Anda di halaman 1dari 20

Pengaruh Pemberian Vitamin E pada Pemijahan Lele Varietas Sangkuriang

(Clarias gariepinus) terhadap Jumlah Benih yang Dihasilkan

1. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat dalam ovary ikan betina (Milla & Linggi,
2018). Fekunditas mutlak adalah jumlah telur pada induk betina sebelum dikeluarkan pada
waktu memijah. Fekunitas relatif merupakan jumlah telur berdasarkan per satuan berat atau
panjang induk ikan (Effendie, 2002). Induk lele betina ditimbang sebelum dan sesudah
dilakukan pemijahan untuk mengetahui berat gonade. Data berat gonade digunakan untuk
menghitung fekunditas. Data berat induk lele dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Berat induk lele betina
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD
Perlakuan (g) (g) (g) (g)

0 mg/kg pakan 1.369 1.171 1.183 1.241 ± 111,01


210 mg/kg pakan 1.379 1.223 1.476 1.359 ± 127,64
240 mg/kg pakan 1.380 1.387 1.214 1.327 ± 97,92
270 mg/kg pakan 1.857 1.021 878 1.252 ± 528,80

Berdasarkan tabel 1. rerata berat induk betina paling tinggi terdapat pada dosis vitamin
E 210 mg/kg pakan yaitu 1.359 g (± 127,64). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E 240 mg/kg
pakan yaitu 1.327 g (± 97,92) dan dosis vitamin E 2 7 0 mg/kg pakan yaitu 1.252 g (±
528,80). Berat induk betina paling kecil terdapat pada dosis vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu
1.241 g (± 111,01).

Tabel 2. Berat induk lele jantan


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD
Perlakuan (g) (g) (g) (g)

0 mg/kg pakan 1.057 879 880 939 ± 102,48


210 mg/kg pakan 950 880 990 940 ± 55,67
240 mg/kg pakan 990 1.050 900 980 ± 75,50
270 mg/kg pakan 870 860 700 810 ± 95,39

Berdasarkan tabel 2. rerata berat induk jantan paling tinggi terdapat pada dosis vitamin
E 240 mg/kg pakan yaitu 980 g (± 75,50). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E 210 mg/kg
pakan yaitu 940 g (± 55,67) dan dosis vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu 939 g (± 102,48).
Berat induk jantan paling kecil terdapat pada dosis vitamin E 270 mg/kg pakan yaitu 810 g (±
95,39).

Tabel 3. Bobot gonad


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD
Perlakuan (g) (g) (g) (g)

0 mg/kg pakan 289 114 60 154,33 ± 119,71


210 mg/kg pakan 347 285 152 261,33 ± 99, 63
240 mg/kg pakan 281 268 108 219,00 ± 96,35
270 mg/kg pakan 541 226 51 272, 67 ± 248,31

Berdasarkan tabel 3. rerata bobot gonad paling tinggi terdapat pada dosis vitamin E 270
mg/kg pakan yaitu 272, 67 g (± 248,31). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E 240 mg/kg pakan
yaitu 261,33 g (± 99, 63) dan dosis vitamin E 2 4 0 mg/kg pakan yaitu 219,00 g (± 96,35).
bobot gonad paling kecil terdapat pada dosis vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu 154,33 g
(±119,71).

Tabel 4. Berat sampel telur (100 butir)


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD
Perlakuan (g) (g) (g) (g)

0 mg/kg pakan 0,115 0,097 0,093 0,10 ± 0,12


210 mg/kg pakan 0,119 0,128 0,095 0,11 ± 0,12
240 mg/kg pakan 0,127 0,131 0, 99 0,12 ± 0,12
270 mg/kg pakan 0,132 0,137 0,129 0,13 ± 0,01

Data fekunditas disajikan di tabel berdasarkan berat induk per kg. Menurut Aziz dan
Kalesaran (2017), data fekunditas dapat dihitung dengan rumus :

Wg
F= xN
Ws

F : Fekunditas

Wg : Bobot gonad (g)

Ws : Bobot sampel (g)

N : Jumlah telur dalam sampel (100 butir telur)


Data fekunditas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Fekunditas induk lele per kg induk
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD
Perlakuan (butir telur) (butir telur) (butir telur) (butir telur)

0 mg/kg pakan 183.568 100.364 54.536 112.822 ± 65.411,99a


210 mg/kg pakan 211.455 182.057 108.401 167.305 ± 53.087,31a
240 mg/kg pakan 160.333 147.498 89.861 132.564 ± 37.534,57a
270 mg/kg pakan 220.705 161.571 45.028 142.434 ± 89.388,21a
Keterangan: nilai rata-rata diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Berdasarkan tabel 5. rerata fekunditas paling tinggi terdapat pada dosis vitamin E 210
mg/kg pakan yaitu 167.305 butir (± 53.087,31). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E 270 mg/kg
pakan yaitu 142.434 butir (± 89.388,21) dan dosis vitamin E 2 4 0 mg/kg pakan yaitu
132.564 butir (± 37.534,57). Fekunditas paling kecil terdapat pada dosis vitamin E 0 mg/kg
pakan yaitu 112.822 butir (± 65.411,99). Hasil uji ANOVA menunjukkan p value > 0.05,
sehingga dosis vitamin E tidak memberikan pengaruh beda nyata terhadap fekunditas lele.
Hasil uji ANOVA fekunditas lele dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 2.

Gambar 1. Foto kolam


Gambar 2. Foto kakaban
Vitamin E yang diberikan pada induk memiliki hasil yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah
dosis yang diberikan. Fekunditas pada perlakuan yang menggunakan vitamin E pada pakan memiliki nilai
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E. Hal ini disebabkan karena vitamin E
berperan dalam perkembangan gonad yaitu untuk proses fertilisasi dan mempengaruhi fekunditas (Milla &
Linggi, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil tertinggi terdapat pada dosis vitamin E 210
mg/kg pakan yaitu 167.305 butir (± 53.087,31). Nilai fekunditas tidak berbanding lurus dengan
penambahan dosis vitamin E. Hal ini dapat disebabkan karena induk lele tidak memakan pakan yang
diberikan dalam porsi yang sama. Hal ini sesuai dengan penelitian Milla dan Linggi (2018), bahwa
kualitas pakan sangat menentukan kualitas dan kuantitas telur yang dihasilkan. Induk membutuhkan
energi tambahan yang salah satunya dapat diberikan melalui penambahan nutrisi pada pakan (Azizati et
al., 2015). Induk yang memakan pakan dengan porsi yang lebih sedikit dapat menyebabkan
kurangnya performa induk dalam memproduksi telur dengan kuantitas dan kualitas yang baik.
2. Derajat pembuahan telur
Derajat pembuahan telur adalah presentase jumlah telur yang terbuahi dari jumlah telur
yang dikeluarkan pada proses pemijahan (Farieda et al., 2018). Penghitungan derajat
pembuahan telur menggunakan metode sampling. Data sampel telur dapat dilihat pada
lampiran 6. Penghitungan derajat pembuahan telur menggunakan metode sampling dengan
memotong helaian ijuk kakaban dengan ukuran 10x10 cm sebanyak 6 buah. Potongan helai
ijuk kakaban diambil untuk digunakan menghitung jumlah telur yang menempel di ijuk
sebagai sampel (Marsela et al., 2018).

Tabel 6. Jumlah total telur yang dikeluarkan per kg induk


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD
Perlakuan (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)

0 mg/kg pakan 91.308 78.053 41.984 70.448 ± 25.526,21a


210 mg/kg pakan 139.425 120.796 46.612 102.278 ± 49.099,49a
240 mg/kg pakan 107.536 81.615 59.308 82.820 ± 24.136,56a
270 mg/kg pakan 79.806 97.029 41.913 72.916 ± 28.196,58a
Keterangan: nilai rata-rata diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Berdasarkan tabel 6. rerata jumlah total telur paling tinggi terdapat pada dosis vitamin
E 210 mg/kg pakan yaitu 102.278 ekor (± 49.099,49). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E
240 mg/kg pakan yaitu 82.820 ekor (± 24.136,56) dan dosis vitamin E 270 mg/kg pakan
yaitu 72.916 ekor (± 28.196,58). Jumlah total telur paling kecil terdapat pada dosis vitamin
E 0 mg/kg pakan yaitu 70.448 ekor (± 25.526,21). Data jumlah total telur berdistribusi
normal sehingga dilanjutkan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan p value > 0.05,
sehingga dosis vitamin E tidak memberikan pengaruh beda nyata terhadap jumlah telur.
Hasil uji ANOVA jumlah total telur dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 5.

Jumlah telur pada perlakuan yang menggunakan vitamin E pada pakan memiliki nilai
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E. Hal ini disebabkan karena
vitamin E memiliki fungsi sebagai senyawa antioksidan yang dapat mencegah terjadinya
oksidasi asam lemak tidak jenuh pada fosfolifid dalam membran sel. Antioksidan pada
vitamin E dapat melindungi lemak supaya tidak teroksidasi, yaitu lemak atau asam lemak
yang terdapat pada membran sel, sehingga proses embriogenesis berjalan dengan normal dan
hasil reproduksi dapat ditingkatkan (Tondang et al., 2019). Jumlah telur pada perlakuan
dengan penambahan vitamin E pada pakan dengan dosis yang semakin tinggi memberikan
hasil yang semakin sedikit. Kelebihan pemberian dosis vitamin E akan bersifat toksik pada
hati, sehingga tubuh ikan merespon dengan mengsekresikan vitamin E keluar melalui urin.
Hal ini menyebabkan vitamin E yang terakumulasi pada pembentukan telur menjadi lebih
sedikit (Wahyudi et al., 2016).

Tabel 7. Jumlah telur yang dibuahi per kg induk


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD
Perlakuan (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)

0 mg/kg pakan 44.120 68.602 35.277 49.333 ± 17.263,27a


210 mg/kg pakan 133.334 109.076 42.773 95.061 ± 46.878,98a
240 mg/kg pakan 90.241 71.521 72.208 72.208 ± 10.615,24a
270 mg/kg pakan 61.964 85.994 61.645 61.645 ± 13.966,72a
Keterangan: nilai rata-rata diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Berdasarkan tabel 7. rerata jumlah telur yang dibuahi paling tinggi terdapat pada dosis
vitamin E 210 mg/kg pakan yaitu 95.061 ekor (± 46.878,98). Dilanjutkan dengan dosis
vitamin E 240 mg/kg pakan yaitu 72.208 ekor (± 10.615,24) dan dosis vitamin E 270 mg/kg
pakan yaitu 61.645 ekor (± 13.966,72). Jumlah telur yang dibuahi paling kecil terdapat pada
dosis vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu 49.333 ekor (± 17.263,27). Data jumlah telur yang
dibuahi per kg induk berdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji ANOVA. Hasil uji
ANOVA menunjukkan p value > 0.05, sehingga dosis vitamin E tidak memberikan
pengaruh beda nyata terhadap jumlah telur yang dibuahi per kg induk. Hasil uji ANOVA
jumlah telur yang dibuahi per kg induk dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 7.

Jumlah telur yang dibuahi pada perlakuan yang menggunakan vitamin E pada pakan
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E. Jumlah telur
yang dibuahi dipengaruhi oleh kualitas sperma dari induk jantan. Vitamin E dapat
memberikan perlindungan pada sel sperma selama proses spermatogenesis dan fertilasi
sehingga dapat mengurangi resiko peroksidasi lipid, yang merugikan bagi mortalitas sperma
(Tondang et al., 2019). Perlakuan dengan penambahan vitamin E pada pakan dengan dosis
yang semakin tinggi menghasilkan telur yang dibuahi semakin sedikit. Hal ini disebabkan
karena kelebihan pemberian dosis vitamin E akan bersifat toksik pada hati, sehingga tubuh
ikan merespon dengan mengsekresikan vitamin E keluar melalui urin (Wahyudi et al., 2016).
Hal ini menyebabkan vitamin E yang seharusnya terakumulasi untuk meningkatkan kualitas
sperma menjadi lebih sedikit.
Menurut Aziz dan Kalesaran (2017), derajat pembuahan telur dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
jumlah telur yang dibuahi
Derajat pembuahan telur = 𝑥 100%
jumlah total telur yang dikeluarkan

Data derajat pembuahan telur dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Derajat pembuahan telur per kg induk

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD


Perlakuan (%) (%) (%) (%)

0 mg/kg pakan 48,32 87,89 84,03 73,41 ± 1,34a


210 mg/kg pakan 95,63 90,30 91,78 92,56 ± 0,14a

240 mg/kg pakan 83,92 87,63 92,50 88,02 ± 0,23a


270 mg/kg pakan 77,64 88,63 88,23 84,83 ± 0,34a
Keterangan: nilai rata-rata diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Berdasarkan tabel 8. rerata derajat pembuahan telur paling tinggi terdapat pada dosis
vitamin E 210 mg/kg pakan yaitu 92,58% (± 0,99). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E 240
mg/kg pakan yaitu 87,89% (± 0,32) dan dosis vitamin E 270 mg/kg pakan yaitu 83,89% (±
0,61). Derajat pembuahan telur paling kecil terdapat pada dosis vitamin E 0 mg/kg pakan
yaitu 73,34% (± 3,45). Berdasarkan uji normalitas, data % tidak berdistribusi normal
sehingga perlu dilakukan transformasi data. Grafik data derajat pembuahan telur menunjukan
kurva cenderung mengarah ke kanan, sehingga dilakukan transformasi akar. Grafik histogram
derajat pembuahan telur dapat dilihat pada lampiran 9. Data derajat pembuahan telur
berdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan p
value > 0.05, sehingga dosis vitamin E tidak memberikan pengaruh beda nyata terhadap
derajat pembuahan telur lele. Hasil uji ANOVA derajat pembuahan telur lele dapat dilihat
secara lengkap pada lampiran 11.

Derajat pembuahan telur yang dibuahi pada perlakuan yang menggunakan vitamin E
pada pakan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E.
Derajat pembuahan telur dihitung berdasarkan jumlah total telur dan jumlah telur yang
dibuahi. Vitamin E memiliki fungsi sebagai antioksidan yang dapat meningkatkan jumlah
total telur dan fungsi untuk melindungi sel sperma pada proses spermatogenesis dan fertilasi
sehingga dapat mengurangi resiko peroksidasi lipid, yang merugikan bagi mortalitas sperma
(Tondang et al., 2019). Perlakuan dengan penambahan vitamin E pada pakan dengan dosis
yang semakin tinggi menghasilkan derajat pembuahan telur semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena kelebihan pemberian dosis vitamin E akan bersifat toksik pada hati,
sehingga tubuh ikan merespon dengan mengsekresikan vitamin E keluar melalui urin
(Wahyudi et al., 2016). Hal ini menyebabkan vitamin E yang seharusnya terakumulasi untuk
meningkatkan derajat pembuahan telur menjadi lebih sedikit.
3. Diameter telur
Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang diukur
dengan alat ukur (Chotimah, 2019). Gonade yang semakin berkembang, maka diameter telur
akan semakin membesar, yang merupakan hasil dari vitelogenesis. Semakin meningkat
kematangan gonad maka diameter telur semakin besar Diameter telur lele diukur dengan
menggunakan mikroskop dan optilab. Pengamatan diameter telur menggunakan mikroskop
binokuler yang dilengkapi mikrometer okuler (Bulanin et al., 2016). Data diameter telur lele
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Data diameter telur


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD
Perlakuan (µm) (µm) (µm) (µm)

0 mg/kg pakan 1.438,36 1.353,50 1.240,90 1.344,25 ± 99,05a


210 mg/kg pakan 1.455,11 1.480,85 1.322,88 1.419,61 ± 84,76ab

240 mg/kg pakan 1.534,78 1.566,97 1.326,64 1.476,13 ± 130,46bc


270 mg/kg pakan 1.590,85 1.690,26 1.549,63 1.610,25 ± 72,29c
Keterangan: nilai rata-rata diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)
Berdasarkan tabel 9. rerata diameter telur paling tinggi terdapat pada dosis vitamin E
270 mg/kg pakan yaitu 1.610,25 µm (± 72.29). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E 240 mg/kg
pakan yaitu 1.476,13 µm (± 73.51) dan dosis vitamin E 210 mg/kg pakan yaitu 1.419,61 µm
(± 84.76). Diameter telur paling kecil terdapat pada dosis vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu
1.344,25 µm (± 99.05). Hasil uji ANOVA menunjukkan p value < 0.05, sehingga dosis
vitamin E memberikan pengaruh beda nyata terhadap diameter telur lele. Hasil uji ANOVA
diameter telur lele dapat dilihat secara lengkap pada lampiran 13. Selanjutnya dilakukan uji
lanjut dengan uji Duncan, hasil uji Duncan tingkat kelangsungan hidup benih lele dapat dilihat
secara lengkap pada lampiran 14.

Diameter telur pada perlakuan yang menggunakan vitamin E pada pakan memiliki
ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E. Telur yang
berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar. Hal ini disebabkan
karena vitamin E dapat meningkatkan ukuran diameter telur. Hubungan Vitamin E dengan
perkembangan diameter telur melalui prostaglandin yang disintesis secara enzimatik dengan
menggunakan asam lemak esensial. Vitamin E yang ditambahkan kedalam pakan dapat
mempertahankan keberadaaan dari asam lemak essensial tersebut, karena salah satu fungsi
dari vitamin E sebagai antioksidan (Tondang et al., 2019).
4. Produksi benih lele (3 minggu)
Produksi benih adalah jumlah benih yang hidup pada akhir penelitian atau periode yang
ditentukan. Data produksi benih lele dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Produksi benih lele per kg (3 minggu)

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD


Perlakuan (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)

0 mg/kg pakan 12.477 5.282 1.953 6.570 ± 5.379,05a


210 mg/kg pakan 69.869 5.646 17.215 30.910 ± 34.231,76a

240 mg/kg pakan 31.657 4.476 5.466 13.866 ± 15.415,12a


270 mg/kg pakan 9.198 8.087 2.813 6.700 ± 3.411,20a
Keterangan: nilai rata-rata diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Berdasarkan tabel 10. rerata produksi benih lele paling tinggi terdapat pada dosis
vitamin E 210 mg/kg pakan yaitu 30.910 ekor (± 34.231,76). Dilanjutkan dengan dosis
vitamin E 240 mg/kg pakan yaitu 13.866 ekor (± 15.415,12) dan dosis vitamin E 270 mg/kg
pakan yaitu 6.700 ekor (± 3.411,20). Produksi benih lele paling kecil terdapat pada dosis
vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu 6.570 ekor (± 5.379,05). Data produksi benih lele
berdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan p
value > 0.05, sehingga dosis vitamin E tidak memberikan pengaruh beda nyata terhadap
jumlah telur. Hasil uji ANOVA jumlah total telur dapat dilihat secara lengkap pada lampiran
16.

Produksi benih lele pada perlakuan yang menggunakan vitamin E pada pakan memiliki
nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E. Hal ini disebabkan
karena penambahan vitamin E pada pakan dapat meningkatkan reproduksi, diameter telur,
fekunditas dan kualitas telur serta larva yang dihasilkan (Etika et al., 2013). Produksi benih lele
pada perlakuan dengan penambahan vitamin E pada pakan dengan dosis yang semakin tinggi
memberikan hasil yang semakin sedikit. Kelebihan pemberian dosis vitamin E akan bersifat
toksik pada hati, sehingga tubuh ikan merespon dengan mengsekresikan vitamin E keluar
melalui urin. Hal ini menyebabkan vitamin E yang terakumulasi sebagai fungsi untuk
meningkatkan produksi benih lele menjadi lebih sedikit (Wahyudi et al., 2016).
7. Heterogenitas benih per induk

Permasalahan pada pembenihan lele salah satunya yaitu tingkat mortalitas ikan yang
tinggi yang disebabkan oleh kanibalisme. Penyebab terjadinya kanibalisme pada lele yaitu
karena kekurangan ketersediaan pakan dan perbedaan ukuran lele. Perbedaan ukuran ini
menyebabkan lele yang berukuran besar memakan lele yang berukuran lebih kecil.
Pencegahan kanibalisme pada lele dapat dilakukan dengan menyediakan kebutuhan pakan
pada lele dan melakukan penyortiran (Sundari et al., 2011). Penyortiran dilakukan agar lele
dapat dikelompokkan sesuai dengan ukuran yang sama. Penyortiran dilakukan dengan
menggunakan alat yang memiliki lubang atau celah sesuai dengan ukuran lele yang akan
disortir. Alat yang bisa digunakan untuk penyortiran ikan yaitu ember sortir (Saragih et al.,
2023).

Tabel 11. Heterogenitas ukuran benih per kg induk


Perlakuan <1-2 cm 1-2 cm 2-3 cm 3-5 cm 4-6 cm Total
(ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)
0 mg/kg pakan 6.812 1.457 211 25 11 8.525

210 mg/kg pakan 36.219 5.543 1.017 89 20 42.888

240 mg/kg pakan 17.328 1.353 114 39 10 18.843

270 mg/kg pakan 10.257 1.936 349 48 6 9.269

Berdasarkan tabel 11. jumlah benih lele dengan ukuran <1-2 cm paling banyak
terdapat pada dosis 210 mg/kg pakan yaitu 36.219 ekor. Dilanjutkan dengan dosis 240
mg/kg pakan yaitu 17.328 ekor dan dosis 270 mg/kg pakan yaitu 10.257 ekor. Jumlah benih
lele dengan ukuran <1-2 cm paling kecil terdapat pada dosis 0 mg/kg pakan yaitu 6.812
ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 1-2 cm paling banyak terdapat pada dosis 210 mg/kg
pakan yaitu 5.543 ekor. Dilanjutkan dengan dosis 270 mg/kg pakan yaitu 1.936 ekor dan
dosis 0 mg/kg pakan yaitu 1.457 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 1-2 cm paling kecil
terdapat pada dosis 24 0 mg/kg pakan yaitu 1.353 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 2-
3 cm paling banyak terdapat pada dosis 210 mg/kg pakan yaitu 1.017 ekor. Dilanjutkan
dengan dosis 270 mg/kg pakan yaitu 349 ekor dan dosis 0 mg/kg pakan yaitu 211 ekor.
Jumlah benih lele dengan ukuran 2-3 cm paling kecil terdapat pada dosis 24 0 mg/kg pakan
yaitu 144 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 3-4 cm paling banyak terdapat pada dosis
210 mg/kg pakan yaitu 89 ekor. Dilanjutkan dengan dosis 270 mg/kg pakan yaitu 48 ekor
dan dosis 240 mg/kg pakan yaitu 39 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 3-4 cm paling
kecil terdapat pada dosis 0 mg/kg pakan yaitu 25 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 4-
6 cm paling banyak terdapat pada dosis 210 mg/kg pakan yaitu 20 ekor. Dilanjutkan dengan
dosis 0 mg/kg pakan yaitu 11 ekor dan dosis 240 mg/kg pakan yaitu 10 ekor. Jumlah benih
lele dengan ukuran 4-6 cm paling kecil terdapat pada dosis 270 mg/kg pakan yaitu 6 ekor.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji normalitas fekunditas

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Fekunditas_perkg .144 12 .200 .946 12 .578
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 2. Uji ANOVA fekunditas

ANOVA
Fekunditas_perkg
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4618247946.917 3 1539415982.306 .373 .775
Within Groups 32992172264.000 8 4124021533.000
Total 37610420210.917 11

Lampiran 3. Sampel telur


1. Sampel total telur
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata
Perlakuan (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)

0 mg/kg pakan 312 228 124 201 ± 94,18


210 mg/kg pakan 481 369 172 341 ± 156,44
240 mg/kg pakan 371 283 180 278 ± 95,60
270 mg/kg pakan 371 248 92 237 ± 139,82
2. Sampel telur yang dibuahi

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata


Perlakuan (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)

0 mg/kg pakan 151 201 104 152 ± 48,51


210 mg/kg pakan 460 333 158 317 ± 151,63
240 mg/kg pakan 311 248 166 242 ± 72,71
270 mg/kg pakan 288 228 80 199 ± 107,06

3. Sampel telur yang tidak dibuahi


Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata
Perlakuan (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)

0 mg/kg pakan 161 27 20 69 ± 79,46


210 mg/kg pakan 21 36 14 24 ± 11,24
240 mg/kg pakan 60 35 14 36 ± 23,03
270 mg/kg pakan 83 20 12 38 ± 38,89

Lampiran 4. Uji normalitas total telur yang dikeluarkan per kg induk

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Jumlah_telur_perkg .122 12 .200 .951 12 .647
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 5. Uji ANOVA total telur yang dikeluarkan per kg induk

ANOVA
Jumlah_telur_perkg
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1883287180.917 3 627762393.639 .566 .653
Within Groups 8879936112.000 8 1109992014.000
Total 10763223292.917 11
Lampiran 6. Uji normalitas jumlah telur yang dibuahi per kg induk
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Telur_dibuahi_perkg .141 12 .200 .925 12 .334
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 7. Uji ANOVA jumlah telur yang dibuahi per kg induk

ANOVA
Telur_dibuahi_perkg
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3387248523.333 3 1129082841.111 1.325 .332
Within Groups 6819369175.333 8 852421146.917
Total 10206617698.667 11

Lampiran 8. Uji normalitas derajat penetasan telur

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
FR .314 12 .002 .686 12 .001
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 9. Histogram data derajat penetasan telur

Lampiran 10. Uji normalitas setelah tranformasi akar data derajat penetasan telur

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

COMPUTE .221 12 .111 .899 12 .154


transsqrt=SQRT(95.63-FR)

a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 11. Uji ANOVA data derajat penetasan telur

ANOVA
COMPUTE transsqrt=SQRT(95.63-FR)

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2.359 3 .786 .235 .870

Within Groups 26.812 8 3.352

Total 29.172 11
Lampiran 12. Uji normalitas diameter telur
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Diameter .112 12 .200* .987 12 .999

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction

Lampiran 13. Uji ANOVA diameter telur


ANOVA
Diameter
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 118722.973 3 39574.324 5.730 .022
Within Groups 55251.157 8 6906.395
Total 173974.130 11

Lampiran 14. Uji Duncan diameter telur

Diameter
a
Duncan

Subset for alpha = 0.05


Perlakuan N 1 2 3
0 mg/kg pakan 3 1344.2533
210 mg/kg pakan 3 1419.6133 1419.6133
240 mg/kg pakan 3 1509.4633 1509.4633
270 mg/kg pakan 3 1610.2467
Sig. .299 .222 .176

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 15. Uji normalitas data produksi benih lele
1) Uji normalitas Asymptotic
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Produksi_benih_3_minggu .292 12 .006 .662 12 .000

a. Lilliefors Significance Correction

2) Uji normalitas Monte Carlo


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Produksi_benih_
3_minggu
N 12

Normal Parametersa,b Mean 19881.4167


Std. Deviation 26842.31753
Most Extreme Differences Absolute .292
Positive .292
Negative -.256
Test Statistic .292
Asymp. Sig. (2-tailed) .006c
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .190d
99% Confidence Interval Lower Bound .089
Upper Bound .291

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 100 sampled tables with starting seed 299883525.

Lampiran 16. Uji ANOVA data produksi benih lele


ANOVA
Produksi_benih_3_minggu
Sum of Squares d Mean Square F Sig.
f
Between Groups 2315826292.25 3 771942097.417 1.101 .403
0

Within Groups 5609783822.66 8 701222977.833


7

Total 7925610114.91 11
7
Lampiran 17. Uji normalitas data produksi benih lele per kg induk
1) Uji normalitas Asymptotic
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Produksi_benih_lele_perkg .292 12 .006 .646 12 .000
a. Lilliefors Significance Correction

2) Uji normalitas Monte Carlo

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Produksi_benih_
lele_perkg
N 12
Normal Parametersa,b Mean 14511.5833
Std. Deviation 19259.61502
Most Extreme Differences Absolute .292
Positive .292
Negative -.257
Test Statistic .292
Asymp. Sig. (2-tailed) .006c

Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .260d


99% Confidence Interval Lower Bound .147
Upper Bound .373

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 100 sampled tables with starting seed 334431365.

Lampiran 18. Uji ANOVA data produksi benih lele per kg induk

ANOVA
Produksi_benih_lele_perkg
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1180241472.917 3 393413824.306 1.085 .409
Within Groups 2900019004.000 8 362502375.500
Total 4080260476.917 11

Anda mungkin juga menyukai