Makalah Filsafat Akhlak Kel.2
Makalah Filsafat Akhlak Kel.2
FILSAFAT AKHLAK
ETIKA DAN ETIKET
Disusun Untuk Memenuhui Tugas Filsafat Akhlak
Oleh Kelompok 2:
1. KARIMANISA (2015010017)
Dosen Pengampu :
Prof.Dr.Eka Putra Wirman, M.A
Manusia dalam menjalani kehidupannya akan diperhadapkan pada dua persoalan yakni
antara baik dan buruk, sehingga perilaku yang dimunculkan dalam kehidupannya selalu
mengalami pasang surut apakah perilaku itu terjadi secara spontan maupun tidak tentu
Islam adalah agama yang santun karena dalam Islam sangat menjunjung tinggi
pentingnya etika, dan akhlak. Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia
karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabiat, perangai, karakter manusia yang
baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. 1
Dalam pembahasan Filsafat Akhlak ini, maka pemakalah akan fokus pada pembahasan
yang mengenai Etika dan Etiket. Dimana Etiket adalah sesuatu !ang seringkali serta dihubungkan
dengan etika, Padahal etika dengan etiket memiliki pengertian dan hakikat yang sama sekali
berbeda oleh sebab itu sangatlah penting bagi kita untuk memahami pengertian etiket sehingga
kita dapat menyusun secara tepat akan relasinya dengan etika relasi yang dimaksud di sini
1
Rokayah, Penerapan Etika Dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari - hari(Jurnal TERAMPIL Pendidikan
dan Pembelajaran Dasar Volume 2 Nomor 1 Juni 2015), h. 15
2
Bella Aliyando Voleris,”etika dan etiket”. https://www.scribd.com/document/353452535/Makalah-Tentang-Etika-
Dan-Etiket#. Hlm.
PEMBAHASAN
Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos” berarti adat istiadat, watak atau kebiasaan. 3 Hal
ini berarti berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan
segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu
etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Perkataan ethos dapat
diartikan sebagai kesusilaan, perasaan batin atau kecenderungan hati seseorang untuk berbuat
kebaikan. 5Dengan demikian etika dapat diartikan suatu atau setiap kesediaan jiwa seseorang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak);
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Bertens mengemukakan bahwa urutan ketiga arti tersebut kurang tepat, sebaiknya arti
ketiga ditempatkan di depan karena lebih mendasar daripada arti yang pertama dan
rumusannya juga bisa dipertajam lagi. Karena itu menurut Bertens, ketiga arti itu dapat
3
Muhammad Said, Etika Masyarat Indonesia (Cet. II; Jakarta: Pradnya Paramita, 1980), h. 1. Bandingkan
Rosdy Ruslan, Etika Kehumasan (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), h. 1-7.
4
Agus Arijanto, Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 5.
Bandingkan Ahmad Tafsir, Filsafat Umum (Cet. VII; Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h. 2-100. Robert L.
Holmes, Basic Moral Philosophy(Washintin: Wadsworth, t.th.), h. 2-20. Virginia Held, RightsandGoods, terj. Y.
Ardy Handoko, Etika Moral (Jajarta: Erlangga, 1989), h. 8-45.
5
Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia, dalam Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum
(Cet. III; Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h. 1.
6
Inu Kencana Syafie, Etika Pemerintahan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 2
1. Etika dapat dipakai dalam arti: nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga
2. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah
Kode Etik.
3. Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Arti Etika di sini sama
pandangan-pandangan dan persoalan dalam bidang moral. Jika dilihat dari bentuk mora,
maka akan terlihat bahwa pada dasarnya ada dua pernyataan, pertama, pernyataan tentang
tindakan manusia. Kedua, pernyataan tentang manusia itu sendiri atau tentang unsur- unsur
B. DEFINISI ETIKET
Etiket berasal dari Bahasa Prancis, yaitu ettiquette, yang berarti sopan santun. Etiket
menyangkut suatu perbuatan manusia. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, tetapi tidak
berlaku tidak ada orang lain atau saksi mata yang melihat. Etiket bersifat relative. Apa yang
di anggap baik disuatu tempat belum tentu baik di tempat yang lain. Ketika berbicara tentang
etiket, kita hanya melihat manusia dari segi lahiriahnya saja atau dari luarnya.
Misalnya: ketika bertemua dengan rekan bisnis atau kolega, bertukar kartu nama adalah
hal yang harus dilakukan. Cara memberikannya dengan tangan kanan adalah cara yang
sopan8.
7
Juhaya, “ aliran-aliran filsafat dan etika”. Jakarta: kencana, 2008. Ed.1 Cet.3;. hlm. 60
8
Abu Ali Ahmad al-Miskawaih, Tahdziibual-AkhlaaqwaTathhirual-A’raaq (Tahqiiq Ibnu al-Khatiib)
(Lebanon: Daaral-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1398 H), h. 40.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa. Sebagai makhluk sosial yang
bermartabat dan berbudi luhur ada baiknya kita menanamkan nilai-nilai sosial yang baik dalam
diri kita dan menyebarkannya kepada khalayak ramai. Salah satu ciri orang bermartabat adalah
memiliki sopan santun dalam kesehariannya agar bisa menjalani kehidupan yang rukun dan
damai tanpa adanya perselisihan satu sama lain.
Istilah etiket sendiri sebenarnya cukup erat kaitannya dengan etika. Walaupun saling
terkait satu sama lain namun jelas kedua istilah tersebut memiliki perbedaan yang cukup
mendasar. Secara umum etiket dijelaskan sebagai tata cara melakukan sopan santun dan
sebaliknya etika adalah penerapan langsung wujud dari sopan santun tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Arjianto, Agus. (2012). “Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis” Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo
Persada.
Juhaya, (2008). “ aliran-aliran filsafat dan etika”. Jakarta: kencana, 2008. Ed.1 Cet.3;.
Poerwadarminta, (2022). Kamus Umum Bahasa Indonesia, dalam Suhrawardi K. Lubis, Etika
Profesi Hukum (Cet. III; Jakarta: Sinar Grafika).
Rokayah, (2015). Penerapan Etika Dan Akhlak Dalam Kehidupan Sehari - hari(Jurnal
TERAMPIL Pendidikan dan Pembelajaran Dasar Volume 2).
Said, Muhammad. “Etika Masyarat Indonesia”. (Cet. II; Jakarta: Pradnya Paramita, 1980), h. 1.
Bandingkan Rosdy Ruslan, Etika Kehumasan (Cet. II; Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2002).
Syafie, Inu Kencana. (1994). Etika Pemerintahan (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta).