Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

INFEKSI OPURTUNISTIK AKIBAT RIKETSIA

DISUSUN OLEH
1.anggraini saputri
2.nurul hikma
3.hana syalwa nadilla
4. Anggre pana
5. Fiza aprini
6. Vikram

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES HARAPAN IBU JAMBI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat
rahmat dan karunia-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan cukup mudah dan sesuai dengan waktu yang ditentukan guna
memenuhi.

saya menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. saya sadar
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam makalah ini baik dari segi
susunan kalimat, tata bahasanya, maupun segi materinya. Maka, kritik
dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat berguna terkhusus untuk saya dan
memberikan manfaat dan inspirasi bagi pembaca. Wassalamu'alakum
Warohmatullahi Wabarokatuh.

Jambi,09 April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4

1.3 Tujuan.............................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

BAB III....................................................................................................................9

PENUTUP................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi yangtimbul akibat penurunan
kekebalan tubuhdimana pada orang normal infeksi ini terkendalioleh kekebalan
tubuh Banyak penderita dengan HIV pertamaterdiagnosa setelah penurunan
imunitas lanjutdan memperlihatkan penyakit oportunistik. Pada umumnya
kematian pada orang denganHIV/AIDS (ODHA) disebabkan oleh
infeksioportunistik sehingga IO perlu dikenal dan diobati.

Dalam tubuh kita membawa banyak organisme seperti bakteri, parasit,


jamur, danvirus. Sistem imun yang sehat mampu mengendalikan semua organisme
ini. Tetapi sistemimun lemah yang disebabkan oleh penyakit HIV atau obat
tertentu, kuman ini mungkin tidak terkendali lagi dan menyebabkan masalah
kesehatan. (Syivia vol2 ).

Penyakit riketsia ( Rickettsia ) adalah infeksi yang disebabkan oleh


kelompok bakteri gram negatif dari golongan Rickettsiae, Ehrlichia , Orientia ,
dan Coxiella . Nama Rickettsia diambildari seorang peneliti dan juga ahli
patologi Amerika, Howard Taylor Ricketts. Beliau akhirnya wafat karena terkena
penyakit turunan tifus yang sedang ditelitinya. Meskipun namanya serupa dengan
kelainan karena kekurangan vitamin D, yaitu rickets , bakteri Rickettsia bukanlah
penyebabnya. Penyakit ini bersifat endemik hampir di seluruh dunia,termasuk
Indonesia. Endemik berarti keadaan suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit)yang frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu
yang lama

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana infeksi opurtunistik akibat riketsia?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui infeksi opurtunistik akibat riketsia
BAB II

PEMBAHASAN

Rickettsia Spesies Rickettsia dapat menyebabkan penyakit seperti Rocky


Mountain spotted fever , rickettsialpox dan spotted fever lain, tifus epidemik,
dan tifus murine (tifus endemik).Gejala umumnya mulai dari yang ringan seperti
demam dengan kulit berbintil-bintil (ruam)kemerahan, mual, muntah, nyeri perut,
tekanan darah turun, hingga klinis yang lebih beratseperti peradangan otak, gagal
ginjal, dan kegagalan pernapasan. Bakteri biasanya menyerangdan merusak
dinding pembuluh darah sehingga terjadi kebocoran darah ke kulit yang disebut
edema .

Lama-lama terjadi volume darah berkurang, suplai darah dan nutrisi ke bagian-
bagiantubuh terganggu, sehingga nantinya terjadi gangguan fungsi organ.Penyakit
Rocky Mountain spotted fever Penyakit ini dapat menimbulkan angka kematian
20-25% walau sudah diterapi dengan antibiotika yang tepat. Risiko keparahan dan
kematianmeningkat pada laki-laki, orang lanjut usia, dan orang berkulit hitam
yang disertaikekurangan enzim G6PD( glucose-6-phosphate dehydrogenase ).
Infeksi pertama duludiketahui terjadi di negara bagian Rocky Mountain, Amerika
Serikat. Bakteri Rickettsiarickettsii penyebab Rocky Mountain spotted fever ini
mampu mengakibatkan kerusakan yang parah pada sel otot halus pembuluh darah,
sehingga terjadilah perdarahan. Rickettsialpox dan spotted fever lain Penyakit
epidemik ini ditandai dengan demam, ruam kemerahan, dan matinya jaringan
kulit. Kebanyakan penderita ditemukan kelainan ruam.

Infeksi opurtunistik akibat riketsia tergolong dalam infeksi oputunistik MAC

Kompleks Mikobakterium Avium ( Mycobacterium Avium Complex /MAC)


adalah penyakit berat yang disebabkan oleh bakteri umum. MAC juga dikenal
sebagai MAI ( Mycobacterium Avium Intracellulare). Infeksi MAC dapat lokal
(terbatas pada satu bagian tubuh) ataudiseminata (tersebar luas pada seluruh
tubuh, kadang kala disebut DMAC). Infeksi MAC sering terjadi pada paru, usus,
sumsum tulang, hati dan limpa.Bakteri yang menyebabkan MAC sangat lazim.
Kuman ini ditemukan di air, tanah, debu danmakanan. Hampir setiap orang
memiliki bakteri ini dalam tubuhnya. Sistem kekebalan tubuhyang sehat dapat
mengendalikan MAC, tetapi orang dengan sistem kekebalan yang lemahdapat
mengembangkan penyakit MAC.Hingga 50% Odha mengalami penyakit MAC,
terutama jika jumlah CD4 di bawah 50. MAChampir tidak pernah menyebabkan
penyakit pada orang dengan jumlah CD4 di atas 100.

Bagaimana Kita Tahu Kita MAC?

Gejala MAC dapat meliputi demam tinggi, panas dingin, diare, kehilangan berat
badan, sakit perut, kelelahan, dan anemia (kurang sel darah merah). Jika MAC
menyebar dalam tubuh, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi darah, hepatitis,
pneumonia, dan masalah berat lain.

Gejala ini dapat disebabkan oleh banyak infeksi oportunistik. Jadi, dokter
kemungkinan akanmemeriksa darah, air seni, atau air ludah untuk mencari bakteri
MAC. Contoh cairan tersebutdites untuk mengetahui bakteri apa yang tumbuh
padanya. Proses ini, yang disebut pembiakan, membutuhkan beberapa minggu.

Memang sulit menemukan bakteri MAC, walaukita terinfeksi.Jika jumlah CD4


kita di bawah 50, dokter mungkin mengobati kita seolah-olah kita MAC,walaupun
tidak ada diagnosis yang tepat. Ini karena infeksi MAC sangat umum tetapi
sulitdidiagnosis.

Bagaimana MAC Diobati?

Bakteri MAC dapat bermutasi (mengubah dirinya) dan mengembangkan resistansi


(menjadikebal) terhadap beberapa obat yang dipakai untuk mengobatinya. Dokter
memakai kombinasiobat antibakteri (antibiotik) untuk mengobati MAC.
Sedikitnya dua obat dipakai: biasanyaazitromisin atau klaritromisin ditambah
hingga tiga obat lain. Pengobatan MAC harusditeruskan seumur hidup (selama
jumlah CD4 kita di bawah 100), agar penyakit tidakkembali (kambuh).Orang akan
bereaksi secara berbeda terhadap obat anti-MAC. Kita dan dokter mungkin
harusmencoba berbagai kombinasi sebelum kita menemukan satu kombinasi yang
berhasil untukkita dan menyebabkan efek samping sedikit mungkin.Obat MAC
yang paling umum dan efek sampingnya adalah:

 Amikasin: masalah ginjal dan telinga; disuntikkan.


 Azitromisin (lihat Lembaran Informasi (LI) 530): mual, sakit kepala,
diare; bentukkapsul atau diinfus.
 Siprofloksasin (lihat LI 531): mual, muntah, diare; bentuk tablet atau
diinfus.
 Klaritromisin (lihat LI 532): mual, sakit kepala, muntah, diare; bentuk
kapsul ataudiinfus. Catatan: takaran maksimum 500mg dua kali sehari.
 Etambutol: mual, muntah, masalah penglihatan; bentuk tablet.
 Rifabutin: ruam, mual, anemia; bentuk tablet. Banyak interaksi obat.
 Rifampisin: demam, panas dingin, sakit tulang atau otot; dapat
menyebabkan air seni,keringat dan air ludah menjadi berwarna merah-
oranye (dapat mewarnai lensakontak); dapat mengganggu pil KB. Banyak
interaksi obat.
BAB III

PENUTUP

Infeksi opurtunistik Dalam tubuh manusia membawa sekali banyak kuman-


bakteri, jamur dan virus. Sistem kekebalan yang sehat mampu mengendalikan
kuman ini. Bakteri penyebab riketsia tidak dapat ditularkan dari satu orang ke
orang lainnya seperti sakit flu atau pilek. Secara umum, ada empat jenis tipus atau
riketsia. Setiap jenis tipus disebabkan oleh bakteri serta cara penularan yang
berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Ningsih, F. H., Azaam, R., & Mustikasari, M. (2020). Kesejahteraan Spiritual


dengan Kejadian Infeksi Oportunistik pada ODHA. Jurnal Keperawatan
Silampari, 4(1), 66-76.

Prasetyo, H. (2015). Infeksi Parasit Usus Oportunistik.

Agustriadi, O., & Sutha, B. I. (2008). Aspek pulmonologis infeksi oportunistik


pada infeksi HIV/AIDS. Jurnal Ilmu Penyakit Dalam, 9(3).

Putri, A. J., Darwin, E., & Efrida, E. (2015). Pola Infeksi Oportunistik yang
Menyebabkan Kematian pada Penyandang AIDS di RS Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2010-2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1).

Perlman, S. J., Hunter, M. S., & Zchori-Fein, E. (2006). The emerging diversity of
Rickettsia. Proceedings of the Royal Society B: Biological
Sciences, 273(1598), 2097-2106.

Anda mungkin juga menyukai