Anda di halaman 1dari 10

Bagian atas ini biasa dipakai di bagian kepala.

Memiliki bentuk dan fungsi yang mirip


mahkota. Untuk laki-laki nama dari hiasan kepala itu sendiri adalah Meukeutop.
Meukeutop berbentuk dan berfungsi seperti mahkota yang diletakkan di atas kepala
yang terbuat dari bahan dasar kain sutera dan juga bahan kuningan atau emas pada
pola berbentuk bintang persegi delapan. Lilitan ini biasa disebut dengan tengkulok.

Terdapat 5 perpaduan warna pada Meukeutop, yaitu merah yang memiliki makna
kepahlawanan, hijau sebagai representasi dari Islam, kuning yang berarti kesultanan,
hitam yang bermakna ketegasan, serta putih yang melambangkan kesucian.

Sedangkan untuk perempuan dikenal dengan nama Patam Dhoe Memiliki bentuk
yang juga menyerupai mahkota dan pada bagian tengah mahkota ini terdapat ukiran
berbentuk motif daun sulur yang terbuat dari emas. Pada bagian tengahnya juga
terdapat kaligrafi Arab bertuliskan lafadz Allah dan Muhammad. Motif dan kaligrafi
Arab tersebut dikenal dengan nama bungong kalimah yang disertai dengan ornamen
bunga-bunga dan bulatan. Ornamen tersebut memiliki makna bahwasanya wanita
tersebut sudah menikah dan menjadi tanggung jawab si suami.

Tengah
Baju atasan bagi pria dikenal dengan nama Meukasah dan merupakan bagian yang
paling penting. Meukasah tersebut berwarna hitam yang mana dalam masyarakat
Aceh memiliki makna atau simbol kebesaran. Berbahan dasar benang sutra yang
ditenun tentu menambah nilai kegagahan dari Meukasah itu sendiri.

Baju ini merupakan baju tertutup pada kerahnya dan memiliki sulaman khas Aceh
yang terbuat dari benang emas. Hal tersebutlah yang mewakili sedikit sentuhan
budaya Cina yang mana hal tersebut diperoleh karena Aceh dulu merupakan lintas
perdagangan Cina

Baju kurung merupakan pakaian adat wanita Aceh. Tidak seperti Meukasah yang
dominan berwarna hitam, baju kurung yang dipakai perempuan justru mempunyai
beragam warna yang cerah seperti merah, kuning, hijau, dan ungu. Baju kurung
tersebut memiliki ukuran yang longgar guna menutupi tubuh sebagaimana dalam
syari’at Islam. Berbahan dasar yang sama seperti Meukasah yaitu benang sutera yang
ditenun dengan motif yang dibuat dari benang emas. Baju kurung nantinya dipakai
bersamaan dengan sarung songket yang memiliki fungsi untuk menutupi bagian
pinggul wanita. Songket tersebut nantinya akan dipakai dengan cara diikat
menggunakan tali pinggang yang mana tali pinggang tersebut terbuat dari perak atau
emas dan dikenal dengan nama Taloe Ki leng Patah Sikureueng

Bawah
Digunakan oleh laki-laki berbentuk celana panjang yang terbuat dari kain katun hitam
disebut sebagai Sileuweu atau juga dikenal sebagai celana cekak musang. Celana ini
pada bawahnya juga terdapat hiasan pola khas yang terbuat dari benang emas
sebagaimana pada Meukasah.

Sileuweu juga sepaket pemakaiannya dengan kain sarung songket sutera. Kain sarung
tersebut dikenal dengan nama Ija Lamgugap yang nantinya akan dipakai di pinggang
dan biasanya sampai diatas lutut. Pemakaian kain sarung songket tersebut adalah
wajib dan berdasarkan kepercayaan masyarakat Aceh hal tersebut dapat menambah
kewibaan orang yang memakainya
Pakaian adat merupakan pakaian khas yang menjadi identitas suatu kelompok etnis,
letak geografis, dan status sosial di daerah tertentu. Pakaian adat Aceh sendiri
merupakan pakaian khas yang banyak dikenakan oleh masyarakat Aceh dan menjadi
identitas dari masyarakat tersebut.

Pakaian-pakaian adat ini biasanya digunakan pada saat upacara, acara penyambutan
maupun pertunjukkan adat khas Aceh

Pakaian adat Aceh memiliki beberapa bagian atau jenis yang tiap-tiap bagian
mempunyai sebutannya sendiri. Pakaian khas Serambi Mekkah ini terdiri dari
beberapa bagian meliputi meukasah, sileuweu, meukeutop, baju kurung, daro baro,
celana cekak musang serta berbagai perhiasan sebagai aksesoris busana khas Aceh
tersebut.
Pakaian Adat Aceh untuk Pria :
1. Meukasah
Bagian pertama pakaian adat Aceh biasa dikenal dengan Meukasah. Bagian ini
merupakan pakaian yang dibuat dari tenunan benang sutra. Baju Meukasah umumnya
berwarna hitam. Menurut masyarakat Aceh, warna hitam merupakan warna simbol
dari kebesaran.
2. sileuweu
Bagian kedua pakaian adat Aceh adalah Sileuweu. Bagian ini merupakan bagian
celana panjang dengan warna hitam. Celana Sileuweu atau juga dikenal cekak musang
ini biasa dikenakan para lelaki pria. Pakaian khas ini dibuat dari bahan dasar kain
katun yang ditenun dan didesain semakin melebar di bagian bawahnya. Pada beberapa
bagian celana tersebut diberi hiasan sulaman dengan pola-pola indah khas Aceh
dengan benang berwarna kuning keemasan.
Selain menggunakan celana Sileuweu, para pria Aceh juga menambahkan kain sarung
songket khas Aceh yang dililitkan di bagian pinggang dan menjulur sampai ke atas
lutut pria dewasa. Kain sarung songket ini dibuat dari bahan sutra atau menurut
bahasa Aceh, kain sarung tersebut dikenal dengan sebutan Ija Lamgugap, Ija Kroeng
atau Ija Sungket.
3. Meukeutop
Bagian ketiga pakaian adat Aceh pria adalah Meukeutop. Bagian ini merupakan
bagian pelengkap pakaian adat Aceh khusus untuk para pria. Meukeutop sendiri
merupakan penutup kepala atau juga dikenal dengan kopiah.
Kopiah khas Aceh sendiri berbentuk lonjong ke atas dengan berhiaskan lilitan yang
dikenal dengan nama teungkulok. Hiasan teungkulok adalah hiasan yang terbuat dari
kain sutra dengan hiasan bintang persegi delapan yang terbuat dari kuningan atau
emas.
Menurut sejarahnya, Meukeutop adalah salah satu bagian pakaian adat Aceh yang
berasal dari pengaruh budaya Islam yang berasimilasi dengan kebudayaan Melayu
Aceh.

4. Rencong
Rencong adalah bagian keempat pakaian adat Aceh yang menjadi ciri khas pakaian
tradisional ini. Rencong yang juga banyak dikenal dengan sebutan Siwah ini
merupakan properti senjata yang biasa digunakan para pria Aceh saat mengenakan
pakaian adat mereka.
Senjata tradisional Aceh ini merupakan senjata yang mirip dengan belati berbentuk L.
Biasanya senjata khas ini diselipkan di pinggang sang pria yang mengenakan pakaian
adat Aceh.
Pakaian Adat Aceh untuk Wanita
1. Peukayan Daro Baro
Pakaian khusus wanita tersebut banyak dikenal dengan sebutan Peukayan Daro Baro.
Pakaian adat Aceh khusus wanita ini cenderung memiliki ciri khas pada penggunaan
warna yang cerah dari pada pakaian khusus pria Aceh. Di sisi lain, pakaian khas ini
juga memiliki banyak variasi dan hiasan sebagai unsur keindahan pakaian tersebut.

Pakaian adat Aceh khusus pria cenderung memiliki warna gelap seperti warna hitam.
Sementara pakaian tradisional Aceh khusus wanita cenderung berwarna terang,
seperti warna merah, kuning, hijau, dan ungu. Sama halnya dengan pakaian Peukayan
Linto Baro, pakaian adat Aceh wanita ini juga dibagi menjadi 3 bagian utama, yakni
bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah. Pakaian khas ini juga tidak lekang
dengan campuran unsur budaya Islam.
Baju Kurung Wanita
Bagian pertama pakaian adat Aceh adalah baju kurung. Pakaian ini merupakan busana
hasil akulturasi budaya Melayu, Arab, dan China. Hal ini dapat diamati pada ukuran
baju yang longgar dan berlengan panjang, serta pakaian yang menutupi lekuk tubuh
wanita sebagaimana ajaran agama Islam.
Baju kurung memiliki kegunaan, yakni untuk menutupi bagian pinggul wanita.
Karena menurut kepercayaan Islam, bagian pinggul juga tergolong aurat wanita yang
harus ditutupi.
Baju kurung khas Aceh ini dibuat dari bahan kain sutra yang ditenun dengan model
kerah pada bagian leher, serta pada bagian depan dada terdapat boh dokma.
Di bagian pinggang wanita juga dililitkan kain songket khas Aceh. Kain tersebut
disebut dengan Ija Krong Sungket. Kain khas Aceh ini berguna sebagai penutup
pinggul dan merupakan baju bagian bawah pakaian adat Aceh.
Bagian pinggang wanita juga dililitkan kain songket khas Aceh. Kain tersebut disebut
dengan Ija Krong Sungket. Kain khas Aceh ini berguna sebagai penutup pinggul dan
merupakan baju bagian bawah pakaian adat Aceh.
Kain songket tersebut dililitkan dan diikat dengan tali pinggang yang terbuat dari
perak atau emas. Tali tersebut dikenal dengan nama taloe ki ieng pata sikureueng.
Nama yang memiliki makna sebagai tali pinggang patah sembilan.
Bagian selanjutnya pakaian adat Aceh adalah celana cekak musang. Bagian celana
ini juga menjadi pakaian adat Aceh bagi wanita. Pakaian ini digunakan sebagai bagian
bawahan.
Celana cekak musang
Celana cekak musang merupakan celana yang berbentuk semakin melebar dari atas ke
bawah celana. Di sisi lain, celana ini juga memiliki corak dan warna yang sesuai
dengan baju atasan yang dikenakan para wanita Aceh.
Bahan material dari celana wanita Aceh ini adalah sarung yang ditenun menjuntai
sampai ke lutut wanita dewasa.
Bagian selanjutnya pakaian adat Aceh adalah celana cekak musang. Bagian celana ini
juga menjadi pakaian adat Aceh bagi wanita. Pakaian ini digunakan sebagai bagian
bawahan.
Selain pakaian yang khas, para wanita Aceh juga menambah aksesoris dan pernak-
pernik perhiasan untuk menambah estetika dari pakaian khas ini. Beberapa perhiasan
yang kerap dikenakan para wanita Aceh diantaranya adalah mahkota, anting-anting,
kalung emas, dan gelang.
RUMAH ADAT

MAKANAN TRADISIONAL

ALAT MUSIK

UPACARA ADAT

PAKAIAN TRADISIONAL

Anda mungkin juga menyukai