Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PRA PENELITIAN

RESPON PETERNAK TERHADAP ADANYA


PENYULUH PETERNAKAN DI DESA GAJAH MATI
KECAMATAN BABAT SUPAT
KABUPATEN MUSI BANYUASIN

Muhammad Akbar Idil Fitriansah


05041380126083

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


JURUSAN TEKNOLOGI DAN HASIL PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan usaha peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian
yang memiliki peranan penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangannya usaha peternakan dapat dicapai dengan memanfaatkan
sumberdaya secara optimal dan tepat guna yang disesuaikan dengan keadaan alam,
kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana dan prasarana serta teknologi
peternakan (Prawira, dkk., 2015). Disamping itu penyumbang informasi untuk
meningkatkan pengetahuan peternak mengenai usaha ternaknya adalah penyuluh
peternakan. Peran penting yang dimiliki penyuluh dalam mengembangkan usaha
peternakan yaitu berpartisipasi dalam kegiatan yang berkaitan dengan inovasi
pakan, produksi, reproduksi serta kesehatan ternak. Penyuluh peternakan dalam
melakukan tugasnya harus memiliki kinerja yang baik agar pelaksanaannya
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Kinerja penyuluh peternakan adalah hasil kerja yang dicapai penyuluh baik
kualitas maupun kuantitas per satuan priode waktu pelaksanaan tugas dan
fungsinya. Kinerja penyuluh (performance) merupakan respon atau perilaku
individu terhadap keberhasilan kerja yang dicapai oleh individu secara aktual dalam
suatu organisasi sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang
dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan periode waktu tertentu dalam
rangka mencapai tujuan organisasi (Mangkunegara, 2000). Dalam lingkup
peternakan, respon peternak tentang penyuluh peternakan sangat beragam. Respon
peternak dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif, dan
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Untuk mendapatkan respon yang baik,
penyuluh peternakan harus memiliki sifat-sifat yang wajib dimiliki oleh penyuluh
seperti sederhana baik dalam berbicara, berpakaian, tindakan dan dapat
menyelaraskan diri dalam lingkungan pedesaan.
Desa Gajah Mati merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Babat
Supat Kabupaten Musi Banyuasin. Desa ini memiliki potensi pengembangan usaha
peternakan yang cukup baik, hal ini karena mayoritas masyarakat di Desa Gajah
Mati bekerja pada sektor pertanian dan peternakan, hampir setiap rumah di desa ini
memiliki kandang hewan ternak terkhusus sapi. Namun, masalah kurang
tercapainya peningkatan sumberdaya manusia melalui penyuluhan didasari oleh
masalah interaksi antara penyuluh dan peternak yang ada di desa kurang intensif,
masih rendahnya kepekaan dan jarang melakukan demonstrasi maupun sosialisasi
untuk memantau perkembangan yang ada di desa. Kemampuan menanggapi
keluhan dan kecepatan dalam melayani masalah yang ada di lapangan juga sangat
minim.
Masalah peternakan lain yang terdapat di desa ini adalah kurangnya
pengetahuan peternak terhadap inovasi baru dan juga adanya keterbatasan-
keterbatasan yang ada pada peternak dalam mengkombinasikan sumber daya yang
belum optimal untuk membangun usaha peternakan. Maka dari itu, petugas
penyuluh berperan penting dalam memberikan informasi kepada para peternak dan
membantu memecahkan masalah yang ada di lapangan. Akan tetapi setiap peternak
memiliki respon yang berbeda terhadap adanya penyuluh yang ada, hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur, tingkat pendidikan dan juga
pengalaman beternak, hal inilah yang dapat mempengaruhi respon yang diberikan
kepada penyuluh. Dari uraian tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai
Respon Peternak Terhadap Adanya Penyuluh Peternakan di Desa Gajah Mati
Kecamatan Babat Supat Kabupaten Musi Banyuasin.

1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon peternak terhadap adanya
penyuluh peternakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi respon peternak
terhadap adanya penyuluh di Desa Gajah Mati Kecamatn Babat Supat Kabupaten
Musi Banyuasin.

1.3. Hipoesis
Hipotesis penelitian ini adalah untuk mengetahui respon peternak terhadap
adanya penyuluh peternakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi respon peternak
terhadap adanya penyuluh di Desa Gajah Mati Kecamatan Babat Supat Kabupaten
Musi Banyuasin.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Respon Peternak


Respon adalah suatu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan atau
kuesioner atau seberang tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau lahirilah
maupun yang tersembunyi atau tersamar (Kartono dan Kartini, 2014). Respon juga
merupakan suatu sikap atau tingkah laku yang berwujud baik sebelum pemahaman
yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta
pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Adi, 2007).
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau
tanggapan. Dalam bahasan teori respon tidak terlepas dari pembahasan, proses teori
komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan
terhadap orang-orang yang terlibat proses tersebut. Berdasarkan teori yang
dikemukakan oleh Steven M Caffe dalam Hasan Ismail, (2009) respon dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
a) Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan
dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya
perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh individu atau
kelompok.
b) Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai
seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang
disenangi oleh individu atau kelompok terhadap sesuatu.
c) Konatif, yaitu respon yang berhubungan perilaku nyata yang meliputi tindakan
atau perbuatan.

2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respon


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi respon seseorang, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal:
a) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dalam
menciptakan dan menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk orang
banyak. Faktor internal yang mempengaruhi respon, yaitu usia dan pendidikan.
b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah kebalikan dari faktor internal, yaitu faktor yang berasal
dari luar diri seseorang dalam menciptakan dan menemukan sesuatu. Dalam
hal ini faktor eksternal yang mempengaruhi respon, yaitu pengalaman.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi respon seseorang yaitu kompetisi
individu, kompetisi kelompok, sikap yang dianut individu dan struktur ganjaran.
Respon akan timbul secara maksimal jika kompetisi (kemampuan) kelompok relatif
lebih tinggi dari kompetisi individu. Sikap individu fleksibel dan ganjaran akan
lebih besar jika respon individu besar jika respon individu tersebut benar, artinya
respon individu timbul karena adanya interaksi dalam kelompok masyarakat dan
respon positif terjadi apabila sesuai dengan keinginan individu (Sarwono, 2003).

2.3. Penyuluh dan Peran Penyuluh Peternakan


Penyuluh adalah orang yang memiliki peran, tugas atau profesi dalam
memberikan pendidikan, bimbingan dan penerapan kepada masyarakat untuk
mengatasi berbagai masalah, seperti pertanian dan kesehatan sehingga dapat
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Biasanya penyuluh atau juru penerang
menjalankan perannya dengan cara mengadakan ceramah, wawancara, dan diskusi
bersama khalayak khusus. Umumnya, juru penerang masalah pertanian disebut
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), dengan tugas mengusahakan perubahan dalam
pola pikir dan perilaku petani agar dapat mencapai produksi pertanian yang lebih
tinggi.
Peran penyuluh terletak pada kemampuan mendorong dan melatih
petani/peternak sasaran. Selain itu, berusaha untuk mengetahui apa yang
dibutuhkan dan apa yang memuaskan sasaran dari pelayanan yang diberikannya.
Hasil penelitian Rahmawati dkk, (2019) menyatakan bahwa peran penyuluh
pertanian sangat dibutuhkan untuk membimbing petani dalam meningkatkan
keterampilan petani sehingga dapat diharapkan adopsi petani terhadap teknologi
pertanian tinggi sehingga dapat meningkatkan hasil produksi petani serta
meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Untuk itu, seorang penyuluh
perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat diandalkan serta motivasi
yang tinggi. Aspek utama peran penyuluh pertanian terdiri atas motivator, edukator,
fasilotator dan dinamisator (Rahmawati, dkk., 2019). Selanjutnya dikatakan bahwa
kompetensi standar penyuluh pertanian dimasa sekarang dan yang akan datang
meliputi empat ranah sebagai berikut:
1) Kemampuan kognisi, yakni kemampuan mengetahui, menjelaskan,
menerapkan, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi konsep
pemberdayaan masyarakat dan pendekatan partisipatif sesuai dengan content
dan conteks pembangunan pertanian;
2) Kemampuan afeksi, yakni kemampuan menerima, meminati, menyukai,
mencintai, berpartisipasi, berintegrasi, mengorganisasikan nilai dan
berkarakter dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyuluh
pertanian yang berpartisipasi;
3) Kemampuan psikomotorik, yakni kemampuan keterampilan untuk
menerapkan teknik-tekni kepemanduan partisipasif secara terampil dan taat
asas;
4) Kemampuan spiritual, yakni kemampuan untuk memiliki semangat, etos kerja,
keyakinan, jiwa kejuangan, keimanan, ketawakalan dan pengabdian yang tulus
terhadap pekerjaan, tugas dan fungsinya (Alim, 2010).

2.4. Pengertian Penyuluhan


Penyuluhan adalah proses perubahan perilaku dikalangan masyarakat agar
mereka tahu, mau dan mampu melakukan perubahan demi tercapainya peningkatan
produksi, pendapatan dan perbaikan kesejahteraannya (Imran, dkk., 2019).
Penyuluhan peternakan adalah pemberdayaan peternak dan keluarganya beserta
masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang
peternakan agar mereka mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi,
sosial maupun politik sehingga peningkatan dan kesejahteraan mereka dapat
dicapai. Priyono dkk., (2015) menyatakan kontribusi tingkat teknologi, dukungan
kelembagaan dan peran penyuluhan secara stimultan memiliki pengaruh nyata
terhadap tingkat adopsi oleh peternak. Keberhasilan usaha peternakan tidak jauh
dari kinerja seorang peternak.
Samsuddin dan Erwadi (2012) menambahkan bahwa tujuan penyuluhan
bukan saja untuk menimbulkan dan mengubah pengetahuan, kecakapan, sikap dan
motivasi petani. Tetapi yang lebih penting adalah merubah sifat pasif dan statis
menjadi petani aktif dan dinamis. Petani akhirnya berfikir dan berpendapat sendiri
untuk mencoba dan melaksanakan sesuatu yang pernah didengar dan dilihatnya.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Marliati, dkk (2008) yang menyatakan bahwa
tujuan penyuluhan pertanian adalah untuk meningkatkan kapasitas (keberdayaan)
dan kemandirian petani.

2.5. Usaha Peternakan


Usaha peternakan merupakan salah satu usaha dari sub sektor pertanian,
menurut peraturan-peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2013, usaha peternakan
adalah kegiatan usaha budidaya ternak untuk menghasilkan bahan pangan, bahan
baku industri, dan untuk kepentingan masyarakat lainnya disuatu tempat tertentu
secara terus menerus. Kegiatan usaha peternakan ini dilakukan dengan
mengkombinasikan faktor-faktor produksi berupa ternak, lahan, pakan, tenaga
kerja, dan modal untuk dapat menghasilkan produk peternakan.
Usaha peternakan merupakan bidang usaha yang sangat berpotensi untuk
diusahakan, hasil dari produksi peternakan berperan penting dalam menyediakan
bahan pangan hewani untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat.
Usaha peternakan ini dapat memberikan keuntungan yang menjanjikan. Permintaan
terhadap produk peternakan tidak akan sepi, hal ini dikarenakan dengan
meningkatnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan gizi
akan memberikan dampak positif terhadap permintaan produk pertanian (Cahyo,
2015).
Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakan dan memelihara hewan
ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Hewan yang
banyak diternakan diantarnya sapi, kambing, domba dan ayam. Hasil peternakan
diantaranya daging, susu, telur, dan bahan pakaian (seperti woll). Selain itu, kotoran
hewan dapat menyuburkan tanah dan tenaga hewan dapat digunakan sebagai sarana
transportasi dan untuk membajak tanah.
BAB 3
MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Gajah Mati Kecamatan Babat Supat
Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan pada bulan Desember – Januari 2024.

3.2. Metode Penelitian


Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a) Observasi, yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan
langsung untuk mengamati berbagai aktivitas peternak terhadap penyuluh
peternakan yang berada di Desa Gajah Mati. Hal ini dimaksud untuk
memperoleh data-data dan informasi yang akurat tentang bagaimana respon
peternak terhadap adanya penyuluh peternakan tersebut.
b) Wawancara, yaitu pengumpulan data dengan melalui interview pada peternak
di Desa Ganongol Sari yang dianggap mengetahui dan mengerti dengan
permasalahan yang akan diteliti. Untuk memudahkan proses pengambilan data
dengan wawancara maka digunakan instrument penelitian yang berupa
kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai kebutuhan peneliti.
c) Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui pencatatan pengambilan
gambar dilapangan melalui pemotretan, serta memperoleh data sekunder dari
instansi terkait.

3.4. Analisi Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.
Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan variabel
penelitian satu demi satu dalam berbentuk uraian atau kalimat mengenai respon
peternak terhadap penyuluh peternakan.
DAFTAR PUSTAKA

Alim, S. 2010. Bahan Ajar Penyuluhan Pertanian. Jatinangor: Universitas


Padjajaran

Cahyo S. 2015. 34 Bisnis Peternakan Hasilkan Jutaan Rupiah. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Erwadi, D. 2012. Peran Penyuluh Pertanian Dalam Mengaktifkan Kelompok Tani


di Kecamatan Lubuk Alung. Universitas Andalas. Padang.

Marliati, I., S. Sumardjo., P. T. Asngari., dan A, Saefuddin. 2008. Faktor-Faktor


Penentu Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Penilaian Petani
(Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau). Jurnal Penyuluhan, 4 (2).

Prawira, H. Y., Muhtarudin, & R. Sutrisna. 2015. Potensi Pengembangan


Peternakan Sapi Potong Di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu.

Priyono, M., I.D. Shiddieqy., Widiyantono dan Zulfanita. 2015. Hubungan kausal
antara tingkat penguasaan teknologi, dukungan kelembagaan, dan peran
penyuluhan terhadap adopsi integrasi ternak. Jurnal Infomatika Pertanian.

Rahmawati, B. Mahludin., dan M. I. Bahua. 2019. Peran Kinerja Penyuluh dan


Evektivitas Pelaksanaan Penyuluhan pada Program Intensifikasi Jagung.
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 15(1), 56-70.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: PT


Alfabeta.

Talibo, R., B.F.J. Sondakh., A.A. Sajow dan J. Lainawa. 2017. Analisis Persepsi
Petani Peternak Sapi Potong terhadap Peran Penyuluh di Kecamatan
Sangkub Kabupaten Bolaangmongondow Utara. Jurnal Zootec, 37(2),
513-525.

Yulida., R. Kausar dan L. Marjelita. 2012. Dampak kegiatan penyuluhan terhadap


perubahan perilaku petani sayuran di Kota Pekanbaru. Indonesian Journal
of Agricultural Economics.

Anda mungkin juga menyukai