Oleh:
Viera Ananda D.S.
21/476075/PKG/1487
1
KOMUNIKASI ANTAR TENAGA KESEHATAN
I. Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi digunakan secara luas di berbagai bidang dan disiplin ilmu.
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi dan penyampaian pesan dari satu
orang ke orang lain (pemancar dan penerima) melalui simbol, suara, angka, huruf, atau
gerak tubuh. Komunikasi adalah proses multilateral pengembangan kontak antara
manusia, ditentukan oleh kebutuhan yang diciptakan kegiatan bersama. Juga,
komunikasi adalah proses yang sangat penting dari kontak, saling pengertian dan saling
mempengaruhi antara orang atau kelompok (Souliotis,2017).
2
interaksi interpersonal menambah kompleksitas proses komunikasi dan persepsi
(Souliotis,2017).
Komunikasi memiliki efek positif pada hubungan karyawan dan tenaga kerja,
komunikasi yang mengarah pada lingkungan yang ramah dan produktif merupakan
salah satu komponen terpenting dari hubungan baik antara karyawan dan manejemen.
Komunikasi, sebagai proses pengiriman dan penerimaan informasi sangat penting bagi
setiap organisasi untuk eksis dan berfungsi. Jika kita tidak dapat berkomunikasi dengan
karyawan, kita tidak akan dapat memberi tahu mereka tentang pekerjaan yang harus
dilakukan, kita tidak dapat mempengaruhi hubungan interpersonal, kita tidak dapat
memotivasi dan kita tidak dapat mengelola atau memimpin. Hubungan dan interaksi
interpersonal langsung dapat mempengaruhi komunikasi, karena sesuatu tidak pernah
diungkapkan atau dirasakan secara otonom oleh seseorang, tetapi dipengaruhi oleh
interaksi orang tersebut dengan orang lain (Souliotis,2017).
3
gelombang panas) atau social (kepadatan) dan niat sebenarnya dari pengirim juga
dapat mempengaruhi komunikasi.
4
cara manajemen dan fungsi adminsitrasi juga. Komunikasi elektronik adalah jenis
komunikasi yang paling mutakhir, cepat dan efektif.
V. Tujuan Komunikasi
5
a. Keyakinan dan kepercayaan yang terbentuk sebelumnya dapat membatasi
informasi yang akan dipahami.
b. Opini dan keyakinan tentang orang lain dapat mempengaruhi pemahaman mereka.
c. Cara mendapatkan informasi menentukan jenis informasi yang didapat
d. Terlalu sering menyimpulkan ketika pemberi pesan belum memberikan pesan
secara utuh.
e. Gangguan lingkungan minor atau mayor akan mempengaruhi proses komunikasi
skala kecil atau besar.
f. Hambatan fisik ( seperti masalah pendengaran atau penglihatan) dapat menentukan
jenis dan kualitas pesan yang dikandung.
g. Pemrosesan personal, suara hati kita, dapat menghalangi atau mendistorsi pesan
yang masuk. Mungkin ketika kita merasa bahwa sesuatu yang tidak dapat diterima
sedang diekpresikan dan kita merasa bahwa itu harus dihentikan. Kita mungkin
merasa frustrasi ketika seseorang mengungkapkan sesuatu yang asing bagi kita,
tetapi semakin mengganggu kita, semakin menarik minat kita dalam satu atau lain
cara.
Ketika berkomunikasi dengan pasien ada interaksi yang konstan, sehingga pemberi
pesan juga merupakan penerima pesan secara sadar atau tidak sadar (Souliotis,2017).
a. Komunikasi Efektif
Komunikasi merupakan hal mendasar yang menjadi salah satu faktor
keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan. Berbeda dengan komunikasi lainnya
seperti komunikasi di bidang Pendidikan, bisnis dan lain sebagainya, komunikasi
efektif dalam bidang pelayanan rumah sakit memiliki kompleksitas yang cukup tinggi
(Nurani, 2019).
Komunikasi efektif adalah proses komunikasi dimana komunikan mengerti apa
yang disampaikan dan melakukan apa yang komunikator inginkan. Komunikasi efektif
yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh penerima akan
6
mengurangi kesalahan, dan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dapat
secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami
kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon
(Nurani, 2019).
Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang berjalan baik dan dapat
dipahami satu sama lain dengan jelas dan tanpa kesalahan. Komunikasi efektif adalah
komunikasi yang terarah, mudah dimengerti dan bisa dipertanggung jawabkan
(Nurani, 2019).
Komunikasi dikatakan baik antar perawat apabila ada kerja sama yang baik saat
melakukan serah terima pasien, yaitu perawat merangkum informasi secara lisan
mengenai pasien yang menjadi tanggung jawab perawat diakhir shift. Dalam system
serah terima perlu dibentuk suatu strategi komunikasi yang baik dan dapat dimengerti
(Nurani, 2019).
Komunikasi yang dilakukan secara tidak efektif dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam penanganan dan pemberian Tindakan serta obat kepada pasien
sehingga berdampak pada kerugian bagi pasien dan rumah sakit. Komunikasi efektif
dapat memudahkan petugas Kesehatan dalam memberikan penanganan kepada pasien
(Nurani, 2019).
7
Organisasi modern sering kali merupakan entitas kompleks dimana lintas
disiplin dibutuhkan untuk berinovasi, menerapkan perubahan, dan meningkatkan
kualitas dan efisiensi kerja (Morley, 2017).
8
Patient safety sangat penting untuk perawatan kesehatan yang efektif dan
berkualitas tinggi dan didefinisikan oleh WHO sebagai meminimalisir resiko bahaya
yang tidak perlu pada pelayanan kesehatan sampai dapat diterima. Untuk
mengilustrasikan dampak patient safety pada kualitas pelayanan kesehatan, berikut
ilustrasi kejadian efek samping. Efek samping adalah cedera yang disebabkan oleh
tindakan medis yang mengakibatkan hospitalisasi dan/atau disabilitas berkepanjangan
pada waktu pasien discharge. The Joint Comission melaporkan bahwa komunikasi
yang buruk merupakan faktor yang berkontribusi pada 60% kejadian efek samping di
rumah sakit. Komunikasi buruk ditemukan pada banyak pelayanan kesehatan dan
terutama pada serah terima dan pengaturan pasien dimana kecepatan dan manajemen
efektif sangat diperlukan. Seperti pada periode perioperatif, unit perawatan intensif
(ICU), dan departemen kegawatdaruratan. Komponen dan kompleks komunikasi yang
kompleks rawan menyebabkan kesalah pahaman. Untuk mengatasi hambatan ini,
strategi komunikasi dibutuhkan, dimana membutuhkan waktu dan usaha, mengirim
informasi komprehensif secara efisien, mendorong kolaborasi interprofessional, dan
membatasi kemungkinan error. Instrument SBAR (situation, background, assessment,
recommendation) dan turunannya ISBAR, SBAR-R, ISBARR dan ISOBAR memenuhi
kebutuhan ini dan digunakan secara luas pada berbagai pelayanan kesehatan sebagai
baik alat komunikasi dan serah terima pasien secara intraprofesional dan
interprofessional. Berdasarkan struktur yang jelas, SBAR meminta penyediaan semua
informasi yang relevan, dan diatur secara logis. Dan juga, memungkinkan persiapan
sebelum proses komunikasi, dan karena pengirim dan penerima berbagi model mental
yang sama, pemahaman dan kesadarannya diharapkan lebih tinggi. Selain itu,
mengurangi hambatan terutama dalam konteks hirarki dengan mendorong pengirim
memberikan pertimbangan personal dan saran dari situasi yang terjadi
(Recommendation). SBAR dikenal sebagai teknik komunikasi yang meningkatkan
patient safety dan merupakan praktik terbaik saat ini untuk menyampaikan informasi
pada situasi kritis (Muller, 2018).
9
Tabel 1. Tabel SBAR untuk melaporkan kondisi dan mengkonsultasikan pasien (Blom,
2015)
Pertanyaan Deskripsi
S Situation Apa yang terjadi • Pengirim memperkenalkan diri
Masalah saat ini dengan pasien? dan posisi tugas
Bagaimana situasi • Mengidentifikasi penerima
yang sedang pesan
terjadi? • Menjelaskan nama pasien dan
tanggal lahir/ usia
• Menjelaskan masalah yang
terjadi secara singkat
B Background Bahaimana latar • Tanggal admisi
Menjelaskan belakang dan • Alasan admisi: keluhan utama
Riwayat medis perihal pasien • Riwayat medis yang relevan
dan keadaan saat tersebut? • Penjelasan singkat tentang
ini secara masalah dan perawatan
keseluruhan • Status medis pasien: hasil
dengan singkat pemeriksaan klinis, tanda vital,
hasil laboratorium
10
d. Rekam Medis Elektronik
11
6. Menurunkan resiko kematian pasien
Rekam medis elektronik juga dapat menyebabkan kesalahan dan
membahayakan patient safety contohnya pada ketidakmampuan provider
menggunakan alat berbasis komputer dengan baik, sehingga berdampak pada
peresepan yang salah (Firdaus, 2019).
Saat ini, cedera pasien karena perawatan yang tidak aman adalah tantangan
kesehatan masyarakat global yang besar dan berkembang dan merupakan salah satu
penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Sebagian besar kerugian
pasien ini dapat dihindari. Insiden kelalaian patient safety dapat menyebabkan
kematian dan kecacatan, serta penderitaan bagi korban dan keluarganya. Biaya
finansial dan ekonomi akibat kelalaian pun tinggi. Kepercayaan dan keyakinan public
terhadap sistem kesehatan lokal sering kali berkurang ketika insiden semacam itu
dipublikasikan. Petugas Kesehatan yang terlibat dalam insiden serius yang melibatkan
kematian atau cedera serius pada pasien juga dapat menderita kerugian psikologis yang
lama serta perasaan bersalah dan kritik yang mendalam pada diri sendiri (WHO, 2021).
Manfaat memiliki pendekatan strategis dan terkoordinasi untuk patient safety,
yaitu mengatasi penyebab umum bahaya dan pendekatan untuk mencegahnya, telah
diakui oleh pembuat kebijakan dan pemimpin politik dan Kesehatan di seluruh dunia.
Majelis Kesehatan Dunia juga meminta WHO untuk merumuskan renacana aksi patient
safety global dan dikonsultasikan dengan negara-negara anggotadan semua pihak yang
relevan. Majelis Kesehatan Dunia ke-74 (tahun 2021) menyetujui Keputusan
WHA74(13) untuk mengadopsi Rencana Aksi Keselamatan Pasien Global 2021–2030
dan meminta Direktur Jenderal untuk melaporkan kembali kemajuan dalam
pelaksanaan Global patient safety action plan 2021–2030 ke Majelis Kesehatan Dunia
ke-76 pada tahun 2023 dan setelah itu setiap dua tahun hingga 2031 (WHO, 2021).
Global patient safety action plan berusaha untuk mengeliminasi bahaya yang
dapat dihindari dalam perawatan kesehatan dengan visi “sebuah dunia dimana tidak
12
ada yang dirugikan dalam perawatan kesehatan, dan setiap pasien menerima perawatan
yang aman dan penuh hormat, setiap saat, dimana saja” (WHO, 2021).
Tujuan utamanya adalah untuk mencapai pengurarangan semaksimal mungkin
bahaya yang tidak dapat dihindari karena perawatan kesehatan yang tidak aman secara
global (WHO, 2021).
Misi dan rencana aksi global adalah untuk mendorong kebijakan, strategi, dan
tindakan, berdasarkan ilmu pengetahuan, pengalaman pasien, desain sistem dan
kemitraan, untuk menghilangkan semua sumber resiko yang dapat dihindari dan
membahayakan pasien dan petugas Kesehatan (WHO, 2021).
Patient Safety adalah suatu kerangka kerja kegiatan terorganisir yang
menciptakan budaya, proses, prosedur, perilaku, tekonologi dan lingkungan dalam
perawatan kesehatan yang secara konsisten dan berkelanjutan menurunkan resiko,
mengurangi terjadinya bahaya yang dapat dihindari, mengecilkan kemungkinan
kesalahan dan mengurangi dampak bahaya (WHO, 2021).
Patient safety merupakan tanggung jawab semua orang dan membutuhkan
partisipasi aktif dari banyak mitra utama mulai dari pasien dan keluarga hingga
organisasi pemerintah, non-pemerintah, dan professional (WHO, 2021).
1. Pemerintahan
Meliputi kementerian keesehatan dan lembaga eksekutifnya ditingkat nasional
dan daerah, lembaga legislative, kementerian terkait lainnya, dan badan
pengatur.
2. Fasilitas dan pelayanan kesehatan
Semua fasilitas perawatan kesehatan mulai dari pusat kesehatan dasar hingga
rumah sakit Pendidikan besar, terlepas dari kepemilikan dan ruang lingkup
layanan.
3. Stakeholders
Organisasi non-pemerintah, organisasi pasien dan pasien, badan professional
dan asosiasi ilmiah, serta organisasi masyarakat sipil.
4. Sekretariat WHO
WHO disemua tingkatan; kantor negara, kantor regional dan kantor pusat.
13
Global action plan menyediakan kerangka kerja melalui tujuh tujuan strategis
dan dijelaskan lebih lanjut melalui 35 strategis, masing-masing lima untuk setiap
tujuan strategis. Setiap strategi telah dioperasionalkan lebih lanjut ke dalam tindakan
yang disarankan untuk empat kelompok kunci atau kategori mitra: pemerintah,
fasilitas dan layanan perawatan kesehatan, stakeholders dan Sekretariat WHO. Tujuh
sasaran strategis (strategic objectives/SO) Global Patient Safety Action Plan 2021–
2030 adalah sebagai berikut (WHO, 2021):
.
1. SO1: Jadikan nol bahaya yang dapat dihindari bagi pasien sebagai pola pikir
dan aturan keterlibatan dalam perencanaan dan pemberian perawatan
kesehatan di manapun
2. SO2: Bangun sistem kesehatan dan organisasi kesehatan dengan keandalan
tinggi yang melindungi pasien setiap hari dari bahaya.
3. SO3: Menjamin keamanan setiap proses klinis.
4. SO4: Libatkan dan berdayakan pasien dan keluarga untuk membantu dan
mendukung perjalanan menuju perawatan kesehatan yang lebih aman.
5. SO5: Menginspirasi, mendidik, melatih, dan melindungi setiap petugas
kesehatan untuk berkontribusi pada desain dan pemberian sistem perawatan
yang aman.
6. SO6: Pastikan aliran informasi dan pengetahuan yang konstan untuk
mendorong mitigasi risiko, pengurangan tingkat bahaya yang dapat dihindari,
dan peningkatan keselamatan perawatan.
7. SO7: Mengembangkan dan mempertahankan sinergi, kemitraan dan
solidaritas multisektoral dan multinasional untuk meningkatkan keselamatan
pasien dan kualitas pelayanan.
14
DAFTAR PUSTAKA
Muller, Martin et al. 2018. Impact of the communication and patient hand-off tool SBAR on
patient safety: a systematic review. BMJ Open doi:10.1136/bmjopen-2018-022202
Blom, Lisbeth et al. 2015. The Situation, Background, Assesment and Recommendation (SBAR)
Model for Communication between Healthcare Professionals: A Clinical Intervention Pilot
Study. International Journal of Caring Sciences. September – Desember Volume 8, issue 3, page
530
Morley, London et al. 2017. Collaboration in Health Care. Journal of Medical Imaging and
Radiation Sciences page 207-216. http://dx.doi.org/10.1016/j.jmir.2017.02.071
Coolen, Ester et al. 2020. The use of SBAR as a structured communication tool in the pediatric
non-acute care setting: bridge or barrier for interprofessional collaboration?. Journal of
Interprofessional Care. https://doi.org/10.1080/13561820.2020.1816936
WHO. 2021. Global patient safety action plan 2021 – 2030 Towards eliminating avoidable harm
in health care.
Firdaus, Muhammad. 2021. Improving pastient safety and hospital service quality through
electronic medical record: a systematic review. Jurnal administrasi rumah sakit Indonesia vol. 6.
No. 1
Nurani, Sinta dan Sudiro. 2019. Analisis Efektifitas Komunikasi Tulis Baca Konfirmasi dalam
Sasaran Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Jepara. Jurnal Manajemen
Kesehatan Indonesia Vol.7 No.2 hal. 142-150
15