12 09
12 09
1. Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat dalam ovary ikan betina (Milla & Linggi,
2018). Fekunditas mutlak adalah jumlah telur pada induk betina sebelum dikeluarkan pada
waktu memijah. Fekunitas relatif merupakan jumlah telur berdasarkan per satuan berat atau
panjang induk ikan (Effendie, 2002). Induk lele betina ditimbang sebelum dan sesudah
dilakukan pemijahan untuk mengetahui berat gonade. Data berat gonade digunakan untuk
menghitung fekunditas. Data berat induk lele dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Berat induk lele betina
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata ± SD
Perlakuan (g) (g) (g) (g)
Berdasarkan tabel 1. rerata berat induk betina paling tinggi terdapat pada dosis vitamin
E 210 mg/kg pakan yaitu 1.359 g (± 127,64). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E 240 mg/kg
pakan yaitu 1.327 g (± 97,92) dan dosis vitamin E 2 7 0 mg/kg pakan yaitu 1.252 g (±
528,80). Berat induk betina paling kecil terdapat pada dosis vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu
1.241 g (± 111,01).
Berdasarkan tabel 2. rerata berat induk jantan paling tinggi terdapat pada dosis vitamin
E 240 mg/kg pakan yaitu 980 g (± 75,50). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E 210 mg/kg
pakan yaitu 940 g (± 55,67) dan dosis vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu 939 g (± 102,48).
Berat induk jantan paling kecil terdapat pada dosis vitamin E 270 mg/kg pakan yaitu 810 g (±
95,39).
Berdasarkan tabel 3. rerata bobot gonad paling tinggi terdapat pada dosis vitamin E 270
mg/kg pakan yaitu 272, 67 g (± 248,31). Dilanjutkan dengan dosis vitamin E 240 mg/kg pakan
yaitu 261,33 g (± 99, 63) dan dosis vitamin E 2 4 0 mg/kg pakan yaitu 219,00 g (± 96,35).
bobot gonad paling kecil terdapat pada dosis vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu 154,33 g
(±119,71).
Data fekunditas disajikan di tabel berdasarkan berat induk per kg. Menurut Aziz dan
Kalesaran (2017), data fekunditas dapat dihitung dengan rumus :
Wg
F= xN
Ws
F : Fekunditas
Jumlah telur pada perlakuan yang menggunakan vitamin E pada pakan memiliki nilai
yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E. Hal ini disebabkan karena
vitamin E memiliki fungsi sebagai senyawa antioksidan yang dapat mencegah terjadinya
oksidasi asam lemak tidak jenuh pada fosfolifid dalam membran sel. Antioksidan pada
vitamin E dapat melindungi lemak supaya tidak teroksidasi, yaitu lemak atau asam lemak
yang terdapat pada membran sel, sehingga proses embriogenesis berjalan dengan normal dan
hasil reproduksi dapat ditingkatkan (Tondang et al., 2019). Jumlah telur pada perlakuan
dengan penambahan vitamin E pada pakan dengan dosis yang semakin tinggi memberikan
hasil yang semakin sedikit. Kelebihan pemberian dosis vitamin E akan bersifat toksik pada
hati, sehingga tubuh ikan merespon dengan mengsekresikan vitamin E keluar melalui urin.
Hal ini menyebabkan vitamin E yang terakumulasi pada pembentukan telur menjadi lebih
sedikit (Wahyudi et al., 2016).
Jumlah telur yang dibuahi pada perlakuan yang menggunakan vitamin E pada pakan
memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E. Jumlah telur
yang dibuahi dipengaruhi oleh kualitas sperma dari induk jantan. Vitamin E dapat
memberikan perlindungan pada sel sperma selama proses spermatogenesis dan fertilasi
sehingga dapat mengurangi resiko peroksidasi lipid, yang merugikan bagi mortalitas sperma
(Tondang et al., 2019). Perlakuan dengan penambahan vitamin E pada pakan dengan dosis
yang semakin tinggi menghasilkan telur yang dibuahi semakin sedikit. Hal ini disebabkan
karena kelebihan pemberian dosis vitamin E akan bersifat toksik pada hati, sehingga tubuh
ikan merespon dengan mengsekresikan vitamin E keluar melalui urin (Wahyudi et al., 2016).
Hal ini menyebabkan vitamin E yang seharusnya terakumulasi untuk meningkatkan kualitas
sperma menjadi lebih sedikit.
Menurut Aziz dan Kalesaran (2017), derajat pembuahan telur dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
jumlah telur yang dibuahi
Derajat pembuahan telur = 𝑥 100%
jumlah total telur yang dikeluarkan
Derajat pembuahan telur yang dibuahi pada perlakuan yang menggunakan vitamin E
pada pakan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E.
Derajat pembuahan telur dihitung berdasarkan jumlah total telur dan jumlah telur yang
dibuahi. Vitamin E memiliki fungsi sebagai antioksidan yang dapat meningkatkan jumlah
total telur dan fungsi untuk melindungi sel sperma pada proses spermatogenesis dan fertilasi
sehingga dapat mengurangi resiko peroksidasi lipid, yang merugikan bagi mortalitas sperma
(Tondang et al., 2019). Perlakuan dengan penambahan vitamin E pada pakan dengan dosis
yang semakin tinggi menghasilkan derajat pembuahan telur semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena kelebihan pemberian dosis vitamin E akan bersifat toksik pada hati,
sehingga tubuh ikan merespon dengan mengsekresikan vitamin E keluar melalui urin
(Wahyudi et al., 2016). Hal ini menyebabkan vitamin E yang seharusnya terakumulasi untuk
meningkatkan derajat pembuahan telur menjadi lebih sedikit.
3. Diameter telur
Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang diukur
dengan alat ukur (Chotimah, 2019). Gonade yang semakin berkembang, maka diameter telur
akan semakin membesar, yang merupakan hasil dari vitelogenesis. Semakin meningkat
kematangan gonad maka diameter telur semakin besar Diameter telur lele diukur dengan
menggunakan mikroskop dan optilab. Pengamatan diameter telur menggunakan mikroskop
binokuler yang dilengkapi mikrometer okuler (Bulanin et al., 2016). Data diameter telur lele
dapat dilihat pada tabel berikut:
Diameter telur pada perlakuan yang menggunakan vitamin E pada pakan memiliki
ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E. Telur yang
berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar. Hal ini disebabkan
karena vitamin E dapat meningkatkan ukuran diameter telur. Hubungan Vitamin E dengan
perkembangan diameter telur melalui prostaglandin yang disintesis secara enzimatik dengan
menggunakan asam lemak esensial. Vitamin E yang ditambahkan kedalam pakan dapat
mempertahankan keberadaaan dari asam lemak essensial tersebut, karena salah satu fungsi
dari vitamin E sebagai antioksidan (Tondang et al., 2019).
4. Produksi benih lele (3 minggu)
Produksi benih adalah jumlah benih yang hidup pada akhir penelitian atau periode yang
ditentukan. Data produksi benih lele dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Produksi benih lele per kg (3 minggu)
Berdasarkan tabel 10. rerata produksi benih lele paling tinggi terdapat pada dosis
vitamin E 210 mg/kg pakan yaitu 30.910 ekor (± 34.231,76). Dilanjutkan dengan dosis
vitamin E 240 mg/kg pakan yaitu 13.866 ekor (± 15.415,12) dan dosis vitamin E 270 mg/kg
pakan yaitu 6.700 ekor (± 3.411,20). Produksi benih lele paling kecil terdapat pada dosis
vitamin E 0 mg/kg pakan yaitu 6.570 ekor (± 5.379,05). Data produksi benih lele
berdistribusi normal sehingga dilanjutkan uji ANOVA. Hasil uji ANOVA menunjukkan p
value > 0.05, sehingga dosis vitamin E tidak memberikan pengaruh beda nyata terhadap
jumlah telur. Hasil uji ANOVA jumlah total telur dapat dilihat secara lengkap pada lampiran
16.
Produksi benih lele pada perlakuan yang menggunakan vitamin E pada pakan memiliki
nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa vitamin E. Hal ini disebabkan
karena penambahan vitamin E pada pakan dapat meningkatkan reproduksi, diameter telur,
fekunditas dan kualitas telur serta larva yang dihasilkan (Etika et al., 2013). Produksi benih lele
pada perlakuan dengan penambahan vitamin E pada pakan dengan dosis yang semakin tinggi
memberikan hasil yang semakin sedikit. Kelebihan pemberian dosis vitamin E akan bersifat
toksik pada hati, sehingga tubuh ikan merespon dengan mengsekresikan vitamin E keluar
melalui urin. Hal ini menyebabkan vitamin E yang terakumulasi sebagai fungsi untuk
meningkatkan produksi benih lele menjadi lebih sedikit (Wahyudi et al., 2016).
7. Heterogenitas benih per induk
Permasalahan pada pembenihan lele salah satunya yaitu tingkat mortalitas ikan yang
tinggi yang disebabkan oleh kanibalisme. Penyebab terjadinya kanibalisme pada lele yaitu
karena kekurangan ketersediaan pakan dan perbedaan ukuran lele. Perbedaan ukuran ini
menyebabkan lele yang berukuran besar memakan lele yang berukuran lebih kecil.
Pencegahan kanibalisme pada lele dapat dilakukan dengan menyediakan kebutuhan pakan
pada lele dan melakukan penyortiran (Sundari et al., 2011). Penyortiran dilakukan agar lele
dapat dikelompokkan sesuai dengan ukuran yang sama. Penyortiran dilakukan dengan
menggunakan alat yang memiliki lubang atau celah sesuai dengan ukuran lele yang akan
disortir. Alat yang bisa digunakan untuk penyortiran ikan yaitu ember sortir (Saragih et al.,
2023).
Berdasarkan tabel 11. jumlah benih lele dengan ukuran <1-2 cm paling banyak
terdapat pada dosis 210 mg/kg pakan yaitu 36.219 ekor. Dilanjutkan dengan dosis 240
mg/kg pakan yaitu 17.328 ekor dan dosis 270 mg/kg pakan yaitu 10.257 ekor. Jumlah benih
lele dengan ukuran <1-2 cm paling kecil terdapat pada dosis 0 mg/kg pakan yaitu 6.812
ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 1-2 cm paling banyak terdapat pada dosis 210 mg/kg
pakan yaitu 5.543 ekor. Dilanjutkan dengan dosis 270 mg/kg pakan yaitu 1.936 ekor dan
dosis 0 mg/kg pakan yaitu 1.457 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 1-2 cm paling kecil
terdapat pada dosis 24 0 mg/kg pakan yaitu 1.353 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 2-
3 cm paling banyak terdapat pada dosis 210 mg/kg pakan yaitu 1.017 ekor. Dilanjutkan
dengan dosis 270 mg/kg pakan yaitu 349 ekor dan dosis 0 mg/kg pakan yaitu 211 ekor.
Jumlah benih lele dengan ukuran 2-3 cm paling kecil terdapat pada dosis 24 0 mg/kg pakan
yaitu 144 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 3-4 cm paling banyak terdapat pada dosis
210 mg/kg pakan yaitu 89 ekor. Dilanjutkan dengan dosis 270 mg/kg pakan yaitu 48 ekor
dan dosis 240 mg/kg pakan yaitu 39 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 3-4 cm paling
kecil terdapat pada dosis 0 mg/kg pakan yaitu 25 ekor. Jumlah benih lele dengan ukuran 4-
6 cm paling banyak terdapat pada dosis 210 mg/kg pakan yaitu 20 ekor. Dilanjutkan dengan
dosis 0 mg/kg pakan yaitu 11 ekor dan dosis 240 mg/kg pakan yaitu 10 ekor. Jumlah benih
lele dengan ukuran 4-6 cm paling kecil terdapat pada dosis 270 mg/kg pakan yaitu 6 ekor.
LAMPIRAN
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Fekunditas_perkg .144 12 .200 .946 12 .578
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Fekunditas_perkg
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 4618247946.917 3 1539415982.306 .373 .775
Within Groups 32992172264.000 8 4124021533.000
Total 37610420210.917 11
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Jumlah_telur_perkg .122 12 .200 .951 12 .647
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Jumlah_telur_perkg
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1883287180.917 3 627762393.639 .566 .653
Within Groups 8879936112.000 8 1109992014.000
Total 10763223292.917 11
Lampiran 6. Uji normalitas jumlah telur yang dibuahi per kg induk
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
*
Telur_dibuahi_perkg .141 12 .200 .925 12 .334
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Telur_dibuahi_perkg
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3387248523.333 3 1129082841.111 1.325 .332
Within Groups 6819369175.333 8 852421146.917
Total 10206617698.667 11
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
FR .314 12 .002 .686 12 .001
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 9. Histogram data derajat penetasan telur
Lampiran 10. Uji normalitas setelah tranformasi akar data derajat penetasan telur
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ANOVA
COMPUTE transsqrt=SQRT(95.63-FR)
Total 29.172 11
Lampiran 12. Uji normalitas diameter telur
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Diameter .112 12 .200* .987 12 .999
Diameter
a
Duncan
Total 7925610114.91 11
7
Lampiran 17. Uji normalitas data produksi benih lele per kg induk
1) Uji normalitas Asymptotic
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Produksi_benih_lele_perkg .292 12 .006 .646 12 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran 18. Uji ANOVA data produksi benih lele per kg induk
ANOVA
Produksi_benih_lele_perkg
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1180241472.917 3 393413824.306 1.085 .409
Within Groups 2900019004.000 8 362502375.500
Total 4080260476.917 11