Tiara Magfiroh
Universitas Swadaya Gunung Jati Fakultas Hukum Prodi Hukum Jl.Terusan Pemuda
No.01A, Sunyaragi,Kec.Kesambi, KotaCirebon, Jawa Barat 45132
Abstrak: Hubungan hukum membutuhkan bukti akan kebenaran serta keabsahan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Peristiwa tersebut dapat berupa peristiwa biasa dalam kehidupan
masyarakat, dapat juga peristiwa yang mempunyai akibat hukum yang penting misalnya jual
beli tanah dan perselisihan hak atau sengketa di antara para pihak dan Badan Hukum, baik
sebagai dasar gugatan wanprestasi atau dasar gugatan perbuatan melawan hukum. Dengan
demikian perlunya alat pembuktian tertulis apalagi yang bersifat otentik. Mengenai alat
pembuktian ini tidak semata-mata tergantung pada hukum materiil yang kita pakai untuk
diterapkan kepada akta, karena yang penting adalah bahwa alat pembuktian itu dapat
membuktikan dengan sah dan kuat tentang suatu peristiwa hukum, sehingga menimbulkan
lebih banyak kepastian hukum. Dari alat bukti tersebut yang menarik bagi penulis adalah
alat bukti surat, khususnya yang berupa akta di bawah tangan karena di dalam pemeriksaan
sengketa perdata bukti surat merupakan alat bukti yang utama dan penting. Alat bukti surat
terdiri dari akta (akta otentik dan akta di bawah tangan) dan bukan akta.Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui kedudukan hukum akta dibawah tangan dan untuk mengetahui
kekuatan hukum akta dibawah tangan sebagai alat bukti dalam perkara perdata. Tipe
penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian hukum normatif berupa penelitian
kepustakaan yang menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan
serta studi dokumen,dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis data putusan melalui
dokumen di Pengadilan Negeri Sumbe . Hasil penelitian ini, Akta di bawah tangan hanya
mempunyai kekuatan pembuktian formal, yaitu bila tanda tangan pada akta itu diakui (dalam
hal ini sudah merupakan bukti pengakuan) yang berarti pernyataan yang tercantum Di
dalam akta itu diakui dan dibenarkan. Akta di bawah tangan ini diatur dalam Pasal 1874 -
1984 KUH-perdata. Terhadap akta di bawah tangan apabila ada tanda tangan yang
disangkal, maka pihak yang mengajukan akta di bawah tangan itu harus membuktikan
kebenaran tanda tangan itu melalui alat bukti lain.
Kata kunci: kekuatan, akta, bawah, tangan
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ringan.” 2 Bagi para penegak
Indonesia adalah negara hukum, yang menjadi acuan adalah
hukum, yang artinya hukum kajian-kajian teoritis terkait dengan
memegang peranan penting dalam norma/kaidah hukum yang
kehidupan kenegaraan. Hukum sepatutnya diterapkan dalam proses
bukan hanya sekedar pedoman penegakan hukum.
untuk dibaca, dilihat atau diketahui, Sengketa yang sering
melainkan untuk dipatuhi,ditaati terjadi dalam kehidupan
dan dilaksanakan. masyarakat adalah sengketa
Pengadilan yaitu lembaga perdata, dimana sengketa perdata
utama yang menjadi pendukung itu terjadi akibat adanya
dari mekanisme hukum, di dalam perselisihan antara seseorang
lembaga inilah sengketa – dengan orang lain. peristiwa-
sengketa yang terjadi dalam peristiwa itu dapat berupa peristiwa
masyarakat diselesaikan sehingga biasa dalam kehidupan masyarakat,
tidak terjadi pertentangan yang dapat juga peristiwa yang
membahayakan. Sebagaimana mempunyai akibat hukum yang
diatur dalam Pasal 24 ayat (2) dan penting misalnya jual beli tanah
(3) Amandemen Undang-Undang dan perselisihan hak atau sengketa
Dasar 1945, yang menyatakan : di antara para pihak dan Badan
“ kekuasaan kehakiman dilakukan Hukum, baik sebagai dasar gugatan
oleh sebuah Mahkamah Agung dan wanprestasi atau dasar gugatan
badan-badan peradilan yang berada perbuatan melawan hukum.
di bawahnya dalam lingkungan Permasalahan yang kompleks di
peradilan umum, lingkungan lapangan hukum perdata
peradilan agama, lingkungan memerlukan kajian teoritis yang
peradilan militer, lingkungan komprehensif untuk menjawab
peradilan tata usaha negara dan berbagai kebutuhan hukum di
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. tengah masyarakat.3
Badan-badan lain yang fungsinya Hukum pembuktian (law of
berkaitan dengan kekuasaan evidence) dalam berperkara
kehakiman diatur dalam Undang- merupakan bagian yang sangat
Undang.” 1 kompleks dalam proses litigasi.
Selanjutnya pasal 5 ayat Keadaan kompleksitasnya makin
(2) Undang - undang No. 04 Tahun rumit, karena pembuktian berkaitan
2004 tentang Ketentuan - ketentuan dengan kemampuan me-
Pokok Kekuasaan Kehakiman rekonstruksi kejadian atau
menyatakan: “ Pengadilan peristiwa masa lalu (past even)
membantu pencari keadilan dan sebagai suatu kebenaran (truth).
berusaha mengatasi segala Meskipun kebenaran yang dicari
hambatan dan rintangan untuk dan diwujudkan dalam proses
dapat tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya 2
Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang No.04 Tahun 2004
Tentang ketentuan pokok kekuasaan kehakiman
3Raja Indo Sinaga,Eugenius Paransii,
Ordonansi tahun 1867 no.29 yang kebenaran dari apa yang ditulis
memuat “ ketentuan ketentuan dalam akta tersebut. Sudah jelas
tentang kekuatan pembuktian dari bahwa tanda tangan itu adalah
pada tulisan-tulisan dibawah membuat suatu tanda yang
tangan dari orang orang Indonesia merupakan spesialisasi sesuatu
atau yang dipersamakan dengan surat atas nama si pembuat. Sering
mereka.” Yang dimaksud dengan terjadi seseorang yang membuat
tulisan dalam ordonansi adalah tanda tangan berbeda dan
akta. Dalam akta otentik kemungkinan dua/lebih orang
tandatangan tidak merupakan membuat tandatangan yang sama,
persoalan, akan tetapi dalam akta akan tetapi persoalan ini akhirnya”
dibawah tangan pemeriksaan diserahkan kepada hakim tanpa
tentang benar tidaknya akta yang perlu kesaksian dari ahli” .
bersangkutan telah ditandatangani Pasal 1338 KUHPerdata
oleh yang bersangkutan merupakan menjelaskan bahwa melalui suatu
acara pertama .10 perjanjian, pihak-pihak dapat
Di zaman yang moderen membuat segala macam perikatan
sekarang ini biasanya jual beli, sesuai dengan asas kebebasan
Pembeli meminta tanda bukti berkontrak. Perjanjian ini
pembayaran berupa kwitansi, orang dimaksudkan bahwa tidak boleh
yang membayar utang meminta suatu perjanjian dibuat secara
tanda bukti pembayaran, orang bebas, karena suatu perjanjian
yang menyerahkan Namun apabila harus memenuhi syarat sah nya
tanda tangan tersebut sudah diakui perjanjian berdasarkan Pasal 1320
maka akta di bawah tangan itu bagi KUHPerdata. Syarat sah perjanjian
yang menandatangani, ahli dalam Pasal 1320 KUHPerdata
warisnya dan orang orang yang tersebut yaitu :
mendapat hak dari mereka, 1.Kesepakatan antara kedua
merupakan bukti yang sempurna belah pihak;
sebagai kekuatan formil dan 2.Kecakapan untuk membuat
kekuatan formil dari suatu Akta suatu perikatan;
Otentik (Pasal 1875 KUH- 3. Suatu hal tertentu;
perdata).suatu barang meminta 4. Causa yang halal.
tanda terima dari si penerima dan Berdasarkan keempat syarat
orang yang membuat perjanjian kumulatif di atas, dalam suatu
dibuatkan perjanjian hitam atas perjanjian, syarat adanya
putih dan sebagainya. Oleh karena kesepakatan adalah hal yang sangat
itu, adanya tanda tangan dalam penting untuk terpenuhi.
suatu surat adalah perlu guna Kesepakatan yang dilakukan secara
keperluan identifikasi yaitu tertulis dilakukan dengan akta
menentukan ciri-ciri dari akta yang autentik dan akta bi bawah
satu dengan akta yang lainnya. tangan.11
Dapat pula bahwa dengan Berdasarkan Putusan
penandatangannya itu seseorang Nomor 23/Pdt.G/2022/PN Sbr Jual
dianggap menjamin tentang
11Meisha Poetri Perdana,Nina Herlina, Ibnu
10
Ny.Retnowulan Sutantio dkk/ Iskandar Rusydi, Kekuatan Hukum Akta di Bawah Tangan
Oeprikartawinata : Hukum acara perdata dalam Dalam Proses Jual Beli Tanah(Studi Putusan Nomor
teori dan praktek (Bandung: CV mandar maju, 30/Pdt.G/2016/PN.Cbn,)Jurnal Ilmiah Galuh Justisi
2009) hlm 68 Volume 10 Nomor 1- Maret 2022
Hermeneutika : Jurnal Ilmu Hukum
Vol. 3, No. 2, November 2023
p-ISSN 2337-6368 | e-ISSN 2615-4439
http://jurnal.unswagati.ac.id/index.php/HERMENEUTIKA
Jurnal
Skripsi
Syamsuddin (2010) Kekuatan Pembuktian
Akta di Bawah Tangan Dalam
Pemeriksaan Perkara Perdata
(STUDI KASUS PUTUSAN MA
RI REG. NO. 3435 K/PDT/2005)
(Skripsi Universitas Bhayangkara
Jakarta Raya)
Tiara Magfiroh
Tinjauan Yuridis Tentang Kekuatan Alat Bukti Akta Dibawah Tangan dalam Sengketa Perdata
( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sumber Kelas 1A dengan NO.23/PDT.G/2022/PN SBR).