PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua unsur yang berkaitan dengan kependidikan disinggung secara tersurat
atau tersirat oleh al-Qur’an. Rasul Saw. yang menerima dan bertugas untuk
demikian sabda beliau. Dalam rangka suksesnya pendidikan, Kitab Suci al-Qur’an
menguraikan banyak hal, antara lain, pengalaman para nabi, rasul, dan mereka yang
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pada pendidikan moral,
karena bukan sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah melainkan
18 nilai dalam membangun pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh
Diknas. Nilai-nilai itu di antaranya adalah: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah
1
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi (Bandung: Mizan, 2014), 93.
2
Salah satu ayat yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter adalah QS.
Ayat pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw. sebagai bekal berdakwah
dan mendidik manusia dalam surat ini adalah Iqra’ atau perintah membaca. Kata ini
sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama.
ditujukan pertama kali kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab
sebelum turunnya al-Qur’an, bahkan seorang yang tidak pandai membaca suatu
tulisan sampai akhir hayatnya. Namun, keheranan ini akan sirna jika disadari arti
iqra’ dan disadari pula bahwa perintah ini tidak hanya ditujukan kepada pribadi Nabi
Muhammad Saw. semata-mata, tetapi juga untuk umat manusia sepanjang sejarah
2
M. Quraish Shihab, al-Qur’an dan Maknanya (Tangerang: Lentera Hati, 2010), 597.
3
Dalam berbagai buku sejarah Nabi Muhammad Saw., hampir dipastikan ada
kisah yang melingkupi turunnya ayat yang pertama ini. Tanggal 17 Ramadhan, dalam
gua Hira yang remang-remang, sedangkan Nabi memasuki usia 40 tahun, malaikat
menggetarkan jiwa –seperti yang terekam dalam buku Lentera Kegelapan- berkata:
melanjutkan,
“Bacalah!”.
Jawab Nabi dengan perasaan tak menentu. Malaikat itu kemudian mendekap
Nabi masih juga memberikan jawaban yang sama. Rasulullah masih belum
memahami apa yang dikehendaki tamunya ini. Kini sosok itu kembali mendekap
3
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2009), 260.
4
beliau. Dekapan kedua ini lebih kuat dari yang pertama sehingga membuat beliau
merasa sesak untuk bernafas. Sesaat kemudian dekapan itu dilepaskan dan perintah
“Bacalah!”
“Aku sama sekali tidak bisa membaca dan menulis”. Jawaban ketiga ini
dari redaksi kisah tersebut bahwa makna yang terbersit dari ayat pertama QS. Al-Alaq
[96] adalah memerintahkan Nabi untuk menjadi seorang yang membaca dengan
menyebut nama Allah, sedangkan di sisi lain, Nabi adalah sosok yang tidak bisa
membaca dan menulis. Oleh sebab itu, Nabi mengulang-ulangi perkataannya “Aku
sama sekali tidak bisa membaca dan menulis”. Perintah iqra’ kepada Nabi yang tidak
bisa membaca itu dikarenakan al-Qur’an akan diturunkan kepadanya dan Nabi hadir
sebagai pembacanya meskipun di sisi lain Nabi bukanlah sosok yang pandai menulis.
Itu sebabnya, tegas Abduh, Allah mensifati diri-Nya dengan ( “ )الذي خلقTuhan
Pemelihara kamu yang mencipta”. Dia adalah pencipta segala yang terwujud atau
pun belum terwujud. Sifat itu mampu membuat Nabi membaca sekalipun tidak
didahului dengan belajar membaca sebab beliau tidak tahu mengenai tulis-menulis.
Lewat ayat tersebut, seakan-akan Allah hendak menyatakan; “Jadilah seorang yang
4
Tim FKI Sejarah Atsar, Lentera Kegelapan (Lirboyo: Pustaka Gerbang Lama, 2011), 106.
5
akan menjadi seorang pembaca dengan izin Tuhanmu yang telah menciptakan seluruh
yang wujud di dunia, sedangkan kemampuan membaca adalah hanya satu dari sekian
kali turun kepada Nabi Muhammad Saw., dan sejalan dengan nilai-nilai pendidikan
karakter adalah perintah untuk gemar membaca. Selain itu, nilai-nilai pendidikan
karakter dalam ayat yang sangat pendek ini adalah perintah untuk menyerahkan diri
atas kemampuan membaca kepada Allah. Ini mengarah kepada nilai religiusitas.
Kisah Jibril dengan Nabi di atas juga mengajarkan untuk bekerja keras dalam
membaca, terkandung juga rasa ingin tahu. Sekalipun Nabi dan Jibril tidak pernah
bertemu, Nabi tidak lantas memusuhi orang asing, sehingga terkesan beliau lebih
cinta damai, serta bersahabat dan komunikatif dengan orang yang baru dikenal.
Atas dasar ini, kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan al-Qur’an adalah
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai
dengan konsep yang ditetapkan Allah.” Atau, dengan kata yang lebih singkat dan
5
Muhammad Abduh, Tafs>ir Juz Amma (Mesir: Mat{ba’ah Misr, 1341 H), 123.
6
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (Bandung: Mizan, 2009), 268-269.
6
Seperti yang dikemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh al-Qur’an
adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah
dan khalifah-Nya. Manusia yang dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur
material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan
terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu
dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan Islam dikenal istilah a>dab al-di>n dan
a>dab al-dunya>.7
manusia. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu kegiatan untuk mengaktualkan
berbagai potensinya untuk dapat benar-benar menjadi manusia yang sejahtera dan
Selain itu, tujuan lain dari pendidikan karakter adalah membentuk bangsa
7
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, 270.
8
Haidar Bagir, Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia (Bandung: Mizan, 2019) 34.
7
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berdasarkan
Pancasila.
melakukan penelitian guna mengetahui lebih jauh lagi tentang pendidikan karakter
dalam surat al-Alaq [96]: 1-5. Dengan itu, dalam penelitian ini penulis memberi judul
B. Rumusan Masalah
ayat 1-5?
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Penegasan Judul
Sebagai langkah awal untuk memahami judul skripsi ini, dan untuk
yang menjadi judul skripsi ini. Adapun judul skripsi yang dimaksud adalah Nilai-
Abduh dalam QS. Al-Alaq [96] ayat 1-5). Adapun penegasan judul meliputi;
ada dalam pendidikan karakter sesuai yang dibuat oleh Diknas. Nilai-nilai itu antara
lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad Saw., yang dimulai dari surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat al-Nas.
9
hukum Islam, dan pembaru. Dia dianggap sebagai salah satu tokoh pendiri
QS. Al-Alaq [96] ayat 1-5 merupakan surat ke-96 dalam urutan surat-surat
dalam al-Qur’an. Secara historis, surat al-Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu yang
pertama kali turun kepada Nabi Muhammad Saw., tepatnya pada 17 Ramadhan.
Jadi dari uraian tersebut di atas, maksud dari judul “Nilai-nilai Pendidikan
Al-Alaq [96] ayat 1-5)” adalah nilai-nilai pendidikan karakter dalam penafsiran
F. Kajian Pustaka
Kajian seputar Pendidikan Karakter juga telah banyak dilakukan oleh para
sarjana di banyak perguruan tinggi baik Islam ataupun umum. Tema-tema pendidikan
karakter merupakan tema yang banyak dikaji, sebab tema itu adalah tema yang
penting dan dibutuhkan oleh semua pihak demi terciptanya generasi penerus yang
9
Pusat Bahasa, “Makna Telaah”, diakses pada 27 Juli 2020, https://kbbi .web.id/telaah.
10
ideal dan lebih baik. Sejauh pengamatan, peneliti menemukan beberapa karya-karya
ilmiah yang membahas seputar pendidikan karakter yang terbagi menjadi dua
Lampung Selatan.
AYAT 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Azhar), Imam Subhi, IAIN
karakter yang terdapat dalam al-Qur’an surat Lukman ayat 12-19 telaah
ini adalah pendidikan karakter yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat
terhadap apa saja konsep nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam
penilitian ini adalah pada kandungan pemikiran dalam QS al-Alaq [96]: 1-5
Karya M. Quraish Shihab dalam Surat al-Alaq [96] ayat 1-5), Faza
nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat al-Alaq ayat 1-5 pada
AYAT 1-5 (Studi Terhadap Tafsir al-Azhar Karya Hamka), Mualifah, UIN
Intan Lampung. Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan apa saja
Islam yang ada dalam surat al-Alaq ayat 1-5 menurut Tafsir al-Misbah
serta penerapannya.
Lukman dan pengajaran anak menurut surat Lukan serta membahas tentang
[96]: 1-5 yang spesifik menurut penafsiran Muhammad Abduh dalam Tafsir Juz
G. Metode Penelitian
ilmiah, maka diperlukan metode yang sesuai dengan obyek yang dikaji. Metode
kualitatif ini berfungsi sebagai cara mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan hasil
yang maksimal, adapun metode yang digunakan dalam rangka mencari dan
1. Jenis Penelitian
dari literature yang berkaitan dengan pokok masalah yang akan diteliti,
yaitu QS. Al-Alaq [96] ayat 1-5 melalui penafsiran Muhammad Abduh
2. Sumber Data
maka dalam hal ini sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian
bagian, yakni:
a. Data Primer
Juz Amma.
b. Data Sekunder
10
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dan Praktik (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991), 109.
11
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2002), 11.
17
dibuat.13
12
Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Rineka
Cipta, 1996), 26.
13
Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat, 27.
18
keinginan Muhammad Abduh dengan menyusun tema tersebut dengan kerangka yang
sistematis, serta melengkapi dengan muna>sabah atau hubungan satu ayat dengan
realitasnya, saba>b nuzu>l, makna global ayat serta hukum yang dapat ditarik.
H. Sistematika Pembahasan
dan tercakup dalam skripsi ini, antara satu bab denan bab yang lain sebagai suatu
kesatuan yang utuh. Agar penulisan skripsi ini mempunyai pembahasan yang jelas
dan terarah, maka penulisan ini dibagi menjadi dua bab yang disusun berdasarkan
sistematika berikut:
yang pertama meliputi latar belakang masalah kemudian dilanjutkan pada pokok
masalah atau rumusan masalah agar permasalahan yang dibahas lebih terfokus.
Bab II, berisi tentang konsep dan nilai-nilai pendidikan karakter, meliputi
nilai dalam pendidikan karakter, dan ditutup dengan perbedaan antara karakter dan
akhlak.
19
Bab IV, berisi tentang penafsiran Muhammad Abduh dalam QS. Al-Alaq
[96]: 1-5, dan nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa dipetik dari surat tersebut.
saran.