Anda di halaman 1dari 8

Jawaban soal 1 .

Sumber hukum ialah: segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, memaksa, yakni aturan-aturan yang
kalau dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata.

Sumber hukum dapat juga diartikan sebagai bahan-bahan yang digunakan sebagai
dasar oleh pengadilan dalam memutus perkara.

Istilah sumber hukum memiliki banyak pengertian, dapat dilihat dari segi historis,
sosiologis, filsufis, dan ilmu hukum.

Bagi sejarawan hukum menggunakan istilah sumber-sumber hukum dalam dua


arti yaitu dalam arti sumber tempat orang-orang untuk mengetahui hukum dan
sumber bagi pembentuk undang-undang menggali bahan-bahan dalam
penyusunan undang-undang. Sumber dalam arti tempat orang-orang mengetahui
hukum adalah semua sumber-sumber tertulis dan sumber lainnya yang dapat
diketahui sebagai hukum pada saat, tempat, dan berlaku bagi orang tertentu.

Tempat-tempat dapat ditemukannya sumber hukum berupa undang-undang ,


putusan-putusan pengadilan, akta-akta, dan bahan-bahan hukum dan non hukum.

Dari prespektif sosiologis, sumber-sumber hukum berarti factor-faktor yang benar-


benar menyebabkan hukum benar-benar berlaku. Factor tersebut adalah fakta dan
keadaan yang menjadi tuntutan social untuk menciptakan hukum. Dipandang dari
segi sosiologi, hukum tidak lebih dari cerminan realita social. Oleh karena itu
hukum dikondisi oleh factor-faktor politik, ekonomi, budaya, agama,dll. Menurut
pandangan sosiologis, legislator sebagai pembentuk undang-undang harus
memperhatikan factor-faktor tersebut.

Dari pandangan filsufis, istilah sumber hukum juga memiliki dua pengertian.
Pertama, arti mengenai keadilan yang merupakan esensi hukum. Oleh karena itu
berdasarkan pengertian ini sumber hukum menetapkan kriterium untuk menguji
apakah hukum yang berlaku sudah mencerminkan keadilan dan fairness. Dari
sudut pandang filsufis hukum dipandang sebagai aturan tingkah laku, sudut
pandang tersebut akan menelaah lebih dalam mengenai esensi hukum, yaitu nilai
yang diemban oleh hukum tersebut. Merupakan titik berat dari pandangan filsuf
bahwa hukum harus mengusung nilai-nilai keadilan dan fairness dengan merujuk
kepada factor-faktor politik, ekonomi, budaya, dan social.

Sumber hukum dapat ditinjau dari segi materiil dan segi formal.

Sumber hukum material, dapat dinjau dari berbagai sudut, misalnya dari sudut
ekonomi, sejarah, sosiologis, filsafat, dan sebagainya.

Contohnya :
Seorang ahli ekonomi akan mengatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan ekonomi
dalam masyarakat itulah yang menyebabkan timbulnya hukum

Seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan mengatakan bahwa yang menjadi


sumber hukum ialah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

Sumber hukum formal (berdasarkan cara pembentukannya)

Undang-undang (statue)

Kebiasaan (costum)

Keputusan-keputusan hakim (jurisprudentie)

Traktat (treaty)

Pendapat sarjana hukum (doktirn)

Undang-undang

Undang-undang ialah suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan hukum


mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa Negara

Undang-undang itu memiliki dua arti, yakni:

 Undang-undang dalam arti formal


Setiap keputusan pemerintah yang merupakan undang-undang karena cara
pembuatannya ( misalnya, dibuat bersama-sama dengan parlemen)

 Undang-undang dalam arti materil


Setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya mengikat langsung setiap
penduduk.

Syarat berlakunya undang-undang

Syarat mutlak berlakunya sebuah undang-undang adalah diundangkan dalam


lembaran Negara (oleh menteri sekretaris Negara).

Tanggal mulai berlakunya suatu undang-undang menurut tanggal yang ditentukan


dalam undang-undang itu sendiri. Jika tanggal diberlakukannya undang-undang
tidak disebutkan didalam undang-undang, maka tanggal berlakunya adalah 30 hari
setelah diundangkan dalam lembaran Negara, untuk jawa dan Madura, dan untuk
daerah-daerah lain baru berlaku 100 hari setelah pengundangan dalam lembaran
Negara.
Sesudah syarat itu dipenuhi maka berlakulah suatu ‘ ficite’ dalam hukum’ setiap
orang dianggap telah mengetahui adanya suatu undang-undang’
Berakhirnya undang-undang, yakni:

 Jangka waktu berlaku telah ditentukan oleh undang-undang itu sudah lampau
 Keadaan atau hal untuk mana undang-undang itu diadakan sudah tidak ada lagi
 Undang-undang itu dengan tegas dicabut oleh instansi yang membuat atau yang lebih tinggi
 Telah ada undang-undang yang baru yang isinya bertentangan dengan undang-undang
terdahulu.
Lembaran Negara dijaman hindia belanda disebut ‘ staatsblaad disingkat Stb atau S ‘.
Setalah undang-undang diundangkan dalam lembaran Negara, kemudian diumkan
dalam berita Negara dan diumumkan melalui siaran pemerintah.

Jaman Hindia Belanda berita Negara disebut “ de javasche courant”


Jaman jepang disebut ‘kan po’.
Jurusprudensi ada dua;

 jurisprudensi tetap
keputusan hakim yang terjadi karena rangkaian keputsan serupa dan yang
menjadi dasar bagi pengadilan (standard arresten) untuk mengambil keputusan.

1. traktat
pacta sunt servanda berarti perjanjian mengikat pihak-pihak yang mengadakannya
atau setiap perjanjian harus ditaati.
1. Pendapat para sarjana (doktrin)
Dalam jurisprudensi terlihat hakim sering menggunakan pendapat para sarjana
hukum yang terkenal.

Mahkamah internasional dalam piagam mahkamah internasional (statute of the


internasional court of justice ) pasal 38 ayat 1, dlam menyelesaikan perselisihan
dapat mempergunakan:

 Perjanjian internasional (international convention)


 Kebiasaan internasional (international costums)
 Asas-asas hukum yang diakui bangsa beradab (the general principles of law regonised by
civiled nations)
 Keputusan hakim dan pendapat sarjana hukum
Sumber hukum adalah faktor yang menimbulkan sanksi tegas bagi pelakunya. Artinya, sumber
hukum bisa mengatur serta memberikan sanksi untuk yang melakukan pelanggaran hukum.
Sumber hukum mempunyai dua istilah yang sangat penting yang perlu kita ketahui, yaitu sumber
hukum materil dan sumber hukum formal. Selain pengertian umum, para ahli Ilmu
Pengetahuan Sosial juga mengemukakan pendapat mereka tentang berbagai sumber hukum, yaitu:
1. Ahli Sejarah Mereka mengatakan yang menjadi sumber hukum adalah: a. Undang-undang serta
sistem hukum yang tertulis dari suatu masa. Misalnya abad ke-18 b. Dokumen-dokumen, surat-
surat dan keterangan lain dari masa itu untuk mengetahui hukum yang berlaku pada zaman itu 2.
Ahli Filsafat Mereka lebih menanyakan hukum itu apakah sudah adil atau belum. Seperti: a. Apakah
ukuran yang dipakai untuk menentukan hukum secara adil? B. Mencapai keadilan merupakan
tujuan terakhir dari semua orang yang berusaha membuat hukum? 3. Ahli Sosiologi dan
Antropologi Budaya Mereka mengatakan yang menjadi sumber hukum adalah masyarakat
dengan segala lembaga social yang ada di dalamnya 4. Ahli Ekonomi Sumber hukum adalah apa yang
tampak di lapangan ekonomi. Maka ahli ekonomi harus mengetahui secara pasti hal-hal yang
berhubungan dengan persaingan di lapangan perdagangan ini.

Jawaban soal 2

Pembuktian merupakan salah satu tahapan yang cukup penting dalam persidangan.
Meskipun suatu perkara ditangani secara e-court, tahap pembuktian ini tetap
memerlukan kehadiran secara fisik dari para pihak. Definisi pembuktian merupakan
proses bagaimana alat-alat bukti dipergunakan, diajukan ataupun dipertahankan dalam
hukum acara yang berlaku. Adapun tujuan dari pembuktian adalah untuk mengambil
putusan yang bersifat definitif, pasti, tidak meragukan, dan memiliki akibat hukum.

Membuktikan adalah memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim yang


memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang kebenaran
peristiwa yang diajukan. Dalam hal membuktikan suatu peristiwa, cara yang dapat
digunakan adalah dengan menggunakan alat bukti. Alat bukti adalah sesuatu yang
digunakan untuk meyakinkan akan kebenaran suatu dalil atau pendirian. Dalam hukum
acara perdata, alat bukti diatur dalam Pasal 164, 153, 154 Herzien Inlandsch
Reglement (HIR) dan Pasal 284, 180, 181 Rechtreglement voor de Buitengewesten (RBG).
Sebagaimana diatur dalam pasal 164 HIR/284 RBG, alat-alat bukti yang sah menurut
hukum acara perdata terdiri dari:

1) Surat;
Menurut Sudikno Mertokusumo, yang dimaksud dengan surat adalah
sesuatu yang memuat tanda yang dapat dibaca dan menyatakan suatu buah
pikiran dimana buah pikiran tersebut bisa dipakai sebagai pembuktian. Alat bukti
surat terdiri dari 2 (dua) jenis, yakni:
a) Akta; dan
Akta adalah surat yang sengaja sejak awal dibuat untuk pembuktian. Akta
terdiri dari:
1. Akta autentik;
Menurut Pasal 1868 BW, akta autentik adalah suatu akta yang
bentuknya ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan
pegawai-pegawai umum yang berkuasa di tempat dimana akta di buat.
Adapun yang dimaksud dengan pegawa-pegawai umum tersebut adalah
notaris, polisi, dan hakim.
2. Akta di bawah tangan
Akta di bawah tangan adalah akta yang dibuat dan disetujui oleh
para pihak yang membuatnya serta mengikat bagi para pihak yang
membuatnya. Akta di bawah tangan tidak dibuat dihadapan pejabat yang
berwenang seperti notaris, namun hanya dibuat oleh para pihak yang
membuat perjanjian tersebut.
b) Surat biasa
Surat biasa merupakan bukti surat yang awalnya tidak diperuntukkan
untuk dijadikan bukti, namun jika di suatu hari alat bukti surat tersebut bisa
membuktikan suatu perkara di pengadilan, maka alat bukti surat tersebut
bisa dipergunakan.
Saksi-saksi;
Saksi adalah orang yang memberikan kererangan/kesaksian di depan
pengadilan mengenai apa yang mereka ketahui, lihat sendiri, dengar sendiri atau
alami sendiri, yang dengan kesaksian itu akan menjadi jelas suatu perkara.
Keterangan seorang saksi harus disampaikan secara lisan dan pribadi artinya
tidak boleh diwakilkan kepada oeang lain dan harus dikemukakan secara lisan di
sidang pengadilan.
Pada prinsipnya setiap orang boleh menjadi saksi kecuali orang tertentu
yang tidak dapat didengar sebagai saksi, antara lain:
a) Keluarga sedarah dan semenda;
b) Istri atau suami, meskipun telah bercerai;
c) Anak-anak yang umurnya di bawah 15 tahun;
d) Orang gila,

3) Persangkaan;

Persangkaan diatur dalam Pasal 173 HIR, namun dalam pasal tersebut
tidak dijelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan persangkaan, melainkan
hanya menentukan bahwa persangkaan itu dapat digunakan sebagai alat bukti
apabila persangkaan itu penting, seksama, tertentu dan ada persesuaian satu
sama lainnya. Dalam Pasal 1915 KUHPerdata, dikenal adanya 2 (dua)
persangkaan, yaitu:

a) Persangkaan yang didasarkan atas undang-undang (praesumptiones juris);


dan
b) Persangkaan berdasarkan kenyataan (praesumptiones factie).

Sedangkan dalam 1916 KUHPerdata yang ditentukan sebagai persangkaan


adalah sebagai berikut:

a) Perbuatan-perbuatan yang oleh undang-undang dinyatakan batal, karena


dari sidat dan keadaannya saja dapat diduga dilakukan untuk menghindari
ketentuan-ketentuan undang-undang;
b) Persitiwa-peristiwa yang menurut undangundang dapat dijadikan
kesimpulan guna menerapkan hak pemilikan atau pembebeasan dari utang;
c) Kekuatan yang diberikan oleh undang-undang kepada putusan hakim;
d) Kekuatan yang diberikan oleh undang-undang kepada pengakuan atau
sumpah oleh salah satu pihak.

4) Pengakuan; dan
Pengakuan dalam HIR diatur dalam Pasal 174,175 dan Pasal 176. Apabila
melihat ketentuan Pasal 164 HIR, maka jelas pengakuan menurut undang-
undang merupakan salah satu alat bukti dalam proses penyelesaian perkara
perdata. Berdasarkan Pasal 1926 KUHPerdata, pengakuan dapat dilakukan baik
langsung oleh orang yang bersagkutan maupun oleh orang lain yang diberi
kuasa khusus untuk itu, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam mengakui
sesuatu hal di depan hakim haruslah berhati-hati karena pengakuan yang
dilakukan di depan sidang tidak dapat ditarik kembali kecuali apabila ia dapat
membuktikan bahwa pengakuannya adalah akibat dari kekhilafan tentang fakta-
fakta.
Menurut Pasal 174 HIR, pengakuan yang dilakukan di depan sidang mempunyai
kekuatan pembuktian sempurna dan mengikat. Sedangkan pengakuan di luar
sidang, menurut Pasal 175 HIR, kekuatan pembuktiannya diserahkan kepada
kebijaksanaan hakim atau dengan kata lain pengakuan di luar sidang berarti
bahwa hakim leluasa untuk memberi kekuatan pembuktian atau hanya
menganggapnya sebagai bukti permulaan. Sumpah.
Alat bukti sumpah diatur dalam Pasal 155, 156, 157, 158, dan 177 HIR. Alat
bukti sumpah dapat digunakan sebagai upaya terakhir dalam membuktikan
kebenaran dari suatu proses perkara perdata. Menurut Sudikno Mertokusumo,
sumpah merupakan suatu pernyataan yang khidmat yang diberikan atau
diucapkan pada waktu memberi keterangan dengan mengingat sifat Maha Kuasa
dari Tuhan Yang Maha Esa dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan
atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya.
Dalam Hukum Acara Perdata dikenal 3 (tiga) macam sumpah sebagai alat
bukti, yakni:
a) Sumpah Pelengkap (Suppletoir)
Merupakan sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya
untuk melengkapi pembuktian peristiwa yang menjadi sengketa sebagai
dasar putusannya. Sumpah pelengkap diatur dalam Pasal 155 HIR/Pasal 182
RBG.
b) Sumpah Penaksiran (Aestimatoir, Schattingseed)
Merupakan sumpah yang diperintahkan oleh hakim karena jabatannya
kepada penggugat untuk menentukan jumlah uang ganti kerugian. Syarat
pembebanan sumpah penaksiran adalah kesalahan pihak tergugat telah
terbukti, namun jumlah kerugian sulit ditentukan. Sumpah penaksiran diatur
dalam Pasal 155 HIR/Pasal 182 RBG/Pasal 1940 KUHPerdata.
c) Sumpah Pemutus (Decisoir)
Merupakan sumpah yang oleh pihak yang satu melalui perantaraan
hakim diperintahkan kepada pihak lainnya untuk menggantungkan
pemutusan perkara tersebut. Sumpah decisoir merupakan upaya terakhir
untuk menyelesaikan suatu perkara yang keberadaannya diatur dalam Pasal
156, 157, 177 HIR

Jawaban soal 3
3.Bukti didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang menyatakan
kebenaran suatu peristiwa; keterangan nyata; atau tanda [1]. Sedangkan yang dimaksud alat
bukti adalah segala sesuatu hal maupun benda yang ada hubungan dan kaitannya dengan
suatu kejadian atau peristiwa tertentu. Soebekti mendefinisikan bukti sebagai sesuatu
untuk meyakinkan akan kebenaran suatu dalil atau pendirian. Sedangkan alat bukti, alat
pembuktian, upaya pembuktian (Bewisjemiddle) adalah alat-alat yang dipergunakan untuk
dipakai membuktikan dalil-dalil suatu pihak dimuka pengadilan. Misalnya, bukti-bukti
tulisan, kesaksian, persangkaan, sumpah

Di dalam dunia peradilan, pembuktian adalah proses terpenting dalam persidangan, baik itu
dalam perkara pidana maupun perdata. Pembuktian merupakan titik sentral pemeriksaan
perkara dalam sidang pengadilan. Ia berisikan ketentuan-ketentuan mengenai pedoman
tentang tata cara yang dibenarkan undang-undang untuk membuktikan kesalahan yang
didakwakan kepada terdakwa. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana telah mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang yang boleh
dipergunakan hakim dalam membuktikan kesalahan yang didakwakan, sehingga majelis
hakim tidak bisa secara subjektif memvonis terdakwa.

Lebih jauh, Prof. Andi Hamzah seorang pakar ilmu pidana Indonesia telah mendefinisikan
tentang bukti dan alat bukti, yaitu sesuatu untuk meyakinkan kebenaran suatu dalil,
pendirian dan dakwaan. Alat bukti ialah upaya pembuktian melalui alai-alat yang
diperkenankan untuk dipakai membuktikan dalil-dalil atau dalam perkara pidana dakwaan
disidang pengadilan, misalnya keterangan terdakwa, kesaksian, keterangan ahli, surat,
petunjuk, dan termasuk persangkaan dan sumpah.

Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Pasal 184 (1) ada
disebutkan bahwa alat bukti yang sah ialah:

Keterangan Saksi;

Keterangan Ahli;

Surat;

Petunjuk;

Keterangan Terdakwa.’’

Berikut akan penulis jelaskan satu-persatu tentang apa dan bagaimana yang dimaksud
dengan alat bukti yang sah menurut pasal 184 (1) KUHAP sehingga dapat diterima di
persidangan.

A. Keterangan Saksi

Ditinjau dari urutan nya alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang pertama
disebutkan. Dalam perkara pidana, di setiap proses yang dimulai dari penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, hingga sampai kepada sidang di pengadilan pasti menggunakan
alat bukti keterangan saksi. Hal ini dikarenakan hampir semua pembuktian perkara pidana
selalu bersandar kepada pemeriksaan keterangan saksi. Untuk itu, Pasal 1 angka 27
Undang-Undang No.1 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah disebutkan
bahwa:

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa
keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu”

Disini bisa dipahami bahwa untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah dan
berkualitas, kesaksian yang akan dipertimbangkan keterangannya oleh majelis hakim
haruslah memenuhi kriteria-kriteria berikut, pertama saksi wajib disumpah di muka
pengadilan, karena kesaksian yang diakui hanyalah keterangan yang disampaikan dimuka
pengadilan, kedua saksi melihat, mendengar, dan mengalami sendiri, ketiga saksi harus
menyatakan sendiri di dalam persidangan, keempat kesaksian minimal harus disampaikan
oleh 2 (dua) orang saksi, kelima keterangan saksi harus berkaitan dengan perkara.
B. Keterangan Ahli
Yang dimaksud keterangan ahli ialah keterangan yang diberikan oleh seorang yang
dianggap memiliki “keahlian khusus” tentang masalah yang diperlukan penjelasannya dalam
suatu perkara yang sedang diperiksa, hal tersebut nantinya agar perkara yang sedang
diperiksa menjadi terang dan jelas. Pasal 1 angka 28 Undang-Undang No.1 Tahun 1981
Tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) menyebutkan bahwa:
“Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang
hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”
C. Surat
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah mendefinisikan apa yang
dimaksud dengan Surat. Pasal 187 Undang-Undang No.1 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana menyebutkan bahwa:
“Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan
dengan sumpah, adalah :
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau
yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar,
dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya
itu
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang dibuat oleh
pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang
diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu
hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang lain”
bebas kepada Penyidik atau Majelis Hakim tanpa ada tekanan dari pihak manapun, hal ini
termaktub di dalam KUHAP Pasal 52:

“Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa
berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim.”

Anda mungkin juga menyukai