Anda di halaman 1dari 7

Mural Pada Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya; Sebagai

Art therapy dan Kontradiksi


Nur Muhammad Rifaat
1406604286

Kata kunci: Mural 1; Preference Colour dan Visual Comfory 2; Art Therapy 3; Kontradiksi 4

Heading 1 (Bagian 1 (20%): Tentang karya yang diproposisi)


Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Bintaro Jaya merupakan rumah sakit swasta yang
dibangun pada tahun 2017 dan terletak di CBD emerald Bintaro Jaya, Tangerang Selatan.
Didalamnya terdapat beberapa ruangan dan fasilitas seperti lobby, toilet, emergency entrance
(IGD), laboratorium, ruang kantor, ruang tunggu pasien dan perawatan, serta jalur akses dan
sirkulasi bagi pengguna rumah sakit.

Gambar 1 Gambar 2

Secara material, fasad RSPI Bintari Jaya didominasi oleh panel kaca dan alumunium
composite panel (ACP). Sedangkan untuk bagian interior, material seperti granit dan keramik
digunakan untuk lantai keselurahan bangunan dan dinding untuk ruangan publik. Untuk
furnishing, digunakan material kayu parket dan material lainnya dengan palet warna putih
hingga krem sebagai pelengkap.
Gambar 3

Pada dasarnya, RSPI Bintaro Jaya sudah mempertimbangkan mengenai penggunaan


public art bertujuan untuk menjamu pasien maupun meningkatkan kenyamanan bagi pekerja
rumah sakit. Salah satu contohnya adalah dengan penempatan berbagai macam lukisan di
ruang tunggu maupun sculpture dan taman kecil di bagian lobby. Namun yang ingin menjadi
fokus dalam proposal karya dalam essai ini adalah penempatan karya seni berupa mural
ditempatkan di dinding dan kolom ruang tunggu dan pewarnaan handrail bagi pasien
berkebutuhan khusus dengan warna yang kontras dengan palet warna material rumah sakit.

Mural yang ditempatkan dalam


Gambar 4 Gambar 5
rumah sakit berupa mural abstrak dan non-abstrak dengan permainan warna yang kaya dan
kontras. Untuk mural kolom khusus ditempatkan diruang tunggu dan kasir di lantai 2 dan 3.
hal ini bertujuan agar pasien merasa nyaman yang berdampak pada peningkatan kondisi
Kesehatan. Sedangkan pewarnaan handrail bertujuan agar memudahkan pengguna dalam
mengakses ruangan rumah sakit.
Gambar 5 Gambar 6

Salah satu contoh sebagai preseden dan dapat diadaptasi kedalam proposal karya
adalah seni mural karya Ally Walker dan seni gambar kolom dengan stensil oleh Suzanne.
Mural oleh Ally Walker merupakan mural yang terdapat pada ruang tunggu radiologi
pediatrik rumah sakit universitas upstate, amerika serikat. Mural dengan tema kehidupan laut
dapat menjadi contoh bentuk mural non-abstrak yang mempertimbangkan estetika dan
keindahan. Dengan warna biru terang menciptakan kedamaian sebagai warna dengan
temperature dingin. Sedangkan untuk mural di kolom dapat mengikuti karya Suzanne.
Menggunakan cetakan untuk kolom yang tebal dan dapat diaplikasikan pada kolom dengan
furnish granit. Mural berbentuk abstrak atau tidak dan dapat mengikuti bentuk alam seperti
pepohonan atau daun dengan berwarna kontras.

Karya Mural (Bagian 2 (35%): Argumen tentang karya terhadap konteks – formal &
kontekstual)
Karya seni sebagai Art Therapy

“Art Therapy appeared in the medical realm in the 1940’s when psychologist
Margaret Naumburg began to utilize art as a tool in conjunction with
previously established psychotherapeutic methods. Her preliminary research
brought attention to the unconscious brain, as she argued that it acts as the
cornucopia of a person’s thoughts andor feelings.”1

Penggunaan seni sebagai bagian dari terapi Kesehatan sudah berlangsung sejak
pertengahan abad ke-20 masehi. Seni menjadi salah satu pertimbangan setelah dilakukan
penelitian terhadap kondisi psikologi pasien yang secara tidak langsung memengaruhi
perubahan Kesehatan, faktor emosional dalam otak, seperti perasaan seseorang menjadi

1. Victoria D. Coleman, and Phoebe M. Dufrene. Art Therapy and Psychotherapy: Blending Two Therapeutic
Approaches. Washington, DC: Accelerated Development, 1996
pemicu utama dalam kasus art therapy. namun yang menjadi peran utama dalam terjadinya art
therapy adalah bagaimana seseorang menangkap dan mempelajari karya seni secara langsung
melalui panca indera mereka.

Gambar 5

Mural sebagai contoh karya seni dalam bentuk visual dalam rumah sakit sudah banyak
digunakan. Salah satu contohnya adalah NYU Langone di Amerika Serikat. Art program yang
diberlakukan oleh pihak rumah sakit menghadirkan berbagai seniman untuk berkarya dan
mengekspresikan karya mereka dengan cara baru. Tom Christoper merupakan salah satu
seniman yang membuat mural di dinding pusat belajar anak di NYU Langone. Tom
mengguanakan konsep street mural dengan permainan warna komplementer dan kontras
seperti warna merah dan biru. hal tersebut agar lebih menarik perhatian dan disenangi oleh
anak-anak.

Preference Colour dan Visual Comfort

Terdapat sebuah artikel penilitian mengenai analisis numerik keterkaitan preferensi


warna dan kenayamanan visual dari Teknik eye tracking terhadap tiga puluh mahasiswa yang
dilakukan oleh peneliti Ming-Chung Ho dan timnya dari National Kaohsiung Normal
University, Taiwan. Peneliti mencoba menghitung dengan menggunakan eye tracker
mengenai bagaimana koresponden melihat empat warna; hitam, putih, hijau, dan biru dalam
24 gambar. Reaksi dari koresponden terukur dalam bentuk angka dari ukuran pupil mata yang
berbeda atau Average pupil size (APS),

“Most of the people said that white color made their visual vision
comfortable; however, their eyes did not have the corresponding reaction. In
other words, they felt specific color makes them comfortable while they were
looking at something, but their objective physiological response would react
naturally” 2

berdasarkan dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa ketika melihat suatu warna, secara tidak
2. Ming-Chung, H., Chen, J., Ray-Ying, H., Shen, M., Ming-Chi, L., & Chia-Ju, L. (2015). Numerical analysis on
color preference
langsung and visual
terdapat respon comfort from eye
alamiah tracking
dalam diritechnique.
seseorangMathematical
mengenaiProblems in Engineering,
preferensi warna yang
2015 doi:http://dx.doi.org/10.1155/2015/861610
disukai dan membuat nyaman yang terlihat dari pupil seseorang.
Dalam kasus proposal karya, preferensi warna juga menjadi subyek utama dalam
mural yang digambar. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, secara keseluruhan palet
warna RSPI Bintaro Jaya adalah coklat muda hingga krem dengan temperature hangat. selain
itu warna pencahayaan rumah sakit didominasi oleh warna kuning dan sedikit cahaya putih
khusus diruangan dokter, dimana hal tersebut membuat kaku mata karena warna yang mirip
diberbagai komponen ruangan. Oleh karena itu mural dengan preferensi warna yang kontras
seperti warna kuning ataupun hijau dan biru dapat membuat intervensi penglihatan mata lebih
beragam dan terciptanya kenyamanan visual. Hal tersebut bertujuan membangun perasaan
emosional orang yang melihatnya yang berdampak pada suasana hati orang tersebut.

“The hospital environment has gone through many changes in its history to
get to the contemporary aesthetic today. The transformation of hospital
design to create “healing environments” has opened up possibilities for art
programs to integrate artworks in advance and more fluidly than ever before.
Art collections can benefit the hospital institutions as well by a means of re-
branding a hospital towards a patient-centered, positive corporation in this
new era of health care.”3

Heading 3 (Bagian 3 (35%): Kontradiksi yang mungkin muncul)


Kekurangan Public Visual Art

Terdapat berbagai kekurangan maupun kontradiksi yang muncul dari visual art dan
public art dirumah sakit. Respon yang diharapkan tidak selalu terjadi bagi setiap pasien atapun
pengguna rumah sakit. Sebagai contoh dalam proposal karya mural di RSPI Bintaro Jaya,
mural tersebut dapat efisien bekerja terhadap pengunjung ataupun pasien yang memiliki
penglihatan baik, namun efisiensi bisa berkurang bagi orang yang memiliki rabun mata dan
buta, baik Sebagian, warna maupun total. Karena kekuatan visual art bergantung terhadap
Kesehatan panca indera, khususnya mata.

3. Robertson, S. (2016). Hospital art collections: How this emerging concept is humanizing healthcare (Order
No. 10187700).
Kontradiksi Available
Public from Art
Visual Healthcare Administration Database; ProQuest Dissertations & Theses
Global. (1848287235). Retrieved from https://search.proquest.com/docview/1848287235?accountid=17242

“Public art often evolves from theoretical constructs of the public sphere far
removed from actual realities of public space, implying expectations of public
behavior and response that are increasingly difficult to define in a country
whose population embraces a variety of cultural traditions.”4

Selain itu, mural yang digambar merupakan mural yang sesuai dengan norma dan
etika yang berlaku di rumah sakit ataupun di masyarakat. Lokasi RSPI yang dekat dengan
perumahan dan akses tol menyebabkan mudah dijangkau oleh banyak orang dan menjadi
rumah sakit rujukan utama kawasan tersebut dengan fasilitas yang lengkap. Oleh karena itu
mural yang digambar diharuskan memiliki esesnsi yang baik untuk segala umur. Penolakan
akan muncul jika mural yang dibuat oleh seniman mengandung SARA ataupun hal buruk
lainnya. Idealisme terhadap objek seni tidak dipermasalahkan selama hal tersebut masih
berkenaan dengan publik sebagai subjek yang menilai karya tersebut.
4. Senie, H. F. (2001). Tilted arc controversy : Dangerous precedent?. Retrieved from
https://search.proquest.com

Referensi (Bagian 4 (10%): Referensi)


https://owl.purdue.edu/owl/research_and_citation/apa_style/
apa_formatting_and_style_guide/general_format.html

Gambar 1. Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya. Sumber: Archdaily.com

Gambar 2. Diagram Aksonometri denah lantai RSPI Bintaro Jaya Sumber: Archdaily.com

Gambar 3. Ruang Tunggu RSPI Bintaro Jaya. Sumber Archdaily.com

Gambar 4.

Gambar 5. Contemporary Column Artwork With Stencils by Suzanne. Sumber:


http://paintandpattern.com/contemporary-column-art/

Gambar 6. Murals artwork by ally walker at the pediatric radiology waiting room at Upstate
University Hospital, Thurs. March 10, 2016.. Sumber:
https://www.syracuse.com/entertainment/2016/03/syracuse_artist_creates_murals_for_childre
ns_hospital_wards.html

Gambar 7. NYU Langone child study center Sumber:

citation

14 Victoria D. Coleman, and Phoebe M. Dufrene. Art Therapy and Psychotherapy: Blending
Two Therapeutic Approaches. Washington, DC: Accelerated Development, 1996

Anda mungkin juga menyukai