Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

DINASTI DINASTI KECIL DI TIMUR DAN BARAT BAGHDAD

DOSEN PENGAMPU : Siti Hapsoh,M.Pd

Disusun Oleh :

Fathullah Al Hanif (2311173)

Rifdatulah Aisy (2311183)

Rega Wahiul Badri (2311191)

FAKULTAS TARBIAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSITUT AGAMA ISLAM NEGRI SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2023/2024

1
DAFTAR ISI

JUDUL

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Alasan Pembentukan Dinasti Dinasti Kecil ........................... 2


B. Dinasti Di Timur .................................................................... 6
C. Dinasti Di Barat ..................................................................... 9

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN ....................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. iv

2
KATA PENGANTAR

Puji Syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala limpah rahmatnya dan hidayah nya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang di harapkan dosen pengampuh .
Dalam makalah ini yang bertemakan “DINASTI DINASTI KECIL DI TIMUR DAN BARAR
BAGHDAD”

Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
“SEJARAH PERADABAN ISLAM”

Dalam pembuatan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik dari penulisan
maupun isinya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk
perbaikan makalah ini kedepannya.

Demikian makalah ini di buat, semoga bermanfaat.

Petaling, September 2023

3
DAFTAR PUSTAKA

Fathi Zaghrut. 2009. An-Nawazil Al-Kubra fi At-Tarikh Al-Islami. Mesir: Pustaka Al-Kautsar

Rizem Aizid. 2017. Pesona baghdad dan andalusia. Yogyakarta: Diva prees

Suyuthi Pulungan. 2017. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah

Ahmaddin. 2020. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Kencan A

https://www.academia.edu/38999489/Dinasti_Dinasti_Kecil_di_Timur_Baghdad

Rizem Aizid. 2023 .Selayang Pandang Dinasti Seljuk. Yogyakarta: Diva Prees

https://www.pinhome.id/blog/latar-belakang-dinasti-timur-baghdad/

4
BAB 1

PENDAHULUAN

Dinasti-dinasti kecil disini ialah seluruh wilayah yang biasanya disepakati


oleh gubernur pada masa itu atas penunjukkan pemerintah pusat yang ada di
Baghdad. Wilayah tersebut awalnya sejalan dengan pemerintahan pusat.
Seiring berjalannya waktu sedikit demi sedikit wilayah tersebut mendapatkan otono
mi secara penuh dari pusat atau wilayah tersebut sengaja melepaskan diri
dari pemerintahan pusat Kemudian wilayah tersebut membentuk dinasti dinasti kecil
Pada periode pertama Dinasti Abbasiyah, muncul fanatisme kebangsaan yang
mengambil bentuk gerakan syu’ubiyah (anti Arab).Gerakan inilah yang
menginspirasi banyak gerakan politik, di samping persoalan-persoalan keagamaan.
Dinasti-dinasti yang tumbuh dan memerdekakan diri dari kekuasaan Baghdad pada
masa khalifah Abbasiyah, ada yang berlatar belakang bangsa Arab, Turki, Persia,
dan Kurdi, sebagaimana ada juga yang berlatar belakang aliran Syi’ah dan Sunni.
Selanjutnya di mulai pada periode kedua, kewibawaan khalifah merosot tajam.
Dalam keadaan seperti itulah para panglima tentara mengambil alih kekuasaan dari
khalifah.Namun,para tentara itu saling berselisih dan tidak di sukai masyarakat karna
kedzoliman mereka akibat nya pemerintahan mereka tidak berlangsung lama. Hal
itulah yang menjadi latar belakang bermulanya masa perpecahan dan dunia Islam
terpecah belah menjadi beberapa kerajaan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Alasan Pembentukan Dinasti Dinasti Kecil


Faktor-faktor yang mendorong berdirinya dinasti-dinasti kecil adanya,
persaingan jabatan khalifah di antara keluarga raja dan munculnya sikap ashabiyah
antara keturunan Arab dan non-Arab, tepatnya persaingan Arab dan Persia.
Tumbuhnya dinasti-dinasti yang memisahkah diri dari kekuasaan pemerintahan pusat
di Baghdad itu tidak terlepas dari persaingan kekuasaan antara Bani Hasyim dan
Bani Umayah dan munculnya Bani Ali yang merupakan pecahan dari Bani Hasyim.
Perpecahan dan tersebarnya kekuasaan tersebut disatu segi dapat dipandang sebagai
suatu kemunduran dan perpecahan, namun disisi lain dapat dipandang sebagai suatu
kemunduran persaingan diantara dinasti untuk berlomba mempertahankan
kekuasaan dan kemajuan yang telah dicapainya.
Seperti persaingan antara Baghdad yang Abbasiyah dengan Cordova yang dijadikan
tempat Umawiyah II dalam memajukan ilmu pengetahuan. Dilihat dari segi ini
barangkali tidak salah jika dikatakan merupakan penyumbang dan sekaligus pemacu
tersendiri bagi perkembangan di bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan dalam
alam Islami.
Akan tetapi, perkembangan dinasti-dinasti kecil di timur tampaknya mempunyai
corak dan latar belakang yang berlainan dengan sifat dan tujuan timbulnya dinasti-
dinasti kecil di barat. Bila yang kemudian dilatarbelakangi oleh keinginan
melepaskan diri dari ikatan Baghdad dan berdiri sebagai satu kekuatan, yang
terdahulu jika boleh disebut sebagai dinasti yang memiliki sifat dan tujuan yang
berbeda, yaitu bukan persaingan antara Bani Hasyim dan Bani Umayah atau Bani
Abbasiyah dengan Alawiyah.

6
Namun,, dinasti-dinasti kecil di timur itu merupakan gejala perkembangan baru yang
berada di luar persaingan utama di atas. Mereka berdiri bukan untuk melepaskan atau
memisahkan diri dari kekuasaan Baghdad, tetapi justru mereka pada umumnya tidak
ada keinginan untuk membuat kekuasaan yang lepas dari pemerintah pusat, apabila
menentangnya dan menandingi kekhalifahannya.
Dinasti-dinasti kecil di timur ini tetap mempertahankan ikatan dan struktur lama
dengan pemerintahan pusat di Baghdad dengan menyatakan tunduk pada kekuasaan
khalifah.
Salah satu faktor timbulnya dinasti-dinasti kecil di baghdad, tidak terlepas dari
pengaruh kekuasaan Bani Umayah dan Bani Abbasiyah. Salah satunya adanya
perpindahan ibu kota yang tadinya di Baghdad di masa Khulafaurrasyidin pindah ke
Damaskus di masa Bani Umayah.

Faktor- faktor lain yang menyebabkan munculnya dinasti-dinasti kecil di baghdad


ini antara lain:
- Adanya kemunduran kekuasaan Bani Abbasiyah
- Luasnya wilayah kekuasaan dimana komunikasi yang terjalin antara wilayah-
wilayah kecil dengan pusat kurang terjalin dengan baik
- Profesionalisasi dalam angkatan militer tidak berjalan dengan baik
Dinasti-dinasti kecil ini timbul di berbagai belahan dunia, baik di timur Baghdad
maupun di barat Baghdadad.

7
1) Dinasti Tahiriyah(200 H-259 H /820 M-872 M)
Sebagaimana diketahui bahwa kekuasaan Dinasti Bani Abbas atau Khilafah
Abbasiyah melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinamakan Khilafah Abbasiyah
karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al-Abbas paman Nabi
Muhammad Saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) sampai dengan 656 H
(1258). Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-
beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Setelah wafatnya Khalifah Harun Al-Rasyid daerah kekuasaan Daulah Abbasiyah
mulai goyah dikarenakan faktor-faktor internal antara lain karena terlalu luasnya
khalifah memberi otonomi kepada kawasan yang ditaklukkannya sehingga
kekuasaan-kekuasaan daerah yang seharusnya memperkuat pemerintahan pusat
malah menjadikan desentralisasi sebagai cara untuk memperkuat kekuasaannya
sendiri. Demikian juga dari segi faktor eksternal dengan adanya invasi dari bangsa
Mongol

8
2. Sistem Suksesi Kepemimpinan Dinasti Thahiriyyah
Thahiriyah merupakan salah satu dinasti yang muncul pada masa
Daulah Abbasiyah di Sebelah Timur Baghdad, berpusat di Khurasan dengan
ibu kota Naisabur. Dinasti ini didirikan oleh Thahir ibn Husein pada 205H/821
M di Khurasan, dinasti ini bertahan hingga tahun 259 H/873 M. 14 Thahir
muncul pada saat pemerintahan Abbasiyah terjadi perselisihan antara kedua
pewaris tahta kekhalifahan antara Muhammad al-Amin (memerintah 194-198
H/809-813 M), anak Harun ar-Rasyid dari istrinya yang keturunan Arab
(Zubaidah) sebagai pemegang kekuasaan di Baghdad dan Abdullah al- Makmun
anak Harun al-Rasyid dari istrinya yang keturunan Persia, sebagai
pemegang kekuasaan di wilayah sebelah Timur Baghdad.15 Thahir Ibn Husein
merupakan seorang jenderal pada masa khalifah Dinasti Abbasiyah yang lahir
di desa Musanj dekat Marw dan dia berasal dari seorang keturunan wali.

9
B. Dinasti Di Timur
Dinasti-dinasti kecil di Timur itu merupakan gejala perkembangan baru yang berada di luar
persaingan utama

Faktor-Faktor yang mempengaruhi munculnya dinasti-dinasti kecil di timur disebabkan berbagai


hal yang terjadi di pusat pemerintahan bani Abbasiyah memberikan pengaruh besar terhadap
daerah-daerah kekuasaan daulah ini. Karena pemerintahan khalifah yang lemah banyak muncul
pemberontakan-pemberontakan di berbagai daerah yang ingin membentuk dinasti-dinasti kecil
yang melepaskan diri dari bani Abbasiyah.

Penyebab utama mengapa banyak daerah yang memerdekakan diri adalah terjadinya kekacauan
atau perebutan kekuasaan di pemerintahan pusat yang dilakukan oleh bangsa Persia dan Turki.

Selain itu faktor kekuasaan politik dari Daulah Islamiyah mulai menurun dan terus menurun,
terutama kekuasaan politik sentral, karena negara-negara bagian (kerajan-kerajan kecil) sudah
tidak menghiraukan lagi pemerintah pusat, kecuali pengakuan secara politis saja. Kemudian
kekusaan “Militer Pusat” pun mulai berkurang daya pengaruhnya, sebab masing-masing
panglima di daerah-daerah sudah berkuasa sendiri, bahkan pemerintah-pemerintah daerah pun
telah membentuk tentara sendiri. Dan akhirnya putuslah ikatan-ikatan politik antara wilayah-
wilayah Islam.

Dinasti-dinasti kecil di Timur diantaranya adalah:

Dinasti Tahiriyah,

Dinasti Saffariyah,

Dinasti Samaniyah

Dinasti Gazwaniyah.

10
1. Dinasti Tahiriyah (200 H-259 H / 820 M-872 M)

Harun al-Rasyid telah menyiapkan dua anaknya yang diangkat menjadi putra mahkota untuk
menjadi khalifah: al-Amin dan al-Ma’mun. Al-amin dihadiahi wilayah bagian barat,
[49] sedangkan al-Ma’mun dihadiahi wilayah bagian Timur. Setelah Harun al-Rasyid wafat (809
M.) al-Amin putra mahkota tertua tidak bersedia membagi wilayahnya dengan al-Ma’mun. Oleh
karena itu,pertempuran dua bersaudara terjadi yang akhirnya dimenangkan oleh al-
Ma’mun.Setelah perang usai, al-Ma’mun menyatukan kembali wilayah Dinasti Bani
Abbas.Untuk keperluan itu, ia didukung oleh Tahir seorang panglima militer, dan saudaranya
sendiri yaitu al-Mu’tasim.Sebagai imbalan jasa, Tahir diangkat menjadi panglima tertinggi
tentara Bani Abbas dan gubernur Mesir (205 H). Wilayah kekuasaannya diperluas sampai ke
Khurasan (820-822 M.)

Dinasti Tahiriyah di Khurasan mengakui khilafah Abasiyah Dinasti ini dipimpin oleh empat
amir:

Tahir Ibn Husein (207-213 H.),

Abdullah Ibn Tahir (213-248),

dan Muhammad Ibn Tahir (248-259 H.).

Dinasti Tahiriyah dianggap paling berjasa karena berhasil menjadikan kota Naisabur sebagai
kota ilmu dan kebudayaan di Timur. Akan tetapi, khalifah Tahiriyah tidak berdya ketika
Khalifah Bani Abbas tidak mendukung lagi kekuasaannya dan malah mendukung dinasti Safari
yang melakukan ekkspansi dan dianggap berhasil oleh Khalifah Abassiyah (al-Mu’tamid dan al-
Muwafaq). Oleh karena itu, dinasti Safari berhasil menghancurkan dinasti Tahriri di Khurasan
dan berdirilah dinasti Safari.

11
Dinasti Saffariyah,
didirikan oleh Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar. Dinasti Saffariyah menggantikan
kekuasaan Dinasti Tahiriyyah di wilayah Persia bagian timur hingga
ke Afghanistan bagian barat daya. Masa kekuasaan Dinasti Saffariyah dimulai sejak

tahun 885 M. Khalifah

Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar


Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar merupakan pendiri dari Dinasti Saffariyah. Ia adalah
seorang keturunan Bangsa Persia yang tinggal di kota Al-Qarnain. Awalnya, ia
bekerja sebagai pengrajin tembaga. Ia kemudian menjadi relawan dalam pasukan
yang memerangi Khawarij di Sijistan yang dipimpin oleh Shaleh bin An-Nadhir Al-
Kannani. Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar diangkat menjadi wakil komandan setelah
memperoleh kepercayaan dari Shaleh bin An-Nadhir Al-Kannani.
Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar mendirikan Dinasti Saffariyah di Sijistan pada tahun
867 M. Pada tahun 255 H atau 868 M, Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar menguasai
wilayah Karman di Persia. Penguasaan ini dilakukan setelah ia memasuki
kota Shiraz. Saat itu, kedua wilayah tersebut diberikan kepada seorang wali kota
yang dipilih oleh khalifah Kekhalifahan Abbasiyah. Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar
kemudian mengirimkan bukti kesetiaan kepada khalifah di Bagdad. Bukti ini berupa
hadiah yang mewah. Al-Mu'tamid yang berkuasa sebagai khalifah kemudian
menetapkan wilayah Balakh, Thakharistan dan Sindh menjadi wilayah kekuasaan
Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar. Penetapan ini dilakukan pada tahun 257 H atau 870
M.
Amr bin Al-Laits Ash-Shaffar
Amr bin Al-Laits Ash-Shaffar menjabat sebagai khalifah menggantikan Yaqub bin
Al-Laits Ash-Shaffar. Ia adalah saudara dari Yaqub bin Al-Laits Ash-Shaffar. Amr
bin Al-Laits Ash-Shaffar juga menyatakan kesetiaan kepada khalifah Kekhalifahan
Abbasiyah. Khalifah kemudian menetapkannya sebagai wali kota untuk wilayah

12
Khurasan, Sijistan, Persia, Isfahan, Sindh dan Karman. Selain itu, Amr bin Al-Laits
Ash-Shaffar memperoleh kekuasaan atas keamanan wilayah Bagdad dan Samara

C. Dinasti di Barat
Disintegrasi dibidang politik sebenarnya sudah muncul sejak berakhirnya
pemerintahan Bani Umayah, tetapi dalam sejarah politik Islamterdapat perbedaan
antara pemerintahan Bani Umayah dan pemerintahanAbbasiyah. Perbedaan tersebut
ialah masa pemerintahan Bani Umayah,wilayah kekuasaan sejajar dengan batas-
batas wilayah kekuasaan Islam(mulai awal berdiri sampai pada masa
kehancurannya), pada masa pemerintahan Abbasiyah, wilayah kekuasaannya tidak
pernah diakui didaerah sepenyol dan daerah Aprika Utara. Kecuali mesir yang
bersifatsebentar-sebentar, bahkan pada kenyataannya terdapat banyak daerah
yangtidak dikuasai oleh khalifah.
Hal itu dikarenakan seorang khalifah dariAbbasiyah tidak mengurus daerah yang
sudah ditakluan, hanya sekedar penaklukan dan pendirian saja.Peta kekuasaan
tersebut telah banyak mengakibatkan bermunculanwilayah-wilayah atau provinsi
yang memisahkan diri dari pemerintahanAbbasiyah dan membentuk dinasti-dinasti
kecil.
latarbelakangi olehdua alasan:
pertama,
karena penindasan Bani Umayah terhadap bangsa Persiadan kebijakan Bani Umayah
yang lebih mengistimewakan bangsa arab danmemarjinalkan bangsa non Arab,
termasuk Persia.
Kedua,
karena tradisiPersia yang meengakui dan meyakini terhadap adanya hak kerajaan
yangsuci
contoh dinasti-dinasti kecil di barat:

 Dinasti Idrisiyah di Maroko (172-375 H/788-926 M)

13
 Dinasti Aghlabiyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M)

Dinasti Idrisiyah di Maroko (172-375 H/788-926 M)


Setelah Ali bin Abi Thalib terbunuh, keturunan Ali terus berjuanguntuk
memperoleh kekuasaan. Diantaranya adalah pemberontakan yangdilakukan oleh
Imam Husen Ibn Ali di Madinah pada jaman DinastiUmayah. Dalam perang tersebut
(pemberontakan), husen terbunuh diKarbala dan salah seorang keluarganya Idris Ibn
Abd Allah melarikandiri ke Mesir kemudian pindah ke Maroko. Di Maroko ia
bergabungdengan Ishaq Ibn Abd al-Hamid (kepala suku Awaraba). Kemudian Idris
Ibn Abd Allah di bai‟at oleh suku Awaraba di Maroko sebagai peminpin,
maka berdirilah Dinasti Idrisiyah
Dinasti Idrisiyah merupakan Dinasti pertama pada
masa pemerintahan Abbasiyah yang terpisah dari dunia Islam. Sebagaimanatelah
dikemukakan bahwa Khalifah Harun Ar-Rasyid merasa terancamdengan hadirnya
Dinasti Idrisiyah, kemudian ia mengirimkan Sulaiman bin Jarir untuk menjadi mata-
mata dan berpura-pura menentang daulahAbbasiyah
Dinasti ini didirikan oleh salah satu seorang penganut Syi‟ah yaitu
Idris bin Abdullah pada tahun 172 H./789 M. Dinasti ini merupakan
dinasti Syi‟ah pertama yang tercatat dalam sejarah berusaha memasukan
Syi‟ah ke daerah Maroko dalam bentuk yang sangat halus
Pada masa kekuasaan Muhammad bin Idris (826-836 M), dinastiIdrisiyah telah
membagi-bagi wilayahnya kepada delapan orangsaudaranya, walaupun ia sendiri
tetap menguasai Fez dan memilikisemacam supremasi moral terhadap wilayah-
wilayah lainnya. Setelah iamemerintah selama masa yang cukup tenang, putranya
yang bernama Alimenggantikannya sebagai raja.Pada masa Ali bin Muhammad

14
(836-849 M.), terjadi konflik antarkeluarga dengan kasus yang klasik, yaitu terjadi
penggulingan kekuasaanyang pada akhirnya kekuasaan Ali pindah ketangan
saudaranya sendiri,yaitu yahya bin Muhammad,

Dinasti Aghlabiyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M)


Dinasti Aghlabiyah yang berkuasa selama kurang lebih l00 tahun(800-909 M).
Dinasti ini pertama kali didirikan di Afrika Utara olehIbrahim bin Aghlab Ia adalah
seorang pejabat Khurasan dalam militerAbbasiyah, seorang yang terkenal dibidang
administrasi, ia mampumengatur roda pemerintahannya dengan baik. Wilayah
kekuasaannyameliputi Ifriqiyah, Algeria dan Sicilia.Secara periodik, dinasti
Aghlabiyah ini dikuasai oleh beberapa penguasanya, yaitu:
Ibrahim bin Aghlab (800-811 M.), Abdullah I 811-816 M, Ziyadatullah bin Ibrahim
816-837 M., Abu Iqal bin Ibrahim 837-856 M., Abu Al-Abbas Muhammad 841-856
M., Abu Ibrahim Ahmad856-864 M., Ziyadatullah II bin Ahmad 863-864 M., Abu
Al-GharanikMuhammad II bin Ahmad 864-874 M., Ibrahim II bin Ahmad 874-
902M., Abu Al-Abbas Abdullah II 902-903 M., Abu Mudhar ZiyadatullahIII 903-
909 M
Aghlabiyah memang merupakan Dinasti kecil pada masaAbbasiyah, yang para
penguasanya adalah berasal dari keluarga Bani al-Aghlab, sehingga Dinasti tersebut
dinamakan Aghlabiyah. Awal mulaterbentuknya Dinasti tersebut yaitu ketika
Baghdad.
dibawah pemerintahan Harun ar-Rasyid. Di bagian Barat Afrika Utara, terdapatdua
bahaya besar yang mengancam kewibawaannya. Pertama dari
Dinasti Idris yang beraliran Syi‟ah dan yang kedua dari golongan
Khawari
Dengan adanya dua ancaman tersebut terdoronglah Harun ar-Rasyid untuk
menempatkan balatentaranya di Ifrikiah (Tunisia) di
bawah pimpinan Ibrahim bin Al-Aghlab. Setelah berhasil mengamankanwilayah
15
tersebut, Ibrahim bin al-Aghlab mengusulkan kepada Harun ar-Rasyid supaya
wilayah tersebut dihadiahkan kepadanya dan anakketurunannya secara permanen.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pelepasan wilayah kekuasaan dinasti-dinasti kecil di barat dan timur Bagdad
dari Dinasti Abbasiyah disebabkan beberapa faktor:
2. Dinasti-dinasti yang muncul di barat dan di timur Baghdad yaitu:
- Dinasti kecil sebagian besar berasal dari Arab memecah wilayah
kekuasaan Khalifah dari Barat. Pada masa kekuasaan bani Abbasiyah
terdapat 5 dinasti kecil yang berada di sebelah barat Baghdad, yakni:
a. Dinasti Idrisiyah (789 M – 926 M)
b. Dinasti Aghlabiyah (800 M – 909 M)
c. Dinasti Thuluniyah (868 M – 905 M)
d. Dinasti Ikhsidiyah (935 M – 969 M)
e. Dinasti Hamdaniyah (905 M – 1004 M)
Saat dinasti-dinasti kecil sebagian besar berasal dari Arab memecah
wilayah kekuasaan Khalifah dari Barat, proses yang sama telah terjadi di
Timur terutama dilakukan oleh orang Turki dan Persia. Pada masa
kekuasaan Bani Abbasiyah terdapat 3 dinasti kecil yang berada di sebelah
timur Baghdad, yakni:

16
a. Dinasti Thahiriyah (820 M – 872 M)
b. Dinasti Shaffariyah (867 M – 1495 M)
c. Dinasti Samaniyyah (819 M – 1005 M)

17

Anda mungkin juga menyukai