Anda di halaman 1dari 134

DIESEL ENGINE

BASIC MECHANIC COURSE

REVISI : 002

TRANS TRAINING CENTRE

Heavy Equipment Development Centre Pusat


Pengembangan dan Pelatihan Alat Berat
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sehingga dapat kami
sajikan Training Basic Engine Diesel ini untuk kelas Basic Mechanic Course .

Buku Training ini di sajikan dalam bentuk yang sederhana untuk mampu dengan mudah
dimengerti dan difahami , khususnya bagi Calon Mekanik atau Junior Mekanik dibidang Alat-
alat Berat.

Dengan segala kerendahan hati penyusun menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna,
maka dengan keterbatasan yang ada penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk meningkatkan kesempurnaan buku ini sehingga tidak terjadi salah persepsi
untuk pemahaman dari isi dan makna terhadap buku ini.

Akhirnya penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya buku ini.

Malang, 21 Maret 2016

Team Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
GLOSARIUM
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI MATERI PEMBELAJARAN
B. SASARAN PEMBELAJARAN
C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

BAB I. PRINSIP DASAR


Pelajaran 1 : Klasifikasi Engine............................................................................1
Pelajaran 2 : Combustion Chamber......................................................................8
Pelajaran 3 : Firing Order, Table Squence dan Valve Timing..................................13
Pelajaran 4 : Warna Gas Buang..........................................................................19
Ringkasan.........................................................................................................21

BAB II. KOMPONEN DAN SISTEM ENGINE

Pelajaran 1 : Basic Engine Component..................................................................................23


Pelajaran 2 : Engine System..................................................................................................48
Ringkasan...............................................................................................................................75

BAB III. PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN

Pelajaran 1: Penyetelan Celah Valve (Valve clearance) .................................. 80


Pelajaran 2: Pemeriksaan dan Penyetelan Waktu Penginjeksian Bahan Bakar .. 83
Pelajaran 3: Pengukuran Tekanan Oli Pelumasan Pada Engine ....................... 86
Pelajaran 4: Pengukuran Tekanan Kompresi .................................................. 87
Pelajaran 5: Pengukuran Kecepatan Putar Engine .......................................... 89
Pelajaran 6: Pengukuran Tekanan Blow-by .................................................. 90
Pelajaran 7: Pengukuran Warna Gas Buang ................................................ 91
Pelajaran 8: Pengukuran Tekanan Nozzle ................................................... 92
Ringkasan ................................................................................................. 93

BAB IV. BASIC OVERHAUL...............................................................................94

LAMPIRAN........................................................................................................101
PERISTILAHAN/ GLOSSARY

Combustion chamber : ruangan yang dilingkupi oleh permukaan bawah silinder head, permukaan
atas silinder block dan permukaan atas silinder, saat piston berada di titik mati atas
(TMA).
Cylinder head : merupakan komponen utama engine yang berfungsi untuk menahan tekanan
pembakaran, mengendalikan panas dalam ruangan ( dengan system pendinginan ),
tempat duduknya mechanisme valve intake/exhaust dan mekanisme injeksi bahan
bakar.
PENDAHULUAN

A.
DESKRIPSI MATERI PEMBELAJARAN
Materi pembelajaran Diesel Engine terdiri atas 2 (dua) bab.
Bab 1 membahas mengenai prinsip dasar mesin diesel yang meliputi :
• klasifikasi engine
• prinsip kerja diesel engine dan gasoline engine
• prinsip kerja engine 4 langkah dan engine 2 langkah
• keuntungan dan kerugian engine 4 langkah dan engine 2 langkah
• tipe ruang bakar
• tipe ruang bakar langsung dan tipe ruang tidak langsung
Bab 2 membahas tentang komponen-komponen engine berbagai sistem yang ada pada
diesel engine yang meliputi:
• sistem bahan bakar
• intake dan exhaust system
• sistem pelumasan
• sistem pendingin
Bab 3 membahas tentang testing dan penyetelan performance diesel engine.
Bab 4 membahas tentang tata cara basic overhaul.

B.
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti pembelajaran ini secara tuntas, siswa dapat menyebutkan dan
menjelaskan klasifikasi engine, prinsip kerja diesel engine dan gasoline engine, prinsip kerja
engine 4 langkah dan engine 2 langkah, keuntungan serta kerugian engine 4 langkah dan
engine 2 langkah , tipe-tipe ruang bakar, basic engine component, sistem bahan bakar,
sistem bahan bakar, sistem pelumasan dan sistem pendingin.

C.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
• Petunjuk Bagi Siswa
Untuk memperoleh hasil belajar secara maksimal dalam mempelajari materi modul ini,
langkah-langkah yang perlu dilaksanakan antara lain:
ƒ Bacalah dan pahamilah dengan seksama uraian materi yang ada pada
masing-masing kegiatan belajar. Bila ada materi yang kurang jelas, siswa
dapat bertanya pada instruktur yang mengampu kegiatan belajar tersebut.
ƒ Kerjakanlah setiap soal latihan yang terdapat pada modul ini untuk
mengetahui seberapa besar pemahaman yang telah dimiliki terhadap materi
yang dibahas dalam setiap kegiatan belajar.
ƒ Jika belum menguasai tingkat materi yang diharapkan, ulangi lagi pada
kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada instruktur yang
mengampu kegiatan pembelajaran yang bersangkutan.
• Petunjuk Bagi Instruktur
Dalam setiap kegiatan belajar instruktur berperan untuk:
ƒ Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar.
ƒ Membimbing siswa melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam
tahap belajar.
ƒ Membantu siswa dalam memahami konsep, praktik baru, dan menjawab
pertanyaan siswa mengenai proses belajarnya.
ƒ Membantu siswa untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.
ƒ Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
BAB I

PRINSIP DASAR

Tujuan Bab 1:
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada Bab 1, siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan
: klasifikasi engine, prinsip kerja diesel engine dan gasoline engine, perbedaan diesel engine
dan gasoline engine, prinsip kerja engine 4 langkah dan engine 2 langkah, keuntungan dan
kerugian engine 4 langkah dan engine 2 langkah, tipe ruang bakar langsung dan tipe ruang
tidak langsung.

Pelajaran 1

Klasifikasi Engine

Tujuan Pelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menyebutkan dan
menjelaskan klasifikasi engine.

Klasifikasi Engine
Diesel engine merupakan salah satu tipe dari internal combustion engine (motor bakar
dalam). Internal combustion engine (motor bakar dalam) merubah energi panas yang
dibangkitkan dari hasil pembakaran fuel menjadi energi mekanik. Combustion engine (motor
bakar) dapat diklasifikasikan menjadi internal combustion engine (motor bakar dalam) dan
external combustion engine (motor bakar luar).

DIESEL ENGINE 1
Combustion engine dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Combustion engine

Internal combustion External combustion

Reciprocating type Rotational motion type Steam locomotive, steam turbin

Diesel engine Gas turbine,


rotary engine

Gasoline engine

Diesel Engine dan Gasoline Engine


• Diesel Engine
Pada diesel engine udara yang terhisap ke dalam ruang bakar dikompresi sehingga mencapai tekanan
dan temperatur yang tinggi. Bahan bakar (fuel) diinjeksikan dan dikabutkan ke dalam ruang bakar
sehingga terjadi pembakaran.

Gambar ; Prinsip kerja motor diesel

DIESEL ENGINE 1
• Gasoline Engine
Pada gasoline engine dilengkapi dengan karburator sebagai tempat pencampuran udara dan bahan
bakar. Campuran udara dan bahan bakar dihisap ke dalam ruang bakar dan dikompresikan hingga
mencapai tekanan dan temperatur tertentu. Pada akhir langkah kompresi, busi memercikkan api
sehingga terjadi pembakaran.

Prinsip Kerja Gasoline Engine

DIESEL ENGINE 1
• Perbedaan Diesel Engine dan Gasoline Engine

Perbedaan Diesel Engine dan Gasoline Engine

Selain perbedaan diatas, di bawah ini dijelaskan tentang keuntungan dan kerugian diesel engine.
ƒ Keuntungan Diesel Engine
• Biaya pengoperasian lebih ekonomis karena harga bahan bakar lebih murah.
• Thermal efficiency tinggi (motor bensin adalah 20-30% dan motor diesel adalah 30–35%).
• Bahaya kebakaran lebih rendah karena titik nyala (flashing point) fuel relative lebih tinggi.
• Tidak membutuhkan sistem penyalaan (ignition device) dan carburator.
• Dapat menghasilkan tenaga yang besar pada putaran rendah.
ƒ Kerugian Diesel Engine
• Berat output horse power lebih tinggi.
• Getaran selama operasi lebih besar dan suara lebih berisik (noise) lebih besar.
• Start lebih sulit.
• Biaya pembuatan (manufacturing) lebih tinggi.
4

DIESEL ENGINE 1
Engine 4 Langkah dan Engine 2 Langkah
• Prinsip Kerja Engine 4 Langkah

Prinsip kerja engine 4 langkah

ƒ Langkah hisap (intake stroke)


Piston bergerak dari Titik Mati Atas (TMA) ke Titik Mati Bawah (TMB). Intake valve terbuka
dan exhaust valve tertutup, udara murni masuk ke dalam silinder melalui intake valve.
ƒ Langkah kompresi (Compression stroke)
Udara yang berada di dalam silinder dimampatkan oleh piston yang bergerak dari Titik Mati
Bawah (TMB) ke Titik Mati Atas (TMA), dimana kedua valve intake dan exhaust tertutup.
Selama langkah ini tekanan naik 30-40 kg/cm2 dan temperatur udara naik 400-500 derajat
celcius.
ƒ Langkah Kerja (power stroke)
Pada langkah ini, intake valve dan exhaust valve masih dalam keadaan tertutup, partikel–
partikel bahan bakar yang disemprotkan oleh nozzle akan bercampur dengan udara yang
mempunyai tekanan dan suhu tinggi, sehingga terjadilah pembakaran yang menghasilkan
power/temaga. Akibat dari pembakaran tersebut, tekanan naik menjadi 80~110 kg/cm2 dan
temperatur naik menjadi 600~900 0 C.
ƒ Langkah buang (exhaust stroke)
Exhaust valve mulai sesaat sebelum piston mencapai titik mati bawah sehingga gas
pembakaran mulai keluar. Piston bergerak dari TMB ke TMA mendorong gas buang keluar
seluruhnya.
Kesimpulan : Empat kali langkah piston atau dua kali putaran crank shaft, menghasilkan sat

DIESEL ENGINE 1
• Prinsip Kerja Engine 2 Langkah

Prinsip kerja engine 2 langkah


ƒ Langkah piston ke atas ( Upward stroke )
Piston bergerak ke atas dari TMB menuju TMA, campuran udara dan bahan bakar masih
mengalir ke dalam silinder melalui saluran ( scavenging passage ). Sebaliknya gas hasil
pembakaran secara terus menerus dikeluarkan sampai lubang exhaust tertutup. Saat lubang
exhaust ditutup oleh gerakan piston yang menuju TMA, campuran udara dan bahan bakar
ditekan, sehingga tekanan dan temperaturnya naik. Pada saat itu, lubang intake terbuka
pada akhir langkah kompresi sehingga udara segar terhisap masuk ke dalam crank case.
ƒ Langkah piston ke bawah ( Downward stroke )
Campuran udara dan bahan bakar yang dimampatkan diberi percikan bunga api dari busi
yang menyebakan terjadinya pembakaran sehingga tekanan dan temperatur diruang bakar
naik. Dan piston terdorong kearah titik mati bawah. Pada akhir langkah piston, lubang
exhaust terbuka dan gas hasil pembakaran mulai keluar, kemudian campuran bahan bakar
dan udara yang berada di crankcase masuk ke dalam silinder.

Kesimpulan : Dua kali langkah piston atau satu kali putaran crank shaft, menghasilkan satu kal

• Keuntungan dan Kerugian Engine 4 Langkah


ƒ Keuntungan engine 4 langkah adalah:
• Pembakaran lebih sempurna, sehingga lebih ramah lingkungan.
• Penggunaan fuel lebih ekonomis, karena bahan bakar terbakar lebih sempurna.
• Tekanan kompresi lebih tinggi.
• Efisiensi engine (ratio fuel comsumption per output) lebih tinggi.
ƒ Kerugian engine 4 langkah adalah:
• Ukuran dan berat lebih besar.
• Harga lebih mahal.

DIESEL ENGINE 1
• Keuntungan dan Kerugian Engine 2 Langkah
ƒ Keuntungan engine 2 langkah adalah:
• Ukuran dan berat lebih kecil.
• Dapat menghasilkan tenaga yang lebih besar.
• Harga lebih rendah karena tidak menggunakan valve dan struktur yang lebih sederhana.
• Putaran lebih halus karena ukuran flywheel lebih kecil.
ƒ Kerugian engine 2 langkah adalah:
• Pembakaran tidak sempurna. Karena tidak menggunakan mekanisme valve maka gas hasil
pembakaran tidak terbuang seluruhnya dan menyebabkan pembakaran tidak sempurna .
• Penggunaan fuel tidak ekonomis karena sebagian campuran bahan bakar dan udara ikut
keluar bersama dengan gas buang (saat proses exhaust).
• Tidak dapat menaikkan tekanan kompresi karena waktu yang diperlukan untuk langkah
intake singkat sehingga jumlah campuran yang masuk sedikit.
• Efisiensi engine (ratio fuel comsumption per output) lebih rendah dibandingkan dengan
engine 4 langkah.
• Crank case harus rapat tidak boleh ada kebocoran udara.

DIESEL ENGINE 1
Pelajaran 2 :

Combustion Chamber

Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan tipe-
tipe combustion chamber.

Klasifikasi Combustion Chamber


• Combustion Chamber Type berdasarkan Letak Valve
Combustion chamber (ruang bakar) adalah ruangan yang dilingkupi oleh permukaan bawah silinder
head, permukaan atas silinder block dan permukaan atas silinder saat piston berada di titik mati atas
(TMA). Ada bermacam-macam tipe ruang bakar sesuai dengan bentuk ruang bakar, letak valve
intake, exhaust dan injector/nozzle dengan tujuan agar diperoleh thermal efficiency yang maksimal.
Pada umumnya ruang bakar di klasifikasikan menurut letak intake valve dan exhaust valve.

Klasifikasi Combustion Chamber berdasarkan Letak Valve

ƒ Over Head Valve Type


Intake valve dan exhaust valve dipasang di permukaan bagian atas silinder head. Dapat disebut
juga tipe OHV atau tipe I - head. Ruang bakar tipe ini dibentuk agar berbentuk bulat ( bola )
sehingga dapat menghasilkan pusaran saat udara di kompresi dan penyalaan dapat merata ke
segala arah. Tipe ruang bakar ini paling banyak digunakan dalam diesel engine.
ƒ Side valve type
Ruang bakar side valve type letak Intake valve dan exhaust valve sejajar disatu sisi silinder block.
Tipe ini juga disebut tipe L - head. Bentuk ruang bakar rata (flat) sehingga struktur silinder head
lebih sederhana dan biaya manufacturing lebih murah dibandingkan dengan tipe over head.
Efisiensi pembakaran ruang bakar side valve type rendah, tetapi strukturnya lebih sederhana
sehingga memudahkan perawatan dan bongkar pasang silinder head.

DIESEL ENGINE 1
ƒ T-head type
Ruang bakar T - head type Intake dan exhaust valve masing-masing dipasang secara terpisah di
sisi kanan dan kiri dari silinder block. Tipe ini memudahkan udara masuk dan keluar tetapi
efisiensi panas (thermal efficiency) kurang baik karena memerlukan waktu lama untuk meratakan
pembakaran, karena itu ruang bakar tipe ini sangat jarang digunakan.
ƒ F-head type
Ruang bakar F-head type Intake dan exhaust valve masing-maing dipasang pada silinder head
dan pada sisi silinder block. Tipe ini adalah gabungan (perpaduan) dari tipe over head valve dan
tipe side valve. Bentuk ruang akar mirip dengan tipe side valve. Mekanisme gerakan valve ruang
bakar F-head type lebih komplek sehingga tipe ini jarang digunakan.

• Combustion Chamber Type berdasarkan Bentuk


Bentuk ruang bakar pada motor diesel sangat menentukan terhadap kemampuan mesin, oleh
karena itu ruang bakar dirancang agar campuran udara dan bahan bakar menjadi homogen
dan terbakar sempurna. Tipe ruang bakar yang digunakan pada mesin diesel adalah:

Open Combustion Chamber Direct Combustion Chamber

Combustion Chamber
Pre Combustion Chamber Type

Devided Combustion Chamber Swirl Combustion Chamber Type

Air Chamber Type

Klasifikasi Ruang Bakar Engine

ƒ Direct Combustion Chamber


Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini, ruang bakar ditempatkan diantara silinder
head. Bahan bakar diinjeksikan langsung ke dalam ruang bakar. Pada ruang bakar jenis ini
mendapatkan campuran yang baik, bentuk nozzle dan arah injeksi merupakan factor yang sangat
menentukan.

Ruang Bakar Langsung

DIESEL ENGINE 1
Keuntungan :
− Efisiensi panas lebih tinggi dan pemakaian bahan bakar lebih hemat.
− Start dapat dilakukan dengan mudah pada waktu mesin dingin tanpa menggunakan alat
pemanas.
− Cocok untuk mesin - mesin besar ( high power ) karena konstruksi dari kepala silinder lebih
sederhana.
− Temperatur gas buang relatif lebih rendah.
Kerugian :
− Sangat peka terhadap mutu bahan bakar dan membutuhkan mutu bahan bakar yang baik.
− Membutuhkan tekanan injeksi yang lebih tinggi.
− Sering terjadi gangguan pada nozzle dan umur nozzle lebih pendek karena menggunakan
multiple hole nozzle (nozzle lubang banyak).
− Dibandingkan dengan jenis ruang bakar tambahan, turbulensi lebih lemah, sehingga sulit
untuk kecepatan tinggi.

ƒ Auxiliary Combustion Chamber


• Pre Combustion Chamber Type
Seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini, bahan bakar disemprotkan ke dalam
ruang bakar muka oleh injection nozzle. Sebagian bahan bakar yang tidak terbakar dalam
ruang bakar muka didorong melalui saluran kecil antara ruang bakar muka dan ruang bakar
utama kemudian terbakar seluruhnya di ruang bakar utama sehingga percampuran udara dan
bahan bakar lebih baik.

Pre Combustion Chamber

10

DIESEL ENGINE 1
Keuntungan:
− Jenis bahan bakar yang dapat digunakan lebih luas, karena turbulensi yang baik maka
percampuran udara dan bahan bakar lebih sempurna.
− Perawatan pompa injeksi lebih mudah karena tekanan penyemprotan lebih rendah dan
tidak terlalu peka terhadap perubahan saat injeksi.
− Detonasi berkurang dan bekerjanya mesin lebih baik sebab menggunakan throttle nozzle.

Kerugian:
− Biaya pembuatan lebih mahal sebab perencanaan silinder head lebih rumit.
− Membutuhkan motor starter yang besar.
− Kemampuan start awal kurang baik, karena itu harus menggunakan alat pemanas.
− Pemakaian bahan bakar lebih boros.

• Swirl Chamber Type

Swirl Chamber

Ruang bakar model pusar (swirl chamber) berbentuk bundar. Piston memampatkan udara,
sehingga udara masuk ke dalam ruang bakar pusar dan membuat aliran turbulensi. Bahan
bakar diinjeksikan ke dalam udara turbulensi dan terbakar didalam ruang bakar pusar. Bahan
bakar yang belum terbakar masuk ke dalam ruang bakar utama dan terbakar seluruhnya
bakar utama.

Keuntungan :
− Dapat menghasilkan putaran tinggi karena turbulensinya yang baik pada saat kompresi.
− Gangguan pada nozzle berkurang karena menggunakan nozzle tipe pin.
− Putaran mesin lebih tinggi dan operasinya lambat, menyebabkan jenis ini cocok untuk
automobil.

11

DIESEL ENGINE 1
Kerugian :
− Konstruksi silinder head rumit.
− Efisiensi panas dan pemakaian bahan bakar lebih boros dibandingkan dengan tipe ruang
bakar langsung.
− Detonasi lebih besar pada kecepatan rendah.

• Air Chamber Type


Pada tipe ini terdapat dua chamber yaitu main chamber dan air chamber. Selain itu, air
chamber diklasifikasikan menjadi dua macam. Pada tipe yang pertama, fuel diinjeksikan ke
main chamber dan udara diinjeksikan juga sehingga tekanan pada chamber meningkat
sampai terjadi pembakaran. Pada tipe kedua, udara tidak diinjeksikan ke chamber melainkan di
luar chamber mensuplai oksigen dan menghasilkan pusaran sampai terjadi pembakaran.

Keuntungan :
− Suara yang dihasilkan engine lebih lembut (tidak berisik) dibandingkan dengan tipe
lainnya.

Kerugian :
− Timing injeksi sangat berpengaruh terhadap pembakaran.
− Setelah pembaaran exhaust temperature cenderung tinggi dan thermal efficiency rendah.
− Pada umumnya susah untuk ditangani.
− Fuel consumption tinggi.

12

DIESEL ENGINE 1
PELAJARAN 3

FIRING ORDER, TABLE SQUENCE DAN VALVE TIMING PADA


MOTOR DIESEL
1. Firing Order.

Firing Order adalah urutan pembakaran yang terjadi pada engine yang mempunyai
jumlah silinder lebih dari 1 ( satu ).
Contoh :
Engine dengan 4 silinder, mempunyai firing order ( F.O ) = 1 - 2 - 4 - 3, maka proses
pembakaran dimulai dari silinder No.1, dilanjutkan silinder No.2, No.4 dan No.3.
Tujuannya adalah untuk meratakan hasil power, agar gaya yang ditimbulkan oleh piston
seimbang ( balance ). Baik pada saat kompresi, maupun pembakaran, tidak
menimbulkan puntiran pada getaran yang tinggi.
Pada 4 langkah motor diesel dengan 1 silinder, piston bergerak 4 kali, menghasilkan satu
kali pembakaran. Atau dua kali putaran crank shaft, menghasilkan 1 kali pembakaran.

2. Table Squence.

Adalah suatu table yang menyatakan urutan langkah dan urutan pembakaran yang
terjadi pada engine, baik engine dengan satu silinder atau lebih.

a. Table squence untuk 1 silinder.

Beda langkah dari TDC ke BDC = 180º.

Posisi piston TDC BDC TDC BDC TDC


Langkah piston Intake Compresi Power Exhaust
Put.Crankshaft
0º 180º 360º 540º 720º

b. Table Squence untuk 4 silinder.

Gbr. I - 10. Table squence 4 silinder.

13

DIESEL ENGINE 1
Firing order ( F.O ) = 1 - 2 - 4 - 3.

720
Beda langkah setiap silinder = = 180
4

TDC BDC TDC BDC TDC

Cy1.1 Power Exhaust Intake Compresi


Cy1.2 Compresi Power Exhaust Intake
Cy1.3 Exhaust Intake Compresi Power
Cy1.4 Intake Compresi Power Exhaust
0º 180º 360º 540º 720º

Firing order ( F.O ) = 1 - 3 - 4 - 2.

TDC BDC TDC BDC TDC

Cy1.1 Power Exhaust Intake Compresi


Cy1.2 Compresi Power Exhaust Intake
Cy1.3 Exhaust Intake Compresi Power
Cy1.4 Intake Compresi Power Exhaust
0º 180º 360º 540º 720º

c. Table Squence untuk 6 silinder.

Gbr. I - 11. Table squence 6 silinder.

14

DIESEL ENGINE 1
Firing Order ( F.O ) = 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.

720
Beda langkah setiap silinder = = 120
6

Firing Order ( F.O ) = 1 - 4 - 2 - 6 - 3 - 5.

15

DIESEL ENGINE 1
Valve Timing.

Adalah saat membuka dan menutup valve intake dan valve exhaust. Misalkan engine 6
D 125 series
Dengan data - data :

FO = 1 - 5 - 3 - 6 - 2 - 4.

Valve intake terbuka Valve = 20 B T D C (Before top dead center).


intake menutup Valve = 30 A B D C (After bottom dead center).
exhaust membuka valve = 45 B B D C (Before bottom dead center).
exhaust menutup = 15 A T D C (After top dead center).

Gbr. I - 12. Valve timing.

Dari data tersebut, dapat diketahui panjang langkah dari engine 6 D 125 series.

Intake stroke = 20 + 180 + 30 = 230.


Compression stroke = 180 - 30 = 150.
Power stroke = 180 - 45 = 135.
Exhaust stroke = 45 + 180 + 15 = 240.
Total stroke = 230 + 150 + 135 + 240 = 755.
Jadi over lapping = 755 - 720 = 35.

Fungsi over lapping adalah untuk mengadakan pembilasan gas bekas di dalam silinder. Hal ini terjadi
pada saat exhaust valve belum tertutup dan intake valve sudah terbuka.

16

DIESEL ENGINE 1
Untuk pembuatan Table Squence yang sebenarnya, dalam perhitungan sesuai dengan
data diatas

Akhir power = 0 + 135 = 135.


Akhir exhaust = 135 + 240 = 375.
Awal intake = 375 - 35 = 340.
Akhir intake = 340 + 230 = 570.
Akhir compression = 570 + 150 = 720.
Untuk silinder 2 dan seterusnya, dihitung dengan cara yang sama setelah perhitungan
tersebut dibuat, dapat dibuat table sebagai berikut :

17

DIESEL ENGINE 1
Pada umumnya valve timing diset seperti dibawah ini :
Intake valve awal terbuka pada 10º - 40º sebelum titik mati atas (BTDC).
Exhaust valve awal terbuka pada 40º - 70º sebelum titik mati bawah (BBDC).
Intake valve tertutup pada 20º - 50º sesudah titik mati bawah (ABDC).
Exhaust valve tertutup pada 10º - 4º sesudah titik mati atas (ATDC).

Kesimpulan :
Dilihat dari putaran crank shaft, maka terjadi over lapping power, yaitu power silinder 1 belum
berakhir sudah disusul dengan power silinder 5 dan seterusnya.

Table squence dapt digunakan untuk m embuat table adjusment valve dengan 2 putaran crank
shaft.

18

DIESEL ENGINE 1
PELAJARAN 4

WARNA GAS BUANG

1. Gejala Kerusakan Pada Engine.


Seorang awam dengan mudah mengatakan bahwa orang yang kulitnya berubah menjadi
kuning mempunyai penyakit liver (hati). Tetapi seorang bidan dengan kasar
menggambarkan bahwa yang dinyatakan oleh orang awam tersebut belum tentu benar.
Bagaimana caranya dapat mendeteksi gejala kerusakan (trouble) pada engine ? Hal ini
dapat dinyatakan oleh engine noise dan warna gas buang. Saat meneliti warna gas buang
yang perlu diperhatikan adalah latarnya, karena warna gas buang dapat dilihat dengan
mudah kalau latarnya awan keputih-putihan. Jika latar belakangnya langit biru atau
pohonan, maka pertimbangannya bisa keliru.

2. Gas Buang Berwarna Hitam.


Gejala ini menunjukkan ketidak sempurnaan pembakaran. Bahan bakar yang tidak
terbakar, berubah menjadi carbon dan bercampur dengan gas buang, sehingga gas buang
menjadi hitam. Umumnya kehitaman gas buang meningkat sesuai dengan meningkatnya
beban engine.

3. Efisiensi Hisapan Udara Rendah.


Jika jumlah udara yang dihisap kedalam silinder kurang. Ketidak sempurnaan
pembakaran akan terjadi yang menyebabkan gas buang berwarna hitam, tenaga turun,
temperatur gas buang meningkat tinggi. Piston dan silinder head menjadi over heat.
Ada beberapa hal yang menyebabkan efisiensi hisapan udara rendah, adalah :
Ketinggian tempat Altitude).
Hambatan masuk (Suction Resistance).
Gangguan pada turbocharger

4. Kebocoran Udara.
Jika udara yang masuk kedalam silinder bocor saat dikompresi maka terjadi pembakaran
tidak sempurna.
Kebocoran tersebut dapat disebabkan oleh :
Kebocoran karena keausan silinder liner den piston ring.
Kedudukan intake den exhaust valve tidak rapat.
Valve clearance tidak standar.
Silinder head deformasi dan gasket rusak.

5. Penyemprotan Bahan Bakar.


Jika penyemprotan bahan bakar ke dalam silinder tidak baik, maka akan menyebabkan
timbulnya asap hitam.

6. Jumlah Bahan Bakar Yang Disemprotkan.


Jika jumlah bahan baker yang disemprotkan kedalam silinder berlebihan, maka akan
terjadi kekurangan udara. Pembakaran menjadi tidak sempurna dan temperatur gas
buang tinggi.

7. Gas Buang Berwarna Kebiru-biruan.


Hal ini menentukan adanya kelebihan oil ikut terbakar. Dalam kondisi normal sejumlah
oil ikut terbakar dengan bahan bakar. Kalau jumlahnya berlebihan, maka gas buang

19

DIESEL ENGINE 1
menjadi kebiru-biruan. Jika oil yang terbakar hanya sebagian dari jumlah oil yang
masuk ke ruang bakar, maka yang sebagian lagi bercampur dengan gas buang dan
membasahi saluran exhaust.
Jumlah oil yang berlebihan tersebut disebabkan oleh kebocoran dari
: Valve stem intake dan exhaust.
Turbo charger.
Ring piston dan liner.

8. Gas Buang Berwarna Putih.


Yang menyebabkan gas buang berwarna putih :
Timing injeksi tidak tepat.
Air ikut terbakar.

20

DIESEL ENGINE 1
Ringkasan

1. Prinsip kerja motor diesel, udara yang terhisap ke dalam ruang bakar dikompresi sehingga
mencapai tekanan dan tempertur yang tinggi. Bahan baker ( fuel ) diinjeksikan dan dikabutkan ke
dalam ruang bakar sehingga terjadi pembakaran.
2. Prinsip kerja motor bensin, udara dan bahan bakar yang tercampur didalam karburator, terhisap
ke dalam ruang bakar dan dikompresikan hingga mencapai tekanan dan temperatur tertentu.
Pada akhir langkah kompresi, busi memercikan api sehingga terjadi pembakaran.
3. Perbedaan motor diesel dan motor bensin.

4. Langkah kerja pada engine 4 langkah : empat kali langkah piston atau dua kali putaran crank
shaft, menghasilkan satu kali pembakaran.
5. Langkah kerja pada engine 2 langkah : dua kali langkah piston atau satu kali putaran crank shaft,
menghasilkan satu kali pembakaran.
21

DIESEL ENGINE 1
6. Ruang pembakaran adalah ruangan yang dilingkupi oleh permukaan bawah silinder head,
permukaan atas silinder block dan permukaan atas silinder, saat piston berada di titik mati atas
(TMA ). Bentuk ruang pembakaran : Over head valve type, Side valve type, T-head type dan F -
head type.
7. Tipe ruang bakar yang digunakan pada mesin diesel :
1. Tipe ruang bakar langsung ( direct combustion chamber ).
2. Tipe ruang bakar tambahan ( Auxiliary combustion chamber ).
a. Ruang bakar muka ( Pre combustion chamber ).
b. Ruang bakar pusar ( Swirl combustion chamber ).

22

DIESEL ENGINE 1
BAB II

KOMPONEN DAN SISTEM ENGINE

Tujuan Bab 2 :
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada BAB 2, siswa mampu menyebutkan dan
menjelaskan nama, fungsi dan lokasi komponen diesel engine.

Pelajaran 1

Basic Engine Component

Tujuan Pelajaran 1
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menyebutkan dan
menjelaskan nama, fungsi dan lokasi basic engine component.

23

DIESEL ENGINE 1
Klasifikasi komponent engine

Cylinder Block (Liner)

Cylinder Head
Struktural Parts

Cylinder Head Cover

Oil Pan
Stationary Parts

Crankshaft Bearing

Bearing Crankshaft Pin

Bearing

Camshaft Bearing
Engine Proper

Reciprocating
Piston
Parts

Piston Ring

Connecting

Rod

Moving Parts
Rotary Parts Crankshaft

Gear Train

Flywheel

Torsional Damper

Camshaft

Valve Mechanism
Push Rod

MAYOR PARTS OF DIESEL ENGINE


Rocker Arm
Injection Pump

Cam Follower
Intake Manifold

Intake Valve
Exhaust
Manifold
Intake and Exhaust Valve
Exhasust System
Exhaust Pipe
Valve Spring

Muffler

Exhaust Brake

Supercharger

Fuel System Injection Pump, Injection Nozzle etc.

Electric System Starring Motor, Generator etc.

Auxiliary
Equipment Lubricating Engine Oil Pump, Oil Filter etc.
System

Cooling System Water Pump, Thermostat etc.

Power Output Equipment Engine Rear PTO etc.

Air Compressor (Compressed Air)

Power Assistor Vacuum Pump (Vacuum Pressure)

Power Steering Hydraulic Pump (Hydraulic


Pressure)

DIESEL ENGINE 1
24

DIESEL ENGINE 1
Engine SA6D125E-3

Cylinder Head Group


• Cylinder Head
Struktur cylinder head tergantung dari metode pembakaran yang digunakan. Fungsi cylinder head
untuk menahan tekanan pembakaran, mengendalikan panas ( dengan system pendinginan ), tempat

25

DIESEL ENGINE 1
duduknya mechanisme valve intake/exhaust dan mekanisme injeksi bahan bakar. Cylinder head harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
− Dapat menahan tekanan pembakaran dan konsentrasi panas.
− Mempunyai efek pendinginan yang tinggi.
− Dapat mencegah kebocoran tekanan pembakaran secara keseluruhan.
− Dapat mengalirkan udara intake dan exhaust dengan lancar.
− Dapat mencampur udara dengan bahan bakar secara sempurna.

Type cylinder head antara lain:

ƒ Direct injection type dan pre combustion type


Pada direct injection type, ruang bakar ditempatkan diantara cylinder head dan bahan bakar
langsung diinjeksikan ke dalam ruang bakar. Pada sistem ini, untuk mendapatkan campuran yang
baik, bentuk nozzle dan arah injeksi merupakan faktor yang sangat menentukan. Pada pre
combustion type, di dalam cylinder head membutuhkan tempat yang bebas untuk menempatkan
pre combustion chamber sehingga strukturnya lebih komplit dan membutuhkan perencanaan
yang khusus untuk pendinginan cylinder head. Pre combustion chamber diklasifikasikan menjadi
dua type:
• Pre combustion chamber yang langsung disatukan di dalam cylinder head.
• Pre combustion yang terpisah kemudian dipasangkan ke dalam cylinder head.

ƒ Two valve type cylinder head dan four valve type cylinder head
Two valve cylinder head, hanya mempunyai satu intake valve dan satu exhaust valve. Untuk four
valve type cylinder head mempunyai dua intake valve dan dua exhaust valve. Dalam langkah
pemasukan, udara segar harus masuk sebanyak mungkin dalam waktu tertentu untuk
memperbaiki campuran udara dengan bahan bakar yang diinjeksikan. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut intake dan exhaust valve dibuat besar. Four valve type lebih efektif digunakan
jika tempat valve yang sempit atau ruangan tidak cukup. Four valve type strukturnya yang lebih
rumit, tetapi jumlah udara yang dimasukkan lebih banyak.

ƒ Sectional type dan solid type


Solid type cylinder head bila satu cylinder head digunakan untuk menutupi seluruh bagian atas
cylinder block, sedangkan sectional cylinder head jika satu cylinder head hanya menutupi satu
atau lebih bagian atas dari cylinder block ( atau cylinder head yang terpisah ). Sectional type
cylinder head mempunyai efek lebih kecil internal stress atau thermal stress dan mudah dalam
pemasangan, oleh karena itu sectional type cylinder head cocok dipasang pada engine yang
bertekanan besar. Sectional type cylinder head juga dapat digunakan engine yang berbeda
jumlah cylinder tetapi ukuran head yang sama.Sedangkan engine kecil cukup dipasang cylinder
head solid type.

26

DIESEL ENGINE 1
ƒ Injector nozzle type dan injector type
Injector nozzle valve menyemprotkan bahan bakar dengan pressure tinggi yang dipompakan oleh
injection pump. Injector memanfaatkan pergerakan vertikal plunger untuk menghasilkan tekanan
fuel yang tinggi dan menyemprotkan langsung ke dalam cylinder. Injector membutuhkan
mechanisme penggerak plunger dihubungkan dengan putaran cam shaft dengan pergerakkan
vertikal plunger di dalam cylinder head. Cylinder head type injector konstruksinya lebih rumit
dibanding dengan cylinder head type injection nozzle.

Cylinder Head Pre Combustion Chamber, Two Valve, Solid dan Nozzle Type

27

DIESEL ENGINE 1
Cylinder Head Direct Injection Four Valve, Sectional dan Injector Type

Contoh jenis pembakaran, mekanisme valve dan konstruksi silinder head yang digunakan dalam
engine komatsu dan cummin pada tabel berikut :

Tabel Jenis Pembakaran, Mekanisme Valve dan Konstruksi Silinder Head

28

DIESEL ENGINE 1
Valve, Valve Seat, Valve Guide dan Valve Spring
• Valve
Valve terbuka dan tertutup secara teratur untuk memasukkan udara ke dalam cylinder dan
membuang gas bekas pembakaran keluar. Pergerakan valve dari putaran camshaft yang dirubah
menjadi gerakan vertical melalui push rod ditransfer melalui rocker arm dan diterusakan ke valve.
Valve juga sebagai permukaan ruang bakar yang selalu menerima beban panas yang tinggi oleh
karena itu dibuat dari material yang tahan gesek dan tahan panas.

• Valve Insert (Valve Seat)


Valve insert adalah suatu ring yang tahan terhadap panas dan benturan. Valve insert dipasang
diantara permukaan valve yang bersentuhan dengan cylinder head. Permukaan valve yang
bersentuhan dengan cylinder head selalu menerima benturan dan gas panas yang tinggi sehingga
valve seat harus tahan panas, kuat dan tidak mudah aus terutama pada bagian exhaust valve. Bila
terjadi kerusakan pada valve insert dapat diganti tanpa mengganti cylinder head.

• Valve Guide
Valve guide sebagai penuntun pergerakan valve secara sliding antara permukaan stem dan valve
guide dengan gerakan vertikal dan juga sebagai pengontrol pelumasan pada valve stem. Dengan
demikian dibutuhkan celah yang tepat antara stem dan guide, sehingga tidak terjadi kebocoran udara
dan oli ke dalam air intake dan exhaust gas. Valve guide dan valve dibuat dari bahan yang tahan
panas.

• Valve Spring
Valve spring mengangkat valve hingga merapat pada valve seat saat valve sedang menutup. Valve
spring juga bekerja mengambalikan rocker arm, push rod dan tappet ke posisi normal dengan cepat.
Push rod dan tappet selama operasi menimbulkan inertia yang menyebabkan valve jamping pada saat
engine putaran tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan. Gambar dibawah ini sebagai gambaran
valve spring yang bergetar. Spring coil akan berosilasi kearah axial dari gulungan spring.

29

DIESEL ENGINE 1
Puncak osilasi yang terbesar terdapat di bagian tengah spring tetapi jarak coil bisa hampir tidak
berubah pada kedua ujung spring. Bila terjadi stress yang besar pada spring, jarak coil akan berubah
karena disebabkan getaran pada spring coil.

• Rocker Arm dan Rocker Arm Shaft


ƒ Struktur Fungsi Rocker Arm dan Rocker Arm shaft
Rocker arm terpasang pada rocker arm shaft dan dihubungkan dengan push rod yang
menggerakan valve intake dan exhaust. Pergerakan vertikal dari push rod mengikuti gerak putar
cam shaft dan ditransfer melalui rocker arm ke valve stem dengan arah yang berlawanan.
Kerenggangan antara rocker arm dan valve stem dirancang untuk mengatasi pemuaian dari
mechanisme penggerak. Penyetelan valve clearance dilakukan dengan mengendorkan lock nut
dan memasukkan feeler gauge antara rocker arm dan valve stem dengan ketebalan sesuai ukuran
standard kemudian putar screw bolt untuk menyesuaikan kerenggangan. Untuk penyetelan model
empat valve, yang distel kerenggangan antara rocker arm dengan cross head.

Struktur Rocker Arm

Rocker Arm Group

30

DIESEL ENGINE 1
ƒ Lubrication Pada Rocker Arm dan Valve
Oil dari cylinder block mengalir melalui lubang pada cylinder dan rocker arm bracket kemudian
masuk ke rocker arm shaft dan melumasi seluruh rocker arm. Lubang oil yang terdapat pada
rocker arm untuk melumasi rocker arm shaft ke valve stem, valve guide dan bushing.

Rocker Arm Lubrication

• Nozzle Holder Sleeve (Injector Sleeve)


Injector sleeve terletak pada cylinder head. Dibawah ini merupakan gambar dari injector sleeve.

Nozzle Holder Sleeve

• Cylinder Head Gasket

Cylinder Head Gasket

31

DIESEL ENGINE 1
Cylinder Block
Cylinder block terbuat dari besi cor (cast iron) dan pembuatannya di lakukan dengan proses casting
(pengecoran). Cylinder block merupakan rangka utama dari engine. Semua komponen engine
diletakan pada cylinder block. Pada komponen ini terdapat lubang untuk pemasangan cylinder liner
dan tempat dudukan crankshaft. Dua tipe silinder block dibawah ini adalah In Line Type dan V-Type
cylinder block.

In Line Type dan V-Type Cylinder Block

Cylinder Liner
• Fungsi dari Cylinder Liner
Cylinder liner merupakan komponen combustion chamber yang berhubungan dengan tekanan tinggi,
dan beban gesek yang besar sebagai akibat gerak naik turun piston. Cylinder liner harus tahan
terhadap temperatur tinggi, tidak mudah aus dan mampu menerima gaya yang besar dari piston.
Ukuran cylinder liner harus sesuai dengan ukuran piston dan ring piston. Liner harus mempunyai
kemampuan menyerap panas dan mentransfer seluruh panas dari permukaan dalam liner ke
permukaaan luar liner. Liner harus tahan karat karena pada permukaan bagian luar berhubungan
langsung dengan air pendingin. Untuk menjamin efisiensi pendingin yang tinggi, ketebalan liner lebih
kurang 5 - 10mm.

32

DIESEL ENGINE 1
Cylinder Liner

• Cylinder Liner Seal Ring


Air pendingin untuk mendinginkan liner disekat oleh flange di bagian atas dan O-ring pada bagian
bawah liner. Ring seal liner harus mampu menyekat dengan baik, tahan terhadap oil dan air serta
tahan terhadap perubahan temperatur dan tekanan.

Cylinder Liner Seal Ring

Piston
• Fungsi dari Piston
Piston adalah komponen yang langsung berhubungan dengan gas pembakar dan menerima beban
berat yang disebabkan tekanan pembakaran. Piston bergerak berulang-ulang dengan kecepatan
tinggi sehingga menderita beban gesek yang besar. Piston harus memenuhi syarat sebagai berikut :
− Kuat.
− Tahan terhadap panas.
− Memiliki berat yang sedang (tidak menghasilkan inertia yang besar pada kecepatan tinggi).
− Memiliki pemuaian yang kecil dari akibat panas.
− Memiliki kestabilan yang tinggi (faktor kelelahan material besar) tidak mudah aus.

33

DIESEL ENGINE 1
Piston

• Material Piston
Material piston dibuat dari allumunium alloy terdiri dari silikon (Si), nickel (Ni), copper (Cu). Pada
umumnya material piston terdiri dari nickel allumunium alloy called Lo-ex, dengan spesifik gravity
rendah (diatas 27), tahan panas dan dapat menyalurkan panas dengan cepat. Penyerapan panas dari
allumunium alloy tiga kali lebih tinggi dibanding cast iron.

• Bentuk Luar dari Piston


Bentuk permukaan kepala piston dirancang untuk memperbaiki percampuran udara dengan bahan
bakar. Pemilihan bentuk permukaan piston top tergantung dari tipe pembakaran, jenis nozzle, sudut
penyemprotan bahan bakar dan sistem lainnya. Jenis bentuk kepala piston yang dipakai pada
Komatsu engine seperti dibawah ini:

Bentuk Permukaan Kepala Piston

34

DIESEL ENGINE 1
Piston dihubungkan dengan connecting rod melalui pin piston untuk mentransfer tenaga. Ketebalan
sisi dalam piston ditambah untuk menambah kekuatan pada sisi samping sebagai tempat kedudukan
pin piston. Cross section dari piston dibuat dalam bentuk elliptical. Arah pin piston diameternya lebih
kecil dibanding dengan diameter yang tegak lurus dengan pin piston dengan tujuan pada saat
kenaikan temperatur piston ( 300º - 350 ºC pada top piston dan lebih kurang 150 ºC pada bagian
tengah piston ), cross section yang berbentuk elliptical akan tercapai menjadi bulat (berdiameter
sama ). Kepala piston yang kepalanya lebih kecil akan menjadi sama besar akibat pemuaian dan
perbedaan temperatur antara atas dan bawah piston. Oleh sebab itu bila mengukur diameter piston,
arah dan posisinya disesuaikan dengan spesifikasi pada maintenance standard.

• Radiasi Panas pada Piston


Jika piston mengalami overheat akan mengakibatkan pemuaian yang berlebihan pada piston, terjadi
carbonization oil pelumas, melekatnya permukaan yang bergesekan, keretakan atau terbakar pada
kepala piston. Panas yang diterima piston harus secepatnya dilepaskan. Bentuk piston dirancang
untuk meningkatkan kekuatan dan kemudahan penyebaran panas. Bentuk dari cross section piston
disebut thermal flow type dirancang sebagai penghantar panas dan pelumasan.

Piston Ring

Ring Piston

• Fungsi Piston Ring


Piston ring berfungsi untuk menahan tekanan gas kompresi di dalam cylinder, menjaga ketebalan oil
film pada dinding cylinder dan mentransfer panas dari piston ke cylinder liner. Ring bagian atas
disebut ring kompresi untuk mencegah kebocoran gas kompresi, dan ring bagian bawah disebut ring
oil yang bekerja menjaga ketebalan oil film. Tekanan gas kompresi akan mempercepat keausan ring
piston dan mengurangi tenaga engine. Kebocoran pada piston ring akan meningkatkan konsumsi oli.

35

DIESEL ENGINE 1
• Karakteristik Piston Ring

Piston ring sering menerima temperatur dan tekanan tinggi, beban gesek yang tinggi dan hentakan
yang disebabkan gerakan reciprocating dari piston. Untuk mengatasi kondisi yang demikian piston
ring dibuat dari special cast iron yang memiliki ketahanan terhadap panas dan tahan gesek, dan
dilapisi dengan chrome platina pada lingkaran luarnya.

• Konstruksi dari Ring Piston


Ring piston dirancang untuk mencegah kebocoran kompresi, memperkecil bergetarnya ring di dalam
groove selama piston bergerak reciprocating, tahan gesek, dan dapat mencegahnya masuknya benda
asing melalui ring ke dalam groove.

Macam-Macam Bentuk Ring Piston

36

DIESEL ENGINE 1
Connecting Rod

Connecting Rod

• Fungsi dari Connecting Rod


Connecting rod menerima gerak reciprocating dari piston dan diteruskan ke crankshaft untuk dirubah
menjadi gerak putar. Connecting rod harus kuat menahan tekanan kompresi, tekanan pembakaran,
tegangan beban yang berulang-ulang dan beban bengkok yang disebabkan inertia dari piston dan
connecting rod pada putaran tinggi. untuk memenuhi kebutuhan diatas, connecting rod dibuat dari
special baja tempa dan mempunyai kekuatan special dalam batas kelelahan material. Saat memasang
connecting rod hati–hati jangan sampai terdapat guratan (cacat) khusus pada daerah melintang atau
daerah lekukan connecting rod, karena connecting rod selalu bekerja berat, beban yang berulang-
ulang dan konsentrasi stress menyebabkan connecting rod mudah rusak.

• Connecting Rod Bushing


Bushing connecting rod selalu menerima benturan keras, sehingga bushing membutuhkan faktor
kelelahan yang lebih tinggi. Untuk memperkuat bushing dilakukan dengan memperbesar bidang
permukaan dan membuat double untuk mengurangi terjadi keausan. Bushing dibuat dari phospor
bronze, kombinasi dari timah dan bronze untuk menambah daya tahan dan tidak mudah aus.

• Connecting Rod Bolt


Bolt connecting rod untuk merapatkan connecting rod cap yang menghubungkan connecting rod
dengan crankshaft. Bolt selalu menderita beban tegangan tinggi yang berulang-ulang karena inertia
dari piston dan connecting rod. Olaeh karena itu pengencangan bolt kekencangan/torquenya harus
sesuai. Connecting rod assembly bergerak reciprocating dengan kecepatan tinggi sehingga bila
beratnya tidak tepat akan berpengaruh besar pada engine balancer. Berat connecting rod assembly
harus sesuai dengan spesifik tolarance. Perbedaan berat antara connecting rod satu dengan lainnya di
dalam engine tidak boleh melebihi batas yang diizinkan.
37

DIESEL ENGINE 1
Crank Shaft

Crank Shaft

• Struktur dan Fungsi Crankshaft


Crankshaft merupakan komponen yang menerima tenaga gerak dari piston. Crank shaft bersama
dengan connecting rod merubah gerakan naik/turun piston menjadi gerak putar. Crankshaft engine
dengan beban sedang didukung dua main journal pada setiap dua piston. Crankshaft engine dengan
beban berat didukung dengan dua main journal pada setiap satu piston. Jumlah main journal pada
crankshaft sama dengan jumlah piston di tambah satu. Main journal dan pin journal (crank pin) selalu
menerima beban berat dan bervariasi dengan gesekan kecepatan tinggi. Karena itu crankshaft harus
kuat dan tahan terhadap gesekan. Pada umumnya crankshaft dibuat dari besi tempa dengan carbon
tinggi dan pengerasan dengan chrome ditambah molybdenum. Permukaan journal dikeraskan dengan
induksi frekwensi tinggi.

Main Bearing dan Connecting Rod Bearing


Main bearing dan connecting rod atau biasa disebut dengan metal bearing terpasang dengan pas
pada masing-masing main journal dan crank pin journal. Bearing adalah yang mendukung langsung
pada bagian yang bergesekan dari crankshaft dan selalu menerima tekanan pada permukaannya dan
gesekan dengan kecepatan tinggi. Disamping harus tetap kedudukannya bearing juga harus memiliki
kekuatan yang besar dan dapat menyesuaikan.

Pada metal bearing terdapat oil groove yang tujuannya untuk membawa oli ke seluruh permukaan
bearing dan membuat pergerakan atau gesekan menjadi lembut. Selain itu, oil groove juga sebagai
penampung oli pada saat engine mati untuk menjaga persentuhan yang baik pada permukaan shaft.
Untuk menjaga kehalusan crankshaft bearing harus dibuat lebih lunak tetapi kuat dan permukaan
dapat menyesuaikan, dengan demikian bearing dibuat dari material yang berbeda untuk memenuhi
persyaratan diatas dan bearing ada yang mempunyai lebih dari dua jenis material.

38

DIESEL ENGINE 1
Crankshaft Group

Oil Groove pada Main Bearing

39

DIESEL ENGINE 1
Flywheel

Flywheel Group

• Fly Wheel
Fly wheel terpasang di belakang carnkshaft dan diikat dengan bolt untuk mentransfer putaran engine
ke power train atau lainnya. Engine power dihasilkan di dalam combustion strock pada masing-
masing cylinder yang menyebabkan terjadinya torque yang bervariasi pada crankshaft yang kemudian
ditrasnfer ke fly wheel. Dengan adanya inertia yang besar pada flywheel, walaupun torque yang
diterima crankshaft tidak sama, dapat diredam oleh fly wheel karena fly wheel dapat mengisi
kekosongan gerak putar dari crankshaft.

• Ring Gear
Ring gear terpasang melingkar pada lingkaran luar dari flywheel digunakan oleh starting motor untuk
memutar engine.

• Fly Wheel Housing


Fly wheel housing terpasang di bagian belakang cylinder block. Bracket bagian belakang engine
terpasang pada fly wheel housing dan digunakan untuk mounting engine ke chasis.

• Rear Seal
Rear seal terpasang pada fly wheel housing untuk menyekat komponen yang bergerak pada
crankshaft. Ada dua jenis rear seal, single lip type seal dan double lip type seal. Dalam pemasangan
double lip seal jangan sampai lipnya terlipat keluar karena mengakibatkan oil bocor dan lip menjadi
rusak.

40

DIESEL ENGINE 1
• Flywheel dan Flywheel Housing
Konsentrasi beban eksentrik pada crankshaft menimbulkan gaya sentrifugal pada saat berputar dan
membangkitkan vibrasi. Amplitude dari vibrasi menghasilkan secondary vibrasi jika frekwensi vibrasi
yang terjadi sama dengan frekwensi pembakaran. Untuk meredam secondary vibrasi dapat dilakukan
dua cara. Pertama menggunakan peredam vibrasi di bagian dalam engine dan peredam vibrasi di
bagian luar engine ( bagian dari mounting engine ). Balancer shaft salah satu komponen yang
digunakan sebagai peredam getaran engine.

Damper

Viscous Damper
Damper

Crankshaft selalu menerima gaya puntir pada saat tekanan pembakaran yang dihasilkan di dalam
cylinder diteruskan ke crankshaft sehingga menyebabkan bergetarnya crankshaft. Jika terjadi getaran
resonan antara getaran crankshaft dan getaran pembakaran akan membangkitkan getaran yang lebih
kuat dan dapat mengganggu gerakan crankshaft. Untuk mengatasi hal itu dipasangn vibration
damper. Type vibration damper ada yang berupa rubber damper dan viscous damper yang
menggunakan silicon oil high viscosity. Damper memafaatkan inertia dari pemberatnya dan inertia
dari crankshaft untuk mengimbangi getaran/vibrasi.

41

DIESEL ENGINE 1
Balancer Shaft
Balancer shaft salah satu komponen yang digunakan sebagai peredam getaran engine. Balancer shaft
berupa dua buah yang ditempatkan sejajar di kanan dan kiri crankshaft dan putaranya dua kali
putaran crankshaft. Balancer shaft digunakan, untuk menghaluskan suara engine.

Balancer Shaft SAD155-4

Konstruksi Balancer shaft terdiri dari dua shaft yang dipasang di bagian sisi bawah dari cylinder block
yang didukung beberapa bushing. Tenaga penggerak dari balancer shaft diambil dari crank shaft gear
dan diteruskan oleh idler gear dan diteruskan ke balancer gear. Balancer shaft bearing selalu
mendapatkan beban gesek yang eksentrik dari shaft dan berputar dua kali lebih besar dari
crankshaft. Pemasangan shaft kanan atau shat kiri harus menyesuaikan tanda pada gear shaft jika
terjadi kesalahan akan memperbesar vibrasi engine.

Camshaft

Camshaft

42

DIESEL ENGINE 1
• Struktur dan Fungsi Camshaft
Camshaft terdiri dari cam gear sebagai penggerak, journal yang didukung oleh bushing dan cam
sebagai pengontrol terbuka dan tertutupnya valve. Cam shaft berfungsi untuk membuka dan
menutup valve intake dan valve exhaust sesuai timmingnya. Pada cummin engine cam shaftnya
dilengkapi dengan injector cam.

• Camshaft Bushing dan Thrust Bearing


Camshaft terpasang di dalam cylinder block dan didukung oleh bushing yang duduk pada journal.
Thurst bearing dipasang diantara cam gear dan journal pada piston nomor satu untuk melicinkan
gerakan shaft bila ada beban axial.

• Lubrication Camshaft
Oil dari pump dialirkan dengan tekanan melalui cylinder block atau main gallery kemudian masuk ke
cam shaft melalui lubang bushing journal. Bila mengganti bushing harus meluruskan kembali lubang
yang ada pada cylinder block dengan lubang yang ada di bushing.

• Lokasi Camshaft
Camshaft ditempatkan di cylinder head dan dilengkapi pengubah putaran dari crankshaft ke cam
shaft (gear). Type dari camshaft yang putaran camnya dihubungkan ke valve melalui tappet, push
rod dan rocker arm, akan terjadi inertia pada mecahnisme perantara dan membuat valve sulit
mengikuti kecepatan putar cam. Untuk menjamin berhasilnya kerja valve pada putaran tinggi dengan
cara mengecilkan jarak antara cam dengan valve atau dengan cara menempatakan camshaft pada
cylinder head (type OHC/Over head Cam) dan menempatkan camshaft diatas cylinder block (type
HC/High Cam). Pada umumnya pada kendaraan sport memakai type OHC dan DOHC (Double
Overhead Cam) yang dihubungkan dengan rantai atau belt sebagai penggeraknya.

Tappet dan Cam Follower

Cam Follower

43

DIESEL ENGINE 1
Tappet

Tappet dan push rod digabung dengan cam shaft, rocker arm dan valve disebut valve mechanism.
Putaran camshaft dirubah melalui cam menjadi gerakan vertikal pada tappet yang selalu bersentuhan
dengan cam. Push rod terbuat dari batang besi untuk mentransfer gerak vertikal dari tappet ke rocker
arm. Tappet dan push rod diangkat oleh cam dan turunnya dengan tenaga spring. Pergerakan tappet
dan push rod sesuai dengan permukaan cam lift. Pada umumnya cam lift kurang lebih 10 mm.
Tappet dan push rod selalu bergerak vertikal berulang-ulang dengan kecepatan tinggi. Valve
mechanism untuk cummins engine memakai cam follower sebagai pengganti tappet.

Pada engine cummins engine four valve type. Setiap cam menggerakkan dua valve dibantu dengan
cross head untuk membuka atau menutup valve. Pengontrolan injeksi bahan bakar mekanismenya
sama dengan mekanisme valve. Pada engine Cummins type V, tidak memakai cam follower
mechanism tetapi menggunakan roller yang duduk dibawah setiap tappet. Sehingga persentuhan dari
garis ke garis pada permukaan cam dapat dipertahankan antara roller dan cam.

Timing gear
• Struktur dan Fungsi Timing Gear
Timing gear dapat diartikan sebagai gigi penghubung untuk mentransfer putaran crankshaft ke
perlengkapan engine yang membutuhkan tenaga putar. Jumlah gigi dan susunannya bergantung
pada model engine. Timing gear terdiri dari gigi penggerak yang berputar bersama crankshaft lewat
perantara idler gear. Komponen utama timing gear adalah cam gear, injection pump gear, accesory
gear ( cummins ), oil pump driving gear, balancer shaft gear dan crank pulley gear.

45

DIESEL ENGINE 1
Timing Gear pada Engine 155 Series

• Timing Mark
Timing gear dan injection pump driving gear menentukan valve timing dan injection timing. Untuk
memudahkan sudut crankshaft diset pada posisi piston top dan crankshaft gear, idler gear dan gigi
penggerak lainnya tandanya (timing marks) disesuaikan. Saat memasang timing gear harus
memperhatikan valve timing, injection timing dan balance shaft jika tidak tepat dapat menyebabkan
masalah pada engine dan performa menjadi tidak maksimal.

Putaran pada timing gear :


Cam gear½ x putaran engine
Injection pump½ x putaran engine
Balancer shaft2 x putaran engine
Gigi penggerak lain tergantung kebutuhan

PTO gear
• Struktur dan Fungsi dari PTO Gear
PTO ( power take off ) gear digunakan untuk menggerakkan perlengkapan tambahan atau peralatan
kerja. Unit PTO gear ditempatkan di dalam flywheel housing di bagian belakang engine, putaran
crankshaft gear dipindahkan melalui idler gear ke drive gear PTO. Komponen utama PTO adalah
hydraulic pump, steering pump dan transmission pump. Pengambilan tenaga putar dari engine secara
langsung untuk menggerakkan perlengkapan kerja unit disebut RPCU (Rear mounted Power Control
Unit).
46

DIESEL ENGINE 1
PTO Gear

• Lubricating PTO Gear


Pelumasan PTO gear berasal dari transmission atau torque converter circuit yang dialirkan melalui
pipa ke bagian atas flywheel housing dan kemudian dibagi ke masing–masing PTO gear melalui pipa-
pipa kecil. Saat melakukan testing engine tanpa pelumasan sebaiknya PTO system dilepas atau
melepas PTO idler gear.

47

DIESEL ENGINE 1
Pelajaran 2

Engine System
Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan
nama, fungsi dan lokasi komponen pada berbagai engine system, yaitu pada sistem bahan bakar
intake dan exhaust system, sistem pelumasan, dan sistem pendingin.

Fuel System
Diesel Engine dapat beroperasi karena adanya pembakaran dalam ruang bakar sehingga
menghasilkan gerak putar. Pembakaran dilakukan dengan cara menyalurkan bahan bakar ke ruang
bakar ke ruang bakar. Proses penyaluran bahan bakar pada engine dinamakan fuel system, pada
prinsipnya sistem penyaluran bahan bakar setiap engine adalah sama. Di bawah ini merupakan basic
diagram fuel system pada engine komatsu:

Fuel System pada Engine Komatsu

48

DIESEL ENGINE 1
Komponen utama fuel system terdiri dari:
− Fuel Tank
− Feed Pump
− Fuel Filter
− Fuel Injection Pump (FIP)
− Nozzle

• Injection Pump

Fuel Injection Pump (pompa injeksi bahan bakar) berfungsi mensupply bahan bakar ke nozzle dengan
tekanan tinggi (max 300 kg/cm2), menentukan timing penyemprotan dan jumlah bahan bakar yang
disemprotkan.

Fuel Injection Pump

Gambar dibawah ini merupakan bentuk pompa injeksi bahan bakar dengan tipe PES-PD yang
dipasang pada engine S6D155-4. Pompa injeksi ini terdiri atas gabungan 6 buah pompa pribadi
(individual pump), dimana setiap pompa melayani masing-masing silinder.

49

DIESEL ENGINE 1
Fuel Injection Pump Komatsu Engine S6D155-4

• Governor
Governor berfungsi untuk mengatur putaran engine sesuai dengan bahan bakar dan putaran engine.
Governor untuk pompa injeksi tipe bosch dapat diklasifkasikan sebagai berikut:
ƒ Minimum dan maksimum speed governor. Umumnya tipe ini digunakan untuk otomobil.
ƒ All speed governor. Umunya tipe ini dipakai untuk mesin–mesin konstruksi dan engine
generator.
Selanjutnya governor untuk pompa injeksi tipe bosch menurut strukturnya dibagi menjadi:
ƒ Mechanical governor (centrifugal type).
ƒ Pneumatic Governor.
All Speed Mechanical Governor banyak dipakai mesin-mesin konstruksi. Tipe ini mempunyai
keuntungan antara lain: kecepatan dapat dilakukan pada rangenya dengan sedikit penyimpangan,
apabila ada beban (load) dan dapat menjaga ketepatan kecepatan engine. Dengan alasan ini engine
komatsu banyak memilih tipe ini untuk mesin-mesin konstruksinya.

50

DIESEL ENGINE 1
Governor

• Feed Pump
Feed Pump (variable delivery type) berfungsi mensupply bahan bakar ke pompa bahan bakar dengan
tekanan rendah berkisar 1.2 - 2.6 kg/cm2. Bersama dengan pompa priming mensupply bahan bakar
ke sistem pada saat engine hunting (engine hunting = sistem bahan bakar kemasukan udara).

Feed Pump

51

DIESEL ENGINE 1
• Automatic Timer
Automatic timer adalah sebuah hydraulic timer yang bekerja karena bahan bakar di dalam pump
chamber. Timer piston ini dipasangkan di dalam pump housing di sebelah kanan drive dhaft. Piston ini
bergerak di dalam timer housing sesuai dengan tekanan bahan bakar dan spring. Gerakan piston ini
dipindahkan ke roller ring melalui slide pin. Timer spring menekan timer piston sehingga injeksi
terlambat. Begitu engine rpm naik, maka tekanan di dalam pump chamber juga naik dan piston
menekan timer spring. Kemudian roller ring memutarkan drive shaft dalam arah kebalikannya untuk
merubah posisi cam plate sehingga injeksi dipercepat.

Struktur Automatic Timer

Automatic Timer

52

DIESEL ENGINE 1
• Nozzle dan Nozzle Holder

Nozzle

Nozzle berfungsi sebagai penyemprot dan pengabut bahan bakar yang dikirim dari FIP. Baik tidaknya
pengabutan ditentukan dengan kekuatan spring nozzle.Nozzle dibagi menjadi dua macam yaitu pintle
type nozzle dan hole type nozzle.
Penggunaan nozzle bergantung pada bentuk dari ruang bakarnya. Pada umumnya hole type nozzle
dipakai pada engine dengan pembakaran langsung (direct injection engine), dengan tujuan agar bisa
didapatkan jarak pancar yang jauh. Sedangkan untuk engine dengan pembakaran tidak langsung
(indirect combustion engine) menggunakan pintle type nozzle (nozzle berlubang satu atau nozzle tipe
pasak jarum). Pada tipe ini tidak diperlukan jarak pancar yang jauh dan tekanan pancar yang tinggi,
karena pembakaran dapat terjadi dua kali.

Hole Nozzle Type

53

DIESEL ENGINE 1
Pintle Nozzle Type

• Fuel Filter
Untuk menyaring kotoran yang terkandung di dalam bahan bakar.

Fuel Filter

54

DIESEL ENGINE 1
CRI FUEL SYSTEM
• CRI ( Common Rail Injection ) merupakan suatu system penginjeksian bahan bakar pada engine
diesel yang menggunakan microcomputer untuk mengontrol jumlah fuel,timing injeksi,serta
tekanan injeksi berdasarkan inputan sensor sehingga menghasilkanpembakaran yang sempurna.

STUCTURE AND FUNCTION

CONTROL SYSTEM

DIESEL ENGINE 1
MEKANISME KERJA CRI SYSTEM

DIESEL ENGINE 1
KOMPONEN
• Fuel Supply Pump
Terdiri dari priming pump, feed pump, dan high pressure pump yang berfungsi untuk menghasilkan
tekanan fuel di dalam common rail dengan mengontrol jumlah keluaran fuel.

DIESEL ENGINE 1
• PCV (Pump Discharge Control Valve)

Adalah komponen yang mengatur flow dari supply pump ke timing rail berdasarkan input arus dari
controller.

• Feed Pump
Berfungsi untuk memompakanfuel dari fuel tank ke fuel filter kemudian diteruskan ke high
pressure pump chamber.

• Common Rail
Berfungsi mendistribusikan fuel bertekanan tinggi ke masing- masing injector.

DIESEL ENGINE 1
• Flow Damper
Berfungsi untuk menstabilkan aliran fuel yang menuju injector.

• Pressure Limiter
Berfungsi untuk membatasi tekanan fuel di dalam common rail. Membuka pada tekanan 140 MPa
{1430 kg/cm²},dan menutup jika tekanan 30 MPa {310 kg/cm²}.

GUIDE BODY

SPRING HOUSING BALL

 Common Rail Fuel Pressure Sensor


Terpasang pada common rail berfungsi untuk mendeteksi pressure pada common rail.

• Injector
Berfungsi untuk menginjeksikanfuel dengan tekanan tinggi dari common rail berdasarkan input
signal dari ECU sesuai dengan fuel injection timing, fuel injection amount, fuel injection ratio, dan
spray condition.

DIESEL ENGINE 1
 Cara kerja

• Injector Electric Circuit Diagram


Besarnya tegangan DC yang mengalir ke
masing-masing solenoid TWV injector
dari ECU adalah 118 v.

DIESEL ENGINE 1
• Sensor Pada CRI
1. NE Sensor
Berfungsi untuk mendeteksi putaran engine dan sudut engkol. Terletak pada flywheel housing.
2. G Revolution Sensor
Berfungsi untuk memberikan signal ke ECU dalam menentukan injeksi ke masing-masing cylinder.
3. Water Temperature Sensor
Berfungsi untuk mendeteksi coolant temperature sebagai inputan ECU.
4. Fuel Temperature Sensor
Berfungsi untuk mendeteksi temperatur fuel sebagai inputan ke ECU.

Bentuk sensor

• Fuel Cooler
Berfungsi untuk menurunkan temperatur fuel dari fuel tank sebelum masuk ke system.

FUEL COOLER

DIESEL ENGINE 1
KONTROL

PERAWATAN
• Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan CRI fuel system.
1. Penggunaan fuel harus sesuai dengan rekomendasi factory.
2. Kebersihan pada masing-masing komponen harus diperhatikan terutama untuk
komponen elektrik.
3. Penggantian fuel filter harus sesuai dengan rekomendasi factory.
4. Periksa kebocoran pada setiap melakukan periodic service.
5. Tunggu 30 detik setelah engine mati jika akan membuka komponen untuk me-release tekanan.

DIESEL ENGINE 1
Intake and Exhaust System
Intake and exhaust system merupakan salah satu sistem pada engine yang bertujuan untuk
menyalurkan udara ke ruang bakar. Pada sistem ini ada beberapa komponen utama yang
mendukung, diantaranya adalah pre cleaner, air cleaner, intake dan exhaust manifold, dust indicator,
turbocharger dan muffler.

Sistem ini terdiri atas :


1. Naturally aspirated.
2. Supercharged aspirated.
3. Turbocharged Aspirated with After Cooler

1. NaturallyAspirated.

Naturally aspirated.

1. Pre cleaner. 6. Exhaust valve.


2. Air cleaner. 7. Muffler.
3. Intake valve. 8. Exhaust pipe.
4. Piston. 9. Dust indicator.
5. Cylinder liner.

Udara yang masuk ke dalam silinder terjadi akibat hisapan piston dari engine itu sendiri.

DIESEL ENGINE 1
2. Supercharged Aspirated.

Pada sistem ini udara yang masuk ke dalam silinder dibantu oleh hembusan turbo yang digerakkan
oleh gas buang.

Turbocharged aspirated

3. Turbocharged Aspirated with After Cooler

Supercharged dengan aftercooler

After cooler ini dipasangkan antara turbocharged dan ruang bakar. Dengan dipasangkannya aftercooler
diharapkan tenaga engine dapat ditingkatkan. Kenaikan tenaga ini dapat berkisar 5% sampai 10%.

DIESEL ENGINE 1
• Pre Cleaner dan Air Cleaner
Pre cleaner merupakan saringan udara awal dari lingkungan sekitar yang akan disalurkan ke air
cleaner dan selanjutnya menuju ruang bakar. Air cleaner berfungsi sebagai alat pembersih udara,
sehingga debu, pasir dan kotoran dapat dipisahkan terlebih dahulu sebelum masuk ke ruang bakar.
Partikel yang disaring pada air cleaner ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan air cleaner.
Kotoran, debu dan pasir yang ada di atmosfir merupakan substansi keras yang akan menyebabkan
kerusakan pada silinder dan piston engine dimana debu keras tersebut terhisap bersama-sama
dengan udara.

Air Cleaner

Pre Cleaner dan Air Cleaner

• Dust Indicator

Dust Indikator

Dust indicator berfungsi untuk mengetahui kondisi air cleaner, apakah tersumbat atau tidak. Dust
Indicator ini dipasangkan pada tempat-tempat yang mudah terlihat dari luar dan jika menunjuk tanda
merah berarti air cleaner tersumbat.

• Turbocharger
Turbocharger pada diesel engine digunakan untuk memenuhi kebutuhan engine akan udara yang
masuk ke ruang bakar, turbocharge ini akan mengirimkan udara yang lebih banyak untuk mendekati
pembakaran yang ideal.

DIESEL ENGINE 1
Turbocharge

Turbocharger mempunyai dua impeller yaitu turbin dan blower. Turbin impeller diputar oleh gas
buang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Pada ujung poros turbin ini dipasangkan blower impeller
sehingga putaran blower impeller sama dengan putaran turbin impeller. Putaran blower akan
menghisap udara dari luar dengan kecepatan putar berkisar antara 50.000-150.000 rpm. Untuk
menahan putaran tinggi tersebut poros turbin di support oleh journal bearing dan thrust bearing.
Pada rumah turbin dilengkapi dengan saluran oli untuk pelumasan. Bearing Seal ring dipasang untuk
menghindari kebocoran oli ke sisi hisap maupun sisi turbin.

• Muffler
Muffler merupakan saluran untuk melepas gas buang hasil pembakaran ke lingkungan luar. Selain itu,
muffler berfungsi sebagai peredam suara, menghilangkan percikan api dan menurunkan temperatur
gas buang. Muffler mempunyai beberapa tipe diantaranya adalah horizontal type, vertical type dan
catalytic muffler. Dari tipe-tipe di atas hanya ada 2 type yang banyak digunakan yaitu horizontal type
dan vertical type.

Muffler

DIESEL ENGINE 1
Lubrication System
Pelumasan pada engine berfungsi untuk melumasi komponen-komponen yang bergesakan dan
mencegah berkaratnya bagian–bagian engine yang bergerak tranlasi maupun rotasi. Tujuannnya
untuk mempertahan umur dan daya tahan komponen sesuai dengan umur ekonomisnya. Pada
lubrication system didukung oleh beberapa komponen utama diantaranya adalah oil pump, oil filter,
lubricating valve, oil cooler dan thermostat.

Turbocharge

Camshaft

Fuel Injection pump (FIP) Crankshaft

Safety valve
Jet cooling
nozzle

Regulator valve
Bypass filter

Oil cooler Thermostat Oil filter

Main relief valve


Strainer
Oil pump

Lubrication System

• Oil Pump
Oil pump yang paling banyak digunakan untuk sistem pelumasan engine adalah tipe external gear
pump atau trochoid pump. Tekanan oil pelumasan engine berkisar antara 3 - 6 kg/cm 2 selama
pengoperasian engine dalam batas normal. Debit oli yang disuplai ke sistem berkisar antara 50 - 300
liter/menit.

External Gear Pump


67

DIESEL ENGINE 1
Prinsip kerja:
ƒ Gear berputar sesuai tanda panah, oil disisi inlet mengisi kekosongan gigi-gigi dan rumahnya.
ƒ Oil yang berada diantara gigi dan rumahnya dipindahkan sesuai dengan gerakan gigi kesisi
outlet.

Throcoid Pump

Trochoid pump merupakan pompa roda gigi dengan gigi-gigi berbentuk kurva trokoida, jumlah gigi
dari rotor luar. Rotor luar berbentuk silinder dan berputar pada rumah pompa, sedangkan sumbu
rotor dalam terletak eksentrik terhadap sumbu silinder tersebut, sehingga pemasukan minyak
pelumas berlangsung tegak lurus terhadap eksentrisitas tersebut.
Saat posisi unit dioperasikan ditempat miring, oil mengalir dan berada di ujung oil pan. Sehingga oil
bersikulasi tidak sempurna. Scavenging oil sirkuit mempunyai strainer yang terletak disisi berlawanan
dengan strainer utama. Sehingga oli yang berada diujung oil pan dihisap oleh scavenging pump dan
dialirkan ke sisi sebelahnya .

1. Oil pump.
2. Oil strainer.
3. Scavenging pump.
A. To various engine parts.

Scavenging Pump

• Oil Filter
Oil pelumas engine secara bertahap menjadi kotor karena membawa partikel-partikel komponen yang
bergesekan. Jika kotoran kotoran tersebut ikut bersirkulasi bersama oil untuk melumasi maka
komponen yang lain menjadi cepat aus. Untuk menjaga hal tersebut diatas, maka pada sistem
tersebut diberi filter agar kotoran tersebut dapat disaring dan oil yang bersikulasi tetap bersih. Ada 2
macam oil filter, yaitu :
ƒ Cartridge type
• Elemen kertas menjadi satu dengan rumahnya.

DIESEL ENGINE 1
• Cartridge type with safety valve.
ƒ The hanging type, elemen kertas terpisah dengan rumahnya.

Oil filter secara bertahap akan mengalami kebuntuan oleh partikel asing dan kotoran. Kecepatan
kebuntuan filter, tergantung cara penanganan oilnya. Element filter harus diganti secara berkala
sesuai dengan operation dan maintenance manual.

Oil Filter

By pass filter berfungsi untuk menyaring oil dari oil pan agar tetap bersih dan mencegah oil filter
cepat buntu / membantu kerja oil filter. Struktur bypass filter sama dengan oil filter dan ukurannya
lebih besar.

By Pass Filter

• Lubricating Valve
Lubricating valve berfungsi untuk :
− Mengatur tekanan oil di dalam sistem.
− Membatasi tekanan oil di dalam sistem.

DIESEL ENGINE 1
Lubricating Valve

• Oil Cooler
Kenaikan temperatur oil yang berlebihan menyebabkan kualitas dan kemampuan oil sebagai pelumas
menurun. Untuk mengatasi panas yang berlebihan pada oli maka pada sistem dipasang oil cooler.
Struktur oil cooler ada dua tipe :
ƒ Cylinder type
Pipa–pipa dengan sirip–sirip diatur sehingga membentuk silinder. Oil mengalir di dalam pipa
tersebut dan air pendingin mengalir disisi luar pipa dengan arah yang berlawanan dengan aliran
oli.
ƒ Layer type

Oil Cooler dan Thermostat

70

DIESEL ENGINE 1
Cooling System

Thermostat

Corrosion
resistor
Water temp. gauge
Water temp. gauge
Radiator Water manifold
Cylinder head
head
LLiinner
Piston

Cylinder block

Water pump
Compressor

Oil cooler
Cooling System
• Water pump
Water pump digunakan untuk mensirkulasikan air ke dalam sistem pendingin. Semua pompa air yang
dipergunakan pada engine umumnya mempergunakan jenis sentrifugal pump.

Water Pump

71

DIESEL ENGINE 1
Water
seal Impeler
Pump
Body
Pump
shaft

Water pump
drive gear Ball
bearin
g

Penampang Water Pump

• Radiator, Fan dan Pressure Cap


Radiator berfungsi sebagai pendingin engine, air radiator didinginkan dengan bantuan udara luar
Buffle plate berfungsi untuk memisahkan buble yang terjadi di dalam sistem / radaitor karena
gelembung udara yang pecah dapat mengakibatkan kavitasi.

Radiator

Prinsip Kerja
Radiator :
Di dalam upper tank radiator terdapat buffle plate yang memisahkan antara air yang boleh
berhubungan dengan udara luar dengan air yang tidak berhubungan dengan udara ( ruang A dengan
ruang B ). C adalah saluran pembuangan udara dari dalam core pada saat pengisian air. D
merupakan saluran pembuangan udara dari dalam engine block (pada saat pengisian air). Sistem
pendinginan tidak boleh berhubungan langsung dengan udara luar untuk menaikkan titik didih air
pada sistem dari 100 ºC menjadi 110 ºC.

DIESEL ENGINE 1
72

DIESEL ENGINE 1
Penampang Radiator

• Radiator Safety Valve


Radiator safety valve terdiri dari dua buah valve yaitu pressure valve dan vacum valve. Karena panas
tekanan udara di dalam radiator naik, apabila tekanan udara dalam radiator naik sebesar 0.75 kg/cm2
lebih tinggi dari tekanan udara luar maka kelebihan tekanan tersebut akan mampu mendorong
pressure valve melawan spring, sehingga kelebihan tekanan akan keluar melalui lubang K.

Radiator filler neck

Overflow tube

Cap gasket
Vacuum valve
Pressure
valve

Pressure Valve dan Vacum Valve

Vacum valve berfungsi utuk mencegah kevakuman di dalam radiaotor jika tekanan dalam sistem
pendingin kurang/lebih kecil dari tekanan udara luar maka vacum valve akan terbuka.

• Thermostat
Thermostat berfungsi mengatur membuka dan menutup aliran air pendingin ke radiator, sehingga
temperatur air pendingin terjaga pada suhu ( 70 º C - 90 ºC ). Untuk mencegah timbulnya over
heating dan mempercepat tercapainya temperatur kerja engine pada saat mulai operasi.

DIESEL ENGINE 1
73

DIESEL ENGINE 1
To water
pump

TRo adi
Radiator

Piston From
Expander Sensor Engine
Thermostat

Opening temperature : 74.5 - 78.5 ºC.


Full opening temperature : 90 ºC.
Valve lift : Minimum 10 mm.

Prinsip Kerja :
Jika temperatur engine naik, expander akan mengembang dan mendorong piston ke atas. Karena
piston tersebut dijadikan satu dengan valve pada thermostat tersebut, maka saluran yang ke radiator
yang tadinya tertutup akan terbuka sedikit, sehingga air akan mengalir ke pompa maupun ke
radiator. Besar kecilnya aliran air yang ke radiator maupun yang ke pompa, tergantung dari besar
kecilnya valve terbuka. Terbukanya valve tersebut berdasarkan kenaikan temperatur dari air
pendingin. Valve mulai terbuka pada temperatur 74.5 - 78.5 ºC dan terbuka penuh pada 90 ºC.

• Corrosion Resistor
Corrosion resistor berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan dan karat yang dapat menyebabkan
tersumbatnya saluran pendingin
Head

Water Water inlet


outlet

Cartridge
Paper element

Chemicals
element

Spring

Corrosion Resistor

DIESEL ENGINE 1
Ringkasan
• Cylinder head group terdiri dari komponen-komponen ; cylinder head, valve seat, valve, rocker
arm, nozzle holder sleeve, cylinder head gasket.
• Fungsi dari cylinder head untuk menahan tekanan pembakaran, mengendalikan panas dalam
ruangan (dengan system pendinginan ) dan tempat duduknya mechanism valve intake/exhaust
dan mekanisme penyemprotan bahan bakar.
• Type cylinder head antara lain :
ƒ Direct injection type dan pre combustion type.
ƒ Two valve system dan four valve system.
ƒ Sectional type dan solid type.
ƒ Injection nozzle type dan injection type.

• Cylinder liner merupakan komponen dari combustion chamber yang berhubungan dengan tekanan
tinggi, juga mengalami beban gesek akibat gerak naik turun piston. Keuntungan dipasangnya
liner pada block tidak perlu lagi cylinder block yang dibuat dari bahan special. Cylinder liner harus
tahan terhadap temperatur tinggi, tidak mudah aus dan mampu menerima gaya yang besar dari
piston.
• Piston merupakan komponen yang langsung berhubungan dengan gas pembakaran dan
menerima beban berat yang disebabkan tekanan pembakaran. Piston harus : kuat, tahan
terhadap panas, memiliki pemuaian yang kecil dari akibat panas, memiliki kestabilan yang tinggi
dan tidak tidak mudah aus.
• Piston ring berfungsi untuk menahan tekanan gas kompresi di dalam cylinder, menjaga ketebalan
oil film pada dinding cylinder dan mentransfer panas dari piston ke cylinder liner. Ring bagian atas
disebut ring kompresi untuk mencegah kebocoran gas kompresi, dan ring bagian bawah disebut
ring oil untuk menjaga oil film.
• Connecting rod menerima gerak reciprocating dari piston dan diteruskan ke crankshaft untuk
dirubah menjadi gerak putar.
• Crank shaft bersama dengan connecting rod merubah gerakan naik/turun piston menjadi putaran
pada output shaft.
• Flywheel group terpasang di belakang carnkshaft yang diikat dengan bolt untuk mentransfer
putaran engine ke power train atau lainnya. Flywheel mempunyai inertia yang besar sehingga
dapat mengisi kekosongan gerak putar dari crankshaft untuk menperhalus putaran engine.
• Damper merupakan komponen yang berfungsi untuk meredam getaran engine. Vibration damper
ada yang berupa rubber damper dan viscous damper (menggunakan silicon oil high viscosity).
• Balancer shaft terdiri dari dua shaft yang dipasang di bagian sisi bawah cylinder block yang
berfungsi untuk meredam getaran pada engine.

DIESEL ENGINE 1
• Camshaft berfungsi untuk membuka dan menutup valve intake dan valve exhaust sesuai dengan
timming. Pada cummin engine cam shaftnya dilengkapi dengan injector cam. Pada umumnya
pada kendaraan sport memakai type OHC dan DOHC ( Double Overhead Cam ) yang dihubungkan
dengan rantai atau belt sebagai penggeraknya.
• Tappet dan push rod digabung dengan cam shaft, rocker arm dan valve disebut valve mechanism.
Putaran camshaft dirubah melalui cam menjadi gerakan vertikal pada tappet yang selalu
bersentuhan dengan cam. Valve mechanism untuk cummins engine memakai cam follower
sebagai pengganti tappet.
• Timing gear merupakan gigi penghubung untuk mentransfer putaran crankshaft ke perlengkapan
engine. Jumlah gigi dan susunannya tergantung dari medel engine. Struktur utama dari timing
gear adalah cam gear, injection pump gear, accesory gear ( cummins ), oil pump driving gear,
balancer shaft gear dan crank pulley gear.

Kesimpulan :
putaran pada timing gear :
Cam gear½ x putaran engine
Injection pump½ x putaran engine
Balancer shaft2 x putaran engine
Gigi penggerak lain tergantung kebutuhan

• PTO ( power take off ) gear digunakan untuk menggerakkan perlengkapan tambahan atau
peralatan kerja unit. Komponen utama PTO adalah hydraulic pump, steering pump dan
transmission pump. Tenaga putar untuk menggerakkan perlengkapan kerja engine secara
langsung disebut RPCU ( Rear mounted Power Control Unit ). Pelumasan PTO gear berasal dari
transmission atau torque converter circuit yang dialirkan melalui pipa ke bagian atas flywheel
housing dan kemudian dibagi ke masing–masing PTO gear melalui pipa-pipa kecil.
• Komponen utama dalam sistem bahan bakar meliputi : Injection Pump, Governor, Feed Pump,
Automatic timer, Nozzle holder & Nozzle, Fuel filter.
• Komponen utama fuel system terdiri dari :
ƒ Tangki bahan bakar.
ƒ Pompa aliran ( feed pump ).
ƒ Saringan bahan bakar.
ƒ Pompa injeksi bahan bakar.
ƒ Penyemprot bahan bakar ( nozzle ).
• Pompa injeksi bahan bakar ( fuel inejection pump ) berfungsi mensupply bahan bakar ke nozzle
dengan tekanan tinggi (max 300 kg/cm2), menentukan timing penyemprotan dan jumlah bahan
bakar yang disemprotkan.
• Pelumasan pompa injeksi pada sistem injeksi bahan bakar yang meliputi plunger dan delivery
valve, dilumasi oleh bahan bakar itu sendiri.

DIESEL ENGINE 1
• Pelumasan untuk mekanisme penggerak pompa dan governor termasuk cam dan tappet, dilumasi
dengan oil engine.
• Sucking back stroke of delivery valve betujuan untuk mencegah penetasan bahan bakar di ruang
bakar saat akhir injeksi. Dilihat dari cara kerjanya delivery check valve berfungsi sebagai :
ƒ Check valve.
ƒ Menurunkan tekanan pada pressure line secara cepat ( mengurangi penetesan ).
• Governor berfungsi untuk mengatur putaran engine sesuai dengan bahan bakar dan putaran
engine.
• Governor untuk pompa injeksi tipe bosch dapat diklasifkasikan sebagai berikut :
ƒ Minimum dan maksimum speed governor.
ƒ All speed governor.
• Governor untuk pompa injeksi tipe bosch menurut strukturnya dibagi menjadi :
ƒ Mechanical governor ( centrifugal type ).
ƒ Pneumatic Governor.
• Feed Pump ( variable delivery type ) berfungsi mensupply bahan bakar ke pompa bahan bakar
dengan tekanan rendah berkisar 1.2 - 2.6 kg/cm2.
• Automatic timer adalah sebuah hydraulic timer yang bekerja karena bahan bakar di dalam pump
chamber.
• Nozzle berfungsi sebagai penyemprot dan pengabut bahan bakar.
• Intake dan exhaust system.
ƒ Pre Cleaner.
ƒ Air cleaner berfungsi sebagai alat pembersih udara, sehingga debu dan kotoran dapat
dipisahkan terlebih dahulu sebelum masuk ke ruang bakar. Jenis air cleaner meliputi type
basah dan type kering.
• Sirkulasi udara masuk dan keluar system terdiri atas : naturally aspirated dan supercharged
aspirated.
• Naturally Aspirated udara yang masuk ke dalam silinder terjadi akibat hisapan piston dari engine
itu sendiri.
• Supercharged aspirated udara yang masuk ke dalam silinder dipaksakan, sehingga berat udara
persatuan volumenya bertambah. Dengan cara ini diharapkan tenaga engine dapat bertambah
pula. Supercharged aspirated ini dibagi menjadi : turbocharged aspirated dan mechanical
supercharger.
• After cooler ini dipasang antara turbocahrged dan ruang bakar untuk mendinginkan udara yang
menuju ruang bakar. Dengan dipasangkannya after cooler diharapkan tenaga engine dapat
ditingkatkan. Kenaikan tenaga ini dapat berkisar 5% sampai 10%.
• Dust indicator berfungsinya untuk mengetahui kondisi air cleaner, apakah tersumbat atau tidak.

77

DIESEL ENGINE 1
• Turbocharge untuk mengompres udara yang masuk kadalam ruang bakar. Komponen utama
turbo charger housing, turbin dan blower. Putaran dari turbo charger ini berkisar antara 50.000 -
150.000 rpm. Jenis turbocahrger yang dipakai adalah :
ƒ KTR 130.
ƒ Garret Co. TO4B.
ƒ Cummins ST - 50.
ƒ RH 1521 ( Ishikawajima ).
• Muffler berfungsi sebagai peredam suara, menghilangkan percikan api dan menurunkan
temperatur gas buang. Jenis muffler meliputi :
ƒ Horizontal type.
ƒ Tube type.
ƒ Vertical type.
ƒ Catalytic muffler
• Sistem Pelumasan berfungsi untuk melumasi komponen-komponen yang bergesakan. Tujuannnya
adalah untuk mempertahan umur dan daya tahan komponen.
• Pompa oli berfungsi untuk membangkitkan tekanan oli yang kemudian disirkulasikan keseluruh
sistem pelumasan.
• Scavenging oil mensirkulasikan oli dari oil pan ke oil pan yang disebelahnya ketika unit berada di
kemiringan.
• Filter oli berfungsi menyaring kotoran-kotoran yang ada dalam sistem pelumasan. Ada 2 macam
oil filter, yaitu :
ƒ Cartridge type elemen kertas menjadi satu dengan rumahnya.
ƒ Cartridge type with safety valve.
ƒ The hanging type, elemen kertas terpisah dengan rumahnya.
• Bypass filter berfungsi untuk menyaring oil dari oil pan agar tetap bersih dan mencegah oil filter
cepat buntu.
• Lubricating valve berfungsi untuk :
ƒ Mengatur tekanan oil di dalam sistem.
ƒ Membatasi tekanan oil di dalam sistem.
• Oil Cooler berfungsi untuk mendinginkan oli pada system pelumasan. Tipe oil cooler ada 2, yaitu
cylinder type dan layer type.
• Water pump berfungsi untuk mensirkulasikan air dengan tekanan ke dalam sistem pendingin.
• Radiator berfungsi untuk sebagai pendingin air engine. Dan mendinginkan air tersebut dengan
bantuan udara luar.
• Buffle plate berfungsi untuk memisahkan buble yang terjadi di dalam sistem / radaitor. Bubles
adalah peristiwa pecahnya gelembung udara yang dapat mengakibatkan kavitasi.
• Radiator safety valve terdiri dari dua buah vakve yaitu pressure valve dan vacum valve.

DIESEL ENGINE 1
• Vacum valve berfungsi untuk mencegah kevakuman di dalam radiator,jika tekanan di dalam lebih
kecil dari tekanan udara luar ( 1 atm ) maka vacum valve akan terbuka.
• Pressure valve untuk menjaga tekanan yang berlebih dalam sistem air pendingin.
• Thermostat berfungsi mengatur membuka dan menutup aliran air pendingin ke radiator, sehingga
temperatur air pada sistem tetap pada batas-batas yang sudah ditentukan ( 70 º C - 90 ºC ).
• Corrosion resistor berfungsi untuk mencegah terjadinya endapan dan karat, yang dapat
menyebabkan saluran pada sistem pendingin tersumbat.

DIESEL ENGINE 1
BAB III

PENGETESAN & PENYETELAN (TESTING & ADJUSTING)

Tujuan Bab 3 :
Setelah menyelesaikan pembelajaran pada BAB 4, siswa mampu menjelaskan dan
melakukan prosedur pengetesan dan penyetelan yang diperlukan pada sebuah diesel
engine.

Pelajaran 1

Penyetelan Celah Valve (Valve Clearance)

Tujuan Pelajaran 1
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 1, siswa mampu menjelaskan dan melakukan
prosedur penyetelan celah valve pada engine 6 silinder (in-line engine) dan engine 8 silinder (V-
engine).

Prosedur Penyetelan Celah Valve Untuk Engine 6 Silinder (In-Line Engine)


Berikut ini dijelaskan mengenai prosedur penyetelan celah valve untuk engine dengan 6 silinder.
• Buka penutup cylinder head
• Putar crankshaft pada arah normal (searah jarum jam jika dilihat
dari depan engine) dan
posisikan silinder No. 1 ke posisi kompresi
(piston pada posisi Titik Mati Atas).
Sementara itu amati pergerakkan valve
pada silinder No. 6. Luruskan pointer (3)
dengan tanda TOP 1.6 pada vibration
damper (2).
› Pada saat piston silinder No. 1
mendekati posisi Titik Mati
Atas
(pada saat langkah kompresi), valve pada silinder No. 6 akan bersiap untuk bergerak
(membuka).
• Setel celah valve untuk valve-valve yang
diberi tanda h pada susunan valve di
samping.
• Putar crankshaft pada arah normal
sebanyak satu putaran, dan luruskan

80

DIESEL ENGINE 1
kembali tanda TOP 1.6 pada vibration damper (2). Kemudian setel celah valve untuk valve-
valve yang diberi tanda O.
• Untuk menyetel celah valve, kendorkan
lock nut (8) dan adjusment screw (7),
masukkan feeler gauge (H) (dengan
ukuran ketebalan sesuai dengan
spesifikasi) diantara crosshead (6) dan
rocker arm (5). Kemudian setel celah valve
dengan cara memutar adjusment screw
sampai mencapai celah yang diinginkan (feeler gauge dapat digerakkan dengan ringan).

• Setelah diperoleh celah valve yang sesuai


dengan standar, kencangkan kembali lock
nut untuk mengunci adjusment screw.
Pengencangan lock nut sesuai dengan
torsi yang tercantum di dalam shop
manual.
› Penyetelan celah valve di atas
diaplikasikan pada engine 6
silinder dengan urutan pembakaran (combustion squence/firing order) 1-5-3-6-2-4.
› Besarnya celah valve disesuaikan dengan spesifikasi masing-masing engine.

Prosedur Penyetelan Celah Valve Untuk Engine 12 Silinder (V-Engine)

• Buka penutup rocker arm housing.


• Putar crankshaft dengan arah putaran
normal (searah jarum jam jika dilihat dari
depan engine), sambil diamati
pergerakkan dari intake valve pada
silinder R6.
• Posisikan silinder R1 ke posisi top
kompresi (piston berada pada posisi Titik
Mati Atas) dengan cara meluruskan tanda
R1.6 TOP pada vibaration damper (1) dengan pointer (2).

81

DIESEL ENGINE 1
• Lakukan penyetelan celah valve (intake
valve & exhaust valve) pada silinder R1
dengan cara mengendorkan lock nut (6)
dan adjusment screw (5), masukkan
feeler gauge (A) (dengan ukuran
ketebalan sesuai dengan spesifikasi)
diantara crosshead (4) dan rocker arm
(3). Kemudian setel celah valve dengan
cara memutar adjusment screw sampai
mencapai celah yang diinginkan (feeler gauge dapat digerakkan dengan ringan).

• Setelah diperoleh celah valve yang sesuai


dengan standar, kencangkan kembali lock
nut untuk mengunci adjusment screw.
Pengencangan lock nut sesuai dengan torsi
yang tercantum di dalam shop manual.
• Lakukan prosedur yang sama untuk silinder-
silinder yang lain sesuai dengan firing order-
nya, yaitu: R1-L1-R5-L5-R3-L3-R6-L6-R2-L2-R4-L4.

82

DIESEL ENGINE 1
Pelajaran 2

Pemeriksaan dan Penyetelan Waktu Penginjeksian Bahan


Bakar

Tujuan Pelajaran 2
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 2, siswa mampu menjelaskan dan melakukan
prosedur pemeriksaan dan penyetelan waktu penginjeksian bahan bakar dengan menggunakan
metode “MATCH MARK ALIGMENT” dan “DELIVERY VALVE”.

Terdapat dua macam metode pemeriksaan dan penyetelan waktu penginjeksian bahan bakar
yang dapat digunakan, yaitu:
- Metode ”MATCH MARK ALIGMENT”, dan
- Metode ”DELIVERY VALVE”.
Metode ”match mark aligment” digunakan pada saat pompa injeksi dipasang pada engine yang
belum pernah dilakukan pembongkaran (overhaul) dan pompa injeksi tersebut belum pernah
dilakukan perbaikan sebelumnya.
Metode ”delivery valve” digunakan pada saat melakukan pemasangan pompa injeksi, dimana
pompa injeksi tersebut telah dilakukan perbaikan sebelumnya.

Pemeriksaan dan Penyetelan Waktu Penginjeksian Bahan Bakar dengan Menggunakan


Metode ”Match Mark Aligment”
• Posisikan piston silinder No.1 pada
posisi TOP (luruskan tanda 1.6 TOP
pada vibration damper) dengan cara
yang sama pada saat melakukan
penyetelan celah valve.
• Putar crankshaft sejauh 30o – 40o
dengan arah yang berlawanan.
• Luruskan tanda garis ”waktu
penginjeksian” yang terdapat pada
crankshaft damper (1) dengan pointer
(2) dengan cara memutar crankshaft secara perlahan-lahan pada arah putaran normal.

DIESEL ENGINE 1
• Pastikan garis (a) yang terdapat pada
pompa injeksi bahan bakar lurus
dengan garis (b) yang terdapat pada
kopling.
› Jika ternyata garis (a) dan
(b) tidak lurus, maka
kendorkan
nut (3) dan luruskan kembali
kedua garis tersebut dengan
cara menggeser kopling,
setelah itu kencangkan
kembali nut (3) dengan torsi pengencangan sesuai dengan standar yang tertera di
shop manual.

Pemeriksaan dan Penyetelan Waktu Penginjeksian Bahan Bakar dengan Menggunakan


Metode ”Delivery Valve”
• Lepaskan sambungan pipa bahan
bakar (4) pada silinder No.1.
• Buka/lepas delivery valve holder (5).
• Lepas delivery valve (7) dan spring (6)
pada delivery valve holder (5) dan
pasang kembali delivery valve holder
(5) pada pompa injeksi.
• Posisikan piston silinder No.1 pada
posisi TOP (luruskan tanda 1.6 TOP
pada vibration damper) dengan cara
yang sama pada saat melakukan
penyetelan celah valve.
• Putar crankshaft sejauh 30o – 40o
dengan arah yang berlawanan.
• Posisikan control lever pada posisi
FULL INJECTION, kemudian secara
perlahan-lahan putar crankshaft
dengan arah normal sambil
mengoperasikan priming pump, dan amati aliran bahan bakar yang keluar dari delivery valve
holder No.1.
• Hentikan putaran crankshaft pada saat bahan bakar mulai berhenti mengalir dari delivery
valve holder, dan amati tanda garis ”waktu penginjeksian” yang terdapat pada crankshaft
damper.

DIESEL ENGINE 1
› Jika tanda garis ”waktu penginjeksian” sudah melampaui pointer, maka waktu
penginjeksian engine tersebut terlambat.
› Jika tanda garis ”waktu penginjeksian” belum mencapai pointer, maka waktu
penginjeksian engine tersebut terla lu awal.
› Jika hasil pemeriksaan ternyata waktu penginjeksian bahan bakarnya diluar
standar, maka dapat dilakukan perbaikan
sebagai berikut:
- Putar crankshaft sejauh 30o
– 40o dengan arah yang
berlawanan, dimualai dari
posisi TOP silinder No.1.
- Luruskan tanda garis ”waktu
penginjeksian” yang
terdapat pada crankshaft
damper (1) dengan pointer
(2) dengan cara memutar
crankshaft secara perlahan-
lahan pada arah putaran
normal.
- Kendorkan nut (3), pada
falge pompa injeksi. Putar
flange sedikit demi sedikit
sambil mengoperasikan
priming pump sampai tidak ada bahan bakar yang keluar dari delivery valve
holder.
- Kencangkan kembali nut (3) pada flange pompa injeksi.
- Luruskan kembali garis (b) dan (a) dengan cara membuat garis baru.
› Pastikan memasang kembali spring dan delivery valve setelah selesai
melakukan penyetelan.
› Copper gasket dan O-ring harus diganti dengan yang baru.

DIESEL ENGINE 1
Pelajaran 3

Pengukuran Tekanan Oli Pelumasan Pada Engine

Tujuan Pelajaran 3
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 3, siswa mampu menjelaskan dan melaksanakan
prosedur pengukuran tekanan oli pelumasan pada diesel engine.

Pengukuran Tekanan Oli Pelumasan Engine


Pengukuran tekanan oli pelumasan pada engine dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai
berikut.

• Naikkan temperatur air pendingin hingga mencapai temperatur kerja engine.


• Lepas sensor temperatur (1) kemudian
pasang oil pressure gauge C [0,98 Mpa (10
kg/cm2)].
• Hidupkan engine, kemudian ukur tekanan
oli pelumasan engine pada kondisi putaran
rendah tanpa beban (low idling) dan
putaran tinggi tanpa beban (high idling).

DIESEL ENGINE 1
Pelajaran 4

Pengukuran Tekanan Kompresi

Tujuan Pelajaran 4
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 4, siswa mampu menjelaskan dan melaksanakan
prosedur pengukuran tekanan kompresi pada diesel engine.

Pengukuran Tekanan Kompresi


Pengukuran tekanan kompresi dilakukan pada saat kondisi engine dalam keadaan panas (40o-60o
C). Prosedur pengukurannya dapat dilakukan
sebagai berikut.
• Lakukan penyetelan celah valve terlebih
dahulu.
• Lepas spill tube (1) dan lepas sambungan
pada fuel injection pipe (2).

• Lepas nozzle holder assembly (3) untuk


masing-masing silinder.
› Lepas nozzle holder assembly
dengan cara melepas dua buah
bolt pengikatnya.
› Hati-hati jangan sampai kotoran
masuk ke dalam silinder.

• Pasang adapter G2 ke silinder yang akan


diukur. Kencangkan bolt pengikat adapter
dengan torsi yang sesuai, seperti
ditunjukkan pada shop manual engine
tersebut.

DIESEL ENGINE 1
• Hubungkan compression gauge G1 ke
adapter.
• Posisikan control lever ke arah NO
INJECTION. Crank engine dengan
menggunakan starting motor dan baca
tekanan yang terukur pada
compression gauge G1.
› Jika control lever tidak
diposisikan pada arah NO
INJECTION, maka bahan bakar akan menyembur keluar pada saat engine dicrank.
› Untuk mencegah terjadinya kebocoran kompresi pada saat pengukuran, hal ini
dapat dilakukan dengan cara memberikan sedikit oli pada bagian pengikat
adapter.

DIESEL ENGINE 1
Pelajaran 5

Pengukuran Kecepatan Putar Engine

Tujuan Pelajaran 5
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 5, siswa mampu menjelaskan dan melakukan
prosedur pengukuran kecepatan putaran engine dengan menggunakan tachometer.

Pengukuran Kecepatan Engine


Pengukuran kecepatan putar engine dilakukan dalam kondisi sebagai berikut:

- Engine pada kondisi temperatur kerja


- Temperatur oli power train: 70o – 90o C
- Temperatur oli hydraulic 45o – 55o C
• Buka penutup (1) pada speed pick up
port kemudian pasang adapter pada
tachometer A.
• Hubungkan adapter dengan tachometer
A dengan menggunakan kabel.
• Ukur kecepatan putar engine dalam dua
kondisi, yatiu pada kecepatan rendah
tanpa beban (low idling) dan kecepatan
tinggi tanpa beban (high idling).
› Hindari kabel terkena komponen-
komponen yang panas dan
bergerak.

DIESEL ENGINE 1
Pelajaran 6

Pengukuran Tekanan Blow-By

Tujuan Pelajaran 6
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 6, siswa
mampu menjelaskan dan melakukan
prosedur pengukuran tekanan blow-by.

Pengukuran Tekanan Blow-By


Pengukuran tekanan blow-by dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
• Pasang peralatan E1, E4 ke blow-by hose
[1] dan hubungkan peralatan E3 dan E2.
• Hidupkan engine
sampai mencapai
temperatur kerja.
• Posisikan kecepatan transmisi pad
kecepatan tertinggi.
• Release parking brake lever.
• Injak pedal brake dengan kuat.
• Naikkan kecepatan putar engine sampai
torque converternya mengalami stall.
• Ukur tekanan blow-by pada saat kondisi
torque converter stall.
› Kondisi stall pada torque converter
tidak boleh lebih dari 20 detik
› Jika tidak dimungkinkan
mengukur tekanan blow-by
pada kondisi
torque converter stall, maka dapat
dilakukan
pada saat kondisi
kecepatan
tinggi tanpa beban
(high idling), namun dalam kondisi
seperti ini hasil yang diperoleh
besarnya
80% dari hasil
pengukuran
pada kondisi torque
converter stall.

DIESEL ENGINE 1
Pelajaran 7

Pengukuran Warna Gas Buang

Tujuan Pelajaran 7
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 7, siswa
mampu menjelaskan dan melakukan
prosedur pengukuran warna gas buang pada diesel engine.

Pengukuran Warna Gas Buang


Pengukuran warna gas buang pada engine dapat dilakukan dengan mengikuti prosedur berikut.

• Naikkan temperatur air pendingin


hingga mencapai temperatur kerja
engine.
• Pasang kertas ke dalam tool G1.
• Masukkan exhaust gas suction port ke
dalam pipa gas buang. Secara tiba-tiba
naikkan putaran engine dan dalam waktu
yang bersamaan tarik handle pada tool
G1.
• Lepas kertas dan bandingkan dengan
skala yang tersedia.

DIESEL ENGINE 1
Pelajaran 8

Pengukuran Tekanan Injection Nozzle

Tujuan Pelajaran 8
Setelah mengikuti pembelajaran pada pelajaran 8, siswa
mampu menjelaskan dan melakukan
prosedur pengukuran tekanan injection nozzle.

Pengukuran Tekanan Blow-By


Pengukuran tekanan injection nozzle dilakukan dengan menggunakan special tool, yang disebut
dengan Fuel leak checker.

• Pasang injection nozzle pada fuel


leak checker.
• Pompa bahan bakar dan amati tekanan
pada saat terjadi penyemprotan bahan
bakar pad nozzle.
• Jika tekanannya turun di bawah standar,
dapat dilakukan dengan penambahan
shim.
› Buka retaining cap (8).
› Pastikan ketebalan shim yang akan dipasang
(ketebalan shim 0,025 mm dapat meningkatkan
tekanan pada nozzle sebesar 0,34 Mpa (3,5 kg/cm2).
› Setelah shim dipasang, kencangkan kembali retaining
cap sesuai denga torsi yang tertera di dalm shop
manual.

DIESEL ENGINE 1
Ringkasan

Guna mengetahui daya guna sebuah engine, maka akan terdapat serangkaian pemeriksaan dan
penyetelan (testing & adjusting) yang harus dilakukan, diantaranya:

- Pemeriksaan dan penyetelan celah valve.


- Pemeriksaan dan penyetelan waktu penginjeksian bahan bakar.
- Pengukuran tekanan blow-by.
- Pengukuran tekanan kompresi.
- Pemeriksaan dan penyetelan tekanan nozlle, dan lain-lain.

Pemeriksaan dan penyetelan tersebut harus dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus
(special tools) dan dengan mengikuti prosedur yang telah ditentukan agar hasilnya akurat dan dapat
dijadikan acuan untuk mengukur daya guna sebuah engine.
Nilai-nilai standar dari hasil pemeriksaan dan penyetelan tergantung dari masing-masing engine.
Dengan alasan itu, maka dalam melakukan suatu pemeriksaan dan penyetelan suatu engine kita
harus menggunakan pedoman pada manual engine tersebut.

93

DIESEL ENGINE 1
BAB IV

BASIC OVERHAUL
Overhaul termasuk dalam pekerjaan maintenance yang telah terjadwalkan sesuai dengan
Schedule Overhaul yang dapat dilakukan terhadap masing- masing komponen atau secara total
terhadap seluruh komponen dan unit tersebut.
Schedule Overhaul dilaksanakan dengan tujuan untuk merekondisi machine kembali pada kondisi
standard sesuai dengan standard factory. Untuk pelaksanaan Schedule Overhaul dapat dilakukan
sesuai Life Time yang diberikan oleh Factory, tetapi juga terkadang didapatkan komponen mengalami
kerusakan sebelum masuk jadwal overhaul. Interval waktu machine tersebut dilakukan overhaul juga
telah ditentukan, tetapi dipengaruhi juga oleh beragam kondisi eksternal, seperti : kondisi medan
operasi machine, periodic service yang dilakukan, skill operator dan berbagai facyor yang lain.
Macam-macam overhaul sesuai life time dari factory :
a. Engine Overhaul,
b. Transmission Overhaul,
c. Final Drive Overhaul, serta
d. General Overhaul.

Lingkup pekerjaan overhaul sendiri meliputi : Washing component, dis- assembly, inspection
and measurement, Part Ordering sesuai Standard Part Overhaul (SPO), Assembly and Testing and
Adjusting untuk mendapatkan performance test yang sama dengan kondisi machine atau
komponen yang masih baru.

REMOVAL

PRE WASHING

DIS ASSEMBLY

WASHING VISUAL CHECK


MEASUREMENT

Sub Assy 1 rec. s/parts Reusable Repair Scrap


Sub Assy 2
Sub Assy 3 FIP
Machining

ASSEMBLY WIP Section

TESTING & ADJUSTING

INSTALL

94

DIESEL ENGINE 1
1. SCOOP PEKERJAAN OVERHAUL

a. Pre-washing & Washing


Pre-washing atau pembersihan komponen sebelum dilakukan dis- assembly, dilakukan
untuk menghilangkan segala kotoran, seperti tanah yang menempel, debu, tumpahan oli
atau air pendingin (coolant) serta grease. Tujuan dari pre-washing sendiri selain
pembersihan komponen juga untuk mendapatkan data yang jelas dalam proses Inspection
sehingga masalah keretakan (crack), goresan (scratch), penyok (dent), dan sebagainya
dapat terlihat secara visual dengan jelas. Sedangkan Washing dilakukan setelah komponen
di dis-assembly untuk membersihkan komponen atau sub komponen yang akan masuk ke
WIP atau dilakukan Measurement.

Gambar 2. Washing

Sebelum washing dilakukan pastikan detergen atau pembersih yang dipakai tepat pada
part tersebut dan tidak membuat komponen atau part tersebut rusak atau deformation
(berubah bentuk), yang perlu diperhatikan dalam proses washing adalah :
1. Washing harus dipisahkan antara small komponen dan large komponen, untuk
small komponen harus pada tempat tertentu yang dapat direndam atau di semprot,
2. Pilih detergen atau chemical yang tepat untuk masing-masing komponen (misal :
oli, minyak tanah, solar hanya untuk part dari metal saja),
3. Jika menggunakan air atau udara bertekanan, perhatikan tekanan yang diberikan
sesuai dengan kotoran yang akan dibersihkan,
4. Pastikan komponen yang tempat bekas gasket atau sealant gasket harus
dibersihkan terlebih dahulu,
5. Setelah di washing komponen harus dikeringkan dengan udara bertekanan,
jangan menggunakan majun!,
6. untuk membersihkan lubang dari kotoran yang bersifat metal (misal : gram-
gram keausan) dapat menggunakan brush yang bersifat magnet,

b. Dis-Assembly
Dis-Assembly adalah pekerjaan pembongkaran komponen menjadi sub-sub komponen
secara terpisah. Tujuan dari dis-assembly adalah untuk mendeteksi kerusakan-kerusakan
sub komponen, seperti : ke ausan (worn), kebengkokan (bending), macet (jamed) yang
kemungkinan terjadi sehingga mengakibatkan kerusakan yang lebih parah terhadap
komponen yang lain. Dis-Assembly juga harus sesuai dengan sesuai prosedur yang ada pada
shopmanual, untuk menghindari kerusakan komponen saat pelaksanaan pembongkaran,
serta penggunaan special tools yang tepat. Sub komponen yang dapat dipakai ulang
(reusable) disimpan pada tempat tertentu (WIP) dan sub komponen lain dapat
dioverhaul atau reseal.

95

DIESEL ENGINE 1
a. Dis-Assembly b. WIP

c. Inspection & Measurement


Inspection & Measurement adalah pekerjaan yang mutlak dilaksanakan dalam suatu
proses pekerjaan overhaul. Inspection dilakukan secara visual untuk mendapatkan data
tentang komponen dari kerusakan yang dapat dengan jelas terlihat. Measurement adalah
pekerjaan pengukuran dengan tools (measurement tools, seperti : vernier caliper,
micrometer, dial gauge, multimeter, isolation tester, dan sebagainya) untuk mendapatkan
data akurat tentang kondisi masing- masing komponen.

Gambar 4. Inspection & Measurement

Pekerjaan Inspection dan Measurement sendiri akan menghasilkan data-data akurat


berupa angka-angka hasil ukur yang akan dibandingkan dengan standard yang ada pada
Meintenance Standard yang telah diberikan oleh Factory. Hasil perbandingan antara
data actual pengukuran dan Maintenance standard akan mendapatkan sebuah kesimpulan
bahwa part atau komponen tersebut masih layak digunakan (use again) atau harus
di rebuild sesuai standard (after recondition) atau harus diganti (replace).
Pedoman yang digunakan untuk mengabil kesimpulan tersebut selain dari maintenance
standard, juga harus disediakan partbook serta reusable part handbook.

d. Part Ordering atau Recomended Part


Setelah didapatkan hasil dari Inspection dan Measurement, maka akan menghasilkan
data-data akurat yang akan kita gunakan untuk melakukan recommended part terhadap part
yang kita simpulkan bahwa part tersebut rusak dan harus diganti atau part-part yang mutlak
diganti saat melakukan pekerjaan overhaul tersebut (sesuai SPO). Recomended part juga
mengacu pada Partbook sesuai dengan unit tersebut dan Part Service News (PSN) yang ada
setelah adanya improvement dari Factory.
Part Order adalah pekerjaan menentukan dan meminta (order) jenis dan jumlah part yang
rusak, aus atau hilang saat pengoreasian dan dari data Inspection dan Measurement.
Untuk Orser Part harus sesuai dengan Rangking Part sesuai dengan penjelasan berikut
dibawah ini :
96

DIESEL ENGINE 1
Dalam Pekerjaan Parts Order i n i akan menjadi sangat subyektif dalam menentukan
rangking part. Penentuan rangking parts overhaul sendiri di pengaruhi oleh hal -hal berikut ini
:
a Jenis Part yang berkaitan dengan struktur, fungsi, lokasi serta cara kerja
b Tingkat pemahaman pelaksana (mekanik) terhadap struktur, fungsi. lokas dan cara kerja
komponen tersebut.
c Tingkat Life t i me setelah komponen atau mechine di Overhaul
d Tingkat pemahaman pel aksana tentang Reusable part dari shopmanual dan pengalaman
overhaul.

Batasan-batasan Rangking Overhaul :


1. Rangking A : mutlak diganti
Pengertian mutlak diganti adalah part tersebut harus dipastikan penggantianya tanpa
melalui proses Inspection atau measurement, dengan keterangan sebagai berikut :
a. Part-part yang pasti rusak akibat proses dis-assembly
contoh : seal, packing, gasket, lock plate, pin, plug, dsb.
b. Filter dan element filter
contoh : fuel filter, oil filter, air cleaner, corrosion resistor, dsb.
c. Part yang tidak memiliki standard dimensi dan repair limit, contoh :
Ring seal, seal piston, wear ring, dsb.
d. Bolt dan washernyang bergesek langsung denngan tanah, contoh :
bolt shoe, bolt bottom guard, dsb.
e. Part yang beresiko rusak tinggi apabila dipakai ulang, terutama
apabila berkaitan dengan target life time. contoh : ring piston, valve guide,
metal, hose, dsb.
2. Rangking B : kemungkinan besar diganti
Part-part yang memiliki standard dimensi, yang kepastian penggantiannya ditentukan
berdasar hasil pengukuran dan prosentasi penggantian perfrekuensi atau interval
pekerjaan overhaul 60-80% diganti.
contoh : Plate clutch, bolt pada engine, spider, dsb.
3. Rangking C : kadang-kadang diganti
Part yang kepastian penggantiannya ditetapkan berdasar hasil pemeriksaan dan
prosentase penggantian saat pekerjaan overhaul adalah 10-30%.
contoh : Gaear, Wire, Witch, gauge, dsb
4. Rangking AX : mutlak fabrikasi
Part mutlak difabrikasi, contoh : bushing, metal, dsb
5. Rangking BX : kemungkinan difabrikasi
Part yang kepastian fabrikasinya setelah dilakukan pengkukuran atau pemeriksaan
berkisar 60-80% difabrikasi.
contoh : track link, track roller, Idler, frame, cover.
6. Rangking CX : kadang-kadang difabrikasi
Kemungkinan pelaksanaan fabrikasi perfrekuensi pekerjaan overhaul berkisar 10-
30%.
contoh : Cabin Guard, stay canopy, hood, dsb

97

DIESEL ENGINE 1
e. Assembly
Setelah Part diorder dan semua part telah tersedia lengkap, dan part tersebut
sesuai yang telah kita hasilkan dari hasil dis-assembly, inspection dan measurement, maka
part tersebut kita Assembly (pasang) kembali sesuai yang ditunjukkan oleh langkah-
langkah atau prosedur yang ditunjukkan oleh shopmanual dan penggunaan tools yang tepat.
Untuk proses Assembly yang perlu diperhatikan adalah cara attau standard ukuran yang
harus ada pada setiap part yang terpasang pada komponen, contoh : portusion liner
terhadap cylinder block, tightening bolt, rotating torque, end-play, backlash dan
sebagainya. Standard- standard tersebut dapat kita temukan pada shop manual dan
maintenance standard atau work description. Biasanya untuk memandu mekanik dalam
pekerjaan Assembly mekanik telah disertakan sebuah panduan berupa Quality Assurance
(QA) khusus assembly, agar tidak mengalami kesalahan atau dapat meminimalisir re-do
akibat assemble.
Untuk penjelasan masing-masing assembly (pemasangan) part, seperti bolt, seal, bearing
dan coating material akan dijelaskan pada bab- bab selanjutnya.

f. Performance Test (Testing & Adjusting)


Testing adjusting dilaksanakan setelah semua part dan sub komponen selesai diassembly
secara lengkap dan dilakukan pengujian, apakah komponen tersebut siap dipakai dan telah
mencapai performa yang sesuai dengan factory dan dapat mencapai life time yang
ditentukan. Adjusting wajib dilakukan guna mendapatkan standard setting yang telah
ditentukan dalam shopmanual, guna mencapai performance yang optimal dan sesuai dengan
kondisi komponen dari factory.

Gambar 5. Engine Testbench

Testing dan Adjusting ini dapat dilakukan selama proses assembly dan pada saat test
performance di test bench atau melalui uji secara terpisah sub komponen tersebut, seperti :
Fuel Injection Pump (FIP), Alternator, Starting Motor, dan beberapa komponen lain.

2. PREPARATION OVERHAUL
Untuk menghasilkan kualitas overhaul yang baik dan kemungkinan kecil adanya Re-Do, persiapan
sebelum dan pada proses overhaul sangatlah mendukung keberhasilan proses kerja overhaul. Tanpa
adanya persiapan yang matang dan sistematis dipastikan hasil overhaul tidak akan mencapai hasil
yang seperti diharapkan secara life time dan Re-Do kemungkinan terjadi. Beberapa hal yang perlu
disiapkan dalam pekerjaan overhaul antara lain :
a. Data Component : data detail component atau mechine untuk mempersiapkan Shopmanual,
Partbook dan data pendukung yang sesuai dan nilai-nilai (value) adjusting yang tepat.
b. Common Tools : tools yang harus dimiliki setiap mekanik dalam melakukan pekerjaan,
seperti : Open end wrench, Socket, Pliers, adjustable wrench, dan sebagainya.
c. Special Tools : Tools special diluar common tools yang wajib ada saat melaksanakan
pekerjaan dis-assembly ataupun assembly, seperti : puller, spring pusher, tracker, Torque

98

DIESEL ENGINE 1
Wrench dan sebagainya. Biasanya special tools ini telah disiapkan oleh factory sesuai product
masiing- masing. (dibahas pada bab selanjutnya)
d. Measurement Tools : adalah tools yang disiapkan untuk memperoleh data pemeriksaan
atau pengukuran agar didapat hasil pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya untuk
mengambil keputusan. Seperti : vernier caliper, micrometer, dial gauge, dan sebagainya.
(dibahas pada bab selanjutnya)
e. Document : Document pendukung seperti QA sheet, Reusable part, shopmanual, partbook,
Part service News, yang mendukung untuk pekerjaan overhaul.
f. Consumable Goods : adalah part atau barang yang mendukung saat proses overhaul,
seperti washing detergen, oli pembersih, coating material, grease, majun, dan sebagainya
untuk mendukung kelancaran pekerjaan overhaul.
g. Others : adalah barang-barang ayang kemingkinan muncul untuk memperlancar proses
overhaul.

3. QUALITY ASSURANCE (QA)


Quality Assurance atau yang sering disebut QA, adalah sheet yang secara khusus dibuat untuk
mendukung proses pekerjaan overhaul maupun pekerjaan remove-install. Tujuan adanya QA
sheet ini adalah sebagai guidence mekanik dalam melakukan pekerjaan overhaul dari proses
reciving, dis-assembly, measurement, assembly dan sampai langkah delivery, untuk
meminimalizir adanya Re-Do dalam pekerjaan overhaul.

Berikut ini dalah QA sheet yang tersedia dan fungsi masing-masing sheet :
a. QA 1 : Delivery Check Sheet.
Berisi tentang hal-hal yang perlu diperiksa oleh supervisor untuk tahap delivery, tujuannya
agar supervisor terlibat langsung dalam pengendalian tahap delivery.
b. QA 2 : Final Inspection Sheet
Berisi check list tentang critical point dalam tahap inspection terakhir setelah melalui
pengujian dan dinyatakan komponen tersebut siap pakai (ready for use)
c. QA 3 : Testing Sheet
Berisi tentang tahapan dalam proses pengujian atau testbench. Data yang diharapkan
saat pengujian dan menuntun proses pengujian tersebut.
d. QA 4 : Guidence Assembly Sheet
Berisi hal-hal yang berkaitan dengantahapan proses assembling atau pemasanngan suatu part
atau komponen. Tujuannya adalah menjadi guidence dalam melaksanakan proses assembling
dan mendata hasil assembling, tanpa meninggalkan Shopmanual atau work description.
e. QA 5 : Measurement & Inspection Sheet
Berisi hal-hal yang berkaitan dengan proses pengukuran (measurement) dan inspection visual
dari komponen dan part overhaul. Tujuannya adalah mendapatkan data komponen overhaul
dan menjadikan referensi untuk part recomended.

99

DIESEL ENGINE 1
f. QA 6 : Guidence Dis-Assembly Sheet
Berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses pembongkaran dari suatu komponen,
tujuanya untuk menentukan pelaksana dalam proses overhaul, mendata kondisi part hasil
pembongkaran serta data refferensi part order.

g. QA 7 : Recieving Sheet
Berisi tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam tahap penerimaan dari komponen yang akan
diperbaiki. Tujuannya untuk mendata komponen, kelengkapan dan kondisinya serta petunjuk
untuk menyiapkan dokument pendukung yang lain yang sesuai.

h. QA 8 : Guidence Job (Petunjuk Pelaksanaan)


Sebagai petunjuk mengenai methode pelaksanaan pekerjaan overhaul dan langkah kerja,
digunakan untuk membantu pelaksanaan suatu pekerjaan jika mengalami kesulitan.

DIESEL ENGINE 1
LAMPIRAN
CONTOH QA :

DIESEL ENGINE 1
WO NO. BRANCH
PROD. NO PUB. NO
ENG MODEL PUB. DATE
ENG S/N REVISION NO R1
DISASSEMBLY CHECK SHEET
MACH S/N PAGE 5
SECTION Engine Disassembly
CUST NAME

START
PROCESS FINISH DISASSEMBLY BY
CHECK
NO COMPONENT INSTRUCTION & INSPECTION UA RU RN PICTURE
POINT
1 ELECTRICAL - Remove electrical components.
SYSTEM
( ALTERNATOR, - Remove alternator and starting motor.
STARTING MOTOR ) Inspect all nuts, bolts and wiring for damage and
missing.

2 PREE WASHING

Warning: When carrying out steam cleaning,


always use protective clothing, safety
glassea and face shield. Contact with
the hot steam can cause serious burns.
Caution: Cover all the plug openings of the
engine and to electrical components
with tape or fit plugs.
Be careful not to get water in to these
parts.

3 MUFFLER

- Remove and inspect muffler if fitted.


Inspect all nuts and bolts, clamps and adaptors.

4 AIR CLEANER
- Remove and inspect air cleaner if fitted.
Check assembly for damage and missing bolts
and nuts.

102

DIESEL ENGINE 1
CHECK
NO COMPONENT INSTRUCTION & INSPECTION UA RU RN PICTURE
POINT
5 TURBOCHARGER - Remove turbo oil line fittings.
Check pipes and connections for dent and da-
mage.
- Remove Turbocharger, mounting bolts
and adapters.
Inspect for cracks, rush missing and damage.

6 EXHOUST - Remove and inspect for cracks, pulled threads,


MANIFOLD snappedstuds, missing bolts and contact surface
and Flatness.
Flatness of exhoust manifold
0.10 mm Max.
Axtual: mm.

7 FUEL PIPE - Remove all lines and clamps.


Check for wear, damage and missing parts.

8 INTAKE - Remove and inspect for cracks, pulled


MANIFOLD threads, snapped studs and missing bolts.
AND - Remove aftercooler and check for damage,
AFTER COOLER water leaks, and dust entry etc.
- Check aftercooler water tubes for cracks,
corro- sion and an other damage parts.

9 THERMOSTAT - Remove thermostat housing, inspect the thermo-


HOUSING stat and housing from any damage.

Note if thermostat not fitted.


Inpection mounting bolts for
damage.

10 PULLEY GROUP - Remove fan hub, all pulley, damper and belt
AND FAN HUB ten- sioner.

- Inspection all components for chipping,


cracks dents, damage and missing parts.

- Inspect all mounting bolts for pulled head


and thread, damage and missing.

103

DIESEL ENGINE 1
DIESEL ENGINE 1
CHECK
NO COMPONENT INSTRUCTION & INSPECTION UA RU RN PICTURE
POINT
11 WATER PUMP - Remove the water pump and inspection for cracks
chipping and damaage.

Check for evidence of leakage.


Check for signs of wear and
damage.

13 FRONT COVER - Remove front cover carefully, it is easy to dent.


Inspect for missing bolts, dents and damage.

Be carefully when storage this part.


- Check and measure timing gear backlash.
Note to measurement sheet.

14 NOOZLE - Apply rust penetrant to the mounting nut and


soak for at least 3 minutes.

- Use the noozle puller to remove the


noozle. Inpect holder for rust, cracks and
damage.

15 CYLINDER HEAD - Remove the cylinder head, Loosen the bolts


as the shown diagram.
- Check cylinder heads bolts for pin punch
marks. If there are five marks, renew bolts.
Check the exhaust face condition and bolt holes
for pulled threads.
Check the head surface for water marks or dam-
age.

16 FUEL INJECTION - Remove pump and mount, and inspect for


PUMP pump damage , missing parts and wear.
- Check fuel pump oil lines for damage
and stripped threads.
- Remove and check that fuel pump supply
and return lines are in good condition.
- Inspect the fuel filter housing for cracks,
pulled threads and damage to fittings.
- Check the fuel pump boost tube and clamps for
damage.
17 PUSH ROD COVER - Remove front cover carefully, it is easy to dent.
Inspect for missing bolts, dents and damage.

Be carefully when storage this part.

18 FLYWHEEL AND - Check bolts and bolt holes.


HOUSING - Check pilot bearing hole
Inspect ring gear for chipped and worn of teeth.

- Check sureface of flywheel (for Eng. GD510R-1)

- Check housing for cracks.


- Check bolt holes for damaged / pulled out

Turn the block carefully, so the bottom of


engine facing up.

104

DIESEL ENGINE 1
CHECK
NO COMPONENT INSTRUCTION & INSPECTION UA RU RN PICTURE
POINT
19 OIL COOLER - Check oil cooler housing for cracks and
pulled threads.
- Check oil cooler for dents and leaks.

20 CAMSHAFT - Measure camshaft end play.


Standard 0.08 - 0.47 mm
Actual : mm
- Check camshaft journals for wear.
- Check end float of camshaft.
- Check cam surfaces for wear and other damage.
- Check camshaft for bends.

21 OIL PUMP - Inspect and record condition of individual gears.


Check for chipped teeth, cracks, excessive back
lash and end float.

22 TIMING GEAR - Remove and inspect front cover for damage.


HOUSING

23 CONECTING ROD - Measure side clearance of conecting rod.


AND PISTON Standard : 0.10 - 0.30 mm

- Check con rod for cracks and damage.


- Check big end bore for scratches or distortion.
- Check for damage on mating face of cap.
- Check pistons for cracks and damage on
piston top, ring grooves and skirts.
- Measure wear on piston skirt, ring grooves and
pin bore.
24 CRANKSHAFT - Measure end ply of crankshaft.
Standard 0.102 - 0.432 mm
Actual : mm

- Inspect main and pin journals for scratches,


wear, cracks and discoloration.
- Check that oil holes are not blocked.
- Check fillet area for scratches.
- Determine wear by measuring Æ of journals.
- Check seal surface condition.

- Measure bend of crankshaft.


Standard Max. 0.15 mm ( TIR )
Actual : mm
- Check cap bolts for number of punch marks.
- Check cap fit to block.

105

DIESEL ENGINE 1
CHECK
NO COMPONENT INSTRUCTION & INSPECTION UA RU RN PICTURE
POINT
25 CYLINDER BLOCK - Check for cracks in the block, especially in the
ASSY bolt holes part of the cylinder head.
- Check the blind plug surface for corrosion.
- Check all threads.
- Check mounting surface of cylinder head
for distortion and corrosion.
- Check for clogging of oil and water holes.

REMARKS :

MECHANIC APPROVER BY SUPERVISOR APPROVER BY QA OFFICER

Name : Name : Name :

Start : Finish : Insp. Date : Time : Insp. Date : Time :

Signature Signature Signature

106

DIESEL ENGINE 1
107

DIESEL ENGINE 1
MEASUREMENT COMMENTS

NO CHECK ITEM STANDARD ACTUAL

1 Inside of cam bore 57.222 - 57.258 mm

2 Inside of cam bushing 54.107 - 54.146 mm

Unit : mm

MAIN CAP NO
CHECK POINT
1 2 3 4 5 6 7
X-X

Y-Y

ROUNDNESS

MECHANIC APPROVER BY SUPERVISOR APPROVER BY QA OFFICER

Name : Name : Name :

Start : Finish : Insp. Date : Time : Insp. Date : Time :

DIESEL ENGINE 1
Signature Signature Signature

108

When tightening the mounting bolts do as follows


4D102E-1 Engine No : 26200282 - 26224124
S4D102E-1 Engine No : 26200163 - 26221675
S6D102E-1 Engine No : 26200929 - 26222207
SA6D102E-1 Engine No : 26200467 - 26228573
STEP ACTUAL TORQUE STANDARD
1 st 6.1 kg.m
2 st 12.1 kg.m
3 st 17.9 kg.m
4D102E-1 Engine No : 26200282 - 26224124
S4D102E-1 Engine No : 26200163 - 26221675
S6D102E-1 Engine No : 26200929 - 26222207
SA6D102E-1 Engine No : 26200467 -
26228573 SAA4D102E-2 -
SAA6D102E-2 -
STEP ACTUAL TORQUE STANDARD
1 st 6.1 kg.m
2 st 9.2 kg.m
3 st 90 + 50

DIESEL ENGINE 1
109

DIESEL ENGINE 1
MEASUREMENT COMMENTS, RESULTS

O.D CRANKPIN JOURNAL


NO ROUNDNESS CRANKPIN JOURNAL
A B C
X-X
1 STD 69.000 + 0.013
Y-Y

X-X
2 US 0.25 68.750 + 0.013
Y-Y

X-X
3 US 0.50 68.500 + 0.013
Y-Y

X-X
4 US 0.75 68.250 + 0.013
Y-Y

X-X
5
Y-Y ROUNDNESS CRANKPIN JOURNAL

X-X STANDARD REPAIR LIMIT


6
Y-Y 0,00 0,02
FILLET
RADIUS
A

CHECK ITEM STANDARD ACTUAL

Oil seal wear groove front and rear 0.25 mm


Out side diameter of oil seal flange 129.975 -130.025 mm
Bend of crankshaft Max. 0.15 mm

MECHANIC APPROVER BY SUPERVISOR APPROVER BY QA OFFICER

Name : Name : Name :

Start : Finish : Insp. Date : Time : Insp. Date : Time :

Signature Signature Signature

DIESEL ENGINE 1
110

DIESEL ENGINE 1
111

DIESEL ENGINE 1
MEASUREMENT COMMENTS, RESULTS

Unit : mm

CHECK POINT STANDARD ACTUAL


Thickness of camshaft thrust
9.4 - 9.6
plate

MECHANIC APPROVER BY SUPERVISOR APPROVER BY QA OFFICER

Name : Name : Name :

Start : Finish : Insp. Date : Time : Insp. Date : Time :

Signature Signature Signature

112

DIESEL ENGINE 1
113

DIESEL ENGINE 1
114

DIESEL ENGINE 1
MEASUREMENT COMMENTS, RESULTS

SIDE CLEARANCE OF PISTON RING

If re-use piston, measure piston ring


groove. Check with new piston ring.

102-2

CHECK PISTON NO STANDARD


POINT 1 2 3 4 5 6 VALUE

1 st 0.15 mm
2 nd 0.15 mm
3 rd 0.13mm

PISTON PIN

CHECK PISTON NO STANDARD


POINT 1 2 3 4 5 6 VALUE

X-X
A
Y-Y
X-X
B 39.990 - 40.003
Y-Y mm
X-X
C
Y-Y

MECHANIC APPROVER BY SUPERVISOR APPROVER BY QA OFFICER

Name : Name : Name :

Start : Finish : Insp. Date : Time : Insp. Date : Time :

Signature Signature Signature

115

DIESEL ENGINE 1
116

DIESEL ENGINE 1
117

DIESEL ENGINE 1
CHECK
NO PARTS NAME CONDITION TO BE CHECKED SPEC CHECK NOTES, DIAGRAM, COMMENTS
POINT
4 FRONT COVER - Set the oil seal facing the front of the cover.
( The dust lip facing the outside ), then push
it into the front cover from the rear cover, until
the bottom of the special tool contact the front
cover.
- Coat the cover side only of the front cover gas
ket with LG 7.
- Use the plastic seal pilot tool to guide the seal
onto the crankshaf. Install the gasket and front
cover to the engine. Tighten mounting bolt.
Actual : kg.m 2.4 kg.m
- After completing the tightening of the mounting
bolt, remove the plastic seal pilot tool.
5 FLYWHEEL - Install the flywheel, Tighten the mounting bolt
in the order shown in the diagram.
Actual : kg.m 14.0 kg.m

6 CYLINDER HEAD - Clean the surface of the cylinder head and


block, be careful not to chip and gouge.
- Check the cylinder head dowels was installed.

Fit the gasket head on top of the dowel pins.


Caution: Check that the gasket is
properly aligned with the block
hole.
Set the cylinder gsket head carefully on top of
the block and fit it on the dowel pins.

- Insert the push rod into the valve tappet.


Add oil to the push rod socket and the valve.
stem.
- Completely loosen the rocker lever adjustmen
screw than install rocker lever.

- Add oil to the thread and bottom of the head of


mounting bolts.
Install the mounting bolts and tighten by hand.
Tighten the mounting bolts in the order above
given. Tighten mounting bolts. 9.2 kg.m
Actual : kg.m
Check in the order given above that the torque
of the mounting bolts is 9.2 kg.m.

- Tighten only the 6 long mounting bolts ( No. 4,


5, 12, 13, 20, 21 ) in the number order.
Tighten mounting bolts.
Actual : kg.m. 12.2 kg.m
Check in the order given above that the torque
` of the mounting bolts is 12.2 kg.m.

- Tighten the mounting bolts in the order given a


further 900.
- Tighten the 8 mm holder mounting bolts.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m

118

DIESEL ENGINE 1
DIESEL ENGINE 1
CHECK
NO PARTS NAME CONDITION TO BE CHECKED SPEC CHECK NOTES, DIAGRAM, COMMENTS
POINT
7 ADJUSTMEN - Set the No: 1 cylinder to the TDC position ( ti
VALVE ming pin meshes ).
CLEARANCE Remove the meshing of the timing pin.
- Adjust the valve marked , then rotate crank
shaft forwad until 3600 ( No: 6 to the TDC posi
tion ), timing pin doesn’t mesh.
Then adjust valve marked .

- Clearance between valve stem an rocker


lever. Actual :
- Intake : mm. 0.254 mm 3
- Exhoust : mm. 0.508 mm
- Tighten the locknut, then check the clearance
again. Tighten lock nut.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m
8 OIL COOLER - Insert two mounting bolts from the oil cooler
cover. Assemble the cooler cover gasket, oil
cooler gasket, and oil cooler cover.

- Install the assemble to the cylinder


block, then tighten the bolts.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m

9 OIL FILLER Install chamfered oil filter port and O-Ring.


Tighten bolt.

Actual : kg.m. 2.4 kg.m

10 FUEL INJECTION - Install nozzle injector and nut.


NOZZLE Use washer, lubricate with ENGIL OIL.

Actual : kg.m. 6.1 kg.m

11 FUEL INJECTION - Check the nozzle pipe condition from:


PIPE - Step at the pipe tip.
- Worn, clogged, abnormal dent etc.
- Install and tighten securely at the fuel
injection pump and injector end.
Between FIP and fuel piping.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m
Between injection nozzle and injection piping.
Actual : kg.m. 3.1 kg.m

- Install the fuel drain piping, Tighten the joints.


Actual : kg.m. 0.91 kg.m

12 CYLINDER HEAD - Install the gasket, valve, O-ring and special


COVER mounting bolts.

Tighten the mounting bolts.


Actual : kg.m. 2.4 kg.m

119

DIESEL ENGINE 1
CHECK
NO PARTS NAME CONDITION TO BE CHECKED SPEC CHECK NOTES, DIAGRAM, COMMENTS
POINT
13 INTAKE - Coat the mounting bolts with LG-7 as shown
MANIFOLD AND in the diagram.
AFTER COOLER Install the manifold cover, gasket and mounting
bolts.
Do not tighten the bolts until the high-
presssure line bracket is assembled.

- Tighten the mounting bolts.


Actual : kg.m. 2.4 kg.m
14 EXHOUST - Install the exhaust manifold and gasket.
MANIFOLD Tighten bolt.
1 st step:
Actual : kg.m. 2.5 kg.m
2 rd step:
Actual : kg.m. 4.4 kg.m

15 WATER PUMP - Install the O-ring in the water pump housing


groove.
- Install water pump and check the rotation
move ment.
Tighten bolt.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m

16 TURBOCHARGER - Install turbocharger.


Tighten bolt ( use non-corrotion thread )
Actual : kg.m. 4.6 kg.m
- Give 50- 60 cc lubrication to turbo and check
impeller.
Tighten the mounting bolts of return pipe.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m

17 VIBRATION - Install the crank shaft pulley/ vibration damper


DAMPER Tighten mthe mounting bolts.
Actual : kg.m. 12.7 kg.m

18 FAN HUB AND - Install the fan hub.


PULLEY Tighten bolt.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m

- Install the fan hub pulley.


Tighten bolt.

Actual : kg.m. 4.4 kg.m

19 THERMOSTAT - Put the liffting bracket and thermostat gasket


AND as a set, and install to the thermostat and ther
ALTERNATOR mostat housing.
BRACKET Set the rubber seal as a shown in the diagram.

- Install the assembled sets.


Tighten the mounting
bolts.
2.4 kg.m
Actual : kg.m.

120

DIESEL ENGINE 1
DIESEL ENGINE 1
CHECK
NO PARTS NAME CONDITION TO BE CHECKED SPEC CHECK NOTES, DIAGRAM, COMMENTS
POINT
20 TENSIONER - Install bracket belt tensioner to the block.
BELT Tighten bolt.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m

- Install the bracket and key.


Tighten bolt.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m
21 ALTERNATOR - Install cooling water inlet port,
Tighten bolt.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m
- Install Aternator assy.
Tighten alternator bottom brace mounting
bolts. Tighten mounting bolts.
Actual : kg.m. 2.4 kg.m
Tighten alternator upper brace mounting bolts.
Tighten mounting bolts.
Actual : kg.m. 4.4 kg.m
Check the alternator pulley visually or
use straight edget to check if the
center
is aligned with the other pulleys and that
is parallel to the face of the block.
- Raise the tensioner and install the belt.
22 STARTING - Install starting motor
MOTOR assembly. Tighten bolt.
Actual : kg.m. 4.4 kgm

23 THERMOLABLE - Install thermolable.


Clean cylinder head from primary paint and
oil. Fit it on rear side of the cylinder head
nearly to intake manifold.

24 Cylinder Head Install thermo lable at cylinder head

No.6 at rear side near from exhaust


manifold

Before installing thermo lable clear


contact surface from Paint & Oil

REMARK :

MECHANIC APPROVER BY SUPERVISOR APPROVER BY QA OFFICER

Name : Name : Name :

Start : Finish : Insp. Date : Time : Insp. Date : Time :

Signature Signature Signature

121

DIESEL ENGINE 1

Anda mungkin juga menyukai