Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 4

Tafsir Ayat-Ayat dan Syarah Hadits Tentang Kewajiban Belajar Mengajar

• NAMA – NAMA ANGGOTA KELOMPOK


• Muhammad Nasir Koto
• Muhammad Syahputra
• Muhammad Syukri Masuti
• Muhammad Yunus
• Muhammad Yusuf Purba
• Mukhdori Ali Maksum
• Nurhafijah Sigalingging
• Wawan Kurniawan
TAFSIR AYAT YAT DAN
SYARAH HADIST TENTANG
KEWAJIBAN BELAJAR
MENGAJAR
1. Surat Al-'Alaq ayat 1-5

Berikut ini surat Al Alaq ayat 1-5 dan terjemahan:

١ - ‫ِاْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ْي َخ َلَۚق‬


Arab-latin: Iqra` bismi rabbikallażī khalaq
Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,"

٢ - ‫َخ َلَق اِاْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍۚق‬


Arab-latin: Khalaqal-insāna min 'alaq
Artinya: "Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."

٣ - ‫ِاْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَاْلْك َر ُۙم‬


Arab-latin: Iqra` wa rabbukal-akram
Artinya: "Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia,"

٤ - ‫اَّلِذ ْي َع َّلَم ِباْلَقَلِۙم‬


Arab-latin: Allażī 'allama bil-qalam
Artinya: "Yang mengajar (manusia) dengan pena"

٥ - ‫َع َّلَم اِاْل ْنَس اَن َم ا َلْم َيْع َلْۗم‬


Arab-latin: 'Allamal-insāna mā lam ya'lam
Artinya: "Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
Dalam ayat ini kata iqra’ dapat berarti membaca atau mengkaji. Sebagai aktivitas intelektual dalam arti yang
luas, guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman, tetapi segala pemikiran itu tidak boleh lepas dari
Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika

Menurut Quraish Shihab (Wawasan Al-qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat (Bandung: Mizan, 2001), 433.) : kata iqra’ terambil
dari akar kata yang berarti menghimpun, yang mana melahirkan makna lain seperti, menyampaikan, menelaah,
mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik teks yang tertulis maupun yang tidak. Wahyu
pertama ini tidak menjelaskan hal spesifik tentang apa yang harus dibaca, karena Al-Qur’an menghendaki
ummatnya membaca apa saja selama bacaan itu bismi Rabbik, dalam artian bermanfaat bagi manusia. Sementara
kata al-qalam adalah simbol transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai dan keterampilan dari satu generasi
ke generasi berikutnya. Kata ini merupakan simbol abadi sejak manusia mengenal baca-tulis hingga dewasa ini.
Proses transfer budaya dan peradaban tidak akan terjadi tanpa peran penting tradisi tulis–menulis yang
dilambangkan dengan al-Qalam. Selanjutnya, dapat diketahui pula bahwa ada dua cara perolehan
dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan pena sebagaimana yang telah diketahui manusia lain
sebelumnya, dan mengajar manusia tanpa pena yang belum diketahuinya. Cara pertama adalah mengajar dengan
alat atau atas dasar usaha manusia dan cara kedua adalah mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Meskipun
berbeda namun keduanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah SWT

Wahyu pertama ini dimulai dengan kata ( ‫ = إقرأ‬membaca) yaitu bentuk kata perintah atau ‫ فعل األمر‬yang merupakan
perubahan dari kata bentuk mudhari’ yang dibentuk dengan mengganti awalan katanya dengan huruf alif . (Abdullah Abbas
Nadwi, Learning The Language Of The Holy Al-Qur’an (Belajar Mudah Bahasa Al-Qur’an) (Bandung: Mizan, 1996), 186).

Menurut kaidah ushul al-fiqh,bahwa kata-kata dalam al-qur’an yang dimulai dari kata perintah adalah merupakan kewajiban
dari perintah iu sendiri, al-ashl fi> al-amr lil wuju>b. Dari sini dapat dipahami bahwa perintah belajar (membaca) merupakan
sebuah kewajiban bagi ummat islam. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW:
‫َطَلُب ْالِع ْلِم َفِرْيَض ٌة َع َلى ُك ِّل ُم ْس ِلٍم َو ُم ْس ِلَم ٍة‬
Menurut Al-Ghazali (Mutiara Ih}ya>’ ’Ulu>muddi>n: Ringkasan Yang Ditulis Sendiri Oleh Sang Hujjatul-Islam (Bandung: Mizan, 2003), 26 ) :
hadith ini menerangkan bahwa sekurang-kurangnya yang wajib bagi seorang muslim setelah
mencapai akil baligh dan keislamannya adalah mengetahui dua kalimat syahadat dan memaknai
maknanya, tidak wajib baginya untuk menyempurnakannya dengan penjelasan-penjelasan
terperinci.
Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan
bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan bagi laki-laki
ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya wajib. Hanya saja bahwa dalam
mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan ketentuan Islam. Kewajiban menuntut ilmu
waktunya tidak ditentukan sebagimana dalam shalat, tetapi setiap ada kesempatan untuk
menuntutnya, maka kita harus menuntut ilmu. Menuntut ilmu tidak saja dapat
dilaksanakan di lembaga-lembaga formal, tetapi juga dapat dilakukan lembaga non formal.
Bahkan, pengalaman kehidupanpun merupakan guru bagi kita semua, di mana kita bisa
mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga
masalah tempat, kita dianjurkan untuk menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang
dekat maupun di tempat yang jauh, asalkan ilmu tersebut bermanfaat bagi kita. Nabi
pernah memerintahkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu walaupun sampai di tempat
yang jauh seperti negeri China
 Ayat 1 : Pada ayat ini mengatakan, kewajiban seorang muslim sebelum belajar biasakan memuliakan dan
menyebut nama Allah, karena sesungguhnya ilmu itu datangnya dari Allah. Kita bisa mendapatkan ilmu
ini dengan izin Allah, maka dari itu tidak boleh malas-malas untuk meminta kepada Allah SWT. Kalau
kita tidak meminta kepada-Nya bagaimana Allah mau memberikan kepada kita.
 Ayat 2 : Pada ayat ini Allah mengingatkan manusia bahwa tidak boleh menjadi orang yang sombong. Kita
ini hanya makhluk Allah yang berasal dari tetesan yang sangat hina yaitu tetesan sperma, yang kemudian
menjadi segumpal darah, lalu membentuk segumpal daging, sehingga menjadi seorang manusia.
 Ayat 3 : Pada ayat ini kita diminta untuk menyebut nama Allah sebelum belajar dan meminta kepada-Nya.
Sehingga Allah menurunkan sifat pemurah-Nya dengan memberikan ilmu tersebut. Ilmu ini adalah
kenikamatan bagi kita sebagai seorang muslim. Jika seorang Muslim mempunyai ilmu, maka ia akan
mendapatkan keberkahan baik di dunia maupun di akhirat, diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Maka
dari sinilah senantiasa kita selalu meminta kepada Allah, karena Allah lah pemilik segala ilmu.
 Ayat 4-5: Allah mengajarkan manusia mengenai apa-apa yang tidak diketahui oleh manusia melalui
perantara kalam. Yang dimaksudkan disini ialah kita senantiasa terbiasa untuk menulis, karena menulis
sangat banyak manfaatnya bagi diri sendiri maupun orang lain. Menulis ini tidak disampaikan secara
tersurat melainkan tersirat.
 Selain kewajiban kita untuk membaca kita juga diminta untuk bisa menulis agar ilmu tersebut terjaga.
Ilmu jika tidak ditulis ia akan hilang dengan sendirinya, karena manusia ini mempunyai sifat pelupa maka
dari itu layaknya sebagai seorang penuntun ilmu, disamping membaca kita juga harus rajin-rajin menulis.

Anda mungkin juga menyukai