Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PSIKOTERAPI MELALUI TAUBAT ATAU MUHASABAH

Disusun Oleh Kelompok 13:

Tiara (1930502105)

M. Miftahul Ilmi (1930502106

Yunika Oktarina (1930502107)

Masnia Natasya Putri (1930502108)

Selvi Andini (1930502109)

Robby Kurnia Sandi (1930502111)

Indriani (1930502112)

Ragil Lutfiani (1930502113)

Mata Kuliah : Psikoterapi Islam

Dosen Pengampu : Manah Rasmana,S.Ag.M.Pd

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah SWT, shalawat


serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. Segenap
keluarga dan para sahabat berliau, terlimapah pula kepada segenap kaum
muslimin dan muslimat selaku umat beliau.

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikoterapi Islam semester genap
tahun akademik 2021 jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Raden Fatah
Palembang, kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul “Psikoterapi
Melalui Taubat/Munasabah” harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengertahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih belum sempurna, untuk itu segala kritik dan saran yang
membangun bagi para pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca nya.

Palembang,17 Juni 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................

B. Rumusan Masalah .............................................................................

BAB II PEMBAHASAN................................................................................

A. PENGERTIAN TAUBAT ..................................................................

B. PENGERTIAN MUNASABAH..........................................................

C. SYARAT-SYARAT TAUBAT...........................................................

D. CARA-CARA BERTAUBAT.............................................................

E. PERINTAH DAN KEUTAMAAN BERTAUBAT ............................

F. PERINTAH DAN KEUTAMAAN MUHASABAH ..........................

G. DIMENSI PSIKOLOGI TAUBAT......................................................

H. DIMENSI PSIKOLOGI MUHASABAH ...........................................

BAB III PENUTUP........................................................................................

A. KESIMPULAN .................................................................................

B. SARAN..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bertaubat kepada Allah swt., kata dasarnya tauban, taubatan, dan mataban.
Maksudnya insyaf dari kemaksiatannya dan menyesalinya. Orang yang bertobat
disebut tabi’in. Allah menerima tobatnya, maksudnya Allah mengampuninya dan
kembali memberikan karunia kepadanya.

Subtansi tobat adalah kembali kepada Allah dengan melaksanakan apa yang
dicintainya dan meninggalkan apa yang dibencinya. Oleh karena itu Allah
menggantungkan keberuntungan yang mutlak kepada pelaksanaan perintah dan
meninggalkan larangan. Al-Qur’an menyebutkan kata tobat dan devinisinya
sebayak 85 kali, di dalamnya Allah menjelaskan tentang bagaimana orang-orang
terdahulu bertaubat, serta balasan dan pahala yang diberikan kepada orang yang
bertaubat, dan siksannya yang didapatkan oleh orang yang bertaubat dalam
kehidupan nyata.Dengan tobat seseorang hamba akan mendapatkan ampunan dari
Allah.

Munasabah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup


dari hari ke hari, dengan mengevaluasi perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan.
Muhasabah diri sering disebut sebagai mawas diri, introspeksi diri atau
perenungan. Muhasabah ini tidak hanya semata-mata merenungkan perbuatan
yang sudah dilakukan, akan tetapi mengoreksi dan memperbaiknya sehingga
mencapai tujuan yang diharapkan dan dilakukan secara konstan.

Muhasabah merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh nabi dan para
sahabat untuk introspeksi atau mengevaluasi setiap perilaku dan perbuatan yang
sudah dilakukannya, apakah perbuatan tersebut sedah sesuai dengan apa yang
diperintahkan Allah SWT atau tidak.

Dengan muhasabah manusia akan mengetahui letak kesalahan dan seberapa


besar kesalahan yang telah diperbuatnya. Hidup di dunia hanyalah sementara dan

1
dengan waktu yang terbatas sehingga pasti akan kembali kepada Allah dengan
waktu yang tidak diketahui siapapun. Berhentinya kehidupan di dunia maka akan
dimulai waktu perhitungan dan pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat
selama hidup, bagaimana menggunakan pendengaran, penglihatan, hati, tangan,
kaki, mulu dan bagaimana memanfaatkan umur yang telah Allah anugerahkan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan taubat?

2. Apakah yang dimaksud dengan munasabah?

3. Apa sajakah syarat-syarat taubat?

4. Bagaimanakah cara bertaubat?

5. Apa sajakah perintah dan keutamaan Bertaubat?

6.Apa sajakah perintah dan keutamaan munasabah?

7. Bagaimanakah dimensi psikologis taubat?

8. Bagaimanakah dimensi psikologis munasabah?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TAUBAT

Dalam bahasa arab, kata tobat diambil dari huruf ta,wawu, dan ba‟,
menunjukkan pada arti pulang (al-ruju‟) dan kembali (al-audah). Adapun maksud
tobat kepada Allah adalah pulang kepadanya, kembali ke haribaannya, dan berdiri
didepan pintu surgannya.

Tobat secara bahasa artinya kembali. Secara istilah artinya kembali kepada
Allah yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Menyerah diri pada-Nya
dengan hati penuh penyesalan yang sungguh-sungguh. Yakni kesal, sedih, susah
serta rasa tidak patut atas dosa-dosa yang pernah kita dilakukan sehingga
menangis. Hati terasa pecah-pecah bila mengingati dosa-dosa yang dilakukan itu.
Memohon agar Allah yang Maha Pengampun akan menerima tobat kita. Hati
menyesal akan perbuatan dosa yang kita lakukan itu menjadikan anggota-anggota
lahir (mata, telinga, kepala, kaki, tangan, kemaluan) tunduk dan patuh dengan
syariat yang Allah telah tetapkan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi
perbuatan-perbuatan itu kembali.

Bertaubat kepada Allah swt., kata dasarnya tauban, taubatan, dan mataban.
Maksudnya insyaf dari kemaksiatannya dan menyesalinya. Orang yang bertobat
disebut tabi’in. Allah menerima tobatnya, maksudnya Allah mengampuninya dan
kembali memberikan karunia kepadanya.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 222 :

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-


orang yang mensucikan diri” (Al-Baqarah [2] : 222).

Menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya‟ „ulumuddin, tobat


merupakan istilah yang tergabung dari tiga variabel , yaitu ilmu, keadaan dan

3
amal. Ilmu akan menghasilkan keadaan dan keadaan akan menghasilkan amal.
Semuannya merupakan sunnatullah yang tidak bisa diubah.

Menurut Sahl bin Abdullah At Tasturi berkata: “taubat adalah menggantikan


gerakan-gerakan yang tercela dengan gerakan-gerakan yang terpuji dan demikian
itu tidak sempurna kecuali dengan menyendiri, diam, makan-makanan yang
halal.”

Subtansi tobat adalah kembali kepada Allah dengan melaksanakan apa yang
dicintainya dan meninggalkan apa yang dibencinya. Oleh karena itu Allah
menggantungkan keberuntungan yang mutlak kepada pelaksanaan perintah dan
meninggalkan larangan. Al-Qur’an menyebutkan kata tobat dan devinisinya
sebayak 85 kali, di dalamnya Allah menjelaskan tentang bagaimana orang-orang
terdahulu bertaubat, serta balasan dan pahala yang diberikan kepada orang yang
bertaubat, dan siksannya yang didapatkan oleh orang yang bertaubat dalam
kehidupan nyata.Dengan tobat seseorang hamba akan mendapatkan ampunan dari
Allah. Allah berfirman:

“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,
beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar” (QS : taha 82)

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam bukunya At-Taubah wal Inabah


tobat yang sebenarnya memiliki beberapa tanda, diantarannya sebagai berikut:6

1) Bergaul dengan orang-orang yang saleh dan menjauhkan diri dari


teman-teman yang buruk.

2) Menjadi lebih baik setelah tobat dibanding sebelumnya.

3) Segera meninggalkan perbuatan dosannya dan melakukan ketaatan.

4) Orang yang bertaubat selaludisertai rasa takut kepada Allah, dan


tidak pernah merasa aman dari azab Allah sekejappun.

5) Menjauhkan dunia dari hatinya dan mengarahkan diri ke akhirat.

4
6) Hatinya terjaga dari kelalaian yaitu selalu mengingat Allah sambil
disertai penyesalan dan rasa takut, dan ini sesuai denagn besarnya
kesalahan.

Dilihat dari pengertian, tobat dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang


dikatakan tobat jika: bergaul dengan orang yang soleh dan menjauhkan diri dari
teman yang buruk, menjadi lebih baik, baik sikap, tingkah laku maupun keimanan
dibandingkan sebelum tobat, segera meninggalkan perbuatan dosannya dan
melakukan ketaatan dengan meningggalkan apa yang dilarang Allah dan
melaksanakan apa yang di perintah Allah, orang yang bertaubat biasanya dihantui
rasa takut kepada Allah dan tidak pernah merasa aman dari azab Allah artinya dia
selalu hati- hati dalam melakukan sesuatu karena Allah selalu mengawasinya,
Menjauhkan dunia dari hatinya dan mengarahkan diri ke akhirat yaitu lebih baik
melakukan ibadah-ibadah yang selama ini dia tinggalkan, hatinya terjaga dari
kelalaian yaitu selalu mengingat Allah disertai penyesalan dan rasa takut, dan ini
sesuai dengan banyaknya kesalahan. Karena tobat adalah berhijrah dari kesesatan
menuju kebenaran untuk menggapai rahmat Illahi, kembali kepada ajaran Islam,
dengan tidak mengulangi dosa tersebut.

B. PENGERTIAN MUNASABAH

Muhasabah sejatinya berasal dari kata hasiba yahsabu hisab, maka secara
etimologis makna kata tersebut adalah melakukan perhitungan. Sementara dalam
terminologi syari, makna muhasabah sendiri adalah upaya dalam melakukan
evaluasi terhadap diri sendiri dalam melihat pencapaian dan melihat
keseluruhannya.

Evaluasi atau introspeksi diri tersebut terhadap hubungan hamba dengan


Allah (habluminallah), hubungan manusia dengan manusia (habluminannas), serta
hubungan manusia dengan dirinya sendiri (habluminannafsi). Entah hal tersebut
bersifat keagamaan atau aspek sosial lainnya, manusia lebih disarankan untuk
bermuhasabah sebagai jalan untuk menjadi hamba Allah SWT yang mulia di sisi-
Nya.

5
Hakikat Muhasabah

Sementara itu, Allah SWT juga menurunkan firmannya di dalam Al Qur'an


mengenai hakikat muhasabah yang tersurat dalam QS Al Hasyr ayat 18 yang
bunyinya,

“Hai orang-orang yang percaya, bertakwalah kepada Allah dan inginlah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (QS.Al-Hasyr (59) :18).

Sementara Rasulullah SAW juga mengatakan mengenai muhasabah diri,

Dari Syadad bin Aus ra, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang
yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal
untuk kehidupan sebelum kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang
dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT”
(HR. Imam Turmudzi)

Muhasabah memiliki introspeksi diri sendiri dengan menghitung atau


mengembangkan diri dengan amal-amal perbuatan yang pernah dilakukan di masa
lalu. Kita pun paham bahwa manusia yang baik adalah manusia yang terus
mendorong untuk memperbaiki diri untuk mempersiapkan dirinya dalam
menyongsong kehidupan dunia yang lebih baik serta kehidupan akhirat yang
abadi selamanya.

Sebagai seorang muslim, kita pun tau bahwa manusia yang beruntung
menemukan yang selamat di yaumul akhir. Karena itulah manusia sangat
disarankan untuk bermuhasabah sebagai pengingat diri di setiap waktu dan
seorang hamba agar tidak menyianyiakan waktu yang diberikan Allah SWT dalam
hidupnya.

Di sisa hidupnya, manusia lebih baik memanfaatkan waktu sebaik-baiknya


demi kebaikan meraih ridho Allah SWT. Serta dalam kehidupan masyarakat,
mereka yang selalu muhasabah diri akan terus memperbaiki akhlak demi hidup

6
sebagai manusia yang beradab. Manusia yang berakhlak baiklah yang akan
dicintai Allah SWT.

C. SYARAT-SYARAT TAUBAT

Adapun syarat - syarat taubat yaitu:

1. Benar-benar Menyesal

Maksudnya adalah bersungguh-sungguh menyesal telah melakukan dosa, dan


bertekad untuk tidak mengulanginya.

2. Memperbanyak Perbuatan Baik

Syarat berikutnya adalah dengan memperbanyak perbuatan baik, dan


menghindari berbagai bentuk dosa dan perbuatan buruk.

3. Melaksanakan Sholat Wajib 5 Waktu

Syarat lainnya adalah tidak meninggalkan shalat 5 waktu secara berjamaah di


mana hal ini khusus untuk laki-laki dewasa.

4. Sholat 2 Rakaat setelah Wudhu

Tobat yang dilakukan seorang Muslim juga harus diiringi dengan sholat 2
rakat setelah wudhu.

5. Banyak Berdzikir

Dzikir harus terus ditingkatkan, seperti mengucapkan istighfar untuk


memohon ampunan kepada Allah SWT. Kemudian dilanjutkan dengan
mengucapkan ‫ده‬N‫ سبحان هللا وبحم‬sampai ratusan kali. Kemudian ucapkan ‫ه إال هللا‬N‫ال إل‬
‫ وهو على كل شيء قدير‬،‫ له الملك وله الحمد‬،‫ وحده ال شريك له‬hingga ratusan kali.

D. CARA-CARA BERTAUBAT

Ada beberapa cara untuk kamu bertaubat dari kesalahan dan dosa yang telah
kamu perbuat. Apabila dosa atau kesalahan yang kemu perbuat termasuk dalam

7
dosa kecil, maka kamu perlu untuk bertaubat dengan cara mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan selalu beristighfar. Namun apabila dosa yang telah kamu
perbuat itu besar, maka cara bertaubat yang harus kamu lalukan ialah dengan
sholat taubat dan tidak mengulanginya lagi. Kamu juga diharuskan untuk
mengerti cara taubat dengan tulus dan sungguh-sungguh bila memang telah
melakukan dosa besar seperti zina ataupun syirik.

1. Menyesali dengan sungguh-sungguh

Jika kamu ingin bertaubat, maka kamu sebaiknya untuk menyesali segala
perbuatan yang telah kamu lakukan dengan sungguh-sungguh. Karena sebuah
penyesalan sendiri ialah hakekat untuk bertaubat. Dan apabila kamu masih
teringat dengan kemaksiatan yang kamu perbuat, maka kamu harus melawannya
dengan kesedihan yang ada.

2. Meninggalkan dosa zina dan semua pemicu

Tentu saja untuk meninggalkan sebuah dosa tersebut kamu haru meninggalkan
perbuatnnya. Selain itu kamu juga harus meninggalkan dan menjauh dari segala
pemicu dosa zina tersebut.

3. Bertekad tidak mengulang kembali

Selain mengakui kesalahan dan meninggalan segala pemicu dari dosa zina
tersebut, cara bertaubat selanjutanya ialah tidak mengulai kesalahan yang telah
diperbuat. Kamu harus memiliki tekad untuk tidak mengulang kembali kesalahan
tersebut.

4. Dekatkan diri dan banyak beribadah

Cara bertaubat yang sangat disarankan tentu saja kembali mendekatkan diri dan
banyak beribadah kepada Allah SWT. Karena mendekatkan diri kepada Allah
dapat menggugurkan dosa yang telah kamu perbuat. Selain itu telah dijelaskan
pula dalam firman Allah di QS Hud ayat 114.

8
“Dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian
permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat.”

5. Sholat Taubat

Sholat taubat ini bisa kamu lakukan dengan dua rakaat dan juga niat dalam hati.
Niat yang kamu ucapkan hanyalah berniat untuk sholat taubat dan mohon
ampunan agar diridhoi oleh Allah SWT. Dan memohon ampunan kepada Allah
juga bisa dilakukan dengan sholat taubat ini. Pada saat kamu melakukan sholat
taubat, maka kamu pun telah berjanji untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan
yang dilarang oleh Allah SWT.

6. Cari lingkungan yang baik

Lingkungan yang baik tentu saja akan membawa dampak yang baik pula untuk
kamu. Oleh karena itu, jika kamu memang bertekad untuk lepas dari segala
perilaku tak terpuji, maka kamu harus mencari lingkungan yang baik. Hal ini juga
dilakukan untuk memperkuat taubat yang telah kamu lakukan.

7. Rahasiakanlah

Dosa yang pernah kamu perbuat sebaiknya rahasiakan. Rahasiakan dosa dari
siapapun termasuk orang terdekat anda apalagi orang lain. Dalam sebuah hadist
pun Rasulullah pernah bersabda.

“Siapa yang tertimpa musibah maksiat dengan melakukan perbuatan semacam ini
(perbuatan zina), hendaknya dia menyembunyikannya, dengan kerahasiaan yang
Allah berikan.” (HR. Malik)

Maka dari itu sebaiknya kamu mulai untuk menjauhi segala jenis dosa yang ada.
Dan semoga Allah akan mengampuni setiap dosa yang diperbuat dan selalu
meridhoi jalan yang kamu ambil.

E. PERINTAH DAN KEUTAMAAN BERTAUBAT

9
1. Perintah bertaubat

Hakikat taubat adalah kembali tunduk kepada Allah dari bermaksiat


kepada-Nya kepada ketaatan kepada-Nya. Taubat ada dua macam: taubat
mutlak dan taubat muqayyad (terikat). Taubat mutlak ialah bertaubat dari
segala perbuatan dosa. Sedangkan taubat muqayyad ialah bertaubat dari salah
satu dosa tertentu yang pernah dilakukan.

Syarat-syarat taubat meliputi: beragama Islam, berniat ikhlas, mengakui


dosa, menyesali dosa, meninggalkan perbuatan dosa, bertekad untuk tidak
mengulanginya, mengembalikan hak orang yang dizalimi, bertaubat sebelum
nyawa berada di tenggorokan atau matahari terbit dari arah barat. Taubat
adalah kewajiban seluruh kaum beriman, bukan kewajiban orang yang baru
saja berbuat dosa. Karena Allah berfirman,

“Dan bertaubatlah kalian semua wahai orang-orang yang beriman supaya


kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31)

Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Quran bahwa Dia Maha


pengampun lagi Maha Penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji
mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hambaNya di dalam sekian
banyak ayat yang mulia. Allah ta’ala berfirman,

ْ ُ‫ت أَن تَ ِميل‬


ً ‫وا َم ْيالً َع ِظيما‬ َ ُ‫َوهّللا ُ ي ُِري ُد أَن يَت‬
ِ ‫وب َعلَ ْي ُك ْم َوي ُِري ُد الَّ ِذينَ يَتَّبِعُونَ ال َّشهَ َوا‬

“Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-


orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang
dengan sejauh-jauhnya.” (QS. An Nisaa’: 27)

Allah ta’ala juga berfirman,

“Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih
sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha
penerima taubat lagi Maha bijaksana.” (QS. An Nuur: 10)

10
Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti kedatanganmu…
Jalan orang-orang yang bertaubat telah dihamparkan. Ia merindukan pijakan
kakimu… Maka ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan
pertolongan kepada Tuhanmu… Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan
dirimu, paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya. Dan apabila engkau
telah benar-benar bertaubat kepada Tuhanmu kemudian sesudah itu engkau
terjatuh lagi di dalam maksiat, sehingga memupus taubatmu yang terdahulu,
janganlah malu untuk memperbaharui taubatmu untuk kesekian kalinya. Selama
maksiat itu masih berulang padamu maka teruslah bertaubat.

Allah ta’ala berfirman,

ً‫فَإِنَّهُ َكانَ لِألَوَّابِينَ َغفُورا‬

“Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang


benar-benar bertaubat kepada-Nya.” (QS. Al Israa’: 25)

Allah ta’ala juga berfirman,

‫و ُر‬NNُ‫ َو ْال َغف‬Nُ‫ا ً إِنَّهُ ه‬N‫وب َج ِميع‬


َ ُ‫ذن‬Nُّ N‫ ُر ال‬Nِ‫ ِة هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ يَ ْغف‬N‫وا ِمن رَّحْ َم‬NNُ‫ي الَّ ِذينَ أَس َْرفُوا َعلَى أَنفُ ِس ِه ْم اَل تَ ْقنَط‬
َ ‫قُلْ يَا ِعبَا ِد‬
َ‫صرُون‬ َ ‫ال َّر ِحي ُم َوأَنِيبُوا إِلَى َربِّ ُك ْم َوأَ ْسلِ ُموا لَهُ ِمن قَ ْب ِل أَن يَأْتِيَ ُك ُم ْال َع َذابُ ثُ َّم اَل تُن‬

“Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri-diri


mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Zat Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah
kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi
mendapatkan pertolongan.” (QS. Az Zumar: 53-54)

2. Keutamaan Taubat

Pada hakikatnya taubat itulah isi ajaran Islam dan fase-fase persinggahan
iman. Setiap insan selalu membutuhkannya dalam menjalani setiap tahapan
kehidupan. Maka orang yang benar-benar berbahagia ialah yang menjadikan
taubat sebagai sahabat dekat dalam perjalanannya menuju Allah dan negeri

11
akhirat. Sedangkan orang yang binasa adalah yang menelantarkan dan
mencampakkan taubat di belakang punggungnya. Beberapa di antara
keutamaan taubat ialah:

Pertama: Taubat adalah sebab untuk meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla.

Allah ta’ala berfirman,

َ‫إِ َّن هّللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-


orang yang suka membersihkan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)

Kedua: Taubat merupakan sebab keberuntungan.

Allah ta’ala berfirman

َ‫َوتُوبُوا إِلَى هَّللا ِ َج ِميعا ً أَيُّهَا ْال ُم ْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

“Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian
beruntung.” (QS. An Nuur: 31)

Ketiga: Taubat menjadi sebab diterimanya amal-amal hamba dan turunnya


ampunan atas kesalahan-kesalahannya.

Allah ta’ala berfirman

ِ ‫َوهُ َو الَّ ِذي يَ ْقبَ ُل التَّوْ بَةَ ع َْن ِعبَا ِد ِه َويَ ْعفُو ع َِن ال َّسيِّئَا‬
‫ت‬

“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha


mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)

Allah ta’ala juga berfirman

ً ‫صالِحا ً فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى هَّللا ِ َمتَابا‬


َ ‫َاب َو َع ِم َل‬
َ ‫َو َمن ت‬

“Dan barang siapa yang bertaubat dan beramal saleh maka sesungguhnya Allah
akan menerima taubatnya.” (QS. Al Furqaan: 71) artinya taubatnya diterima

12
Keempat: Taubat merupakan sebab masuk surga dan keselamatan dari siksa
neraka.

Allah ta’ala berfirman,

ً ‫الِحا‬NN‫ص‬ َ ‫ل‬N َ N‫َاب َوآ َمنَ َو َع ِم‬َ ‫ت فَ َسوْ فَ يَ ْلقَوْ نَ َغيّا ً إِاَّل َمن ت‬
ِ ‫صاَل ةَ َواتَّبَعُوا ال َّشهَ َوا‬ َ َ‫ف أ‬
َّ ‫ضاعُوا ال‬ ٌ ‫فَخَ لَفَ ِمن بَ ْع ِد ِه ْم خَ ْل‬
َ ِ‫فَأُوْ لَئ‬
ْ ‫ك يَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َواَل ي‬
ً ‫ُظلَ ُمونَ َشيْئا‬

“Maka sesudah mereka (nabi-nabi) datanglah suatu generasi yang menyia-nyiakan


shalat dan memperturutkan hawa nafsu, niscaya mereka itu akan dilemparkan ke
dalam kebinasaan. Kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan
beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke
dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59,
60)

Kelima: Taubat adalah sebab mendapatkan ampunan dan rahmat.

Allah ta’ala berfirman,

ْ ُ‫ُوا ِمن بَ ْع ِدهَا َوآ َمن‬


ِ ‫وا إِ َّن َربَّكَ ِمن بَ ْع ِدهَا لَ َغفُو ٌر ر‬
‫َّحي ٌم‬ ْ ‫ت ثُ َّم تَاب‬ ْ ُ‫َوالَّ ِذينَ َع ِمل‬
ِ ‫وا ال َّسيِّئَا‬

“Dan orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa kemudian bertaubat sesudahnya


dan beriman maka sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengampun dan
Penyayang.” (QS. Al A’raaf: 153)

Keenam: Taubat merupakan sebab berbagai kejelekan diganti dengan berbagai


kebaikan.

Allah ta’ala berfirman,

ً‫ل َع َمال‬N َ Nَ‫ا ً إِاَّل َمن ت‬N‫ ِه ُمهَان‬N‫ ْد فِي‬Nُ‫ ِة َويَ ْخل‬N‫وْ َم ْالقِيَا َم‬NNَ‫ َذابُ ي‬N‫هُ ْال َع‬Nَ‫َف ل‬
َ N‫اب َوآ َمنَ َو َع ِم‬N َ ‫ق أَثَاما ً ي‬
ْ ‫اع‬N‫ُض‬ َ ‫ك يَ ْل‬
َ ِ‫َو َمن يَ ْف َعلْ َذل‬
ً ‫ت َو َكانَ هَّللا ُ َغفُوراً َّر ِحيما‬ َ ِ‫صالِحا ً فَأُوْ لَئ‬
ٍ ‫ك يُبَ ِّد ُل هَّللا ُ َسيِّئَاتِ ِه ْم َح َسنَا‬ َ

“Dan barang siapa yang melakukan dosa-dosa itu niscaya dia akan menemui
pembalasannya. Akan dilipatgandakan siksa mereka pada hari kiamat dan mereka
akan kekal di dalamnya dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang
bertaubat dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang

13
digantikan oleh Allah keburukan-keburukan mereka menjadi berbagai kebaikan.
Dan Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Al Furqaan: 68-70)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang yang bertaubat dari suatu
dosa sebagaimana orang yang tidak berdosa.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh
Al Albani)

Ketujuh: Taubat menjadi sebab untuk meraih segala macam kebaikan.

Allah ta’ala berfirman,

‫فَإِن تُ ْبتُ ْم فَه َُو خَ ْي ٌر لَّ ُك ْم‬

“Apabila kalian bertaubat maka sesungguhnya hal itu baik bagi kalian.” (QS. At
Taubah: 3)

Allah ta’ala juga berfirman,

‫ك خَ يْراً لَّهُ ْم‬ ْ ‫فَإِن يَتُوب‬


ُ َ‫ُوا ي‬

“Maka apabila mereka bertaubat niscaya itu menjadi kebaikan bagi mereka.” (QS.
At Taubah: 74)

Kedelapan: Taubat adalah sebab untuk menggapai keimanan dan pahala yang
besar.

Allah ta’ala berfirman,

ْ N‫ت هّللا ُ ْال ُم‬


َ‫ؤ ِمنِين‬N َ ِ‫ُوا ِدينَهُ ْم هّلِل ِ فَأُوْ لَـئ‬
ِ ‫ؤ‬Nْ Nُ‫وْ فَ ي‬N ‫ك َم َع ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َو َس‬ ْ ‫وا بِاهّلل ِ َوأَ ْخلَص‬
ْ ‫ص ُم‬ ْ ‫ُوا َوأَصْ لَح‬
َ َ‫ُوا َوا ْعت‬ ْ ‫إِالَّ الَّ ِذينَ تَاب‬
ً ‫َظيما‬ ِ ‫أَجْ راً ع‬

“Kecuali orang-orang yang bertaubat, memperbaiki diri dan berpegang teguh


dengan agama Allah serta mengikhlaskan agama mereka untuk Allah mereka
itulah yang akan bersama dengan kaum beriman dan Allah akan memberikan
kepada kaum yang beriman pahala yang amat besar.” (QS. An Nisaa’: 146)

Kesembilan: Taubat merupakan sebab turunnya barakah dari atas langit serta
bertambahnya kekuatan.

14
Allah ta’ala berfirman,

َ‫ُوا إِلَ ْي ِه يُرْ ِس ِل ال َّس َماء َعلَ ْي ُكم ِّم ْد َراراً َويَ ِز ْد ُك ْم قُ َّوةً ِإلَى قُ َّوتِ ُك ْم َوالَ تَتَ َولَّوْ ْا ُمجْ ِر ِمين‬
ْ ‫ُوا َربَّ ُك ْم ثُ َّم تُوب‬
ْ ‫َويَا قَوْ ِم ا ْستَ ْغفِر‬

“Wahai kaumku, minta ampunlah kepada Tuhan kalian kemudian bertaubatlah


kepada-Nya niscaya akan dikirimkan kepada kalian awan dengan membawa air
hujan yang lebat dan akan diberikan kekuatan tambahan kepada kalian, dan
janganlah kalian berpaling menjadi orang yang berbuat dosa.” (QS. Huud: 52)

Kesepuluh: Keutamaan taubat yang lain adalah menjadi sebab malaikat


mendoakan orang-orang yang bertaubat.

Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,

َ ْ‫الَّ ِذينَ يَحْ ِملُونَ ْال َعر‬


‫ َّل‬N‫عْتَ ُك‬N‫ا َو ِس‬NNَ‫وا َربَّن‬NNُ‫ش َو َم ْن َحوْ لَهُ يُ َسبِّحُونَ بِ َح ْم ِد َربِّ ِه ْم َوي ُْؤ ِمنُونَ بِ ِه َويَ ْستَ ْغفِرُونَ لِلَّ ِذينَ آ َمن‬
‫اب ْال َج ِح ِيم‬ َ َ‫َش ْي ٍء رَّحْ َمةً َو ِع ْلما ً فَا ْغفِرْ لِلَّ ِذينَ تَابُوا َواتَّبَعُوا َسبِيل‬
َ ‫ك َوقِ ِه ْم َع َذ‬

“Para malaikat yang membawa ‘Arsy dan malaikat lain di sekelilingnya


senantiasa bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, mereka beriman kepada-Nya
dan memintakan ampunan bagi orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, rahmat
dan ilmu-Mu maha luas meliputi segala sesuatu, ampunilah orang-orang yang
bertaubat dan mengikuti jalan-Mu serta peliharalah mereka dari siksa neraka.”
(QS. Ghafir: 7)

Kesebelas: Keutamaan taubat yang lain adalah ia termasuk ketaatan kepada


kehendak Allah ‘azza wa jalla.

Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala,

ً ‫َظيما‬ ْ ُ‫ت أَن تَ ِميل‬


ِ ‫وا َم ْيالً ع‬ َ ُ‫َوهّللا ُ ي ُِري ُد أَن يَت‬
ِ ‫وب َعلَ ْي ُك ْم َوي ُِري ُد الَّ ِذينَ يَتَّبِعُونَ ال َّشهَ َوا‬

“Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian.” (QS. An Nisaa’: 27).
Maka orang yang bertaubat berarti dia adalah orang yang telah melakukan perkara
yang disenangi Allah dan diridhai-Nya.

Kedua belas: Keutamaan taubat yang lain adalah Allah bergembira dengan sebab
hal itu.

15
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
artinya, “Sungguh Allah lebih bergembira dengan sebab taubat seorang hamba-
Nya ketika ia mau bertaubat kepada-Nya daripada kegembiraan seseorang dari
kalian yang menaiki hewan tunggangannya di padang luas lalu hewan itu terlepas
dan membawa pergi bekal makanan dan minumannya sehingga ia pun berputus
asa lalu mendatangi sebatang pohon dan bersandar di bawah naungannya dalam
keadaan berputus asa akibat kehilangan hewan tersebut, dalam keadaan seperti itu
tiba-tiba hewan itu sudah kembali berada di sisinya maka diambilnya tali
kekangnya kemudian mengucapkan karena saking gembiranya, ‘Ya Allah,
Engkaulah hambaku dan akulah tuhanmu’, dia salah berucap karena terlalu
gembira.” (HR. Muslim)

Ketiga belas: Taubat juga menjadi sebab hati menjadi bersinar dan bercahaya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: Sesungguhnya seorang


hamba apabila berbuat dosa maka di dalam hatinya ditorehkan sebuah titik hitam.
Apabila dia meninggalkannya dan beristighfar serta bertaubat maka kembali
bersih hatinya. Dan jika dia mengulanginya maka titik hitam itu akan
ditambahkan padanya sampai menjadi pekat, itulah raan yang disebutkan Allah
ta’ala,

َ‫َكاَّل بَلْ َرانَ َعلَى قُلُوبِ ِهم َّما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬

“Sekali-kali tidak akan tetapi itulah raan yang menyelimuti hati mereka akibat apa
yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Muthaffifin: 14) (HR. Ahmad, Tirmidzi,
Ibnu Majah dan dihasankan Al Albani)

Oleh karena itu, Sudah sepantasnya setiap orang yang berakal untuk
bersegera menggapai keutamaan dan memetik buah memikat yang dihasilkan oleh
ketulusan taubat ituTunaikanlah taubat yang diharapkan Ilahidemi kepentinganmu
sendiri Sebelum datangnya kematian dan lisan terkunci Segera lakukan taubat dan
tundukkanlah jiwa Inilah harta simpanan bagi hamba yang kembali taat dan baik
amalnya

16
Allah mengabarkan bahwasanya kepemimpinan dalam agama hanya bisa
diperoleh dengan bekal kesabaran dan keyakinan. Kesabaran akan menolak
rayuan syahwat dan keinginan-keinginan yang merusak, sedangkan dengan
keyakinan berbagai syubhat dan keragu-raguan akan tersingkirkan.

F. PERINTAH DAN KEUTAMAAN MUHASABAH

a. Perintah Muhasabah

Dalam Islam seorang mukmin diperintahkan Allah senantiasa


bermuhasabah dan menyiapkan bekal kehidupan di akhirat. Tercantum dalam
surat Al-Hasyr ayat 18:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan


hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Rasulullah juga menganjurkan umatnya untuk selalu bermuhasabah.


Bahkan beliau memasukkan orang yang bermuhasabah sebagai orang yang
pandai (cerdas). Hadis riwayat Imam At Tirmidzi menyebut:

“Orang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri


serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang
lemah adalah orang yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-
angan terhadap Allah SWT.”

Salah satu tujuan muhasabah adalah untuk mengetahui perbandingan


amal baik dan amal buruk yang telah dilakukan. Jika kita mendapati telah
melakukan amal buruk atau telah melewatkan suatu amal kebaikan, maka ia
akan mengganti dengan amal yang lebih baik lagi.

Tuntunan Rasulullah:“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau


berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan

17
menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik.”
(HR. Tirmidzi)

b. Keutamaan Muhasabah

Secara kebahasaan, muhasabah berasal dari akar kata hasiba-


yahsabu-hisab. Artinya, 'melakukan perhitungan.' Secara istilah
keagamaan, muhasabah berarti suatu upaya mengevaluasi diri sendiri
atau kolektif, yakni memeriksa adanya kebaikan dan keburukan dalam
segala aspek.Muhasabah juga dipandang sebagai suatu sarana yang dapat
mengantarkan seorang manusia untuk mencapai derajat yang tertinggi
sebagai hamba Allah SWT. Ada setidaknya empat poin penting dari
bermuhasabah.

Pertama, muhasabah adalah suatu perintah dari Allah SWT. Hal itu
sesuai dengan Alquran surah al-Hasyr ayat 18. Artinya, "Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan."

Dengan bermuhasabah, seorang hamba yang beriman melaksanakan


perintah-Nya. Orang itu akan selalu memperhitungkan diri sendiri
sebelum menilai orang lain. Apakah dirinya sudah pantas sebagai hamba
Allah SWT yang baik? Apakah amalan-amalannya bernilai di sisi Allah
Ta'ala? Hidup di dunia ini adalah kesempatan yang tak boleh disia-siakan
untuk mengumpulkan bekal bagi perjalanan di akhirat kelak.

Kedua, muhasabah merupakan tolok ukur keimanan. Artinya,


keimanan seorang hamba Allah ditentukan oleh sejauh mana dia dapat
menerapkan muhasabah dalam kehidupannya.

Ketiga, muhasabah merupakan karakteristik seseorang yang


bertakwa. Rasanya, tidak mungkin derajat takwa dapat dicapai oleh orang

18
yang menghindari bermuhasabah. Dengan menghisab diri sendiri,
seseorang dapat sadar diri. Pada akhirnya, dia kian termotivasi untuk
meningkatkan kualitas amalan-amalan demi mendapatkan ridha-Nya.

Keempat, muhasabah adalah kunci sukses manusia, baik di dunia


maupun akhirat. Dengan bermuhasabah, ada dorongan dari diri sendiri
untuk melakukan yang lebih baik daripada hari kemarin. Demikian pula,
hari esok diproyeksikan lebih baik daripada hari ini. Generasi umat Islam
yang gemar bermuhasabah tidak akan berpangku tangan alias bersantai-
santai dalam menjalani kehidupan. Sebab, mereka meyakini adanya Hari
Perhitungan (Yaumul Hisab), yakni ketika Allah SWT menunjukkan dan
membalas setiap amal baik dan buruk, sekecil apa pun itu.

Tentunya, kebiasaan bermuhasabah akan membawa pada optimisme,


alih-alih pesimisme. Tujuan akhirnya adalah ridha Ilahi, yang ditandai
dengan izin-Nya agar diri masuk ke dalam surga.

G. DIMENSI PSIKOLOGI TAUBAT

Dalam hal ini ada lima dimensi taubat,

pertama, menyadari kesalahan, seseorang tidak akan meninggalkan


kebiasaannya kalau dia tidak menyadari, bahwa apa yang dia lakukan selama ini
suatu yang salah. Untuk itulah seorang muslim harus mengetahui ajaran agama
dengan baik, mana yang boleh dilaksanakan dan mana yang tidak boleh
dilaksanakan. Oleh karena itulah seseorang dapat menyadari bahwa dia telah salah
dan melanggar ajaran agama yang benar.

Kedua, menyesali kesalahan, dan tidak akan melakukan/mengulanginya lagi,


orang yang seperti ini boleh dikatakan taubat.

Ketiga, memohon ampunan kepada Allah swt. ketika telah menyadari


perbuatan itu salah dan tidak akan melaksanakan lagi. Rasulullah saw. meskipun
tidak berbuat salah maupun kemaksiatan, namun beliau tetap bertaubat dan mohon
ampun kepada Allah swt. pagi dan sore. Sabda Rasulullah saw.: “Tidak ada dosa

19
yang besar dengan istighfar dan tidak ada dosa yang kecil kalau diulang-ulang”.
(HR. Thabrani).

Keempat, berjanji tidak akan mengulanginya benar-benar dari lubuk hati yang
paling dalam, bukan hanya di bibir saja.

Kelima, menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh. Selanjutnya


perbanyak perbuatan-perbuatan yang baik/shaleh. Allah berfirman dalam surah
Az-Zumar: 53: “Katakanlah, hai hambaKu yang berlebih-lebihan dalam hidupnya,
janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, bahwasanya Allah mengampuni
semua dosa. Dia Pengampun dan Penyayang”.

H. DIMENSI PSIKOLOGI MUHASABAH

1. Pengertian Munasabah

Munasabah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup


dari hari ke hari, dengan mengevaluasi perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan.
Muhasabah diri sering disebut sebagai mawas diri, introspeksi diri atau
perenungan. Muhasabah ini tidak hanya semata-mata merenungkan perbuatan
yang sudah dilakukan, akan tetapi mengoreksi dan memperbaiknya sehingga
mencapai tujuan yang diharapkan dan dilakukan secara konstan.

Muhasabah merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh nabi dan para
sahabat untuk introspeksi atau mengevaluasi setiap perilaku dan perbuatan yang
sudah dilakukannya, apakah perbuatan tersebut sedah sesuai dengan apa yang
diperintahkan Allah SWT atau tidak.

Muhasabah yang dimaksud dalam Alquran adalah evaluasi diri sebelum amal
perbuatan dihitung di akhirat. Dengan muhasabah, setiap orang akan menyadari
banyaknya kesalahan dan maksiat yang diperbuat sedangkan amalan terlalu
sedikit. Maka dengan muhasabah, seseorang akan menambah perbuatan baiknya
dan berhenti melakukan perbuatan buruk. Allah memerintahkan manusia untuk
selalu bermuhasabah sebagai bekal menghadapi kematian, dengan muhasabah
akan meringankan hisab ketika di akhirat.

20
Dengan muhasabah manusia akan mengetahui letak kesalahan dan seberapa
besar kesalahan yang telah diperbuatnya. Hidup di dunia hanyalah sementara dan
dengan waktu yang terbatas sehingga pasti akan kembali kepada Allah dengan
waktu yang tidak diketahui siapapun. Berhentinya kehidupan di dunia maka akan
dimulai waktu perhitungan dan pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat
selama hidup, bagaimana menggunakan pendengaran, penglihatan, hati, tangan,
kaki, mulu dan bagaimana memanfaatkan umur yang telah Allah anugerahkan.

2. Terapi Muhasabah

Terapi muhasabah terdiri dari dua suku kata yaitu terapi dan muhasabah.
Secara etimologi, terapi dalam bahasa Arab sepadan dengan kata ”Syafa-Yashfi-
Shifani”, yang berarti pengobatan, mengobati, dan menyembuhkan. Menurut
pandangan beberapa para tokoh, secara terminologi yang dikemukakan oleh
Abdul Aziz Ahyadi, terapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat
psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional, dimana
seorang ahli sengaja menciptakan hubungan profesi dengan pasien yang bertujuan
untuk menghilangkan, mengubah, atau menurunkan gejala-gejala yang ada,
meningkatan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian kearah yang positif.
Sedangkan menurut James P Chaplin yang dikutip oleh Abdul Mujib dan Jusuf
Mudzakir mengartikan terapi dari dua sudut pandang.Yang pertama, secara
khusus adalah penerapan tekhnik khusus adalah penerapan tekhnik khusus pada
penyembuhan penyakit mental atau pada kesulitan-kesulitan penenangan diri
setiap hari. Kedua, secara luas adalah mencakup penyembuhan lewat keyakinan
agama melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan guru atau
teman. Maka yang dimaksud dengan terapi diatas ialah pengobatan pikiran dan
perawatan gangguan psikis melalui metode psikologis.

Muhasabah adalah suatu akivitas untuk diri sendiri dengan cara intropeksi,
mawas, atau meneliti diri sendiri. Yakni dengan cara menghitung-hitung
perbuatan yang dilakukan setiap tahun, tiap bulan, tiap minggu, bahkan aktivitas
yang dilakukan tiap hari. Oleh karena itu muhasabah tidak harus dilakukan pada

21
akhir tahun atau akhir bulan. Namun perlu juga dilakukan setiap hari bahkan
setiap saat.38 Konsep muhasabah, dalam al-Qur‟an terdapat dalam surah Al-
Hasyr: 18-19:

”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.Mereka itulah orang-
orang yang fasik” (QS. Al-Hasyr:18-19).

Dari QS. Al-Hasyr ayat 18-19, dapat memberikan isyarat akan pentingnya
agar selalu bermuhasabah (mengintropeksi diri) setiap pekerjaan yang telah
berlalu ataupun yang dilakukan ketika pekerjaan sedang berlangsung. Oleh karena
itulah Umar r.a. berkata: “adakanlah al-muhasabah kepada dirimu sendiri,
sebelum kamu diadakan orang akan al-muhasabah dan timbangkanlah akan dirimu
itu sebelum kamu ditimbangkan orang lain”. Dalam hadits Rasulullah Shollallahu
„Alaihi Wasallam, konsep muhasabah disebutkan pada beberapa hadits. Salah
satunya yaitu:

“Diriwayatkan dari Umar bin Khattab, Nabi bersabda: Hisablah dirimu sebelum
kamu dihisab, dan hiasilah dirimu sekalian (dengan amal shaleh), karena adanya
sesuatu yang lebih luas dan besar, dan segala sesuatu yang meringankan hisab di
hari kiamat yaitu orang-orang yang bermuhasabah atas dirinya ketika didunia”
(H.R. Tirmidzi).40

Munasabah pada dasarnya merupakan cara untuk menalaah diri agar lebih
bertambah baik dalam berperilaku dan bertindak, atau merupakan cara berpikir
terhadap segala perbuatan, tingkah laku, kehidupan batin, pikiran,perasaan,
keinginan, pendengaran, penglihatan dan segenap unsur kejiwaan lainnya. Hanya
saja upaya intropeksi diri ini sering dijumpai hambatan-hambatan psikologis yang
muncul dari diri sendiri. Hambatan-hambatan itu sendiri antara lain sebagai
berikut:

22
1) Penghalang terhadap segala sesuatu sering tidak dapat diingat kembali secara
keseluruhan.

2) Sering adanya kecenderungan untuk menghilangkan dan menambahkan


beberapa hal yang tidak relevan dengan hasil penghayatan sebagai pembelaan diri.

3) Kerap kali muncul ketidakjujuran terhadap diri sendiri, sehingga tidak adanya
keberanian dalam menuliskan segala sesuatu apalagi menyangkut pikiran-pikiran
yang buruk.

4) Seringkali adanya anggapan lebih terhadap kesempurnaan diri dari pada


keadaan yang sebenarnya.

Oleh karena itu, sebagai orang Islam dan beriman, hendaknya senantiasa
pandai-pandai mengoreksi dan membersihkan aib atau kesalahan-kesalahan yang
terjadi pada diri sendiri dan berusaha dengan segala upaya untuk mengekang hawa
nafsu. Karena pada dasaranya, kesalahan-kesalahan yang terjadi itu adalah karena
menurutkan hawa nafsu. Bergejolaknya hawa nafsu itu bersumber dari empat hal,
yaitu: (a)Sering melanggar larangan Allah. (b)Sering berlaku riya‟ (berbuat baik
bukan karena Allah, melainkan supaya mendapat pujian sanjungan dan
sebagainya). (c)Suka membuang-buang waktu dengan percuma. (d)Malas
mengerjakan perintah-perintah Allah.

Dari beberapa pengertian terapi dan muhasabah diatas, dijelaskan bahwa


terapi muhasabah merupakan suatu pengobatan oleh seorang ahli ataupun terapis
dengan cara memberikan nasehat sesuai apa yang dialami oleh seorang individu
dengan cara bermuhasabah(intropeksi) diri dengan tujuan dapat menurunkan
ataupun mengubah gejala-gejala negative yang ada dalam diri seseorang agar
dapat berkembang kearah kepribadian yang positif.

3. Bentuk-Bentuk Muhasabah

Perputaran waktu merupakan momentum untuk melakukan muhasabah atau


intropeksi diri. Orang yang selalu melakukanmuhasabah dapat menekan hawa
nafsu dalam dirinya agar selalu melaksanakan amalan-amalan yang dapat

23
mendekatkan diri kepada Allah dan dapat menghindari dosa yang akan
dilakukannya. Dalam melakukan muhasabahseseorang dapat melakukan tiga
bentuk:

a. Muhasabah Sebelum Berbuat

Pada bentuk pertama ini, dilakukannya dengan memikirkan terlebih dahulu.


Apakah dengan yang hendak dilaksanakan itu sesuai dengan ketentuan Allah dan
Rasul-Nya atau tidak.

b. Muhasabah Saat Melaksanakan Sesuatu

Dilakukan dengan selalu mengontrol diri agar tidak menyimpang dari apa yang
semestinya dikerjakan dan bagaimana melaksanakannya. Hal ini dapat mencegah
kemungkinan terjainya penyimpangan pada saat melaksanakan sesuatu atau
menghentikannya sama sekali.

c. MuhasabahSetelah melakukan Sesuatu

Dilakukan dengan maksud agar dapat menemukan kesalahan yang dilakukan, lalu
menyesali dengan bertaubat kepada Allah dan tidak melakukan perbuatan yang
dilakukan sebelumnya dan masa-masa mendatang.

Beberapa konsep ayat al-Qur‟an tentang muhasabah diri(intropeksi diri)telah


dijelaskan dalam al-Qur‟an dan hadits dan mewajibkan seseorang agar selalu
bermuhasabah diri pada setiap saatnya. Namun apabila aktifitas muhasabahtidak
dikerjakan dapat menimbulkan bahaya. Sebagai berikut:

1) Menutup Mata Dari Berbagai Akibat Kesalahan dan dosa yang dilakukan
manusia tentu ada akibatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Manakala
seseorang tidak melakukan muhasabah, dia akan menutup mata dari berbagai
akibat perbuatan yang buruk, baik akibat yang menimpa diri dan keluarganya
maupun akibat yang menimpa orang lain.

24
2) Larut Dalam Keadaan Efek negative berikut dari tidak melakukan
muhasabahadalah seseorang akan larut dalam keadaan sehingga dia dikendalikan
oleh keadaan bukan pengendali keadaan.

3) Mengandalkan Ampunan Allah Setiap orang yang berdosa memang


mengharap ampunan dari Allah Subhanah Wata‟ala., tapi bagi orang yang tidak
melakukan muhasabah. Dia hanya akan mengandalkan ampunan dari Allah
Subahanah Wata‟ala. Itu tanpa bertaubat, sebab tidak mungkin seseorang
bertaubat yang sesungguhnya tanpa muhasabah,karena taubat itu harus disertai
dengan menyadari kesalahan, menyesali dan tidak akan mengulangi.

4) Mudah Melakukan Dosa Seseorang yang tidak melakukan muhasabah juga


akan mudah melakukan dosa dan menyepelekan dosa. Orang yang tidak
melakukanmuhasabah bahkan tidak hanya mudah melakukan dosa, tetapi dosa itu
menjadi sikap dan kepribadiannya sehingga meskipun menurut pengakuannya
sudah bertaubat dari dosa itu, tetap saja mengulang-ngulanginya lagi.

4. Manfaat Muhasabah

Setiap pekerjaan ataupun aktivitas yang dilakukan pasti mempunyai


keutamaan untuk diri sendiri maupun orang lain. Adapun manfaat dari
muhasabahantara lain yaitu:

a. Mengetahui aib sendiri. Barang siapa yang tidak memeriksa aib dirinya,
maka ia akan mungkin menghilangkannya.

b. Dengan bermuhasabah, seseorang akan kritis pada dirinya dalam


menunaikan hak Allah. Demikianlah keadaan kaum salaf yang selalu mencela
diri merekan dalam menunaikan hak Allah. Imam Ahmad meriwayatkan dari
Abu Darda bahwa beliau berkata: “Seseorang itu tidak dikatakan faqih
dengan sebenar-benarnya sampai ia menegur manusia dalam hal hak Allah,
lalu ia gigih mengoreksi dirinya.”

c. Diantara manfaat dari muhasabahadalah membantu jiwa untuk muraqabah.


Kalau bersungguh-sungguh melakukannya di masa hidupnya, maka akan

25
beristrahat di masa kematiannya. Apabila ia mengekang dirinya dan
menghisab sekarang, maka orang tersebut akan istrahat kelak di saat
kedahsyatan hari penghisaban.

d. Akan terbuka bagi seseorang pintu kehinaan dan ketundukan di hadapan


Allah.

e. Manfaat yang paling besar yang akan diperoeh adalah keberuntungan


masuk dan menempati Surga Firdaus serta memandang wajah Rabb Yang
Mulia lagi Maha Suci. Sebaliknya jika seseorang menyia-nyiakannya maka
orang tersebut merugi dan masuk ke neraka, serta terhalang dari (melihat)
Allah dan terbakar dalam adzab yang pedih. Tidak mengintropeksi diri dan
menyianyiakan aktivitas tersebut akan membawa kerugian yang besar.

Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata: “Yang paling berbahaya adalah sikap


tidak mengindahkan, tidak mau bermuhasabah, dan menggampangkan urusan,
karena akan sampai pada kebinasaan. Demikianlah keadaan orang-orang yang
tertipu, menutup mata dari akibat (perbuatan) dan hanya mengandalkan ampunan,
sehingga tidak dapat mengintropeksi diri dan memikirkan kesudahannya. Jika
seseorang dalam melakukan hal ini, akan mudah untuk terjerumus dalam dosa dan
akan senang melakukan perbuatan tersebut, serta berat untuk meninggalkannya.
Seandainya dalam berbuat dengan menggunakan akal,tentulah seseorang tersebut
sadar bahwa mencegahitu lebih mudah daripada berhenti dan meninggalkan
kebiasaan”

BAB III

PENUTUP

26
A. Kesimpulan

Subtansi tobat adalah kembali kepada Allah dengan melaksanakan apa yang
dicintainya dan meninggalkan apa yang dibencinya. Oleh karena itu Allah
menggantungkan keberuntungan yang mutlak kepada pelaksanaan perintah dan
meninggalkan larangan. Al-Qur’an menyebutkan kata tobat dan devinisinya
sebayak 85 kali, di dalamnya Allah menjelaskan tentang bagaimana orang-orang
terdahulu bertaubat, serta balasan dan pahala yang diberikan kepada orang yang
bertaubat, dan siksannya yang didapatkan oleh orang yang bertaubat dalam
kehidupan nyata.Dengan tobat seseorang hamba akan mendapatkan ampunan dari
Allah.

Muhasabah merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh nabi dan para
sahabat untuk introspeksi atau mengevaluasi setiap perilaku dan perbuatan yang
sudah dilakukannya, apakah perbuatan tersebut sedah sesuai dengan apa yang
diperintahkan Allah SWT atau tidak.

Dengan muhasabah manusia akan mengetahui letak kesalahan dan seberapa


besar kesalahan yang telah diperbuatnya. Hidup di dunia hanyalah sementara dan
dengan waktu yang terbatas sehingga pasti akan kembali kepada Allah dengan
waktu yang tidak diketahui siapapun. Berhentinya kehidupan di dunia maka akan
dimulai waktu perhitungan dan pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat
selama hidup, bagaimana menggunakan pendengaran, penglihatan, hati, tangan,
kaki, mulu dan bagaimana memanfaatkan umur yang telah Allah anugerahkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil makalah yang dibuat ini, semoga bermanfaat bagi pribadi
sendiri. Disamping itu, semoga dapat menambah wawasan mahasiswa/mahasiswi
yang masih dalam fase belajar, serta mempermudah mahasiswa/mahasiswi dalam
memahami PSIKOTERAPI MELALUI TAUBAT ATAU MUHASABAH Jauh
sebelumnya, telah disadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya sempurna, untuk
itu diperlukan kritik dan saran kalian semua.

27
DAFTAR PUSTAKA

28
Al-Imam Abul Fida Isma‟il Ibnu Katsir ad-Dimasyqi,2002 Terjemah Tafsir Ibnu
Katsir Juz 28, Bandung: Sinar Baru al-Gensido,

Amin Syukur,2006 Tasawuf Bagi Orang Awam (Menjawab Problematika


Kehidupan),Yogyakarta: LPKSuara Merdeka,

Manal Abu Hasan,2010. Meniti Jalan Taubat, Jakarta: Cakra Lintas Media,

Muhammad Yunus, 1989.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Hidakarya


Agung,

Yusuf Qardhawi,2000 Kitab Petunjuk Tobat Kembali Ke Cahaya Allah,Bandung:


PT Mizan Pustaka,

29

Anda mungkin juga menyukai