Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

KOMUNIKASI ANTAR PROVIDER KESEHATAN


Dosen pengampu mata kuliah
Dr. Drg. Julita Hendrartini, M.Kes

Oleh:
Viera Ananda D.S.
21/476075/PKG/1487

PROGRAM STUDI SPESIALIS KONSERVASI GIGI


PENDIDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2021

1
KOMUNIKASI ANTAR TENAGA KESEHATAN

I. Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi digunakan secara luas di berbagai bidang dan disiplin ilmu.
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi dan penyampaian pesan dari satu
orang ke orang lain (pemancar dan penerima) melalui simbol, suara, angka, huruf, atau
gerak tubuh. Komunikasi adalah proses multilateral pengembangan kontak antara
manusia, ditentukan oleh kebutuhan yang diciptakan kegiatan bersama. Juga,
komunikasi adalah proses yang sangat penting dari kontak, saling pengertian dan saling
mempengaruhi antara orang atau kelompok (Souliotis,2017).

II. Proses Komunikasi


Syarat proses komunikasi adalah bahwa suatu peristiwa mengikuti satu sama lain
secara dinamis. Hubungan dinamis atau peristiwa dinamis menghasilkan energi dan
tindakan. Jadi, apa yang kita sebut aliran informasi dalam suatu organisasi sebenarnya
adalah proses dinamis dimana pesan terus menerus dibuat, ditransmisikan, dan
diinterpretasikan. Proses komunikasi berlangsung terus menerus dan terus
berkembang, sehingga komunikasi organisasi bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja
dan kemudian berakhir (Souliotis,2017).
Komunikasi adalah proses yang berkelanjutan. Seringkali, cara seseorang duduk,
ekspresi wajah, gerak tubuh, dana nada bicara menggambarkan emosi mereka. Ada
kode isyarat komunikasi yang berbeda dari satu tempat dan tempat lain serta dari satu
era ke era lain. Saat berkomunikasi dengan pasien, fakta bahwa mereka mungkin
memiliki cara komunikasi non-verbal yang berbeda dapat menjadi kendala penting.
Diketahui, misalnya, bahwa Bahasa tubuh berbeda antar negara dan budaya
(Souliotis,2017)..
Informasi dapat disampaikan secara lisan. Tertulis, atau elektronik. Disisi lain,
ketika menyangkut organisasi kesehatan, komunikasi tidak bisa digambarkan secara
sederhana oleh formula ‘trasnmitter-receiver-channel’. Dinamika kelompok dan

2
interaksi interpersonal menambah kompleksitas proses komunikasi dan persepsi
(Souliotis,2017).
Komunikasi memiliki efek positif pada hubungan karyawan dan tenaga kerja,
komunikasi yang mengarah pada lingkungan yang ramah dan produktif merupakan
salah satu komponen terpenting dari hubungan baik antara karyawan dan manejemen.
Komunikasi, sebagai proses pengiriman dan penerimaan informasi sangat penting bagi
setiap organisasi untuk eksis dan berfungsi. Jika kita tidak dapat berkomunikasi dengan
karyawan, kita tidak akan dapat memberi tahu mereka tentang pekerjaan yang harus
dilakukan, kita tidak dapat mempengaruhi hubungan interpersonal, kita tidak dapat
memotivasi dan kita tidak dapat mengelola atau memimpin. Hubungan dan interaksi
interpersonal langsung dapat mempengaruhi komunikasi, karena sesuatu tidak pernah
diungkapkan atau dirasakan secara otonom oleh seseorang, tetapi dipengaruhi oleh
interaksi orang tersebut dengan orang lain (Souliotis,2017).

III. Karakteristik Komunikasi

Setiap tindakan komunikasi terdiri dari (Souliotis,2017).:


1. Pengirim, yang memulai proses komunikasi, juga dikenal sebagai pemancar atau
pembuat kode. Coding adalah pengumpulan dan adaptasi informasi yang akan
dikirimkan.
2. Pesan, yaitu informasi yang dikirimkan dan berisi data verbal atau non verbal.
Bagian verbal berisi semua informasi yang dikumpulkan dan dikirim oleh
pengirim. Bagian non verbal dari pesan berkaitan dengan bahasa tubuh dan
lingkungan.
3. Penerima, kepada siapa pesan tersebut ditujukan.
4. Kode yang digunakan untuk menyusun pesan, dan akan diterjemahkan oleh
penerima. Agar penerima dapat memecahkan kode dan memahami pesan, kedua
pihak harus membagi kode yang sama.
5. Saluran (alami atau buatan) melalui mana pesan disampaikan kepada penerima
(misalnya udara, mikrofon, dll). Juga kondisi alam lainnya (cuaca buruk,

3
gelombang panas) atau social (kepadatan) dan niat sebenarnya dari pengirim juga
dapat mempengaruhi komunikasi.

Bagian dasar dari proses komunikasi adalah sebagai berikut (Souliotis,2017).:


a. Pengirim
b. Kode pengirim (coding)
c. Pesan
d. Saluran
e. Penerima
f. Kode penerima (decoding)
g. Pemahaman atau hasil
h. Umpan balik

IV. Tipe Komunikasi

Cara pesan ditransmisikan mempengaruhi dan membentuk komunikasi. Isu


sensitive atau rahasia dalam lingkungan rumah sakit biasanya didiskusikan secara lisan
dan tatap muka, atau disampaikan secara tertulis dengan peringatan “rahasia”, atau
“pribadi”. Ada beberapa jenis komunikasi berikut ini:
a. Non verbal: meliputi postur tubuh, ekspresi wajah, gerakan mata, gerak tubuh, dll
b. Tipe lisan: mencakup dialog atau diskusi antara pengirim dan penerima.
Wawancara, kuliah, pidato public adalah contoh dari jenis ini.
c. Tertulis: pesan ditransmisikan secara tertulis. Contohnya surat, formular tertulis,
laporan, dsb.
d. Visual: gambar, symbol, warna dll digunakan untuk menyampaikan pesan.
e. Akustik: pesan mencapai penerima melalui indera pendengaran. Contohnya
mengirimkan pesan menggunakan telepon.
f. Visual-akustik: kombinasi kedua jenis tersebut
g. Elektronik: menggunakan alat komunikasi elektronik. Penggunaan alat elektronik
dan komputer yang semakin meningkat oleh individu dan sifat telekomunikasi
modern, mengubah tidak hanya pengertian tradisional media komunikasi, tetapi

4
cara manajemen dan fungsi adminsitrasi juga. Komunikasi elektronik adalah jenis
komunikasi yang paling mutakhir, cepat dan efektif.

V. Tujuan Komunikasi

Selain koordinasi, komunikasi juga bertujuan untuk menghubungkan satu orang


ke orang lain, dan menciptakan lingkungan kerja yang baik dan positif. Hal ini juga
dapat menciptakan suasana kerja sama, kerja tim, memudahkan karyawan untuk
mengambil tugas dan tanggung jawab baru, meningkatkan kepuasan professional dan
pada akhirnya mengarah pada tingkat efisiensi dan kemanjuran yang lebih tinggi
(Souliotis,2017).
Komunikasi memiliki tujuan sebagai berikut (Souliotis,2017):
a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.
b. Memberi motivasi
c. Memudahkan kontrol, karena tugas, wewenang dan tanggung jawab diuraikan
dengan jelas, dan akibatnya menjadi mudah untuk mengontrol dan memeriksa
perilaku dan efisiensi karyawan.
d. Membantu membangun moral. Komunikasi memungkinkan emosi terungkap dan
dapat memuaskan kebutuhan social tertentu. Itu juga dapat memperbaiki gangguan
atau segala jenis perasaan negative. Tujuan ini dapat dilayani oleh semua jenis
komunikasi, baik secara lisan (tatap muka atau melalui telepon) atau secara tertulis
(catatan, memo, formular, laporan, surat, faks, email).

VI. Hambatan Komunikasi

Beberapa faktor dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi, seperti


kompleksitas yang tinggi, banyaknya pesan, kurangnya perhatian dari penerima,
penilaian yang tergesa-gesa, penggunaan kosakata (kode) yang berbeda. Tujuh hal
berikut umumnya dianggap membuat komunikasi menjadi sulit bahkan bermasalah
(Souliotis,2017):

5
a. Keyakinan dan kepercayaan yang terbentuk sebelumnya dapat membatasi
informasi yang akan dipahami.
b. Opini dan keyakinan tentang orang lain dapat mempengaruhi pemahaman mereka.
c. Cara mendapatkan informasi menentukan jenis informasi yang didapat
d. Terlalu sering menyimpulkan ketika pemberi pesan belum memberikan pesan
secara utuh.
e. Gangguan lingkungan minor atau mayor akan mempengaruhi proses komunikasi
skala kecil atau besar.
f. Hambatan fisik ( seperti masalah pendengaran atau penglihatan) dapat menentukan
jenis dan kualitas pesan yang dikandung.
g. Pemrosesan personal, suara hati kita, dapat menghalangi atau mendistorsi pesan
yang masuk. Mungkin ketika kita merasa bahwa sesuatu yang tidak dapat diterima
sedang diekpresikan dan kita merasa bahwa itu harus dihentikan. Kita mungkin
merasa frustrasi ketika seseorang mengungkapkan sesuatu yang asing bagi kita,
tetapi semakin mengganggu kita, semakin menarik minat kita dalam satu atau lain
cara.

Ketika berkomunikasi dengan pasien ada interaksi yang konstan, sehingga pemberi
pesan juga merupakan penerima pesan secara sadar atau tidak sadar (Souliotis,2017).

VII. Sistem Komunikasi pada Pelayanan Kesehatan

a. Komunikasi Efektif
Komunikasi merupakan hal mendasar yang menjadi salah satu faktor
keselamatan pasien dan kepuasan pelanggan. Berbeda dengan komunikasi lainnya
seperti komunikasi di bidang Pendidikan, bisnis dan lain sebagainya, komunikasi
efektif dalam bidang pelayanan rumah sakit memiliki kompleksitas yang cukup tinggi
(Nurani, 2019).
Komunikasi efektif adalah proses komunikasi dimana komunikan mengerti apa
yang disampaikan dan melakukan apa yang komunikator inginkan. Komunikasi efektif
yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh penerima akan

6
mengurangi kesalahan, dan meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dapat
secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami
kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telepon
(Nurani, 2019).
Komunikasi efektif merupakan komunikasi yang berjalan baik dan dapat
dipahami satu sama lain dengan jelas dan tanpa kesalahan. Komunikasi efektif adalah
komunikasi yang terarah, mudah dimengerti dan bisa dipertanggung jawabkan
(Nurani, 2019).
Komunikasi dikatakan baik antar perawat apabila ada kerja sama yang baik saat
melakukan serah terima pasien, yaitu perawat merangkum informasi secara lisan
mengenai pasien yang menjadi tanggung jawab perawat diakhir shift. Dalam system
serah terima perlu dibentuk suatu strategi komunikasi yang baik dan dapat dimengerti
(Nurani, 2019).
Komunikasi yang dilakukan secara tidak efektif dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam penanganan dan pemberian Tindakan serta obat kepada pasien
sehingga berdampak pada kerugian bagi pasien dan rumah sakit. Komunikasi efektif
dapat memudahkan petugas Kesehatan dalam memberikan penanganan kepada pasien
(Nurani, 2019).

b. Kolaborasi pada Penanganan Pasien

Kolaborasi didefinisikan sebagai melibatkan tindakan kolektif untuk mengatasi


baik kebutuhan pasien yang kompleks dan hubungan tim professional yang melibatkan
rasa hormat dan kepercayaan. Kolaborasi meningkatan hasil pelayanan kesehatan dan
kolaborasi meningkatkan kualitas transfer pengetahuan, berbagi informasi, dan
pengambilan keputusan (Morley, 2017).
Perawatan kesehatan yang baik difasilitasi oleh pendekatan kolaboratif termasuk
banyak professional dan klien yang berbeda. Kemitraan antara tenaga kesehatan, pasien
dan keluarga dalam pengambilan keputusan bersama, koordinasi, dan kerja sama telah
didefinisikan sebagai praktek kolaboratif interprofessional (Morley, 2017).

7
Organisasi modern sering kali merupakan entitas kompleks dimana lintas
disiplin dibutuhkan untuk berinovasi, menerapkan perubahan, dan meningkatkan
kualitas dan efisiensi kerja (Morley, 2017).

c. SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation)

Alat komunikasi terstruktur telah banyak diterapkan di rumah sakit untuk


membantu komunikasi antar petugas kesehatan. Alat-alat ini telah terbukti
meningkatkan patient safety, mengurangi kematian tak terduga, mengurangi insiden
karena kesalahan komunikasi. Selain itu, alat terstruktur ini juga dapat meningkatkan
persepsi komunikasi menjembatani gap dalam gaya komunikasi antar profesi. Apabila
anggota suatu tim dapat berpartisipasi penuh dalam proses pembuatan keputusan
(contoh pada interaksi dan berbagi informasi), mereka dapat berkontribusi lebih pada
pengambilan keputusan. Memberikan dukungan mereka untuk meningkatkan kerja tim
dan merasa mampu memberi inovasi. Oleh karena itu, interaksi dan komunikasi yang
efektif antara anggota tim, dianggap penting untuk meningkatkan akuntabilitas
bersama, suasana dalam tim, dan kualitas perawatan (Coolen, 2020).
Alat komunikasi SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation)
merupakan alat komunikasi yang efektif untuk pertukaran informasi pasien diantara
tenaga kesehatan. SBAR diadaptasi dari disiplin lain, seperti aviasi dan militer, sebagai
metode komunikasi yang jelas. Kata SBAR diambil dari situation, background,
assessment, dan recommendation terkait isu kritis. Dengan mengikuti panduan ini,
alasan melakukan kontak, riwayat medis yang relevan dan situati saat ini, parameter
kepentingan, dan rencana pengirim pesan secara efektif dikomunikasikan. Struktur alat
ini meyakinkan bahwa pengirim pesan dapat memberi semua informasi yang penerima
pesan penting untuk ketahui., untuk menjawab pertanyaan atau memberi saran untuk
perawatan pasien. Alat SBAR dapat digunakan pada berbagai pengaturan yang
berbeda, dapat secara langsung, per telepon, tertulis atau dokumen digital pasien.
Sebagai hasilnya, informasi penting pasien dapat dikomunikasikan secara efektif
(Coolen, 2020).

8
Patient safety sangat penting untuk perawatan kesehatan yang efektif dan
berkualitas tinggi dan didefinisikan oleh WHO sebagai meminimalisir resiko bahaya
yang tidak perlu pada pelayanan kesehatan sampai dapat diterima. Untuk
mengilustrasikan dampak patient safety pada kualitas pelayanan kesehatan, berikut
ilustrasi kejadian efek samping. Efek samping adalah cedera yang disebabkan oleh
tindakan medis yang mengakibatkan hospitalisasi dan/atau disabilitas berkepanjangan
pada waktu pasien discharge. The Joint Comission melaporkan bahwa komunikasi
yang buruk merupakan faktor yang berkontribusi pada 60% kejadian efek samping di
rumah sakit. Komunikasi buruk ditemukan pada banyak pelayanan kesehatan dan
terutama pada serah terima dan pengaturan pasien dimana kecepatan dan manajemen
efektif sangat diperlukan. Seperti pada periode perioperatif, unit perawatan intensif
(ICU), dan departemen kegawatdaruratan. Komponen dan kompleks komunikasi yang
kompleks rawan menyebabkan kesalah pahaman. Untuk mengatasi hambatan ini,
strategi komunikasi dibutuhkan, dimana membutuhkan waktu dan usaha, mengirim
informasi komprehensif secara efisien, mendorong kolaborasi interprofessional, dan
membatasi kemungkinan error. Instrument SBAR (situation, background, assessment,
recommendation) dan turunannya ISBAR, SBAR-R, ISBARR dan ISOBAR memenuhi
kebutuhan ini dan digunakan secara luas pada berbagai pelayanan kesehatan sebagai
baik alat komunikasi dan serah terima pasien secara intraprofesional dan
interprofessional. Berdasarkan struktur yang jelas, SBAR meminta penyediaan semua
informasi yang relevan, dan diatur secara logis. Dan juga, memungkinkan persiapan
sebelum proses komunikasi, dan karena pengirim dan penerima berbagi model mental
yang sama, pemahaman dan kesadarannya diharapkan lebih tinggi. Selain itu,
mengurangi hambatan terutama dalam konteks hirarki dengan mendorong pengirim
memberikan pertimbangan personal dan saran dari situasi yang terjadi
(Recommendation). SBAR dikenal sebagai teknik komunikasi yang meningkatkan
patient safety dan merupakan praktik terbaik saat ini untuk menyampaikan informasi
pada situasi kritis (Muller, 2018).

9
Tabel 1. Tabel SBAR untuk melaporkan kondisi dan mengkonsultasikan pasien (Blom,
2015)
Pertanyaan Deskripsi
S Situation Apa yang terjadi • Pengirim memperkenalkan diri
Masalah saat ini dengan pasien? dan posisi tugas
Bagaimana situasi • Mengidentifikasi penerima
yang sedang pesan
terjadi? • Menjelaskan nama pasien dan
tanggal lahir/ usia
• Menjelaskan masalah yang
terjadi secara singkat
B Background Bahaimana latar • Tanggal admisi
Menjelaskan belakang dan • Alasan admisi: keluhan utama
Riwayat medis perihal pasien • Riwayat medis yang relevan
dan keadaan saat tersebut? • Penjelasan singkat tentang
ini secara masalah dan perawatan
keseluruhan • Status medis pasien: hasil
dengan singkat pemeriksaan klinis, tanda vital,
hasil laboratorium

A Assesment Apa masalahnya? • Diagnosa


Mengutarakan • Diagnosis sementara atau
masalah apa yang kesan klinis
terjadi
R Recommendation Apa Langkah • Menanyakan rekomendasi
Menjelaskan selanjutnya dalam perawatan
rekomendasi manajemen pasien? • Menanyakan kebutuhan
terkait situation, pemeriksaan penunjang
background, dan • Menanyakan manajemen
assesment pasien

10
d. Rekam Medis Elektronik

Rumah sakit sebagau pusat kesehatan membutuhkan pemberian pelayanan


komprehensif untuk pasien. Pasien membutuhkan pelayanan Kesehatan yang
menjamin keamanan dan mengurangi kesalahan atau eror. sesuatu yang menjamin
peningkatan patient safety (Firdaus, 2019).
Usaha untuk meningkatkan patient safety adalah menggunakan rekam
medis elektronik atau Electronic Health Records (EHR) / Electronic Medical
Records (EMR), dimana menguntungkan untuk pasien karena prosesnya lebih
efisien. Electronic Health Records dipromosikan untuk mengurangi beban kerja
klinisi, biaya dan error. Selain untuk admisi, dokter dan tenaga kesehatan lainnya
juga mendapat keuntungan karena dengan mudah mengakses informasi pasien
sehingga lebih mudah dalam pengambilan keputusan seperti diagnosis, rencana
perawatan, reaksi alergi, dan pengobatan dobel. Efisiensi penggunaan rekam medis
elektronik berdampak pada penurunan biaya operasi dan peningkatan pendapatan
fasilitas kesehatan (Firdaus, 2019).
Data elektronik diharapkan dapat membantu untuk mendeteksi, mengatur,
dan memantau adanya kejadian yang berpotensi dapat membahayakan pasien.
System ini dapat deprogram secara otomatis untuk mendeteksi dan melaporkan
kesalahan dan kelalaian, seperti pasien yang pengobatannya terlambat, pasien yang
kurang perhatian setelah perawatan, dan pasien yang tidak di follow up lebih lanjut
setelah menerima hasil laboratorium atau radiologi abnormal (Firdaus, 2019).
Beberapa poin penting yang keuntungan yang didapat dari rekam medis
elektronik untuk meningkatkan patent safety antara lain (Firdaus, 2019):
1. Identifikasi pasien dengan akurat
2. Meningkatkan komunikasi efektif
3. Membantu dalam peresepan obat yang aman untuk pasien
4. Secara spesifik menggambarkan lokasi penyakit, prosedur perawatan,
dan perawatan bedah
5. Menurunkan resiko infeksi pada pelayanan Kesehatan

11
6. Menurunkan resiko kematian pasien
Rekam medis elektronik juga dapat menyebabkan kesalahan dan
membahayakan patient safety contohnya pada ketidakmampuan provider
menggunakan alat berbasis komputer dengan baik, sehingga berdampak pada
peresepan yang salah (Firdaus, 2019).

VIII. Patient Safety

Saat ini, cedera pasien karena perawatan yang tidak aman adalah tantangan
kesehatan masyarakat global yang besar dan berkembang dan merupakan salah satu
penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Sebagian besar kerugian
pasien ini dapat dihindari. Insiden kelalaian patient safety dapat menyebabkan
kematian dan kecacatan, serta penderitaan bagi korban dan keluarganya. Biaya
finansial dan ekonomi akibat kelalaian pun tinggi. Kepercayaan dan keyakinan public
terhadap sistem kesehatan lokal sering kali berkurang ketika insiden semacam itu
dipublikasikan. Petugas Kesehatan yang terlibat dalam insiden serius yang melibatkan
kematian atau cedera serius pada pasien juga dapat menderita kerugian psikologis yang
lama serta perasaan bersalah dan kritik yang mendalam pada diri sendiri (WHO, 2021).
Manfaat memiliki pendekatan strategis dan terkoordinasi untuk patient safety,
yaitu mengatasi penyebab umum bahaya dan pendekatan untuk mencegahnya, telah
diakui oleh pembuat kebijakan dan pemimpin politik dan Kesehatan di seluruh dunia.
Majelis Kesehatan Dunia juga meminta WHO untuk merumuskan renacana aksi patient
safety global dan dikonsultasikan dengan negara-negara anggotadan semua pihak yang
relevan. Majelis Kesehatan Dunia ke-74 (tahun 2021) menyetujui Keputusan
WHA74(13) untuk mengadopsi Rencana Aksi Keselamatan Pasien Global 2021–2030
dan meminta Direktur Jenderal untuk melaporkan kembali kemajuan dalam
pelaksanaan Global patient safety action plan 2021–2030 ke Majelis Kesehatan Dunia
ke-76 pada tahun 2023 dan setelah itu setiap dua tahun hingga 2031 (WHO, 2021).
Global patient safety action plan berusaha untuk mengeliminasi bahaya yang
dapat dihindari dalam perawatan kesehatan dengan visi “sebuah dunia dimana tidak

12
ada yang dirugikan dalam perawatan kesehatan, dan setiap pasien menerima perawatan
yang aman dan penuh hormat, setiap saat, dimana saja” (WHO, 2021).
Tujuan utamanya adalah untuk mencapai pengurarangan semaksimal mungkin
bahaya yang tidak dapat dihindari karena perawatan kesehatan yang tidak aman secara
global (WHO, 2021).
Misi dan rencana aksi global adalah untuk mendorong kebijakan, strategi, dan
tindakan, berdasarkan ilmu pengetahuan, pengalaman pasien, desain sistem dan
kemitraan, untuk menghilangkan semua sumber resiko yang dapat dihindari dan
membahayakan pasien dan petugas Kesehatan (WHO, 2021).
Patient Safety adalah suatu kerangka kerja kegiatan terorganisir yang
menciptakan budaya, proses, prosedur, perilaku, tekonologi dan lingkungan dalam
perawatan kesehatan yang secara konsisten dan berkelanjutan menurunkan resiko,
mengurangi terjadinya bahaya yang dapat dihindari, mengecilkan kemungkinan
kesalahan dan mengurangi dampak bahaya (WHO, 2021).
Patient safety merupakan tanggung jawab semua orang dan membutuhkan
partisipasi aktif dari banyak mitra utama mulai dari pasien dan keluarga hingga
organisasi pemerintah, non-pemerintah, dan professional (WHO, 2021).
1. Pemerintahan
Meliputi kementerian keesehatan dan lembaga eksekutifnya ditingkat nasional
dan daerah, lembaga legislative, kementerian terkait lainnya, dan badan
pengatur.
2. Fasilitas dan pelayanan kesehatan
Semua fasilitas perawatan kesehatan mulai dari pusat kesehatan dasar hingga
rumah sakit Pendidikan besar, terlepas dari kepemilikan dan ruang lingkup
layanan.
3. Stakeholders
Organisasi non-pemerintah, organisasi pasien dan pasien, badan professional
dan asosiasi ilmiah, serta organisasi masyarakat sipil.
4. Sekretariat WHO
WHO disemua tingkatan; kantor negara, kantor regional dan kantor pusat.

13
Global action plan menyediakan kerangka kerja melalui tujuh tujuan strategis
dan dijelaskan lebih lanjut melalui 35 strategis, masing-masing lima untuk setiap
tujuan strategis. Setiap strategi telah dioperasionalkan lebih lanjut ke dalam tindakan
yang disarankan untuk empat kelompok kunci atau kategori mitra: pemerintah,
fasilitas dan layanan perawatan kesehatan, stakeholders dan Sekretariat WHO. Tujuh
sasaran strategis (strategic objectives/SO) Global Patient Safety Action Plan 2021–
2030 adalah sebagai berikut (WHO, 2021):
.
1. SO1: Jadikan nol bahaya yang dapat dihindari bagi pasien sebagai pola pikir
dan aturan keterlibatan dalam perencanaan dan pemberian perawatan
kesehatan di manapun
2. SO2: Bangun sistem kesehatan dan organisasi kesehatan dengan keandalan
tinggi yang melindungi pasien setiap hari dari bahaya.
3. SO3: Menjamin keamanan setiap proses klinis.
4. SO4: Libatkan dan berdayakan pasien dan keluarga untuk membantu dan
mendukung perjalanan menuju perawatan kesehatan yang lebih aman.
5. SO5: Menginspirasi, mendidik, melatih, dan melindungi setiap petugas
kesehatan untuk berkontribusi pada desain dan pemberian sistem perawatan
yang aman.
6. SO6: Pastikan aliran informasi dan pengetahuan yang konstan untuk
mendorong mitigasi risiko, pengurangan tingkat bahaya yang dapat dihindari,
dan peningkatan keselamatan perawatan.
7. SO7: Mengembangkan dan mempertahankan sinergi, kemitraan dan
solidaritas multisektoral dan multinasional untuk meningkatkan keselamatan
pasien dan kualitas pelayanan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muller, Martin et al. 2018. Impact of the communication and patient hand-off tool SBAR on
patient safety: a systematic review. BMJ Open doi:10.1136/bmjopen-2018-022202

Blom, Lisbeth et al. 2015. The Situation, Background, Assesment and Recommendation (SBAR)
Model for Communication between Healthcare Professionals: A Clinical Intervention Pilot
Study. International Journal of Caring Sciences. September – Desember Volume 8, issue 3, page
530

Morley, London et al. 2017. Collaboration in Health Care. Journal of Medical Imaging and
Radiation Sciences page 207-216. http://dx.doi.org/10.1016/j.jmir.2017.02.071

Coolen, Ester et al. 2020. The use of SBAR as a structured communication tool in the pediatric
non-acute care setting: bridge or barrier for interprofessional collaboration?. Journal of
Interprofessional Care. https://doi.org/10.1080/13561820.2020.1816936

WHO. 2021. Global patient safety action plan 2021 – 2030 Towards eliminating avoidable harm
in health care.

Firdaus, Muhammad. 2021. Improving pastient safety and hospital service quality through
electronic medical record: a systematic review. Jurnal administrasi rumah sakit Indonesia vol. 6.
No. 1

Nurani, Sinta dan Sudiro. 2019. Analisis Efektifitas Komunikasi Tulis Baca Konfirmasi dalam
Sasaran Keselamatan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X Jepara. Jurnal Manajemen
Kesehatan Indonesia Vol.7 No.2 hal. 142-150

15

Anda mungkin juga menyukai