Anda di halaman 1dari 7

Periode Makkah : Urgensi Pendidikan Dalam Merubah Tatanan Sosial

Kemasyarakatan (QS. Al-‘Alaq 1- 5)

Syarofah, Annisa Fhaudhila Khairi

Jurusan Manajemen Pendidikan Islam-Istitut PTIQ Jakarta

(annisaalkhairi@gmail.com)

ABSTRAK

ABSTRACT

1. Pendahuluan

2. Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif-deskriptif. 1 Penelitian kualitatif
dikatakan sebagai rangkaian penelitian yang mampu menghasilkan data berupa
deskriptif kata-kata baik tertulis atau lisan dari objek atau perilaku manusia
yang dapat diamati.2 Penelitian ini juga menggunakan analisis teori dan studi
kepustakaan. Analisis teori adalah salah satu teknik dalam penelitian yang
menjadikan teori sebagai acuan dari kebenaran, fakta, dan keadaan objek yang
diteliti. Analisis teori digunakan sebagai alat pembacaan realitas yang kemudian
dikonstruksikan menjadi deskripsi yang argumentatif.3
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu menggunakan
pendekatan Perspektif Antropologi. Pendekatan Perspektif Antropologi adalah
pendekatan yang bergerak pada kerangka konseptual, perangkat asumsi,
perangkat nilai, dan perangkat gagasan yang mengidentifikasi kebudayaan yang
berkembang didalam tatanan kehidupan masyarakat. Antropologi adalah ilmu
yang mempelajari berbagai macam ragam manusia secara holistik yang
meliputi, aspek sosial budaya, biologis, kebahasaan, dan lingkungannya dalam
dimensi waktu lampau, sekarang, dan dimasa yang akan datang.

1
Wahyudin Darmalaksana, Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan, (Pre-
Print Digital Library UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2020), hal 1–6.
2
L. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal 8.
3
Hamad, Lebih Dekat Dengan Analisis Wacana, (Jurnal Komunikasi, 200), hal 325.

1
3. Pembahasan
3.1 Tafsir Al-Misbah Q.S Al-‘Alaq ayat 1-5
Surah al-Alaq merupakan surah yang pertama kali diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW. Didalam Surah ini terdapat banyak mutiara
ilmu yang menakjubkan. Berikut ini akan dibahas tentang tafsir dari surah
Al-‘Alaq ayat 1-5.

‫ِاۡق َر ۡا ِباۡس ِم َر ِّبَك اَّلِذۡى َخ َل ۚ‌َق‬


“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan”.

Kata (‫ )اقرأ‬iqra’ terambil dari kata kerja (‫ )قرأ‬qara’a yang pada mulanya
berarti menghimpun. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa Nabi SAW
bertanya (‫“ )م ااقرأ‬maa iqra” apakah yang saya harus baca? Beraneka ragam
pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang dimaksud. Ada yang
berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu al-quran sehingga perintah itu dalam
arti bacalah wahyu-wahyu al-quran ketika turun nanti. Ada yang
berpendapat objeknya adalah (‫“ )اسم رّبك‬ismi rabbika”sambil menilai huruf (‫)ب‬
ba’ yang menyertai kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti bacalah nama
Tuhanmu atau berzikirlah. Tapi jika demikian mengapa Nabi SAW menjawab
“saya tidak dapat membaca”. Seandainya yang dimaksud adalah perintah
berdzikir tentu beliau tidak menjawab demikian karena jauh sebelum wahyu
datang beliau senantiasa melakukannya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
kata iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan, dan
sebagainya.
Huruf (‫ )ب‬ba’ pada kata (‫ )با سم‬bismi ada yang memahaminya sebagai
fungsi penyertaan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat tersebut
berarti bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara ulama memahami
kalimat bismirabbika bukan dalam pengertian harfiahnya. Sudah menjadi
kebiasaan masyarakat arab, sejak masa jahiliyah mengaitkan suatu pekerjaan
dengan nama sesuatu yang mereka agungkan.
Kata (‫ )خلق‬khalaqa memiliki sekian banyak arti antara lain menciptakan
(dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih dahulu), mengukur,
memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek khalaqa pada ayat
ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun sebagaimana iqra’ bersifat umum
dengan demikian, allah adalah pencipta semua makhluk.4

4
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Kairo: Lentera Hati, 2009), hal. 392.

2
‫َخ َلَق اۡل ِاۡن َس اَن ِم ۡن َعَل ۚ‌ٍق‬
“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah”.

Kata (‫ )انسان‬insan atau manusia terambil dari akar kata (‫ )انس‬uns atau
senang, jinak, dan harmonis atau dari kata (‫ )نسي‬nis-y yang berarti lupa. Ada
juga yang berpendapat berasal dari kata (‫ ) ن وس‬naus yakni gerak atau
dinamika. Kata insan menggambarkan manusia dengan berbagai keragaman
sifatnya.
Kata (‫‘)علق‬alaq dalam kamus bahasa arab berarti segumpal darah dalam
arti cacing yang terdapat didalam air bila diminum oleh binatang maka ia
tersangkut ke krongkongannya tetapi ada yang memahaminya dalam arti
sesuatu yang tergantung didinding rahim. Karena para pakar embriologi
menyatakan bahwa setelah terjadinya pertemuan antara sperma dan induk
telur ia berproses dan membelah menjadi dua, kemudian empat, kemudian
delapan, demikian seterusnya sambil bergerak menuju kekantong kehamilan
dan melekat berdempet serta masuk kedinding rahim.
‫ِاۡق ۡا ُّبَك اۡل َاۡك ُۙم‬
‫َر‬ ‫َر َو َر‬
“Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Mulia”.

Ayat diatas memerintahkan membaca dengan menyampaikan janji


Allah diatas manfaat membaca itu. Menurut syaikh Muhammad ‘Abduh
mengemukakan kemampuan membaca dengan lancar dan baik tidak dapat
diperoleh tanpa mengulang-ulangi atau melatih diri secara teratur, hanya saja
keharusan latihan demikian itu tidak berlaku atas diri Nabi Muhammad
SAW.
Kata (‫ )األك رم‬al-akram biasa diterjemahkan dengan yang maha atau
paling pemurah atau semulia-mulia. Kata ini terambil dari kata (‫)ك رم‬
karama yang berarti memberikan dengan mudah dan tanpa pamrih, bernilai
tinggi, mulia, setia, dan kebangsawanan.
‫اَّلِذۡى َعَّلَم ِباۡل َق َلِۙم‬
“Yang mengajar (manusia) dengan pena”

‫اَّلِذۡى َعَّلَم ِباۡل َق َلِۙم‬


“Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.

3
Kata (‫ )القلم‬al-qalam terambil dari kata kerja (‫ )قلم‬qalama yang berarti
pemotong ujung sesuatu. Kata qalam berarti hasil dari penggunaan alat-alat
tersebut yakni tulisan. Makna tersebut dikuatkan oleh firman Allah dalam al-
quran ayat 1 yakni firmannya: Nun demi qalam dan apa yang mereka tulis.
Dari segi masa turunnya kedua kata qalam tersebut berkaitan erat bahkan
bersambung walaupun urutan penulisannya dalam mushaf tidak demikian.
Pada ayat diatas dinamai ihtibak maksudnya adalah tidak disebutkan
sesuatu keterangan, yang sewajarnya ada pada dua susunan kalimat yang
bergandengan, karena keterangan yang dimaksud sudah disebut pada
kalimat yang lain. Pada ayat 4, kata manusia tidak disebut karena telah
disebut pada ayat 5, dan pada ayat 5 kalimat tanpa pena tidak disebut karena
pada ayat 4 telah diisyaratkan makna itu dengan disebutnya pena. Dengan
demikian, kedua ayat diatas bearti “Dia (Allah) mengajarkan dengan pena
(tulisan) (hal-hal yang telah diketahui manusia sebelumnya) dan Dia
mengajarkan manusia (tanpa pena) apa yang belum diketahui sebelumnya.
Dari uraian diatas, kedua ayat tersebut menjelaskan dua cara yang
ditempuh Allah SWT. Dalam mengajarkan manusia. Pertama melalui pena
(tulisan) yang harus dibaca oleh manusia dan yang kedua melalui pengajaran
secara langsung tanpa alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan istilah ‘ilm
Ladunniy.5

3.2 Tafsir Ibnu Katsir Q.S Al-‘Alaq ayat 1-5


Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Aisyah, dia mengatakan: "Wahyu
yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah Saw adalah mimpi yang
benar melalui tidur. Di mana beliau tidak bermimpi melainkan datang
sesuatu seperti falag Shubuh. Setelah itu, beliau menjadi lebih senang
mengasingkan diri. Kemudian beliau mendatangi gua Hira. Di sana beliau
beribadah untuk beberapa malam dengan membawa perbekalan yang
cukup. Setelah itu, beliau pulang kembali kepada Khadijah untuk
mengambil bekal yang sama sampai akhirya datang kepada beliau wahyu
secara tiba-tiba, yang ketika itu beliau masil berada di gua Hira. Di gua itu
beliau didatangi oleh Malaikat Jibril seraya berkata, 'Bacalah!' Rasulullah
Saw bersabda, "Maka kukatakan: 'Aku tidak dapat membaca." Lebih lanjut,
beliau bersabda: "Lalu Jibril memegangku seraya mendekapku sampai aku
merasa kepayahan. Selanjutnya, Jibril melepas-kanku dan berkata: "Bacalah.'
"Aku tidak dapat membaca, jawabaku. Kemudian Jibril mendekapku untuk

5
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…hal. 393.

4
kedua kalinya sampai aku benar-benar kepayahan. Selanjutnya, dia
melepaskanku lagi seraya berkata, 'Bacalah.' Aku tetap men-jawab: 'Aku
tidak dapat membaca:' Lalu dia mendekapku untuk ketiga kalinya sampai aku
benar-benar kepayahan. Setelah itu, dia melepaskanku lagi seraya berkata,
‫ِاۡق َر ۡا ِباۡس ِم َر ِّبَك اَّلِذۡى َخ َلق‬
“Bacalah dengan Nama Rabb mu yang menciptakan”. sampaí pada pada ayat:
‫َم‬
‫“ ا َل َيۡع َلم‬Apa yang tidak diketahuinya.” Dia berkata: "Maka beliau pun pulang
dengan sekujur tubuh dalam keadaan menggigil hingga akhirnya masuk
menemui Khadijah dan berkata: "Selimuti aku, selimuti aku." Mereka pun
segera menyelimuti beliau sampai akhirnya rasa takut beliau hilang.
Selanjutnya, beliau bersada, "Apa yang terjadi padaku?" Lalu beliau
menceritakan peristiwa yang dialaminya seraya bersabda, "Aku khawatir
sesuatu akan menimpa diriku." Maka Khadijah pun berkata kepada beliau:
"Tidak, bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan pernah meng-
hinakanmu. Sesungguhnya engkau adalah orang yang paling suka
menyambung tali silaturahmi, berkata jujur, menanggung beban,
menghormati tamu, dan membantu menegakkan pilar-pilar kebenaran.
Kemudian Khadijah mengajak beliau pergi hingga akhirnya dia mem-
bawa beliau menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin 'Abdil 'Uzza bin
Qushay, yaitu anak paman Khadijah, saudara laki-laki ayahnya. Dia seorang
penganut Nasrani pada masa Jahiliyyah. Dia yang menulis sebuah kitab ber-
bahasa Arab dan juga menulis Injil dengan bahasa Arab dengan kehandak
Allah. Dia adalah seorang yang sudah berumur lagi buta. Lalu Khadijah ber-
kata, "Wahai anak paman, dengarkanlah cerita dari anak saudaramu ini.”
Kemudian Waraqah berkata, "Wahai anak saudaraku, apa yang telah terjadi
padamu?" Kemudian Rasulullah Saw menceritakan apa yang beliau alami
ke-padanya. Lalu Waraqah berkata, "Ini adalah Namus (Malaikat Jibril) yang
diturunkan kepada Musa. Andai saja saat itu aku masih muda. Andai saja
nanti aku masih hidup saat engkau diusir oleh kaummu." Kemudian
Rasulullah Saw bertanya, "Apakah mereka akan mengusirku?" Waraqah
menjawab, "Ya. Tidak akan ada seorang pun yang datang dengan membawa
apa yang engkau bawa melainkan akan disakiti. Dan jika aku masih hidup
pada masamu, niscaya aku akan mendukungmu dengan pertolongan yang
sangat besar." Dan tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan
wahyu terhenti, sehingga Rasulullah Saw benar-benar bersedih hati.

5
Berdasarkan pada berita yang sampai kepada kami, kesedihan beliau itu
berlangsung terus-menerus, agar beliau turun dari puncak gunung. Setiap
kali beliau sampai di puncak gunung dengan tujuan menjatuhkan diri, maka
Jibril muncul seraya berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau
benar-benar Rasul Allah.” Dengan demikian, maka hati beliau pun menjadi
tenang dan jiwanya menjadi stabil dan setelah itu beliau kembali pulang.
Dan jika tenggang waktu tidak turunnya wahyu itu terlalu lama, maka
beliau akan melakukan hal yang sama. Di mana jika beliau sampai di
puncak gunung, maka Malaikat Jibril tampak olehnya dan mengucapkan
hal sama kepada beliau.
Ayat al-Qur-an yang pertama turun adalah ayat-ayat yang mulia lagi
penuh berkah ini. Ayat-ayat tersebut merupakan rahmat pertama yang
dengannya Allah menyayangi hamba-hamba-Nya sekaligus sebagai nikmat
pertama yang diberikan kepada mereka. Di dalam ayat-ayat tersebut juga
termuat peringatan mengenai permulaan penciptaan manusia dari
segumpal darah. Dan bahwasanya di antara kemurahan Allah adalah Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dengan
demikian, Dia telah memuliakannya dengan ilmu. Dan itulah hal yang
menjadikan bapak ummat manusia ini, Nabi Adam mempunyai kelebihan
atas Malaikat. Terkadang, ilmu berada di dalam akal fikiran dan terkadang
juga berada dalam lisan. Juga terkadang berada dalam tulisan. Secara akal,
lisan, dan rulisan mengharuskan perolehan ilmu, dan tidak sebaliknya. Oleh
karena itu, Allah Ta'ala berfirman:
‫ۡل ۡك‬ ‫ِاۡق ۡا‬
‫َر َو َر ُّبَك ا َا َر ُم‬
‫اَّلِذۡى َعَّلَم ِباۡل َق َلِۙم‬

‫َعَّلَم اۡل ِاۡن َس اَن َم ا َل َيۡع َلۡم‬


“Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Paling Pemurah, yang mengajar ( manusia )
dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”

6
Di dalam atsar disebutkan: ‫ قيدوا العلم بالكتاب‬Selain itu, di dalam atsar
juga disebutkan: “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, maka
Allah akan mewariskan kepadanya apa yang tidak diketahui sebelumnya.6

3.3

6
Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8,
( Kairo: Mu-assasah Daar al-Hilaal, 1994), hal. 503-505.

Anda mungkin juga menyukai