqarah ayat 286 :

‫َر َّبَنا اَل ُتَؤ اِخ ْذ َنا ِإْن َنِس يَنا َأْو َأْخ َطْأَنا‬
“Ya Tuhan kami janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau bersalah” (QS. Al-
Baqarah: 286)

Menyimak hadits dan ayat di atas, perbuatan seseorang karena khilaf, lupa, bersalah atau
terpaksa, tidak dapat dinilai baik atau buruk. Atau tidak dapat dikatakan perbuatan itu akhlak.
Alasannya :

1) Khilaf adalah perbuatan yang tidak melekat pada diri seseorang. (tidak berulang-ulang)

2) Khilaf adalah perbuatan yang tidak berdasarkan kesadaran.

3) Khilaf tidak termasuk Perbuatan baik atau buruk.

12
4) Khilaf tidak bisa menjadi kepribadian.

5) khilaf dilakukan tidak atas dasar pilihan.

6) Khilaf perbuatan yang bersifat alami.

C. Penyalahgunaan Kata Khilaf

Kata khilaf sering kita dengar disekitar kita. Kata khilaf merupakan kata sakti untuk
berkelit dari kesalahan. Sering kali seseorang mengaku khilaf saat berbuat salah. Sering kali kita
mengatakan khilaf saat kita menyakiti orang lain atau berbuat yang kurang baik kepada saudara
seiman ataupun kepada orang-orang disekitar kita

Contoh yang sangat hebat, seorang anak laki-laki bilang khilaf kepada orang tua pacarnya
saat sang pacar ternyata hamil! Masya Allah Khilaf ya? Kenapa mengatakan khilaf. Padahal
kegiatan yang mereka lakukan adalah jenis kegiatan yang melibatkan alam sadar sepenuhnya (ini
jelas sengaja), bukan tindakan impulsif seperti saat kita membantah tuduhan yang tidak kita
lakukan. Kalau yang seperti ini masih berani dikategorikan sebagai khilaf, lambat laun definisi
khilaf akan absurd dengan sendirinya. Tidak sesuainya perkataan dengan perbuatan merupakan
dosa besar bagi orang mukmin.

Seorang muslim tentunya berdaya upaya membentuk hidupnya menurut ajaran Islam dan
ajaran Islam adalah ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sehingga akhlaq
muslim pun menggunakan tolak ukur ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mengenai ini Rasulullah
SAW telah bersabda “Ia hadir untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

‫ بعثت ألتمم حسن االخلق‬:‫ قال‬.‫م‬.‫وحدثنى عن مالك أنه قد بلغه أن رسول هللا هللا ص‬
“Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”

13
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Jadi mausia itu senantiasa berbuat salah dan khilaf oleh sebab itu manusia . Jauhilah
segala sebab yang menjerumuskanmu ke dalam dosa, supaya tidak terulang olehmu dosa yang
sama.maka dari itu Duduklah seorang diri, introspeksi dirilah dan celalah dirimu (karena dosa-
dosamu), semoga saja engkau bisa mengambil pelajaran dan takut Bersedihlah akan dosamu, dan
menangislah terhadap kesalahan-kesalahanmu, semoga AllahSubhanahu wa Ta’ala melihat air
matamu yang jujur, sehingga dia merahmatimu dengan rahmat-Nya yang luas. Dan mohonlah
kepada Allah SWT kepada Dzat Yang Maha Pengampun, dan ketahuilah bahwa Dia
mengampuni seluruh dosa. Aamiin

Wassalamua’alaikum wr.wb

14
DAFTAR PUSTAKA

1. (Sumber ‫”…تخريج حديث “كل بني آدم خطاء‬: dari


http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=3248, dan
http://www.omaniyat.com/vb/showthread.php?t=14681. diposting oleh Abu Yusuf
Sujono)

2. (dakwatuna.com/hdn)
3. sumber :
http://lenteradankehidupan.blogspot.com/

15

Anda mungkin juga menyukai