Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM IX

I. Judul : Identifikasi Amina


II. Tujuan : 1. Mengatahui senyawa amina serta klasifikasinya
2. Mampu melakukan identifikasi terhadap senyawaan
amina primer, sekunder dan tersier.
III. Tinjauan Pustaka
Amina adalah turunan organic dari ammonia. Amina dapat disebut primer,
sekunder atau tersier bergantung pada jumlah gugus R yang melekat pada nitrogen.
Sedangkan amida adalah turunan ammonia atau amina dari asam organic.
Senyawanya mungkin sedehana, bersubstituen satu atau dua. (Wilbraham, 1992)
Amina dapat dianggap sebagai turunan ammonia, dengan mengganti satu, dua
atau tiga hidrogen dari ammonia dengan gugus organic, seperti ammonia, amina
bersifat basa. Pada kenyataannya, amina dalah jenis basa organic penting di alam.
Amina sederhana diberi nama dengan menambhkan nama gugus alkil yang melekat
pada nitrogen dan akhiran amina. Gugus –NH2 atau amino kadang dianggap sebagai
subsituen. Senyawa dengan gugus amino melekat ada cincin aromatic diberi nama
sebagai turunan aniline atau system cincin aromatiknya. (Hart, 1983)
Amina mempunyai rumus molekul RNH2 (Amina primer), R2NH (amina
sekunder) dan R3NH (amina tersier). Amina kwarterner NR4+ dimana R adalah
gugus alkyl atau aril. Karena amina mengandung sepasang electron bebas pada atom
nitrogennya, maka amina bersifat basa (Bronsted – Lowry) dan bersifat nukleofil.
Amina alifatik sifat basanya lebih kuat dari pada amoniak. Sebaliknya amina aromatis
sifat basanya lebih rendah dari pada amoniak. Amina bereaksi dengan asam mineral
membentuk garam ammonium kwarterner yang larut dalam air.
NH3          +          H+                                       H : NH3
NH2          +          H+                                                          RNH3
R2NH       +          H+                                                          R2NH2
R3N          +          H+                                                          R3NH
Atau
RNH2       +       H3O+                                       RNH3 + H2O
Basa                     basa lemah
Reaksi ini menunjukkan bahwa amina merupakan basa lebih kuat dari pada air. Tetapi
jika dibandingkan dengan ion hidroksida amina, sifat basanya lebih lemah.
RNH3       +          OH-  RNH2 + H2O
Basa kuat                           Basa lemah
N……………….. H-O-H
Amina aromatis tidak larut dalam air, seperti misalnya amilum, N-metil
aniline.Amonia dan amina primer masing-masing mengandung sebuah gugus -NH2.
Pada amonia, gugus ini terikat pada sebuah atom hidrogen sedangkan pada amina
primer terikat pada sebuah gugus alkil (disimbolkan dengan "R" pada gambar berikut)
atau pada sebuah cincin benzen. (Ralph J.Fessenden dan Fessenden, Joan S. 1997)
Gugus fungsi amina dapat diketahui dari sifat basanya,amina alfalik sederhana
larut dalam air dan akan memperlihatkan perubahan warna lakmus merah, selain itu
sifat basa dari amina dapat diketahui melalui uji yang sederhana dengan direksikan
dengan asam.
Amina mengalami beberapa reaksi yang dapat diuji digunakan sebagai uji
penggolonganya, uji Hinsberg adalah sub penggolongan untuk membedakan antara
amina primer, sekunder dan tersier,pengujian ini berdasarkan atas kenyataan bahwa
amina primer dan sekunder bereaksi dengan benzel sulfonil klorida membentuk N
tersubsitusi benzen sulfonamidasedangkan amina tersier tidak bereaksi .
Senyawa benzensulfonamida dan amina primer adalah asam lemah yang pada
umum nya larut dalam NaOH encer,senyawa benzen sulfonamida dari amina
sekunder merupakan senyawa netral yang tidak larut dalam NaOH. (Antony.1991)
Ditinjau dari rumus strukturnya, amina merupakan turunan dari NH3 dengan
satu/ dua/ tiga atom hidrogennya digantikan oleh gugus alkil (-R) atau aril (-Ar).
Klasifikasi amina didasarkan atas jumlah atom H dalam NH 3 yang digantikan oleh
gugus alkil/ aril. Bila yang diganti hanya satu atom H disebut amina primer, bila yang
diganti dua buah atom H disebut amina sekunder, dan bila yang diganti tiga buah
atom H dinamakan amina tersier. Bila penggantinya gugus alkil dinamakan amina
alifatik, dan bila penggantinya gugus aril dinamakan amina aromatik.
Dalam hal atom N dalam amina merupakan bagian dari suatu cincin maka
amina tersebut diklasifikasikan sebagai amina heterosiklik. Bila atom N dalam amina
merupakan bagian dari cincin aromatik, maka amina tersebut termasuk amina
heterosiklik aromatik. Semua amina merupakan senyawa polar, dan antar molekul
amina primer/ sekunder terdapat ikatan hidrogen. Karena perbedaan
keelektronegatifan antara atom N dan H relatif kecil maka ikatan hidrogen antar
molekul amina tidak sekuat molekul-molekul yang mengandung gugus –OH, seperti
misalnya alkohol. Adanya perbedaan kekuatan antara ikatan hidrogen dalam molekul-
molekul amina maupun alkohol nampak pengaruhnya terhadap titik didih kedua
golongan senyawa tersebut. kelarutan amina dalam air menurun seiring dengan
meningkatnya berat molekul. Dengan molekul air, semua amina dapat membentuk
ikatan hidrogen.(Tim kimia organic,2014:22)

IV. Metode/Prosedur
1. Uji Kelarutan
 Siapkan alat dan bahan.
 Masukkan senyawa organic pada tabung reaksi
 Tambahkan HCl
 Amati kelarutannya
2. Uji Litmus
 Siapkan alat dan bahan.
 Teteskan senyawa organic pada lakmus merah
 Amati perubahan lakmus
3. Uji Pembentukan garam diazonium
 Siapkan 3 tabung reaksi
 Isi tabung A dengan senyawa organik, lalu tambahkan HCl
 Isi tabung B dengan NaNO2, lalu tambahkan aquadest
 Isi tabung C dengan β-naftol, lalu tambahkan HCl
 Kocok masing-masing tabung dan diamkan dalam air dingin.
 Amati perubahan yang terjadi
4. Uji Asam Nitrit
 Siapkan alat dan bahan.
 Larutkan NaNO2, kemudian disimpan pada air dingin.
 Siapkan 3 tabung reaksi
 Tabung A isi dengan 1˚ amine, tabung B dengan 2˚ amine dan tabung C
dengan 3˚ amine.
 Tambahkan pada masing-masing tabung larutan HCl
 Kocok dan diamkan pada air dingin.
 Tambahkan pada masing-masing tabung larutan NaNO2
 Amati perubahan yang terjadi.
5. Uji Hinsberg
 Siapkan 3 tabung reaksi
 Tabung A isi dengan 1˚ amine, tabung B dengan 2˚ amine dan tabung C
dengan 3˚ amine.
 Isi masing-masing tabung dengan NaOH 25%
 Tambahkan aquadest
 Tambahkan benzensulfonilklorida
 Kocok, lalu diamkan pada air dingin
 Tambahkan HCl
 Amati perubahan yang terjadi

V. Hasil dan Pembahasan

Uji Zat Hasil


Uji Kelarutan Senyawa amin + HCl Larut
Uji Litmus Senyawa amin + lakmus merah Lakmus berwarna biru
Uji Azo-dye Senyawa amin + HCl + NaNO2 Larutan warna Jingga
+Aquadest + dinginkan
Hasil reaksi + β-naftol + HCl Larutan warna merah bata
Uji Asam Nitrit Amin 1˚ + HCl + dinginkan + Terbentuk gas
NaNO2
Amin 2˚ + HCl + dinginkan + Larutan warna kuning dan
NaNO2 seperti minyak
Amin 3˚ + HCl + dinginkan + Larutan bening
NaNO2
Uji Hinsberg Amin 1˚ + NaOH 25% + aquadest + Larutan warna putih,
Benzensulfonil klorida + dinginkan + terbentuk endapan putih
HCl
Amin 2˚ + NaOH 25% + aquadest + Terbentuk endapan putih
Benzensulfonil klorida + dinginkan + (tidak berunah)
HCl
Amin 3˚ + NaOH 25% + aquadest + Larut berwarna bening
Benzensulfonil klorida + dinginkan +
HCl

1. Uji Kelarutan
a. Kelarutan dalam air
Semua amina merupakan senyawa polar, dan antar molekul amina
primer/ sekunder terdapat ikatan hidrogen. Senyawa polar adalah Senyawa
yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya.
Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai
keelektronegatifitas yang berbeda. Karena perbedaan keelektronegatifan
antara atom N dan H relatif kecil maka ikatan hidrogen antar molekul amina
tidak sekuat molekul-molekul yang mengandung gugus –OH, seperti misalnya
alcohol, sehingga mempunyai titik didih yang berbeda. Dengan dapat larut
dalam air karena adanya interaksi ikatan hidrgen.
Meskipun nitrogen tidak seelektronegatif seperti oksigen, namun N
dapat mempolarisasi ikatan N-H sehingga membentuk gaya dipol-dipol yang
kuat antar molekulnya. Tetapi kelarutan amina dalam air menurun seiring
dengan meningkatnya berat molekul. Amina dengan jumlah atom C 1-6 dapat
larut dalam air. Di atas jumlah ini kelarutan akan turun sesuai dengan
meningkatnya jumlah atom C amina.
Amin membentuk larutan basa (alkalis) dengan air. Keseimbangan
yang menghasilkan ion hidroksida digambarkan berikut dengan contoh amin
primer
Reaksi umum:
R – NH + H – OH <=> R – NH2 + OH-
Alkil ammonium hidroksida
b. Kelarutan dalam HCl
Karena kemampuan amina membentuk garam, suatu amina yang tak
larut dalam air dapat dilarutkan dengan mengolahnya dengan asam encer.
Dengan cara ini, senyawa yang mengandung gugus amino dapat dipisahkan
dari bahan-bahan yang tak larut dalam air maupun asam.
Amina yang larut maupun yang tidak larut dalam air dapat bereaksi
dengan asam dan menghasilkan garam yang larut dalam air. Penambahan
aniline dengan HCl, menghasilkan larutan yang larut sempurna. Hal tersebut
dikarenakan adanya pembentukan garam alkilamonium dari penambahan amin
dengan asam kuat. Amin bereaksi membentuk garam, yang karena sifat
ioniknya, larut dalam lapisan air.
Garam yang terbentuk oleh amina adalah zat kristal yang dapat segera
larut dalam air. Garam amina lazim diberi nama menurut salah satu dari dua
cara: sebagai garam ammonium tersubstitusi atau sebagai kompleks amina-
asam.
Reaksi untuk dietil amin:
(CH3CH2)2NH + HCl → (CH3CH2)2NH2+Cl-
Dietilamin dietilamonium klorida/
dimetilamina hidroklorida
Pada anilin :
Anilin merupakan benzena tersubtitusi, sehingga menyebabkan ikatan
hidrogennya menurun karena adanya resonansi electron pada gugus benzene.
Hal ini menyebabkan anilin bersifat non polar sehingga tidak larut dalam air
karena perbedaan sifat kepolaran. Senyawa non polar adalah senyawa yang
terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang
membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai
elektronegatifitas yang sama/hampir sama. Berdasarkan teori resonansi, semua
ikatan antara atom-atom C dalam cincin benzen sama.
Hal ini menunjukkan bahwa benzena merupakan molekul non polar.
Elektron-elektron yang membentuk ikatan-ikatan antar atom C digunakan
bersama-sama oleh seluruh atom C, membentuk apa yang disebut sebagai
sistem delokalisasi. Susunan electron-elektron ini sangat stabil. Berdasarkan
sifat kimianya, anilin dapat larut pada pelarut organik dengan baik, kemudian
dapat larut pada air tetapi dengan tingkat kelarutan 3,5 % pada 25 C. sehingga
hasil reaksi air dengan anilin membentuk 2 fasa yang saling tidak bercampur.

2. Uji Litmus
Karena amina mengandung sepasang electron bebas pada atom nitrogennya,
maka amina bersifat basa (Bronsted – Lowry) dan bersifat nukleofil. Amina
alifatik sifat basanya lebih kuat dari pada amoniak. Sebaliknya amina aromatis
sifat basanya lebih rendah dari pada amoniak.
Alkil amin lebih basa dibandingkan ammonia, karena gugus alkil sebagai
pemberi electron dibandingkan hydrogen. Pada umumnya gugus pemberi electron
akan menaikan kebasaan amin, dan gugus penarik electron akan menurunkan
kebasaan amin. Alkil memantapkan muatan positif alkil ion ammonium dan
menggeser kesetimbangan tekanan. Amin aromatic basanya lebih lemah
dibandingkan amin alifatik, karena pada amin aromatic adanya delokalisasi
resonansi pasangan electron bebasnya.
Teori ini sesuai dengan hasil dari praktikum dimana ketika amina diteteskan
pada lakmus merah menghasilkan perubahan menjadi warna biru. Perubahan
tersebut berarti senyawa bersifat basa.

3. Uji Azo-dye
Menurut Riswianto, bila amina aromatis primer direaksikan dengan asam
garam mineral dan natrium nitrit, akan menghasilkan suatu garam diazonium.
Garam diazonium ini harus segera dipakai, karena secara perlahan akan
terdekomposisi meskipun berada didalam suhu kamar.
Persamaan reaksi yang terjadi ketika amina aromatis (anilin) bereaksi dengan
asam mineral dan natrium nitrit.

Pada percobaan ini senyawa amin ditambah dengan HCl, pada tabung kedua
dibuat larutan NaNO2 dan tabung ketiga dibuat campuran β-naftol dengan HCl
lalu larutan didinginkan dengan air es. Capuran 1 dan 2 menghasilkan warna
jingga. Kemudian ketika ditambahkan larutan β-naftol dan HCl larutan berubah
menjadi warna merah bata. Amina primer dapat terdeteksi secara unik, dengan
membentuk larutan garam diazonium, amina kemudian di pasangkan dengan
-naftol. Persamaan reaksinya adalah :

4. Uji Asam Nitrit


Uji dengan asam nitrit dilakukan untuk membedakan antara amina primer,
amina sekunder, dan amina tersier. Pada percobaan ini senyawa organic amin
primer ditambah HCl lalu didinginkan dengan air es. Tujuan penambahan HCl itu
sendiri berfungsi sebagai katalis dan larutan didiamkan dalam air es, hal ini
bertujuan agar nitrat yang terbentuk stabil, gerak molekulnya tidak terlalu cepat.
Lalu kedalam larutan tersebut ditambahkan larutan NaNO 2, hasil ini terbentuknya
gelembung-gaelembung gas N2 secara perlahan. Sama hal nya dengan larutan
amin sekunder, hasil yang terbentuk adalah larutan berwarna kuning seperti
minyak. Untuk mengidentifikasi amina primer dan sekunder diidentifikasi dengan
terbentuknya lapisan cairan kuning-jingga dan terbentuk gelembung gas.
Kemudian hasil pada amin tersier terbentuk larutan bening, dan terlihat sepertu
Reaksi yang terjadi adalah :

Hasil yang didapatkan juga sesuai dengan literatur bahwa Amina primer
bereaksi dengan asam nitrit dan akan mengeluarkan gas nitorgen. Amina sekunder
dengan asam nitrit akan menghasilkan cairan kental seperti minyak berwarna
kuning, sedangkan amina tersier dengan NaNO2 akan membentuk garam nitrit
yang larut dimana reaksi ini tidak jelas terlihat.
Dalam suasana asam amina primer pada suhu yang rendah akan bereaksi
dengan asam nitrit membentuk suatu garam diazonium. Garam diazonium
aromatic banyak digunakan sebagai zat warna.

Contoh
Ph-NH2 + HNO2 + HCl → Ph-N2+Cl- + 2H2O
Senyawa diazo aromatic adalah merupakan intermediet (zat) antara untuk reaksi
subtitusi nukleofilik terhadap cincin benzene.
5. Uji Hinsberg
Dari hasil pengamatan, pada tabung A sebelum ditambahkan larutan HCl
larutan benind, dan setelah ditambahkan larutan HCl larutan berwarna putih dan
terbentuk endapan putih. Pada tabung B sebelum ditambahkan larutan HCl larutan
putih dan terbentuk endapan putih, setelah ditambahkan larutan HCl tidak terjadi
perubahan. Dan pada tabung C sebelum ditambahkan HCl larutan berwarna putih
dan ada endapan namun setelah ditambahkan larutan HCl berubah menjadi larut
dan bening.
Hasil pengamatan ini sesuai dengan teori, karena berdasarkan teori, jika suatu
senyawa amina direaksikan dengan bezensulfonil klorida menghasilkan suatu
larutan yang homogen dalam suasana basa dan menghasilkan endapan dalam
suasana asam, maka senyawa ini merupakan amina primer. Dan apabila senyawa
amina yang direaksikan dengan bezensulfonil klorida menghasilkan endapan
dalam suasana basa dan dalam suasana asam tetap tidak larut, maka senyawa
amina tersebut merupakan amina sekunder. Sedangkan apabila senyawa amina
yang direaksikan dengan bezensulfonil klorida menghasilkan suatu lapisan diatas
permukaan larutan dalam suasana basa dan menghasilkan suaru campuran yang
larut dalam suasana asam, maka senyawa amina tersebut adalah amina tersier.
Reaksi :
Penambahan NaOH selain untuk membuat suasana basa, juga agar terbentuk
garam benzensulfonamida. NaOH yang ditambahkan harus berlebih. Reaksi antara
amina primer dan sekunder dapat menghasilkan suatu benzensulfonamida yang
tersubstitusi sedangkan pada amina tersier tidak. Hal ini karena ion yang terbentuk
dari reaksi ini tidak stabil pada suasana basa. Ketidakstabilan ini menyebabkan
ikatan antara S dengan N terputus sehingga amina tersier nya akan terbentuk
kembali yang terlihat seperti minyak. Benzensulfonamida yang terbentuk dari
amina primer dapat larut dalam NaOH sedangkan benzensulfonamida yang
terbentuk dari amina sekunder tidak dapat larut dalam NaOH tau dalam suasana
basa. Amina tersiernya juga tidak larut dalam NaOH.
Adapun fungsi penamabahan HCl yaitu agar pada suasana asam ini
benzensulfonamida dari amin primer akan mengendap, sedangkan amina tersier
akan larut dalam suasana asam. Tetapi endapan sulphonamide dari amina
sekunder tidak larut dalam suasana asam.

VI. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamata, dapat disimpulkan bahwa :
1. Identifikasi senyawa amina dapat dilakukan berdasarkan sifat kelarutan.
2. Amina bersifat sebagai basa lemah dan larutan amina dalam air bersifat basa
3. Identifikasi senyawa amina primer, sekunder, dan tersier dapat dilakukan dengan
tes Hisnberg yang didasarkan pada reaksi amina primer dan sekunder dengan
benzensulfonilklorida membentuk benzensulfonilamida.
4. Asam primer dapat larut dalam basa, namun tidak dalam asam.
5. Amina sekunder tidak larut dalam asam maupun basa.
6. Amina tersier dapat larut dalam asam namun tidak larut dalam basa.
VII. Referensi
Fessenden dan Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Hard, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai