Anda di halaman 1dari 30

Identifikasi Gugus

Amina
M. Iqbal 1511011021
Darussalam 1511012029
Arini Intan Mutia 1511014018
Izkil Fadli 1511014013
aMINA
• Amina adalah senyawa organik turunan dari amonia dengan satu atau lebih
gugus organik (R) yang mensubtitusi atom H. Penggolongannya didasarkan
pada jumlah atom H yang terikat pada atom nitrogen. Amina primer
mempunyai dua atom hidrogen, amina sekunder mempunyai satu atom
hidrogen sedangkan amina tersier tidak mempunyai atom hidrogen.
• Sifat Fisis Amina
• Amina membentuk ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen N – HN lebih lemah
daripada ikatan hidrogen O – HO karena N kurang elektronegatif
dibandingkan dengan O dan karena itu NH kurang polar. Pengikatan
hidrogen yang lemah antara molekul amina menyebabkan titik didihnya
berada diantara titik didih senyawa tanpa ikatan hidrogen (seperti alkana atau
eter) dan senyawa berikatan hidrogen kuat (seperti alkohol) dengan bobot
molekul yang bersamaan.
• Karena tidak mempunayi ikatan NH, amina tersier dalam bentuk cairan
murni tidak dapat membentuk ikatan hidrogen. Titik didih amina tersier lebih
rendah daripada amina primer atau sekunder yang bobot molekulnya
sepadan, dan titik didihnya lebih dekat ke titik didih alkana yang bobot
molekulnya bersamaan.
• Amina yang berbobot molekul rendah larut dalam air karena membentuk
ikatan hidrogen dengan air. Amina tersier maupun amina sekunder dan
primer dapat membentuk ikatan hidrogen karena memilki pasangan elektron
menyendiri yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan hidrogen dengan
air.
• Pada reaksi spesifik amina, pengamatan dapat diidentifikasi dari warna yang
dihasilkan. Namun setelah dilakukan percobaan ternyata pada reaksi kimia ini
adanya bidang batas yang membentuk warna yang berbeda yang dilihat dari dua
lapisan kemudian juga terbentuk suspensi amin dan terbentuk endapan putih.
Terbentuknya suspensi disebabkan karena anilin sewaktu bereaksi menimbulkan gas
yang disertai dengan perubahan warna.
• Terjadinya perubahan warna yang membentuk dua lapisan akhirnya rata-rata
lapisannya berwarna bening, coklat dan kuning. Pada pembuatan amina ini dapat
dilakukan dengan reaksi subtitusi dengan alkil halida dan reaksi dengan senyawa
nitrogen lainnya.
• Tes Hinsberg terhadap Amina
• Adapun pereaksi Hinsberg adalah sulfonil klorida (SO2Cl), dimana dalam tes ini
berlaku proses dua tahap,dimana amina primer, sekunder, tersier, bereaksi dengan
sulfonil klorida, produknya ditentukan lebih lanjut.
• Reaksi Amina dengan Asam Nitrit
• Baik amina primer, sekunder, dan tersier akan memberikan reaksi yang
berbeda dengan asam nitrit dimana amina primer akan membebaskan gas N2,
amina sekunder akan didapat suatu zat yang seperti minyak berwarna kuning,
amina tersier yang pada atom tidak akan membebaskan nitrogen atau tidak
membentuk nitroso melainkan membentuk suatu garam nitrit yang tidak
stabil.
Alat yang digunakan
Bahan
• Sifat dan Fungsi Bahan
• Benzena sulfonyl chloride
• Rumus Molekul : C 6H5ClO2S
• Massa molar : 176.62 g/mol
• Densitas : 1.377 g/cm3
• Bahaya : bersifat korosif dan iritan
• Fungsi : untuk melakukan Hinsberg Test
Bahan
• KOH
• Rumus Molekul : KOH
• Massa molar : 56.11 g mol-1
• Densitas : 2.044 g/cm3
• Bahaya : bersifat korosif dan berbahaya untuk kulit
• Fungsi : untuk melakukan Hinsberg Test
Bahan
• Sodium Nitrat
• Rumus Molekul : NaNO3
• Massa Molar : 84.9947 g/mol
• Densitas : 2,257 g/cm3
• Bahaya : bersifat oksidan dan iritan
• Fungsi : untuk melakukan Asam Nitrat Test
Bahan
• Etanol
• Rumus Molekul : C2H5OH
• Massa Molar : 46,07 g/mol
• Densitas : 0,789 g/cm3
• Bahaya : Mudah terbakar
• Fungsi : Sebagai pelarut
bAHAN
• Aquadest
• Rumus Molekul : H2O
• Massa molar : 18.0153 g/mol
• Densitas : 0.998 g/cm³
• Bahaya ;
• Fungsi : sebagai Pelarut
Identifikasi amina

• Hinseberg test:
• Tempatkan 1ml cairan amina, tambahkan 0,2 gram p-toluena sulfonyl
chloride atau benzena sulfonyl chloride dan 5ml larutan KOH 10% didalam tabung
reaksi. Tutup tabung reaksi dengan rapat dan kocoklah selama 3-5 menit, kemudian
buka tutupnya dan panaskan tabung reaksi degnan steam bath selama 1 menit
sambil dikocok. Dinginkan larutan dan amati dengan kertas pH yang bertujuan
untuk mengetahui apa tidaknya amina. Jika tidak terdapat kandungan amina didalam
tabung reaksi tersebut, maka tambahkan KOH sampai terbentuk endapan.
Kemudian tambahkan dengan 5ml aquadest dan kocoklah larutan tersebut. Jika
endapan tidak terlarut maka sulfonamide dimungkinkan telah terbentuk
mengandung 2-amina.
Identifikasi amina

• Asam Nitrat test:


• Larutkan 0.1 gr amina dalam 2 ml aquadest dan tambahkan 8 tetes
H2SO4. Gunakan tabung reaksi yang berukuran besar. Dinginkan larutan tersebut
pada suhu 5oC dalam ice bath. Lakukan pendinginan terhadap 2ml larutan sodium
nitrat 10% dalam tabung reaksi yang lain. Dalam tabung reaksi ketiga, siapkan
larutan dari 0,1 gr β-naphtol dalam 2ml cairan sodium hydroxide dan masukkan
kedalam ice bath untuk didinginkan. Tambahkan larutan sodium nitrit setetes demi
setetes sambil dikocok kedalam larutan amina. Amati gelembung-gelembung gas
nitrogen. Lakukan dengan hato-hati sehingga tidak mengganggu proses perubahan
atau hilangnya warna coklat dari gas nitrogen.
Identifikasi amina

• Perubahan terhadap gas yang terjadi pada suhu 5oC dapat menunjukkkan adanya amina
primer (aliphatic),RNH2. Terbentuknya cairan yang menyerupai minyak yang berwarna
kuning atau endapan kuning dapat membuktikan adanya amina sekunder, R2NH. Amina
yang lain yang tentunya berupa amina tersier tidak dapat bereaksi atau dapat dikategorikan
kedalam golongan amina sekunder.
• Apabila perubahan yang terjadi terhadap gas sangatlah minim pada suhu 5oC, maka diamkan
sebentar dan panaskan secara perlahan-lahan hingga mencapai suhu kamar. Gelembung yang
terbentuk pada suhu kamar dapat menunjukkan senyawa asli yang bisa kita sebut dengan
amina primer (aromatik), ArNHx. Ambil bekas larutan tersebut dan tambahkan setetes demi
setetes laruan β-naphtol. Jika terbentuk endapan merah, maka kita dapat membuktikan
bahwa cairan yang tersedia tersebut adala amina primer (aromatik), ArNH2.
• Reaksi isonitril
Sampel + kloroform + beberapa tetes spiritus + NaOH, dipanaskan sedikit 
bau isonitril

R-NH2 + CHCl3 + NaOH  R-CΞN + NaCl + H2O

Reaksi ini berguna untuk senyawa alifatis maupun aromatis


• Reaksi Ehrlich ( untuk amin aromatis)

direaksikan dengan asam nitril  melepaskan gas N2

• direaksikan dengan dimetil amino benzaldehid

Sampel + DAB + HCl  merah jingga


Identifikasi amina

• Asetil Chloride
• Identifikasi ini dapat diuraikan dengan percobaan pada alkohol.
• amina primer dan sekunder dapat menghasilkan acetamide padat, sedangkan
amina tersier tidak dapat menghasilkan padatan sama sekali.
Obat
• Paracetamol
• Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik /
analgesik. Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan
mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik Parasetamol
dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya
sangat lemah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik.
• Antalgin
• Antalgin bekerja sebagai analgesik. Diabsorpsi dari saluran pencernaan, mem
punyai waktuparuh 1 – 4
jam. Antalgin adalah derivat metansulfonat dari Amidopirina yang bekerjater
hadap susunan saraf pusat yaitu mengurangi sensitivitas reseptor rasa nyeri d
anmempengaruhi pusat pengatur suhu tubuh. Tiga efek utama adalah sebagai
analgesik,antipiretik dan anti-
inflamasi. Antalgin mudah larut dalam air dan mudah diabsorpsi ke dalamjari
ngan tubuh.
• Etambutol
• Etambutol ditemukan pertama kali 1961 dan dianjurkan penggunaannya sebagai OAT pada
1966. Diberikan secara oral, 70-80% obat diabsorbsi. Makanan tidak
mengganggu uptake obat, namun absorbsi akan berkurang bila diminum bersamaan dengan
antasida. Obat ini terdistribusi dengan cepat ke seluruh tubuh kecuali sistem saraf pusat,
hanya 10-50% dibandingkan kadar obat dalam plasma.
• Setelah bekerja, obat ini terutama dibuang melalui ginjal, karena itu perlu penyesuaian dosis
pada pasien dengan kelainan fungsi ginjal. Hemodialisis tidak mampu membuang etambutol
secara signifikan.

Anda mungkin juga menyukai