Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidaklah keliru jika dinyatakan bahwa al-Qur’an adalah kitab pendidikan.

Hampir semua unsur yang berkaitan dengan kependidikan disinggung secara tersurat

atau tersirat oleh al-Qur’an. Rasul Saw. yang menerima dan bertugas untuk

menyampaikan dan mengajarkannya, menamai dirinya “guru”. Bu’ithtu mu’alliman,

demikian sabda beliau. Dalam rangka suksesnya pendidikan, Kitab Suci al-Qur’an

menguraikan banyak hal, antara lain, pengalaman para nabi, rasul, dan mereka yang

memperoleh hikmah dari Allah Swt.1

Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pada pendidikan moral,

karena bukan sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah melainkan

menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga seseorang menjadi

paham, mampu merasakan dan mau melakukan yang baik.

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, setidaknya ada

18 nilai dalam membangun pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibuat oleh

Diknas. Nilai-nilai itu di antaranya adalah: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja

keras, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah

air, menghargai prestasi, bersahabat-komunikatif, cinta damai, gemar membaca,

peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.

1
M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi (Bandung: Mizan, 2014), 93.
2

Salah satu ayat yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter adalah QS.

Al-Alaq [96]: 1-5;

َ ُّ‫) اق َْرأْ َوَرب‬2 ( ‫سا َن ِم ْن َعلَ ٍق‬


‫) الَّ ِذي‬3 ( ‫ك ْاْلَ ْك َرُم‬ ِْ ‫) َخلَ َق‬1 ( ‫ك الَّ ِذي َخلَ َق‬
َ ْ‫اْلن‬ ْ ِ‫اق َْرأْ ب‬
َ ِّ‫اس ِم َرب‬
)5 ( ‫سا َن َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِْ ‫) َعلَّ َم‬4( ‫َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم‬
َ ْ‫اْلن‬
Bacalah, (Wahai Nabi Muhammad Saw., wahyu Ilahi yang beberapa saat
lagi akan engkau terima; dan bacalah juga alam dan masyarakatmu)
dengan (atau demi) nama Tuhan Pemelihara kamu yang mencipta (semua
makhluk). (Dia adalah Tuhan) yang telah menciptakan manusia dari alaq
(sesuatu yang berdempet di dinding rahim). Bacalah (berulang-ulang) dan
Tuhan Pemelihara kamu Maha Pemurah. Yang mengajar dengan pena
(yakni, dengan usahad dan sarana mereka). (dan Dia juga yang) mengajar
manusia (tanpa alat dan usaha mereka) apa yang belum diketahui-(nya).
(QS. Al-Alaq [96]: 1-5)2

Ayat pertama yang diterima Nabi Muhammad Saw. sebagai bekal berdakwah

dan mendidik manusia dalam surat ini adalah Iqra’ atau perintah membaca. Kata ini

sedemikian pentingnya sehingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama.

M. Quraish Shihab menyatakan bahwa cukup mengherankan, perintah tersebut

ditujukan pertama kali kepada seseorang yang tidak pernah membaca suatu kitab

sebelum turunnya al-Qur’an, bahkan seorang yang tidak pandai membaca suatu

tulisan sampai akhir hayatnya. Namun, keheranan ini akan sirna jika disadari arti

iqra’ dan disadari pula bahwa perintah ini tidak hanya ditujukan kepada pribadi Nabi

Muhammad Saw. semata-mata, tetapi juga untuk umat manusia sepanjang sejarah

2
M. Quraish Shihab, al-Qur’an dan Maknanya (Tangerang: Lentera Hati, 2010), 597.
3

kemanusiaan, karena realisasi perintah tersebut merupakan kunci pembuka jalanan

kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi.3

Dalam berbagai buku sejarah Nabi Muhammad Saw., hampir dipastikan ada

kisah yang melingkupi turunnya ayat yang pertama ini. Tanggal 17 Ramadhan, dalam

gua Hira yang remang-remang, sedangkan Nabi memasuki usia 40 tahun, malaikat

utusan Tuhan menyampaikan wahyu dari-Nya dengan suara lembut dan

menggetarkan jiwa –seperti yang terekam dalam buku Lentera Kegelapan- berkata:

“Ya Allah, ringankanlah bebannya, lapangkanlah dadanya dan bersihkanlah

hatinya. Wahai Muhammad, bergembiralah! Sesungguhnya engkau adalah seorang

Nabi bagi umat ini.”

Sosok itu begitu tenang dan fasih menyuarakan kalimatnya. Ia kemudian

melanjutkan,

“Bacalah!”.

“Aku sama sekali tidak bisa membaca dan menulis”.

Jawab Nabi dengan perasaan tak menentu. Malaikat itu kemudian mendekap

Nabi, mencoba meneguhkan hati Nabi Muhammad Saw.

“Bacalah!”. Ia mengulangi perintahnya.

“Aku sama sekali tidak bisa membaca dan menulis”.

Nabi masih juga memberikan jawaban yang sama. Rasulullah masih belum

memahami apa yang dikehendaki tamunya ini. Kini sosok itu kembali mendekap

3
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 2009), 260.
4

beliau. Dekapan kedua ini lebih kuat dari yang pertama sehingga membuat beliau

merasa sesak untuk bernafas. Sesaat kemudian dekapan itu dilepaskan dan perintah

yang sama kembali keluar dari mulut malaikat itu.

“Bacalah!”

“Aku sama sekali tidak bisa membaca dan menulis”. Jawaban ketiga ini

adalah penandas dari Nabi Muhammad Saw.4

Muhammad Abduh dalam Tafsi>r Juz Amma-nya menyatakan bahwa, tampak

dari redaksi kisah tersebut bahwa makna yang terbersit dari ayat pertama QS. Al-Alaq

[96] adalah memerintahkan Nabi untuk menjadi seorang yang membaca dengan

menyebut nama Allah, sedangkan di sisi lain, Nabi adalah sosok yang tidak bisa

membaca dan menulis. Oleh sebab itu, Nabi mengulang-ulangi perkataannya “Aku

sama sekali tidak bisa membaca dan menulis”. Perintah iqra’ kepada Nabi yang tidak

bisa membaca itu dikarenakan al-Qur’an akan diturunkan kepadanya dan Nabi hadir

sebagai pembacanya meskipun di sisi lain Nabi bukanlah sosok yang pandai menulis.

Itu sebabnya, tegas Abduh, Allah mensifati diri-Nya dengan ( ‫“ )الذي خلق‬Tuhan

Pemelihara kamu yang mencipta”. Dia adalah pencipta segala yang terwujud atau

pun belum terwujud. Sifat itu mampu membuat Nabi membaca sekalipun tidak

didahului dengan belajar membaca sebab beliau tidak tahu mengenai tulis-menulis.

Lewat ayat tersebut, seakan-akan Allah hendak menyatakan; “Jadilah seorang yang

membaca dengan kehendak dan kemampuan-Ku”. Ayat ini menegaskan bahwa

4
Tim FKI Sejarah Atsar, Lentera Kegelapan (Lirboyo: Pustaka Gerbang Lama, 2011), 106.
5

ucapkanlah berkali-kali sekalipun bukan seorang pembaca. Yakinlah bahwa engkau

akan menjadi seorang pembaca dengan izin Tuhanmu yang telah menciptakan seluruh

yang wujud di dunia, sedangkan kemampuan membaca adalah hanya satu dari sekian

banyak ciptaan yang telah diwujudkan Allah Swt.5

Dari penafsiran Muhammad Abduh di atas, tergambar bahwa ayat pertama

kali turun kepada Nabi Muhammad Saw., dan sejalan dengan nilai-nilai pendidikan

karakter adalah perintah untuk gemar membaca. Selain itu, nilai-nilai pendidikan

karakter dalam ayat yang sangat pendek ini adalah perintah untuk menyerahkan diri

atas kemampuan membaca kepada Allah. Ini mengarah kepada nilai religiusitas.

Kisah Jibril dengan Nabi di atas juga mengajarkan untuk bekerja keras dalam

membaca, terkandung juga rasa ingin tahu. Sekalipun Nabi dan Jibril tidak pernah

bertemu, Nabi tidak lantas memusuhi orang asing, sehingga terkesan beliau lebih

cinta damai, serta bersahabat dan komunikatif dengan orang yang baru dikenal.

Atas dasar ini, kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan al-Qur’an adalah

“membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan

fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai

dengan konsep yang ditetapkan Allah.” Atau, dengan kata yang lebih singkat dan

sering digunakan oleh al-Qur’an, “untuk bertakwa kepada-Nya.”6

5
Muhammad Abduh, Tafs>ir Juz Amma (Mesir: Mat{ba’ah Misr, 1341 H), 123.
6
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat (Bandung: Mizan, 2009), 268-269.
6

Seperti yang dikemukakan di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh al-Qur’an

adalah membina manusia guna mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah

dan khalifah-Nya. Manusia yang dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur

material (jasmani) dan immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan

ilmu. Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan

jasmaninya menghasilkan keterampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur tersebut,

terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia dan akhirat, ilmu

dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan Islam dikenal istilah a>dab al-di>n dan

a>dab al-dunya>.7

Secara ringkas, tujuan setiap upaya pendidikan adalah memanusiakan

manusia. Dengan kata lain, pendidikan adalah suatu kegiatan untuk mengaktualkan

potensi manusia sehingga benar-benar menjadi manusia sejati. Yakni, mengaktualkan

berbagai potensinya untuk dapat benar-benar menjadi manusia yang sejahtera dan

berbahagia. Yakni manusia-manusia yang memiliki kehidupan yang penuh makna,

bagi orang lain dan bagi dirinya sendiri.8

Selain itu, tujuan lain dari pendidikan karakter adalah membentuk bangsa

yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, toleran, bergotong royong,

berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan teknologi yang

7
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, 270.
8
Haidar Bagir, Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia (Bandung: Mizan, 2019) 34.
7

semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berdasarkan

Pancasila.

Berdasarkan dari uraian di atas, penulis kemudian bermaksud untuk

melakukan penelitian guna mengetahui lebih jauh lagi tentang pendidikan karakter

dalam surat al-Alaq [96]: 1-5. Dengan itu, dalam penelitian ini penulis memberi judul

“Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam al-Qur’an (Telaah Penafsiran

Muhammad Abduh dalam QS. Al-Alaq [96] ayat 1-5)”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran umum pendidikan karakter dalam QS. Al-Alaq [96]

ayat 1-5?

2. Bagaimana dasar-dasar pokok pendidikan karakter yang diterapkan dalam QS.

Al-Alaq [96] ayat 1-5 menururt Muhammad Abduh?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran umum terkait pendidikan karakter melalui QS.

Al-Alaq [96] ayat 1-5.

2. Menjelaskan dasar-dasar pokok pendidikan karakter yang diterapkan dalam

QS. Al-Alaq [96] ayat 1-5 menurut Muhammad Abduh.


8

D. Kegunaan Penelitian

Sedangkan keguanaan dari penelitian ini adalah:

1. Kegunaan penelitian secara teoritis adalah untuk memenuhi tugas skripsi.

2. Kegunaan penelitian secara praktis adalah untuk menambah wawasan

keilmuan Islam, khususnya dalam bidang tafsir al-Qur’an serta memeberikan

pencerahan kepada masyarakat tentang nilai-nilai karakter yang harus

ditanamkan kepada setiap orang.

E. Penegasan Judul

Sebagai langkah awal untuk memahami judul skripsi ini, dan untuk

menghindari kesalahpahaman, maka peneliti perlu untuk menjelaskan beberapa kata

yang menjadi judul skripsi ini. Adapun judul skripsi yang dimaksud adalah Nilai-

nilai Pendidikan Karakter dalam al-Qur’an (Telaah Penafsiran Muhammad

Abduh dalam QS. Al-Alaq [96] ayat 1-5). Adapun penegasan judul meliputi;

Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam skripsi ini adalah 18 nilai-nilai yang

ada dalam pendidikan karakter sesuai yang dibuat oleh Diknas. Nilai-nilai itu antara

lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa

ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi

Muhammad Saw., yang dimulai dari surat al-Fatihah dan ditutup dengan surat al-Nas.
9

Telaah menurut KBBI adalah penyelidikan, kajian, pemeriksaan, penelitian.9

Penafsiran adalah proses, cara, perbuatan menafsirkan; upaya untuk

menjelaskan arti sesuatu yang kurang jelas.

Muhammad Abduh adalah seorang penulis Mesir, sarjana agama, ahli

hukum Islam, dan pembaru. Dia dianggap sebagai salah satu tokoh pendiri

Modernisme Islam, kadang-kadang disebut Neo-Mu’tazilisme setelah sekolah teologi

Islam abad pertengahan berdasarkan rasionalisme Mu’tazilah.

QS. Al-Alaq [96] ayat 1-5 merupakan surat ke-96 dalam urutan surat-surat

dalam al-Qur’an. Secara historis, surat al-Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu yang

pertama kali turun kepada Nabi Muhammad Saw., tepatnya pada 17 Ramadhan.

Jadi dari uraian tersebut di atas, maksud dari judul “Nilai-nilai Pendidikan

Karakter dalam al-Qur’an (Telaah Penafsiran Muhammad Abduh dalam QS.

Al-Alaq [96] ayat 1-5)” adalah nilai-nilai pendidikan karakter dalam penafsiran

Muhammad Abduh terkait QS. Al-Alaq ayat 1-5.

F. Kajian Pustaka

Kajian seputar Pendidikan Karakter juga telah banyak dilakukan oleh para

sarjana di banyak perguruan tinggi baik Islam ataupun umum. Tema-tema pendidikan

karakter merupakan tema yang banyak dikaji, sebab tema itu adalah tema yang

penting dan dibutuhkan oleh semua pihak demi terciptanya generasi penerus yang

9
Pusat Bahasa, “Makna Telaah”, diakses pada 27 Juli 2020, https://kbbi .web.id/telaah.
10

ideal dan lebih baik. Sejauh pengamatan, peneliti menemukan beberapa karya-karya

ilmiah yang membahas seputar pendidikan karakter yang terbagi menjadi dua

pendekatan penelitian, yaitu penelitian lapangan dan library research. di antaranya:

1. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES

PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS VII SMP NEGERI 2

SUNGGUMINASA”, Skripsi, Fatmawaty Ardan, UIN Alauddin Makassar.

Skripsi ini membahas tentang implementasi pendidikan karakter dalam

pembelajaran matematika pada kelas VII SMPN 2 Sungguminasa.

2. UPAYA PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA SISWA MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MI MA’ARIF

BEGO SLEMAN, Rohamtul Laelah, UIN Sunan Kalijaga, Skripsi ini

membahas tentang kegiatan keagamaan dalam penanaman nilai-nilai

pendidikan karakter di MI Ma’arif Bego.

3. PENANAMAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1

WALERI KENDAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016, Nur Azizah, UIN

Walisongo Semarang, 2016. Skripsi ini membahas tentang penanaman

nilai-nilai pendidikan karakter dalam proses pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMAN 1 Waleri.

4. UPAYA PENDIDIKAN KARAKTER DI SMP MUHAMMADIYAH 4

METRO UTARA, Agus Kholidin, IAIN Metro, Skripsi ini membahas


11

tentang bagaimana upaya penerapan Pendidikan Karakter di SMP

Muhammadiyah 4 Metro Utara.

5. IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

PEMBELAJARAN TEMATIK PADA PESERTA DIDIK DI SEKOLAH

DASAR, Wildha Wardani, Universitas Lampung Bandar Lampung.

Penelitian ini berfokus pada bagaimana perencanaan, implementasi, dan

penilain pendidikan karakter melalui pembelajaran tematik yang dibuat

oleh pendidik pada peserta didik di Gugus Mawar Kecamatan Natar

Lampung Selatan.

6. PENGEMBANGAN KARAKTER SISWA MELALUI BUDAYA

SEKOLAH YANG RELIGIUS DI SD AISIYAH UNGGULAN

GEMOLONG TAHUN 2017, Puji Novia Sari, IAIN Surakarta, 2017.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan mengambil

tempat di SD Aisyiyah Unggulan Gemolong.

Selain penelitian-penelitian di atas yang menggunakan pendekatan kajian

lapangan serta berfokus pada pengembangan, penanaman dan implementasi

pendidikan karakter, penelitian-penelitian lain yang berfokus pada library research

juga banyak, di antaranya;

1. METODE PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG

DALAM SURAT AL-A’RAF AYAT 35-36, Syifa Fauziah, UIN Syarif


12

Hidayatullah Jakarta, Penelitian ini membahas mengenai metode

pendidikan karakter yang terkandung dalam surat al-A’raf ayat 35-36.

2. KONSEP NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-

QUR’AN SURAH AL-ISRA, Ahmad Nur, UIN Maulana Malik Ibrahim,

Penelitian ini terfokus pada nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat

dalam surat al-Isra’ dengan menggunakan beberapa kitab tafsir.

3. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PERSPEKTIF AL-

QUR’AN SURAT LUKMAN, Muhammad Suhaedi, UIN Maulana Malik

Ibrahim. Skripsi ini membahas tentang karakter manusia dan nilai-nilai

karakter yang terkandung dalam surat Lukman.

4. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUKMAN

AYAT 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Azhar), Imam Subhi, IAIN

Curup. Pembahasan dalam penelitian ini adalah tentang pendidikan

karakter yang terdapat dalam al-Qur’an surat Lukman ayat 12-19 telaah

atas kitab Tafsir al-Azhar.

5. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-

HUJURAT AYAT 11 (Analisis Atas Tafsir al-Misbah dna Tafsir fi Dzilalil

Qur’an), Mohammad Darul Muttaqin, IAIN Palangkaraya. Objek penelitian

ini adalah pendidikan karakter yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat

11 menurut tafsir al-Misbah dan Tafsir fi Dzilalil Qur’an.

6. ANALISIS KRITIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT

LUQMAN AYAT 16-19, Annis Widyaningrum, STAIN Palangkaraya.


13

Skripsi ini memfokuskan kajian untuk membuat deskripsi dan analisis

mendalam tentang pendidikan karakter dalam al-Qur’an surat Luqman ayat

16-19 dan dari pakar pendidikan karakter.

7. NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM SURAT AL-

MUJADALAH AYAT 11-12, Komarullah Azami, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini memfokuskan kajian penelitiannya

terhadap apa saja konsep nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam

al-Qur’an surat al-Muajadalah ayat 11-12.

8. NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM SURAT AL-

AHZAB AYAT 21 PERSPEKTIF TAFSIR AL-MISBAH KARYA

MUHAMMAD QURAISH SHIHAB, Anica, UIN Raden Fatah

Palembang. Skripsi ini berisi tentang konsep nilai-nilai pendidikan karakter

dalam surat al-Ahzab ayat 21 perspektif Tafsir al-Misbah.

9. KANDUNGAN PEMIKIRAN QS AL-ALAQ [96]: 1-5 TAFSIR AL-

MISBAH DAN AL-AZIM (TINJAUAN PEMIKIRAN PENDIDIKAN),

Defy Catur Muslimah, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Fokus

penilitian ini adalah pada kandungan pemikiran dalam QS al-Alaq [96]: 1-5

tafsir al-Misbah dan al-Azim serta nilai pendidikan Islam.

10. NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN RELEVANSINYA TERHADAP

PENANAMAN JIWA GEMAR MEMBACA (Studi Tafsir al-Misbah

Karya M. Quraish Shihab dalam Surat al-Alaq [96] ayat 1-5), Faza

Amalina, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini terfokus pada


14

nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat al-Alaq ayat 1-5 pada

Tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab serta relevansinya terhadap

penanaman jiwa gemar membaca.

11. KONSEP PENDIDIKAN INTEGRAL DALAM SURAT AL-ALAQ

AYAT 1-5 (Studi Terhadap Tafsir al-Azhar Karya Hamka), Mualifah, UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini berfokus pada konsep

pendidikan integral yang ada dalam al-Qur’an terutama yang terdapat

dalam surat al-Alaq ayat 1-5 dan mendeskripsikan tentang konsep

pendidikan integral Hamka.

12. TAFSIR AYAT PENDIDIKAN DALAM QS AL-ALAQ AYAT 1-5

MENURUT M. QURAISH SHIHAB, Ahmad Islahud Daroini, UIN Raden

Intan Lampung. Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan apa saja

yang terkandung dalam QS al-Alaq ayat 1-5 menurut M. Quraish Shihab.

13. NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SURAT AL-ALAQ

AYAT 1-5 MENURUT TAFSIR AL-MISBAH DAN PENERAPANNYA

DALAM PEMBELAJARAN, M. Afiqul Adib, UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang. Skripsi ini menguraikan tentang nilai-nilai pendidikan

Islam yang ada dalam surat al-Alaq ayat 1-5 menurut Tafsir al-Misbah

serta penerapannya.

14. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT

LUKMAN AYAT 12-19 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, Rizki Rachmatillah,


15

Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi ini terfokus pada pembahasan

tentang konsep pendidikan karakter oleh Luqman Hakim dalam QS

Luqman ayat 12-19 serta implikasinya.

15. KONSEP PENDIDIKAN ANAK MENURUT AL-QUR’AN SURAT

LUKMAN, Abdul Rachman, Universitas Muhammadiyah Malang. Skripsi

ini berfokus pada konsep pendidikan anak menurut al-Qur’an surat

Lukman dan pengajaran anak menurut surat Lukan serta membahas tentang

unsur-unsur pendidikan karakternya.

Dari kajian pustaka dan penelitian terdahulu di atas, peneliti belum

menemukan penelitian tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam QS. Al-Alaq

[96]: 1-5 yang spesifik menurut penafsiran Muhammad Abduh dalam Tafsir Juz

Amma. Oleh karenanya, peneliti mengambil judul di atas.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam skripsi ini menggunakan tipe penelitian kualitatif.

Agar penulisan ini mendapatkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah, maka diperlukan metode yang sesuai dengan obyek yang dikaji. Metode

kualitatif ini berfungsi sebagai cara mengerjakan sesuatu untuk mendapatkan hasil

yang maksimal, adapun metode yang digunakan dalam rangka mencari dan

menjelaskan objek penelitian adalah sebagai berikut:


16

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini bersifat

kepustakaan (library research), yakni semua data-data yang berasal dari

bahan-bahan tertulis yang telah dipublikasikan dan yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.10 Peneliti akan menulis data-data yang bersumber

dari literature yang berkaitan dengan pokok masalah yang akan diteliti,

yaitu QS. Al-Alaq [96] ayat 1-5 melalui penafsiran Muhammad Abduh

menggunakan metode deskriptif analisis, yakni penelitian yang digunakan

untuk mencari pengetahuan seluas-luasnya dari objek penelitian.11

2. Sumber Data

Karena penelitian ini tergolong penelitian pustaka yang bersifat kualitatif,

maka dalam hal ini sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah berupa buku-buku pustaka yang diklasifikasikan ke dalam dua

bagian, yakni:

a. Data Primer

Sumber primer ini berupa al-Qur’an yang digunakan sebagai

refrensi utama, serta penafsiran Muhammad Abduh dalam Tafsi>r

Juz Amma.

b. Data Sekunder

10
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dan Praktik (Jakarta: Rhineka Cipta, 1991), 109.
11
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2002), 11.
17

Sumber data selanjutnya adalah data sekunder yang merujuk pada

buku-buku, artikel dan karya ilmiah terkait pendidikan karakter.

Selain itu buku-buku yang masih ada hubungannya dengan

penelitian juga akan digunakan.

3. Metode Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan

dalam menyelesaikan penelitian ini adalah teknik dokumentasi, yaitu

dengan menghimpun literature-literatur yang berkaitan dengan objek

yang sedang diteliti. Setelah data terkumpul kemudian dianalisa dan

diklarifikasi data-data yang ada.12

4. Metode Analisis Data

Setelah data-data dalam penelitian terkumpul maka data selanjutnya akan

dianalisa dengan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif digunakan

untuk memberikan gambaran data yang ada serta memberikan interpretasi

terhadapnya. Sedangkan metode analisis digunakan untuk melakukan

pemeriksaan (analisis) secara konsepsional atas makna yang terkandung

dalam istilah-istilah yang digunakan dan pernyataan-pernyataan yang

dibuat.13

12
Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat (Yogyakarta: Rineka
Cipta, 1996), 26.
13
Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat, 27.
18

Dalam tahapan ini, peneliti berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat al-

Qur’an dari berbagai seginya, sesuai dengan pandangan, kecenderungan, dan

keinginan Muhammad Abduh dengan menyusun tema tersebut dengan kerangka yang

sistematis, serta melengkapi dengan muna>sabah atau hubungan satu ayat dengan

realitasnya, saba>b nuzu>l, makna global ayat serta hukum yang dapat ditarik.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini merupakan rangkaian pembahasan yang termuat

dan tercakup dalam skripsi ini, antara satu bab denan bab yang lain sebagai suatu

kesatuan yang utuh. Agar penulisan skripsi ini mempunyai pembahasan yang jelas

dan terarah, maka penulisan ini dibagi menjadi dua bab yang disusun berdasarkan

sistematika berikut:

Bab I, berisi pendahuluan yang mengeksplorasi tentang urgensi penelitian,

yang pertama meliputi latar belakang masalah kemudian dilanjutkan pada pokok

masalah atau rumusan masalah agar permasalahan yang dibahas lebih terfokus.

Selanjutnya tujuan dan kegunaan penelitian, penegasan judul, kemudian tinjauan

pustaka, metode penelitian dan terakhir sistematika penelitian.

Bab II, berisi tentang konsep dan nilai-nilai pendidikan karakter, meliputi

pengertian nilai, pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, nilai-

nilai dalam pendidikan karakter, dan ditutup dengan perbedaan antara karakter dan

akhlak.
19

Bab III, merupakan ulasan sekilas tentang biografi Muhammad Abduh,

riwayat pendidikan, guru-guru dan murid-muridnya, akidah serta karya-karyanya.

Bab IV, berisi tentang penafsiran Muhammad Abduh dalam QS. Al-Alaq

[96]: 1-5, dan nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa dipetik dari surat tersebut.

Bab V, merupakan bagian penutup yang mencakup kesimpulan dan saran-

saran.

Anda mungkin juga menyukai